PENDAHULUAN
dalam tubuh, jika tidak dipersiapkan maka perubahan tersebut akan cenderung
dibutuhkan pengetahuan yang cukup dari ibu. WHO mendefinisikan kesehatan re-
produksi sebagai keadaan sejahtera secara fisik, mental dan sosial yang bukan karena
ketiadaan penyakit dan kecacatan, yang berkaitan dengan sistem, fungsi dan proses-
manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya
tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek.
perkembangan transisi antara masa anak dan masa dewasa yang mencakup
perubahan biologis, kognitif dan social-emosional. Dari definisi itu nampak bahwa
masalah kesehatan reproduksi adalah masalah yang menyeluruh, luas dan saling
terkait. Problematika yang dihadapi oleh remaja tidak lain bersumber pada kurangnya
1
2
masa kanak-kanak dan masa dewasa. Tidak ada batas yang tajam antara akhir masa
kanak-kanak dan awal masa pubertas, akan tetapi dapat dikatakan bahwa masa
pubertas diawali dengan berfungsinya ovarium. (Widyastutik , 2009 : 23). Upaya Ibu
pengetahuan tentang masalah dan bagaimana untuk menghadapi fase remaja. Cara
menyampaikannya tentu harus dengan penjelasan yang sederhana dan sesuai dengan
pemahaman anak-anak. Hal yang penting supaya anak tidak merasa kaget, malu,
gelisah, cemas dan tertekan (Gunarsa, 2007 ). Fenomena yang terjadi masih
anak. Sehingga timbul perasaan negatif misalnya ketika menarche seperti cemas,
Menurut UNPFA tahun 2010, 85% remaja di Dunia banyak yang sudah aktif
seksual, setiap tahun ± 15 Juta remaja melahirkan, 4 juta remaja aborsi, 100 juta
remaja terjangkit PMS dan 7000 remaja terinfeksi HIV. Permasalahan ini juga
terjadi di Indonesia. Dari data yang diperoleh sampai dengan Juni 2011 ditemukan
26.483 kasus infeksi HIV. Lebih dari setengah kasus HIV di Indonesia terjadi
pada remaja atau bisa dikatakan 56,8 % kasus HIV ditemukan pada usia 15 – 29
tahun. Dari data tersebut ditemukan sebanyak 46,7 % infeksi HIV disebabkan
dengan Juni 2011 di Jawa Timur menduduki peringkat No. 6 yaitu sebesar 3789
kasus. Hasil studi pendahuluan yang dilakukan terhadap 30 Ibu siswa yang
berusia 11-12 tahun pada tanggal 5 Februari 2013 di SDN 1 Canga’an Kecamatan
10 Ibu siswi (33,33%) tidak mengetahui kapan pubertas terjadi, 4 Ibu siswi
(13,33%) mengetahui ciri-ciri pubertas, 6 Ibu siswi (20%) tidak mengetahui ciri-
ciri pubertas.
Masa remaja dimulai kira-kira usia 10 sampai 13 tahun dan berakhir antara
kesehatan reproduksi orang tua khususnya ibu yang memiliki anak yang
menginjak masa pubertas dapat menjadi pencetus perilaku atau kebiasaan tidak
sehat pada remaja. Orang tua yang tidak mampu memberikan informasi yang
memadai mengenai alat reproduksi dan proses reproduksi itu. Tidak adanya
informasi dari orang tua membuat remaja mengalami kebingungan akan fungsi
ketidaktahuan atau mencari informasi yang belum tentu benar, yang pada akhirnya
2007).
and Practice) atau Pesilak (Pengetahuan, Sikap dan Pelaksanaan). Dalam hal ini,
orangtua, utamanya ibu mempunyai peranan penting dalam kegiatan KRR tesebut.
tentu harus dengan penjelasan yang sederhana dan sesuai dengan pemahaman
berbagai macam upaya yang sesuai dengan pengetahuan ibu. Hal yang penting
supaya anak tidak merasa kaget, malu, gelisah, cemas dan tertekan (Gunarsa,
2007).
Dari hasil penelitian diharapkan dapat memberikan manfat bagi peneliti dan
a. Bagi Peneliti
6
dalam penelitian lebih lanjut bagi rekan-rekan mahasiswa yaitu pengetahuan ibu
yang selanjutnya dapat digunakan untuk menyusun Karya Tulis Ilmiah sebagai
a. Bagi Responden
reproduksi remaja.
bekerja sama dengan bidang kesehatan yang ada di sekolah yaitu Usaha