Abdul Djabbar sebagai usaha dia untuk mencetak kader-kader da’i yang diharapkan dapat
menghapus kepercayaan-kepercayaan masyarakat yang tidak sesuai dengan ajaran agama
Islam
Pada awal berdirinya, Pesantren Maskumambang yang terletak di Desa Sembungan Kidul
Kecamatan Dukun Kabupaten Gresik Provinsi Jawa Timur, ( + 40 KM arah barat laut
Kota Surabaya ) hanya mendidik masyarakat sekitar Maskumambang, dan itupun terbatas
pada pelajaran al-Qur’an dan tafsir,serta fiqih.
Metode yang dipergunakan juga masih terbatas pada metode sorogan, bandongan, dan
halaqoh. Pada tahun 1907 M. bertepatan dengan tahun 1325 H. K.H. Abdul Djabbar
berpulang ke Rahmatullah dalam usia 84 tahun, dan kepemimpinan pesantren diteruskan
K.H. Moch. Faqih yang terkenal dengan sebutan Kyai Faqih Maskumambang.
Pada tahun 1937 M. bertepatan dengan tahun 1353 H. K.H. Moch. Faqih berpulang ke
Rahmatullah dalam usia 80 tahun dan kepemimpinan Pondok Pesantren Maskumambang
diteruskan oleh putra dia yang keempat yaitu KH.Ammar Faqih.
Pada masa kepemimpinan KH.Ammar Faqih, selain sebagai tempat mengaji atau
memperdalam ilmu agama lewat pelajaran al-Qur’an, Hadits dan kitab-kitab kuning
lainnya, oleh KH. Nadjih Ahjad yang saat itu sudah ikut mengasuh Pesantren
Maskumambang,, diselenggarakan pula Madrasah Banat (madrasah putri).
Selain itu Pondok Pesantren Maskumambang juga dijadikan markas para pejuang
kemerdekaan dari Gresik, Surabaya dan Lamongan.
Pada hari Selasa malam Rabu tanggal 25 Agustus 1965 M. K.H. Ammar Faqih berpulang
ke Rahmatullah. Sebelum berpulang ke Rahmatullah dia telah menyerahkan
kepemimpinan pesantren kepada menantu dia yang kedua, yaitu K.H. Nadjih Ahjad.
Manajemen
ABSTRAK
Perkembangan kemajuan Teknologi Informasi saat ini, akan berdampak positif dan
negatif yang luar biasa bagi generasi muda. Diantaranya pergaulan yang bebas dan
tawuran antar pelajar. Dampak tersebut membuat pemerintah memberlakukan pendidikan
karakter pada tahun 2011. Pondok Pesantren Maskumambang memiliki Yayasan
Kebangkitan Umat Islam (YKUI) Maskumambang berperan sebagai lembaga pendidikan
formal mulai jenjang tingkatan MI, MTs, MA, dan SMK. YKUI Maskumambang
membuat suatu program unggulan sekolah, yaitu Moslem Personality Insurance Program
(Program MPI). Program MPI merupakan program yang digagas oleh Pondok Pesantren
Maskumambang untuk mengawal murid berkepribadian Islami yang sesuai dengan Visi
dan Misi Pondok Pesantren Maskumambang. MI YKUI Maskumambang Putri
merupakan bagian dari YKUI Maskumambang menampungnya Murid berusia sekitar 7-
12 tahun. Usia tersebut merupakan masa pertumbuhan fisik dan mental serta mengawali
pembentukan kepribadian anak sejak dini. Berkaitan dengan hal itu, maka diperlukan
pembahasan mengenai manajemen Program MPI tersebut.
Berdasarkan hasil analisis data, diperoleh lima simpulan hasil penelitian sebagai
berikut. Pertama, perencanaan Program MPI memiliki tahap-tahap kegiatan, yaitu: 1)
analisis kebutuhan murid, sumber daya manusia (SDM) dan lingkungan; 2) merumuskan
Program MPI dengan mengadakan kegiatan, yaitu: Daily Report, Halaqoh Pagi,
Pembiasaan Sholat Dhuha dan Dhuhur Berjama’ah, dan Home Visit; 3) persiapan SDM,
yaitu Murobbi sebagai operator yang telah mengikuti pelatihan-pelatihan, dan perangkat
sarana lain, diantaranya Buku MPI dan Buku Kontak Bina Murid (BKBM); 4)
merumuskan Standar Quality Daily Report yang sesuai dengan obyek standarisasi
kepribadian murid; dan 5) sosialisasi Program MPI kepada orangtua pada awal tahun
pelajaran untuk murid baru.
Kedua, pengorganisasian Program MPI memiliki tingkatan-tingkatan manajemen,
yaitu: 1) top management, yaitu pihak MPDC yang bertugas membuat dan merencanakan
Program MPI dengan menganalisis, mempersiapkan SDM, membuat standar komponen,
dan menindak perbaikan sistem; 2) midle management, yaitu Muroqib/Kepala Madrasah
yang bertugas mengontrol mutu di madrasah, mengukur dan menganalisis laporan hasil
Program MPI; dan 3) operator, yaitu Murobbi/Walikelas yang bertugas
mengimplementasikan dan membuat laporan hasil Program MPI.
Kelima, Faktor Pendukung Program MPI meliputi faktor internal dan faktor
eksternal. Faktor Internal meliputi pengawasan yang berkesinambungan, pembiasaan,
perangkat media buku Daily Report dan buku kontak BKBM, Para Murobbi, serta
pengawasan dari pihak MPDC. Faktor Ekstern meliputi kerjasama dengan orang tua, dan
lingkungan yang agamis. Faktor Penghambat Program MPI meliputi ramainya murid
yang tidak mendengarkan pada saat pemberian Tausiyah oleh Murobbi pada saat
pembinaan kegiatan Halaqoh, tidak adanya variasi dalam metode pemberian tausiyah.
Saran-saran dalam penelitian ini, yaitu kepada: 1) Ketua MPDC, diharapkan pada
pelaksanaan berikutnya Program MPI bisa berkembang menjadi lebih baik lagi; 2)
Kepala MI YKUI Maskumambang Putri, diharapkan pengawasan dan pendampingan
moral semaksimal mungkin; 3) Murobbi, diharapkan pelaksanaan kegiatan Halaqoh Pagi
pada saat pembinaan tausiyah harus menggunakan metode pembelajaran yang
menyenangkan, dan Murobbi diharapkan meningkatkan komitmen kuat dalam
melaksanakan Program MPI; 4) Murid, diharapkan apa yang didapatkan di Program MPI,
dapat dijalankan sebagai motivasi intrinsik dalam kehidupan sehari-hari; 5) Kementrian
Agama RI, agar dapat dijadikan sebagai bahan referensi penelitian pendidikan karakter;
dan 6) Peneliti lain, Agar dapat melanjutkan penelitian yang sejenis pada berbagai aspek
pendidikan karakter yang bermanfaat pada perkembangan dunia pendidikan.