Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
com/read/787480/15/data-sdki-2012-angka-kematian-ibu-melonjak-
1380122625
http://www.academia.edu/9825392/minikti_trenpersalinan
Kematian ibu adalah kematian seorang wanita terjadi saat hamil, bersalin, atau 42 hari setelah
persalinan dengan penyebab yang berhubungan langsung atau tidak langsung terhadap
persalinan.
World Health Organization
(WHO) memperkirakan 800 perempuan meninggal setiap harinya akibat komplikasi kehamilan
dan proses kelahiran. Sekitar 99% dari seluruh kematian ibu terjadi di negara berkembang.
Sekitar 80% kematian maternal merupakan akibat meningkatnya komplikasi selama kehamilan,
persalinan dan setelah persalinan (ICD-10, 2012; WHO, 2014).
Menurut laporan WHO tahun 2014 Angka Kematian Ibu (AKI) di dunia yaitu 289.000 jiwa.
Amerika Serikat yaitu 9300 jiwa, Afrika Utara 179.000 jiwa, dan Asia Tenggara 16.000 jiwa.
Angka kematian ibu di negara-negara Asia Tenggara yaitu Indonesia 214 per 100.000 kelahiran
hidup, Filipina 170 per 100.000 kelahiran hidup, Vietnam 160 per 100.000 kelahiran hidup,
Thailand 44 per 100.000 kelahiran hidup, Brunei 60 per 100.000 kelahiran hidup, dan Malaysia
39 per 100.000 kelahiran hidup (WHO, 2014).
Angka kematian ibu di Indonesia masih jauh lebih tinggi daripada negara asia Tenggara lainnya.
Hal ini dapat terjadi karena adanya kelompok kehamilan berrisiko. Kelompok kehamilan risiko
tinggi di Indonesia pada tahun 2007 sekitar 34%. Kategori dengan risiko tinggi tunggal mencapai
22,4%, dengan rincian umur ibu <18 tahun sebesar 4,1%, umur ibu > 34 tahun sebesar 3,8%,
jarak kelahiran < 24 bulan sebesar 5,2%, dan jumlah anak yang terlalu banyak (>3 orang) sebesar
9,4% (BkkbN, 2008).
Retensio plasenta dapat menyebabkan perdarahan, perdarahan merupakan penyebab kematian
nomor satu (40%-60%) kematian ibu melahirkan di Indonesia. Berdasarkan data kematian ibu
yang disebabkan oleh perdarahan pasca persalinan di Indonesia adalah sebesar 43%. Menurut
WHO dilaporkan bahwa 15-20% kematian ibu karena retensio plasenta dan insidennya adalah
0,8- 1 ,2% untuk setiap kelahiran (WHO, 2012). Depkes 2013
Menurunnya Angka Kematian Ibu (AKI) adalah salah satu indikator keberhasilan pembangunan
kesehatan di Indonesia. AKI di indonesia tergolong tinggi di dunia, pada tahun 2008 di antara
kawasanAssociation of South East Asian Nations (ASEAN) dan South East Asia Region
(SEARO), Indonesia berada diperingkat ke 11 dan 18 negara dikawasan tersebut, yaitu sebesar
240 per 100.000 kelahiran hidup (ASEAN, 2008).
Berdasarkan Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012 AKI di Indonesia
sebesar 359 per 100.000 kelahiran hidup berkaitan dengan kehamilan, persalinan dan
nifas, sebagian besar penyebab kematian ibu saat persalinan adalah akibat dari buruknya
infrastruktur transportasi dan kesehatan lingkungan yang diperparah dengan rendahnya
tingkat kesehatan ibu yang bersangkutan. Sekitar 20 persen dari melahirkan perlu
penanganan khusus karena mengalami perdarahan, sehingga dibutuhkan kerja keras
untuk mewujudkan tercapainya target AKI yang di tetapkan dalam Millenium
Development goals (MDGs) yaitu sebesar 102 per 100.000 kelahiran hidup untuk tahun
2015 (Depkes RI, 2012).
Berdasarkan Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012, angka kematian
ibu di Indonesia masih tinggi sebesar 359 per 100.000 kelahiran hidup. Angka ini sedikit
menurun jika dibandingkan dengan SDKI tahun 1991, yaitu sebesar 390 per 100.000 kelahiran
hidup. Angka ini sedikit menurun meskipun tidak terlalu signifikan. Target global MDGs
(Millenium Development Goals) ke-5 adalah menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) menjadi
102 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2015. Mengacu dari kondisi saat ini, potensi untuk
mencapai target MDGs ke-5 untuk menurunkan AKI diperlukan kerja keras dan sungguh-
sungguh untuk mencapainya. (SDKI 1991-2012)
Angka kematian ibu di Indonesia, khususnya di Banten berjumlah 233/100.000 yang
disebabkan oleh perdarahan 3,81%, Hipertensi dalam kehamilan 3,69 %, dan infeksi 17,9
% (Dinkes Provinsi Banten, 2015).
Berdasarkan data Dinas Kesehatan Provinsi Banten tahun 2015 AKI di Banten mencapai 264 per
100.000, dengan penyebab perdarahan 75 kasus (28,4%), hipertensi dalam kehamilan 68 kasus
(25,75%), infeksi 25 kasus (9,46%), gangguan peredaran darah 28 kasus (10,60%), gangguan
metabolic 1 kasus (0,37%) dan lain-lain 66 kasus (25%) (Dinkes Provinsi Banten, 2015)
Jumlah AKI di kota Serang tahun 2015 tercatat angka kematian ibu 6 kasus yang
disebabkan perdarahan 1 kasus, hipertensi dalam kehamilan 3 kasus, dan sebab lainnya 2
(Dinkes kota Serang, 2015).
Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Serang tahun 2015, AKI di Kabupaten
mencapai 62 per 100.000, dengan penyebab perdarahan 14 kasus (22,58%), PEB/eklamsi 16
kasus (25,80%), jantung 11 kasus (17,74%), infeksi 4 kasus (6,45%), TBC 3 kasus (4,83%),
oedema pulmo 3 kasus (4,83%), ca mamae 1 kasus (1,61%), tumor otak 1 kasus (1,61%),
perdarahan IC 1 kasus (1,61%), enhapalitis 1 kasus (1,61%), dyspneo 1 kasus (1,61%), stroke
non He 1 kasus (1,61%). KEK dan KP 1 kasus (1,61%), ileus 1 kasus (1,61%), keracunan 1
kasus (1,61%), emboli air 1 kasus (1,61%), KET 1 kasus (1,61%). Berdasarkan data yang dilihat
dari Dinkes Kabupaten Serang, AKI pada ibu hamil sebanyak 11 kasus (17,74%), pada ibu
bersalin sebanvak 19 kasus (30,64%) dan pada masa nifas sebanyak 32 kasus (51,61%). Angka
kematian bayi (AKB) di Kabupaten mencapai 174 per 100.000. dengan penyebab asfiksía 55
kasus (31,60%), berat badan lahir rendah (BBLR) 44 kasus (25,28%), kelainan kongenital 28
kasus (16,09%), infeksi 8 kasus (4,59%), jantung 7 kasus (4,02%), tetanus 7 kasus (4,02%),
masalah pernapasan 13 kasus (7,47%), kejang demam 5 kasus (2,87%), hipotermia 3 kasus
(1,72%), ileus 2 kasus (1,14%), aspirasi kopi 1 kasus (0,57%), perdarahan tali pusat 1 kasus
(0,57%). (Dinkes Kabupaten Serang)
Data yang diperoleh dan Rumah Sakit Kencana 2015, dari jumlah ibu yang
melahirkan yaitu sebanyak 759 orang perdarahan 64 orang, yang disebabkan oleh
Retensio plasenta 16 orang (RS Kencana, 2015).
Berdasarkan data dari Rumah Sakit Kencana Serang tahun 2015, Angka kematian Ibu (AKI) di
rumah sakit mencapai 2 kasus dari 664 persalinan yang disebabkan oleh atonia uteri 1 kasus
(0,15%) dan kelainan jantung 1 kasus (0,15%) Angka kematian bayi (AKB) di rurnah sakit
mencapai 11 kasus dari 664 persalinan yang disebabkan oleh Intra Uterine Fetal Death (IUFD) 7
kasus (18,8%), kelainan bawaan l kasus (9,09%), berat badan lahir rendah (BBLR) 1 kasus
(9,09%) asfiksia 1 kasus (9.09%). Angka kejadian retensio plasenta pada tahun 2015 sebanyak 8
kasus (Data Medical Record RS Kencana Serang, 2015).
Menurut WHO pada tahun 2010, sebanyak 536.000 perempuan meninggal akibat persalinan.
Sebanyak 99% kematian ibu akibat masalah persalinan atau kelahiran terjadi di negara-negara
berkembang. Rasio kematian ibu di negara-negara berkembang merupakan tertinggi dengan 450
kematian ibu per 100 ribu kelahiran bayi hidup jika dibandingkan dengan rasio kematian ibu di 9
negara maju dan 51 negara persemakmuran.
Jumlah angka kematian ibu di Indonesia masih tergolong tinggi diantara negara-negara ASEAN
lainnya. Menurut Depkes tahun 2008 jikadibandingkan AKI Singapura adalah 6 per 100.000
kelahiran hidup, AKIMalaysia mencapai 160 per 100.000 kelahiran hidup. Bahkan AKIVietnam
sama seperti Negara Malaysia, sudah mencapai 160 per 100.000 kelahiran hidup, filipina 112 per
100.000 kelahiran hidup, brunei 33 per 100.000 per kelahiran hidup, sedangkan di Indonesia 228
per 100.000 kelahiran hidup. Menurut depkes pada tahun 2010, penyebab langsung kematian
maternal di Indonesia terkait
kehamilan dan persalinan terutama yaitu perdarahan 28%. Sebab lain, yaitu eklampsi 24%,
infeksi 11%, partus lama 5%, dan abortus 5%
http://www.depkes.go.id/article/print/793/untuk-menurunkan-angka-kematian-ibu-dan-kematian-
bayi-perlu-kerja-keras.html
http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/infodatin/infodatin-ibu.pdf
Gg