Anda di halaman 1dari 3

Merdeka.

com - Baru lulus tahun kemarin dengan pangkat Bripda, muda dan semangat masih
menggebu-gebu, seperti itulah Bripda Andrianto, anggota Sabhara Polres Toraja, Sulawesi
Selatan.

Tanpa tedeng aling-aling, sekenanya saja menulis status di media sosial Facebook. Seperti
yang diposting di akun miliknya itu, Jumat lalu (15/1). Dalam statusnya itu, polisi muda ini
menuliskan status bernada mendiskreditkan institusi TNI, terkait penanganan teroris di Jalan
Thamrin Jakarta beberapa waktu lalu, dengan menyebut TNI penakut. Status ini lantas
mendapat respons dari berbagai pihak.

Kapolres Toraja, AKBP Arief Satriyo tidak tinggal diam setelah mendapatkan laporan
tersebut. Pihaknya sangat menyayangkan sikap tersebut.

Anggota Polres Tana Toraja dihukum gara-gara status di Facebook 2016


merdeka.com/istimewa

"Karena ketidaktahuan, ketidakpahaman anggota ini, meng-upload begitu saja komentar


mendiskreditkan rekan TNI. Anggota ini tidak menyadari akan efeknya ke depan. Saya
langsung perintahkan menghadap dan saya sendiri yang hukum. Dan yang bersangkutan
sudah minta maaf," kata AKBP Arief Satriyo kepada merdeka.com, Rabu (20/1).

Ditambahkan, pihaknya berharap agar ini menjadi pelajaran bagi semua pihak untuk hati-hati
berperilaku di media sosial, termasuk anggota-anggotanya karena akan menuai polemik yang
bisa merusak hubungan Polri dan TNI yang selama ini sudah terjaga.
Sebut orang manusia berkepala dua
Dunia baca dot com, Seorang guru SD di Sukadana, Buleleng, Bali, Johan, harus mendekam
1 bulan di penjara. Sempat dibebaskan oleh Pengadilan Tinggi (PT) Denpasar, Johan kembali
dihukum oleh MA gara-gara menulis komentar di FB yang bernada penghinaan.

Kasus bermula saat Maria Goreti Delorita menulis status di wall Facebook miliknya pada 6
September 2010. Lantas, lelaki bernama lengkap Herrybertus Johan Julius Calame menulis
komentar di wall Facebook itu dengan menyebut pihak ketiga yaitu Antonius Sanjaya
Kiabeni.

Dalam komentarnya, Johan menyebut Anton sebagai ‘manusia berkepala dua’. Merasa
terhina, Anton lalu melaporkan ke Polres Buleleng pada 21 September 2010. Sebagai bukti
bahwa dirinya berkelakuan baik dan tidak pernah membuat masalah, Anton meminta
pengantar dari Kelurahan Kampung Baru tempat ia tinggal.

Atas kejadian itu, Johan pun harus berurusan dengan pengadilan. Jaksa penuntut umum (JPU)
lalu menuntut Johan dihukum selama 2 bulan penjara karena melanggar pasal 45 ayat 1 UU
Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE). Pada 29
September 2011, Pengadilan Negeri (PN) Singaraja mengabulkan dan menjatuhkan hukuman
1 bulan penjara kepada Johan.
POJOKSULSEL.com – Gara-gara menggunggah status kontroversial di akun Facebook-nya,
penulis novel Tere Liye tengah menjadi perbicangan netizen.

Dalam statusnya tersebut, penulis asal Sumatera Barat (Sumbar) itu menyinggung bahwa
kemerdekaan Indonesia itu karena jasa-jasa pahlawan yang sebagian besar adalah ulama dan
tokoh agama lain.

“Apa ada orang komunis, pemikir sosialis, aktivis HAM, pendukung liberal, yang pernah
bertarung hidup mati melawan serdadu Belanda, Inggris atau Jepang? Silakan cari.” tulis Tere
Liye.

Tak pelak, status itu pun menuai kecaman dari para netizen. Intinya, netizen menyatakan
bahwa banyak juga pahlawan yang beraliran kiri atau bahkan komunis itu berjuang
membebaskan Indonesia dari penjajahan.

Misalnya, Tan Malaka, Amir Sjarifoeddin, Sutan Sjahrir, Soegondo Djojopuspito, Soe Hok
Gie, HOS Cokroaminoto dan lainnya.

Berikut status Tere Liye yang mengundang kontroversi:

Indonesia itu merdeka, karena jasa-jasa tiada tara para pahlawan yang sebagian besar diantara
mereka adalah ulama-ulama besar, juga tokoh-tokoh agama lain. Orang-orang religius,
beragama.

Apalah ada orang komunis, pemikir sosialos, aktivis HAM, pendukung liberal, yang
bertarung hidup mati melawan serdadu Belanda Inggris atau Jepang? Silakan cari.

Anak muda, bacalah sejarah dengan baik. Jangan terlalu terpesona dengan paham-paham
luar, seolah itu keren sekali; sementara sejarah dan kearifan bangsa sendiri dilupakan

Anda mungkin juga menyukai