Anda di halaman 1dari 21

7

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini peneliti akan menguraikan hal-hal yang berhubungan dengan

penelitiannya diantaranya : Konsep Ibu, Konsep Masa Pubertas, Konsep

Pengetahuan, Konsep Kesehatan Reproduksi, Konsep Upaya mempersiapkan

masa pubertas dan Kerangka Konsep.

2.1 Konsep Ibu

2.1.1. Pengertian Ibu

Ibu berarti wanita yang telah melahirkan seorang anak (Kamus Besar

Bahasa Indonesia (Departemen Pendidikan Nasional, 2003). Wanita atau ibu

adalah pengurus generasi keluarga dan bangsa sehingga keberadaan wanita yang

sehat jasmani dan rohani serta sosial sangat diperlukan.

Wanita atau ibu adalah makhluk bio-psiko-sosial-cultural dan spiritual

yang utuh dan unik, mempunyai kebutuhan dasar yang bermac am-macam sesuai

dengan tingkat perkembang (Suparyanto, 2010).

2.1.2. Peran Ibu Dalam Mempersiapkan Masa Pubertas Anak

Ibu mempunyai peranan penting dalam upaya mempersiapkan masa

pubertas anak. Dalam hal ini ibu berperan dalam memberikan informasi atau

pengetahuan tentang masalah bagaimana menghadapi fase remaja. Seorang ibu

harus membimbing serta mendampingi anak dengan baik dan oerlu memiliki

pengetahuan yang cukup mengenai kesehatan remaja (Gunarsa, 2007). Penting


8

bagi ibu untuk memberikan dukungan dan kata-kata positif agar anak nantinya

sudah memiliki persiapan mental dan pengetahuan tentang reproduksi pada saat

menginjak masa pubertas (Gunarsa, 2007).

Peran orang tua dalam perhatikan perkembangan kesehatan reproduksi

remaja menjadi hal yang penting untuk bisa diketahui dan bisa menjadi

penambasan wawasan tersendiri. Ibu yang memiliki peran dan andil yang besar

dalam masa melihat perkembangan anaknya untuk bisa menjalani masa

pubertasnya, karena ibu yang lebih banyak memperhatikan dan mengikuti

perkembangan setiap anak-anaknya. Remaja memerlukan dukungan, perhatian,

pengertian serta dorongan bagi remaja untuk bisa menentukan kepribadian dan

membantu untuk menjelaskan perubahan-perubahan yang akan dialaminya. Peran

ibu untuk memperhatikan perkembangan anaknya merupakan hal yang penting

untuk bisa membimbing dan menjadi tempat anak-anak untuk bisa saling berbagi

dalam berbagai masalah. Karena permasalahan purbertas kadang menjadi hal tabu

yang dibicarakan anak-anak kepada orang lain. Pendekatan dan perhatian khusus

perlu dilakukan agar para anak-anak nyaman untuk bicara masalah pubertas

kepada orang tuanya. Anak-anak akan merasa nyaman menjalani masa pubertas

karena adanya perhatian dari orang tuanya masing-masing. Pendampingan orang

tua dalam mengawasi masa pubertas anak bertujuan untuk menjaga perilaku

penyimpang dan untuk bisa mengrahkan anak-anak yang beranjak remaja dalam

menyikapi setiap perubahan pubertas (Hartiningsih, 2010).


9

2.2 Konsep Masa Pubertas

2.2.1. Pengertian Masa Pubertas

Masa pubertas adalah suatu fase perkembangan yang ditandai telah

terjadinya kematangan organ seksual dan tercapainya kemampuan reproduksi.

Selama masa pubertas selalu disertai berbagai perubahan dalam pertumbuhan

somatis dan prespektif psikologis. Kata pubertas berasal dari bahasa Latin, yaitu

usia menuju dewasa yang ditandai banyaknya perubahan fisik, perubahan

perilaku, awal kematangan seksual, dan persiapan diri seseorang untuk mampu

memberikan keturunan (Pieter dan Namora, 2012 :60-61).

Pubertas adalah suatu bagian yang penting dari masa remaja dimana yang

lebih ditekankan adala proses biologis yang pada akhirnya mengarah kepada

kemampuan bereproduksi, dimana terjadi suatu percepatan pertumbuhan (growth

spurt), timbul cirri seks sekunder, tercapai fertilitas dan terjadi perubahan

psikologis yang mencolok (Cahyaningsih, 2011 : 90).

2.2.2. Faktor Penyebab Munculnya Masa Pubertas

Faktor penyebab perubahan pada masa pubertas yaitu kelenjar endokrin

merupakan kelenjar yang langsung berhubungan dengan pertumbuhan dan

kematangan, karena kelenjar endokrin bermuara langsung dalam saluran darah

melalui zat antara jaringan kelenjar dan hormon. Hormone akan memberikan

stimulasi yang meyebabkan rangsangan hormonal. Sekitar lima tahun sebelum

memasuki puber, pengeluaran hormone seks jarang terjadi sehingga terjadi

penimbunan hormone. Dampak naiknya jumlah hormone yang dikeluarkan yaitu

kematangan struktur dan fungsi organ seksual. Semua perubahannya bersumber


10

dari kelenjar pituitary pada dasar otak, dimana terbentuk bersamaan dengan gonad

dan kelenjar seks (Pieter dan Namora, 2012 :62).

2.2.3. Pertumbuhan Dan Perkembangan Somatik Masa Pubertas

Pertumbuhan dan perkembangan somatik masa pubertas ditandai dengan

beberapa ciri khas, yaitu :

1. Perubahan adalah ciri utama dari proses biologis pubertas.

Perubahan hormonal secara kualitatif dan kuantitatif terjadi antara masa

prapubertas dan dewasa. Akibatnya terjadi pertubuhan yang cepat dari berat

dan panjang badan, perubahan dalam komposisi tubuh dan jaringan tubuh dan

timbulnya ciri-ciri seks primer dan sekunder yang menghasilkan

perkembangan “boy into a man” dan “girl into a woman”.

2. Perubahan somatik sangat bervariasi dalam umur saat mulai dan berakhir,

kecepatannya dan sifatnya, tergantung dari masing-masing individu. Karena

itu umur yang normal saat tercapainya suatu perubahan dalam pertumbuhan

dan perkembangan tidak dapat ditentukan dengan padti melainkan hanya dapat

dikatakan pada umur rata-rata anak.

3. Walaupun terdapat variasi dalam umur saat timbulnya perubahan-perubahan

selama pubertas, tetapi setiap remaja mengikuti urutan-urutan yang sama

dalam pertumbuhan dan perkembangan somatiknya.

4. Timbulnya ciri-ciri seks sekunder merupakan manifestasi somatik dari

aktifitas gonad yang dipakai oleh Tanner unutk menentukan Sex maturity

Rating (SMR) atau stadium maturitas Seks (SMS) dan dikenal sebagai

“Stadium Tanner” penilaian SMS ini mencakup pemeriksaan perkembangan


11

payudara dan rambut pubis pada anak perempuan dan testes, penis dan rambut

pubis pada anak laki-laki (Cahyaningsih, 2011 : 92).

2.2.4. Ciri-ciri Masa Pubertas

Masa puber seorang perempuan biasanya lebih cepat jika dibanding masa

puber seorang laki-laki. Berikut adalah ciri-ciri masa puber yang dialami oleh

seseorang, baik laki-laki maupun perempuan :

1. Ciri Masa Puber Laki-Laki


a. Perubahan primer : Mimpi basah yaitu mimpi bergaul antara lawan

jenis sehingga mengeluarkan cairan (sperma) dari alat kelamin laki-

laki.
b. Perubahan sekunder :
1). Tumbuh jakun pada leher. Jakun adalah bagian yang menonjol

pada leher seseorang.


2). Tumbuh rambut pada bagian tubuh tertentu, seperti pada sekitar

kemaluan, ketiak, kumis.


3). Dada lebih bidang.
4). menjadi lebih berat (besar).
2. Ciri Masa Puber Perempuan
a. Perubahan primer : datangnya masa haid atau menstruasi, yaitu

keluarnya darah kotor dari kemaluan.


b. Perubahan sekunder :
1). Pinggul membesar
2). Payudara membesar
3). Tumbuh rambut pada sekitar kemaluan dan ketiak (Anonim, 2012).

2.3 Konsep Pengetahuan

2.3.1 Pengertian pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang

terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung, telinga dan
12

sebagainya). Dengan sendirinya pada waktu penginderaan sehingga

menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian

dan persepsi terhadap objek. Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh

melalui indera pendengaran (telinga), dan indera penglihatan (mata). Pengetahuan

seseorang terhadap objek mempunyai intensitas atau tingkat yang berbeda-beda.

(Notoatmodjo, 2010:27).

2.3.2 Cara memperoleh pengetahuan

1. Cara tradisional atau non ilmiah

a. Cara coba salah (trial and error)

Cara memperoleh kebenaran non ilmiah, yang pernah digunakan

oleh manusia dalam memperoleh pengetahuan adalah melalui cara coba-

coba atau dengan kata yang lebih dikenal “trial and error”. Cara ini telah

dipakai orang sebelum adanya kebudayaan, bahkan mungkin sebelum

adanya keberadaban. Pada waktu itu seseorang apabila menghadapi

persoalan atau masalah, upaya pemecahannya dilakukan dengan coba-

coba saja.(Notoatmodjo, 2010 : 11).

b. Cara kekuasaan atau otoritas

Kebiasaan seperti ini bukan hanya terjadi pada masyarakat

tradisional saja, melainkan juga terjadi pada masyarakat modern.

Kebiasaan-kebiasaan ini seolah-olah diterima dari sumbernya sebagai

kebenaran yang mutlak. Sumber pengetahuan tersebut dapat berupa

pemimpin-pemimpin masyarakat baik formal maupun informal, para


13

pemuka agama, pemegang pemerintahan dan sebagainya. Dengan kata

lain, pengetahuan tersebut diperoleh berdasarkan pemegang otoritas,

yakni orang mempunyai wibawa atau kekuaaan, baik tradisi, otoritas

pemerintah, otoritas pemimpin agama, maupun ahli imu pengetahuan

atau ilmuwan.(Notoatmodjo, 2010 : 12-13).

c. Berdasarkan pengalaman pribadi

Pengalaman adalah guru terbaik, demikian bunyi pepatah.

Pepatah ini mengandung maksud bahwa pengalaman itu merupakan

sumber pengetahuan, atau pengalaman itu merupakan suatu cara untuk

memperoleh kebenaran pengetahuan. Oleh sebab itu pengalaman pribadi

pun dapat digunakan sebagai upaya memperoleh pengetahuan. Hal ini

dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang diperoleh

dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa yang lalu.

Apabila dengan cara yang digunakan tersebut orang dapat memecahkan

masalah yang dihadapi, maka untuk memecahkan masalah lain yang

sama, orang dapat pula menggunakan atau merujuk cara tersebut. Tetapi

bila ia gagal menggunakan cara tersebut, ia tidak akan mengulangi cara

itu, dan berusaha untuk mencari cara yang lain, sehingga berhasil

memecahkannya.(Notoatmodjo, 2010 : 13-14).

d. Melalui jalan pikiran

Sejalan dengan perkembangan kebudayaan umat manusia, cara

berpikir manusia pun ikut berkembang. Dari sini manusia telah mampu

menggunakan penalarannya dalam memperoleh pengetahuannya. Dengan


14

kata lain, dalam memperoleh kebenaran pengetahuan manusia telah

menggunakan jalan pikirannya, baik melalui induksi maupun deduksi.

(Notoatmodjo, 2010 : 15).

2. Cara modern

Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan pada dewasa

ini lebih otomatis, logis, dan ilmiah. Cara ini disebut metode penelitian ilmiah

atau lebih populer disebut metodologi penelitian (research methodology).

(Notoatmodjo, 2010 : 18).

2.3.3 Faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan

Faktor yang mempengaruhi pengetahuan diantaranya adalah :

1. Umur

Semakin cukup usia, tingkat kematangan dan sikap seseorang akan

lebih matang dalam berfikir dan bekerja sehingga pengetahuan pun bertambah

(Nursalam dan Siti Pariani, 2001 : 134). Makin tua umur seseorang maka

proses perkembangan mentalnya bertambah baik, tetapi pada umur tertentu

bertambahnya proses perkembangan mental ini tidak secepat seperti umur

belasan tahun. Daya ingat seseorang itu salah satunya dipengaruhi oleh umur.

Dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa bertambahnya umur seseorang dapat

berpengaruh terhadap pertambahan pengetahuan yang diperolehnya, akan

tetapi pada umur tertentu atau menjelang usia lanjut kemampuan penerimaan

atau mengingat suatu pengetahuan akan berkurang (Erfandi, 2009).

2. Pendidikan
15

Semakin tinggi pendidikan seseorang semakin mudah menerima

informasi, sehingga semakin banyak pula pengetahuan yang dimiliki dan

begitu pula sebaliknya (Nursalam dan Siti Pariani, 2001 : 131). Semakin

rendah tingkat pendidikan maka akan sulit mencerna pesan yang disampaikan

(Effendi, 1998 : 248).

Pendidikan adalah suatu kegiatan atau proses pembelajaran untuk

mengembangkan atau meningkatkan kemampuan tertentu sehingga sasaran

pendidikan itu dapat berdiri sendiri. Tingkat pendidikan turut pula menentukan

mudah tidaknya seseorang menyerap dan memahami pengetahuan yang

mereka peroleh, pada umumnya semakin tinggi pendidikan seseorang semakin

baik pula pengetahuannya (Diknas RI, 2009).

Menurut UU No. 20 Pasal 17 tahun 2003, jalur pendidikan terdiri atas :

a. Pendidikan formal

1). Pendidikan dasar (SD atau Sederajat, SMP atau Sederjat).

2). Pendidikan menengah (SMA atau Sederajat).

3). Pendidikan tinggi (Pendidikan diploma, sarjana, magister, spesialis

dan doktor).

b. Pendidikan non formal

Diselenggarakan bagi masyarakat sebagai pengganti, penambah atau

pelengkap pendidikan formal, misalnya kursus, kelompok belajar.

c. Pendidikan informal.
16

Dilakukan oleh keluarga dan lingkungan berbentuk kegiatan belajar

secara mandiri, misalnya : Pondok pesantren.

Pendidikan kesehatan identik dengan penyuluhan kesehatan, yaitu

dengan cara menyebarkan pesan melalui poster, media cetak (majalah,

surat kabar), media elektronik (radio televisi) serta menanamkan

keyakinan sehingga seseorang tidak saja sadar, tahu dan mengerti, tetapi

juga bersedia dan bisa melakukan suatu anjuran yang ada kaitannya

dengan kesehatan (Effendy, 1998 : 232-237).

3. Pengalaman

Pengalaman merupakan sumber pengetahuan atau pengalaman itu

merupakan suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan. Caranya

dengan mengulang kembali pengalaman yang di peroleh dalam memecahkan

masalah yang dihadapi pada masa lalu, semakin banyak pengalaman yang

diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi pada masa lalu, semakin

banyak pula pengetahuan (Notoatmojo, 2005 : 13).

4. Pekerjaan

Pekerjaan adalah kebutuhan yang dilakukan untuk menunjang

kehidupan dan kehidupan keluarga. Bekerja pada umumnya adalah kegiatan

yang menyita waktu, bekerja akan mempunyai pengaruh terhadap kehidupan

keluarga (Nursalam dan Siti Pariani 2001 : 133).

5. Pendapatan
17

Pendapatan merupakan nilai maksimal yang dapat di konsumsi oleh

seseorang dalam satu periode dengan mengharapkan keadaan yang sama pada

akhir periode semula (Rustam, 2002).

Pendapatan yang rendah akan mengurangi kemampuan keluarga untuk

memenuhi kebutuhan keluarga tentang gizi, pendidikan dan kebutuhan lainnya

(Effendy, 2008 : 40). Kemampuan keluarga untuk membeli bahan makanan

antara lain tergantung pada besar kecilnya pendapatan keluarga dengan

pendapatan terbatas kemungkinan besar akan kurang dapat memenuhi

kebutuhan makanannya terutama untuk memenuhi kebutuhan zat gizi dalam

tubuhnya (FKM UI, 2007 : 175).

Berdasarkan survey pendapatan dan pengeluaran rumah tangga tahun

2011 oleh Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Bojonegoro, pendapatan

keluarga di Kabupaten Bojonegoro dibedakan menjadi 3 golongan yaitu :

a. Pedapatan rendah : < Rp. 870.000,-/bulan

b. Pendapatan sedang : Rp. 870.000, - Rp. 1.150.000,--/bulan

c. Pendapatan tinggi : > Rp. 1.150.000,-/bulan

Berdasarkan survey diatas yang perlu di lakukan ialah menilai hubungan

antara tingkat penghasilan dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan. Seorang

kurang memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada, mungkin oleh karena

tidak mempunyai cukup uang untuk membeli obat, membayar transportasi dan

sebagainya. (Notoatmodjo S,2007:23).

2.4 Kesehatan Reproduksi

2.4.1 Pengertian Kesehatan Reproduksi


18

Pubertas merupakan masa peralihan antara masa kanak-kanak dan masa

dewasa. Tidak ada batas yang tajam antara akhir masa kanak-kanak dan awal

masa pubertas, akan tetapi dapat dikatakan bahwa masa pubertas diawali dengan

berfungsinya ovarium. Pubertas berakhir pada saat ovarium sudah berfungsi

dengan mantap dan teratur (Widyastutik , 2009 : 23).

2.4.2 Anatomi dan Fungsi Organ Reproduksi Wanita

Organ reproduksi wanita terbagi menjadi organ reproduksi bagian luar dan

organ reproduksi bagian dalam.

Organ reproduksi bagian luar:

1. Vulva, yaitu daerah organ kelamin luar pada wanita yang meliputi labia

majora, labia minora, mons pubis, bulbus vestibuli, vestibulum vaginae,

glandula vestibularis major dan minor, serta orificium vaginae.

2. Labia majora, yaitu berupa dua buah lipatan bulat jaringan lemak yang

ditutupi kulit dan memanjang ke bawah dan ke belakang dari mons pubis.

3. Mons pubis, yaitu bantalan berisi lemak yang terletak di permukaan anterior

simfisis pubis. Setelah pubertas, kulit mons pubis akan ditutupi oleh rambut

ikal yang membentuk pola tertentu.

4. Payudara / kelenjar mamae yaitu organ yang berguna untuk menyusui.

Organ reproduksi bagian dalam:

1. Labia minora, yaitu merupakan labia sebelah dalam dari labia majora, dan

berakhir dengan klitoris, ini identik dengan penis sewaktu masa

perkembangan janin yang kemudian mengalami atrofi. Di bagian tengah \

klitoris terdapat lubang uretra untuk keluarnya air kemih saja.


19

2. Hymen, yaitu merupakan selaput tipis yang bervariasi elastisitasnya berlubang

teratur di tengah, sebagai pemisah dunia luar dengan organ dalam. Hymen

akan sobek dan hilang setelah wanita berhubungan seksual (coitus) atau

setelah melahirkan.

3. Vagina, yaitu berupa tabung bulat memanjang terdiri dari otot-otot melingkar

yang di kanankirinya terdapat kelenjar (Bartolini) menghasilkan cairan

sebagai pelumas waktu melakukan aktifitas seksual.

4. Uterus (rahim), yaitu organ yang berbentuk seperti buah peer, bagian

bawahnya mengecil dan berakhir sebagai leher rahim/cerviks uteri. Uterus

terdiri dari lapisan otot tebal sebagai tempat pembuahan, berkembangnya

janin. Pada dinding sebelah dalam uterus selalu mengelupas setelah

menstruasi.

5. Tuba uterina (fallopi), yaitu saluran di sebelah kiri dan kanan uterus, sebagai

tempat melintasnya sel telur /ovum.

6. Ovarium, yaitu merupakan organ penghasil sel telur dan menghasilkan

hormon esterogen dan progesteron. Organ ini berjumlah 2 buah.

Fungsi organ:

Organ-organ reproduksi tersebut mulai berfungsi saat menstruasi pertama kali

pada usia 10-14 tahun dan sangat bervariasi. Pada saat itu, kelenjar hipofisa mulai

berpengaruh kemudian ovarium mulai bekerja menghasilkan hormon esterogen

dan progesteron. Hormon ini akan mempengaruhi uterus pada dinding sebelah

dalam dan terjadilah menstruasi. Setiap bulan pada masa subur, terjadi ovulasi
20

dengan dihasilkannya sel telur / ovum untuk dilepaskan menuju uterus lewat tuba

uterina.

Menurut Sarwono dalam bukunya psikologi perkembangan remaja dapat

digolongkan menjadi:

1) Masa Pra Pubertas (usia 12-13 tahun)

Peralihan dari akhir masa kanak-kanak ke masa awal pubertas cirinya:

a. Anak tidak suka diperlakukan seperti anak kecil lagi

b. Anak mulai bersikap kritis

2) Masa Pubertas (usia 14-16 tahun)

Merupakan masa awal, cirinya:

a. Mulai cemar dan bingung tentang perubahan fisiknya

b. Memperhatikan penampilan

c. Sikapnya tidak menentu/ plin plan

d. Suka berkelompok dengan teman sebaya dan senasib

3) Masa Akhir Pubertas (usia 17-18 tahun)

Peralihan dari masa pubertas ke masa adolensen, cirinya:

a. Pertumbuhan fisik sudah mulai matang tetapi kedewasaan psikologisnya

belum tercapai sepenuhnya.

b. Proses kedewasaan jasmaniah pada remaja putri lebih awal dari remaja

pria.

2.4.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan reproduksi remaja


21

Kesehatan reproduksi remaja dipengaruhi oleh beberapa hal yaitu:

kebersihan alat-alat genital, akses terhadap pendidikan kesehatan, pengaruh media

massa, akses terhadap pelayanan kesehatan reproduksi yang terjangkau, dan

hubungan yang harmonis antara remaja dengan keluarganya

1. Kebersihan organ-organ genital

Kesehatan reproduksi remaja ditentukan dengan bagaimana remaja tersebut

dalam merawat dan menjaga kebersihan alat-alat genitalnya. Bila alat reproduksi

lembab dan basah, maka keasaman akan meningkat dan itu memudahkan

pertumbuhan jamur. Remaja perempuan lebih mudah terkena infeksi genital bila

tidak menjaga kebersihan alat-alat genitalnya karena organ vagina yang letaknya

dekat dengan anus.

2. Akses terhadap pendidikan kesehatan

Remaja perlu mendapatkan informasi yang benar tentang kesehatan

reproduksi sehingga remaja mengetahui hal-hal yang seharusnya dilakukan dan

hal-hal yang seharusnya dihindari. Remaja mempunyai hak untuk mendapatkan

informasi yang benar tentang kesehatan reproduksi dan informasi tersebut harus

berasal dari sumber yang terpercaya. Agar remaja mendapatkan informasi yang

tepat, kesehatan reproduksi remaja hendaknya diajarkan di sekolah dan di dalam

lingkungan keluarga. Hal-hal yang diajarkan di dalam kurikulum pendidikan

kesehatan reproduksi remaja mencakup tentang tumbuh kembang remaja, organ-

organ reproduksi, perilaku berisiko, Penyakit Menular Seksual (PMS),

danabstinesia sebagai upaya pencegahan kehamilan, Dengan mengetahui tentang

kesehatan reproduksi remaja secara benar, kita dapat menghindari dilakukannya


22

hal-hal negatif oleh remaja. Pendidikan tentang kesehatan reproduksi remaja

tersebut berguna untuk kesehatan remaja tersebut, khususnya untuk mencegah

dilakukannya perilaku seks pranikah, penularan penyakit menular seksual, aborsi,

kanker mulut rahim, kehamilan diluar nikah, gradasi moral bangsa, dan masa

depan yang suram dari remaja tersebut.

3. Pengaruh media massa

Media massa baik cetak maupun elektronik mempunyai peranan yang

cukup berarti untuk memberikan informasi tentang menjaga kesehatan khususnya

kesehatan reproduksi remaja. Dengan adanya artikel-artikel yang dibuat dalam

media massa, remaja akan mengetahui hal-hal yang harus dilakukan dan dihindari

untuk menjaga kesehatan reproduksinya.

4. Akses terhadap pelayanan kesehatan reproduksi

Pelayanan kesehatan juga berperan dalam memberikan tindakan preventif

dan tindakan kuratif. Pelayanan kesehatan dapat dilakukan di puskesmas, rumah

sakit, klinik, posyandu, dan tempat-tempat lain yang memungkinkan. Dengan

akses yang mudah terhadap pelayanan kesehatan, remaja dapat melakukan

konsultasi tentang kesehatannya khususnya kesehatan reproduksinya dan

mengetahui informasi yang benar tentang kesehatan reproduksi. Remaja juga

dapat melakukan tindakan pengobatan apabila remaja sudah terlanjur

mendapatkan masalah-masalah yang berhubungan dengan organ reproduksinya

seperti penyakit menular seksual

5. Hubungan harmonis dengan keluarga


23

Kedekatan dengan kedua orangtua merupakan hal yang berpengaruh

dengan perilaku remaja. Remaja dapat berbagi dengan kedua orangtuanya tentang

masalah keremajaan yang dialaminya. Keluarga merupakan tempat pendidikan

yang paling dini bagi seorang anak sebelum ia mendapatkan pendidikan di tempat

lain. Remaja juga dapat memperoleh informasi yang benar dari kedua orangtua

mereka tentang perilaku yang benar dan moral yang baik dalam menjalani

kehidupan. Di dalam keluarga juga, remaja dapat mengetahui hal-hal yang perlu

dilakukan dan yang harus dihindari. Orang tua juga dapat memberikan informasi

awal tentang menjaga kesehatan reproduksi bagi seorang remaja (Widyastutik ,

2009 : 52).

2.5 Konsep Upaya Mempersiapkan Masa Pubertas

Upaya orang tua dalam mempersiapkan anaknya mengahadapi masa

pubertas adalah segala usaha yang dilakukan oleh orang tua dengan tujuan agar

anak siap menghadapi masa pubertas dan permasalahan yang mungkin muncul.

Ada beberapa hal yang dapat dilakukan orang tua untuk mempersiapkan anak

dalam mengahadapi masa pubertas yaitu:

1. Pembinaan religius

Pembinaan religius sangat diperlukan dalam hal mempersiapkan anak

memasuki masa pubertas. Musa (2003) menyebutkan bahwa dalam

mempersiapkan diri jalan teraman bagi orang tua adalah berpegang pada landasan

agama. Penjelasan yang diberikan kepada anak mengenai kesehatan reproduksi

senantiasa di bingkai dalam nuansa moral dan keagamaan.


24

2. Meningkatkan pengetahuan tentang kesehatan reproduksi.

Chairiah (2003) mengatakan bahwa orang tua kurang memiliki pengetahuan

tentang kesehatan reproduksi remaja sehingga tidak mampu membekali

pengetahuan kesehatan reproduksi secara aktif. Pemahaman orang tua yang keliru

tentang kesehatan reproduksi juga mempengaruhi upaya dalam mempersiapkan

anak menuju masa pubertas.

3. Interaksi orang tua dan anak.

Interaksi ini terjalin dalam komunikasi. Komunikasi adalah inti suksesnya

hubungan orang tua dan anak. Komunikasi di landasi rasa respek terhadap anak,

langsung, dan proaktif (tidak perlu menunggu anak bertanya). Makin luas

informasi yang diperoleh, makin besar kesiapan remaja menghadapi masa remaja

dengan sebaik-baiknya.

4. Menanamkan konsep diri yang positif.

Konsep diri merupakan semua perasaan dan pemikiran seseorang mengenai

dirinya sendiri. Hal itu meliputi kemampuan, karakter diri, sikap, tujuan hidup,

kebutuhan dan penampilan diri. Gambaran pribadi remaja terhadap dirinya sendiri

meliput i penilaian diri dan penilaian sosial.

5. Mengkondisikan lingkungan keluarga yang harmonis dan kondusif

Salah satu upaya dalam mempersiapkan masa pubertas adalah menciptakan

hubungan harmonis dalam keluarga. Hal ini mempermudah interaksi antar

anggota keluarga. Dari berbagai studi dan pendapat para ahli memperlihatkan

bahwa sikap keterbukaan, perhatian, cinta, dan rasa persahabatan yang di berikan
25

oleh orang tua kepada remaja mampu membina pendidikan reproduksi dalam

keluarga.

6. Pengawasan peer group.

Pada masa ini telah terbentuk peer group sesuai dengan tahap

perkembangannya, dan anak-anak remaja umumnya percaya pada ucapan teman-

temannya tersebut. Orang tua sama-sama dapat menunjukkan otoritas bila

persoalan mengenai hal-hal yang prinsip yang tentu saja tetap dengan

menggunakan tehnik yang tepat, tanpa prinsip duel sehingga ada pihak yang

menang dan kalah.

7. Memfasilitasi tersedianya media massa yang terpercaya.

Salah satu ciri media pengajaran adalah mengandung atau membawa pesan

atau informasi kepada penerima. Banyak media massa yang memberikan

informasi keliru tentang reproduksi. Begitu juga dengan mudahnya akses terhadap

penyedia layanan yang cenderung merusak prilaku seksual remaja.

8. Partisipasi dalam program kesehatan reproduksi remaja dan peer education di

sekolah.

Program ini dilakukan dengan pendekatan komunikasi berkesinambungan

antara keluarga dan sekolah. Pembinaan keluarga disekolah dilaksanakan melalui

kegiatan ekstrakurikuler dan metode pemecahan masalah pada siswa yang

bermasalah. Penelitian Fuad menyebutkan bahwa sebaiknya peer education dipilih

dari teman-teman yang suaranya didengar sehingga mempunyai nilai kepercayaan

bagi teman-teman yang lain

2.6 Kerangka Konsep


26

Kerangka konsep adalah kerangka hubungan antara konsep yang ingin

diamati atau diukur melalui penelitian yang akan dilakukan (Notoatmodjo,

2005:69)

Pengetahuan ibu Upaya


tentang kesehatan mempersiapkan
reproduksi remaja : masa pubertas
1. pengertian
reproduksi remaja
putri
Ada Upaya Tidak ada
2. Anatomi dan Upaya
fungsi organ
reproduksi wanita
3. Faktro-faktor yang
mempengaruhi
kesehatan
reproduksi remaja
putri
4. Masa pubertas
remaja putri
5. ciri-ciri pubertas
remaja putri

Baik Cukup Kurang

Gambar 2.1. Kerangka konsep hubungan pengetahuan ibu tentang


kesehatan reproduksi remaja dengan upaya mempersiapkan
masa pubertas kelas 6 SD di SDN 1 Canga’an Kecamatan
Kanor Kabupaten Bojonegoro tahun 2013
Keterangan :

: Variabel yang diteliti

: Variabel yang tidak diteliti

: Berhubungan
2.7 Hipotesis
27

Hipotesis adalah jawaban sementara dari rumusan masalah atau

pernyataan penelitian (Nursalam, 2003: 57).

Hipotesis satu (H1) adalah hipotesis yang menyatakan sesuatu kesamaan

atau tidak adanya suatu perbedaan yang bermakna antara kedua kelompok atau

lebih mengenai hal yang dipermasalahkan (Notoatmojo, 2010:109).

H1 : ada hubungan pengetahuan ibu tentang kesehatan reproduksi remaja

dengan upaya mempersiapkan masa pubertas

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian adalah H1 ada hubungan

pengetahuan ibu dengan kesehatan reproduksi remaja dengan upaya

mempersiapkan masa remaja kelas 6 SD di SDN 1 Canga’an Kecamatan Kanor

Kabupaten Bojonegoro tahun 2013.

Anda mungkin juga menyukai