Anda di halaman 1dari 22

MATA KULIAH

PENGEMBANGAN KURIKULUM DAN INOVASI PENDIDIKAN

KONSEP DASAR, PRINSIP DAN


TAHAP – TAHAP PENGEMBANGAN KURIKULUM

DOSEN PENGAMPU: Dr. Hj. MURNI BAHERAM, M.Pd

KELOMPOK I

1. EDI SUTONO NIM : 1610247776


2. ERNA KUSUMAWATI NIM : 1610248169
3. JEFFRI HUNTER NIM : 1610247767
4. DONA HARIYANTI NIM : 1610247765
5. EKA RIA YUSPINA NIM : 1610248017

PROGRAM STUDI PASCA SARJANA


ADMINISTRASI PENDIDIKAN
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS RIAU
2017
i
KATA PENGANTAR

Dengan ucapan Alhamdulillahhrobbilalamin atas berkat rahmat dan karunia Allah SWT, Tuhan
Yang Maha Esa dan shalawat untuk baginda nabi kita Muhammad SAW, sehingga penulis telah dapat
meyelesaikan tugas makalah dengan judul KONSEP DASAR, PRINSIP DAN TAHAP – TAHAP
PENGEMBANGAN KURIKULUM.
Makalah ini dibuat sebagai bahan diskusi mengenai KONSEP DASAR, PRINSIP DAN TAHAP –
TAHAP PENGEMBANGAN KURIKULUM yang mencakup dalam berbagai aspek dan tinjauan lapangan.
Para penulis sampaikan bahwapenulis menyadari dalam makalah ini ada kekurangan. Oleh
karena itu mengenai materi maupun isi makalah tentu mempunyai banyak kekurangan serta jauh
dari sempurna.
Akhirnya, kami ucapkan terimakasih sebesar – besarnya kepada mereka yang telah
memberikan bantuan dalam bentuk apapun juga , khususnya kepada tim penulis yang telah
membantu dalam menyelesaikan makalah ini, kawan – kawan yang member dorongan.
Semoga makalah ini memberikan manfaat dalam diskusi dan bagi pembacanya karena tiada
gading yang tidak retak. Dan segala kritik dan saran akan kekurangan makalah serta
ketidaksempurnaan dalam penyajian tersebut kami terima dengan senang hati.

Pekanbaru , Oktober 2017

Kelompok I

ii
DAFTAR ISI

Hal
Kata Pengantar
Daftar isi
BAB I. Pendahuluan .................................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang Masalah .......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................... 1
1.3 Tujuan...................................................................................................................... 1
BAB II. Pembahasan
2.1 Pengertian Kurikulum ............................................................................................. 2
2.2 Dimensi – Dimensi Kurikulum ................................................................................. 3
2.3 Fungsi dan Peranan Kurikulum ............................................................................... 4
2.4 Teori Kurikulum ...................................................................................................... 7
2.5 Kedudukan Kurikulum dalam Sisdiknas .................................................................. 9
2.6 Hubungan Kurikulum dengan Pembelajaran .......................................................... 11
2.7 Manajemen Kurikulum ........................................................................................... 11
2.8 Prinsip Pengembangan Kurikulum .......................................................................... 12
2.9 Tahapan Pengembangan Kurikulum ....................................................................... 15
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ............................................................................................................ 17
3.2 Saran ...................................................................................................................... 18
Daftar Pustaka

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pengembangan kurikulum merupakan suatu kegiatan yang memberikan jawaban atas sejumlah
tuntutan kebutuhan yang berkembang pada pendidikan. Pengembangan kurikulum dilakukan atas
sejumlah komponen pada pendidikan, di antaranya pada pembelajaran yang merupakan
implementasi dari kurikulum. Hasil dari proses ini adalah adanya perubahan pada guru dan siswa,
serta komponen lainnya. Pandangan tentang kurikulum dikenal dalam dimensi kurikulum yang
membedakan peran dan fungsinya. Oleh karena itu perlu dipahami mengenai seluk beluk kurikulum.

1. 2. Rumusan Masalah
1. Apa saja komponen - komponen dari kurikulum?
2. Bagaimana konsep dan teori kurikulum?
3. Bagaimana langkah - langkah pengembangan kurikulum?
4. Bagaimana kurikulum KTSP berlangsung?
5. Bagaimana langkah - langkah telaah kurikulum?

1. 3. Tujuan
1. Menjelaskan tentang komponen - komponen dari kurikulum;
2. Menjelaskan konsep dan teori kurikulum;
3. Menjelaskan langkah - langkah pengembangan kurikulum;
4. Menjelaskan tentang kurikulum KTSP berlangsung;
5. Menjelaskan langkah - langkah telaah kurikulum

1|PENGEMBANGAN KURIKULUM DAN INOVASI PENDIDIKAN


BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Kurikulum

Kurikulum adalah suatu rencana yang disusun untuk melancarkan proses berlajar mengajar
di bawah bimbingan dan tanggunga jawab sekolah atau lembaga pendidikan beserta staf
pengajarnya. Kurikulum merupakan peristiwa-peristiwa yang terjadi di bawah pengawasan sekolah,
jadi selain kegiatan kulikuler yang formal juga kegiatan yang tak formal. (Nasution, 2008:5)
Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 ayat (19) yang berbunyi: Kurikulum adalah seperangkat
rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai
pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
Lebih lanjut pada pasal 36 ayat (3) disebutkan bahwa kurikulum disusun sesuai dengan jenjang dan
jenis pendidikan dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan memperhatikan:
a. Peningkatan iman dan takwa;
b. Peningkatan akhlak mulia;
c. Peningkatan potensi, kecerdasan, dan minat peserta didik;
d. Keragaman potensi daerah dan lingkungan;
e. Tuntutan pembangunan daerah dan nasional;
f. Tuntutan dunia kerja;
g. Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni;
h. Agama;
i. Dinamika perkembangan global;
j. Persatuan nasional dan nilai-nilai kebangsaan.
Pasal ini jelas menunjukkan berbagai aspek pengembangan kepribadian peserta didik yang
menyeluruh dan pengembangan pembangunan masyarakat dan bangsa, ilmu, kehidupan agama,
ekonomi, budaya, seni, teknologi dan tantangan kehidupan global. Artinya, kurikulum haruslah
memperhatikan permasalahan ini dengan serius dan menjawab permasalahan ini dengan
menyesuaikan diri pada kualitas manusia yang diharapkan dihasilkan pada setiap jenjang pendidikan.

2|PENGEMBANGAN KURIKULUM DAN INOVASI PENDIDIKAN


Perbedaan antar Kurikulum Tradisional dengan Kurikulum Modern adalah sebagai berikut

ASPEK –ASPEK KURIKUULUM TRADISIONAL KURIKULUM MODEREN

Orientasi Masa Lampau Masa Lampau, Masa sekarang


dan Masa yang akan datang
Dasar Falsafah Tidak Berdasarkan filsafat Berdasarkan filsafat
pendidikan yang jelas Pendidikanyang jelas dan dapat
diwujudkan dalam kegiatan
yang konkret
Tujuan Pendidikan Mengutamakan pengetahuan Mengembangkan keseluruhan
pribadi peserta didik
Organisasi Kurikulum Berpusat pada mata pelajaran Berpusat pada masalah atau
topik

2.2 Dimensi – Dimensi Kurikulum

Secara istilah kurikulum (curriculum) berasal dari kata curir (pelari) dan curere (tempat
berpacu), dan pada awalnya digunakan dalam dunia olahraga. Pada saat itu kurikulum diartikan
sebagai jarak yang harus ditempuh oleh seorang pelari mulai dari start sampai finish untuk
memperoleh medali/penghargaan. Kemudian, pengertian tersebut diterapkan dalam dunia
pendidikan menjadi sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh oleh seorang siswa dari awal
sampai akhir program pelajaran untuk memperoleh penghargaan dalam bentuk ijazah.

Secara umum kurikulum dapat di artikan sebagai berikut :

Kurikulum adalah sejumlah rencana isi yang merupakan sejumlah tahapan belajar yang
didesainuntuk siswa dengan petunjuk institusi pendidikan yang isinya berupa proses yang statis
ataupun dinamis dan kompetensi yang harus dimiliki.

Said Hamid HAsan (1988) mengemukakan bahwa pada saat sekarang istilah kurikulum
memiliki empat dimensi pengertian, dimana satu dimensi dengan dimensi lainnya saling
berhubungan. Keempat dimensi kurikulum tersebut yaitu : (1) Kurikulum sebagai suatu ide/gagasan,
(2) Kurikulum sebagai suatu rencana tertulis yang sebenarnya merupakan perwujudan dari kurikulum
sebagai suatu ide, (3) Kurikulum sebagai suatu kegiatan yang sering pula disebut dengan istilah
kurikulum sebagai suatu realita atau implementasi kurikulum. Secara teoritis, dimensi kurikulum ini

3|PENGEMBANGAN KURIKULUM DAN INOVASI PENDIDIKAN


adalah pelaksanaan dari kurikulum sebagai suatu rencana tertulis. (4) Kurikulum sebagai suatu hasil
yang merupakan konsekuensi dari kurikulum sebagai suatu keguatan.

Merujuk pada dimensi pengertian yang terakhir, maka dapat diuraikan sebagai beriku :.

1. Pengertian Kurikulum dihubungkan dengan dimensi ide

Pengertian kurikulum sebagai dimensi yang berkaitan dengan ide pada dasarnya
mengandung makna bahwa kurikulum itu adalah sekumpulan ide yang akan dijadikan
pedoman dalam pengembangan kurikulum selanjutnya.

2. Pengertian kurikulum dikaitkan dengan dimensi rencana

Makna dari dimensi kurikulum iniadalah sebagai seperangkat rencana da cara


mengadministrasikan tujuan, isi, dan bahan pelajaran, serta cara yang digunakan untuk
pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran guna mencapai tujuan pendidikan
tertentu.

3. Pengertian kurikulum dikaitkan dengan dimensi aktifitas

Pengertian kurikulum sebagai dimensi aktifitas memandang kurikulum merupakan segala


aktifitas dari guru dan siswa dalam proses pembelajaran di sekolah.

4. Pengertian kurikulum dikaitkan dengan dimensi hasil

Definisi kurikulum sebagai dimensi hasil memandang kurikulum itu sangat memperhatikan
hasil yang akan dicapai oleh siswa agar sesuai dengan apa yang telah direncanakan dan
menjadi tujuan dari kurikulum tersebut.

2.3 Fungsi dan Peranan Kurikulum

A. Fungsi Kurikulum
Pada dasarnya kurikulum itu berfungsi sebagai pedoman atau acuan. Bagi guru, kurikulum
itu berfungsi sebagai pe-doman dalam melaksanakan proses pembelajaran. Bagi kepala sekolah dan
pengawas, kurikulum itu berfungsi sebagai pedoman dalam melaksanakan supervisi atau
pengawasan. Bagi orang tua, kurikulum itu berfungsi sebagai pedoman dalam membimbing anaknya
belajar di rumah. Bagi masyarakat, kurikulum itu berfungsi sebagai pedoman untuk memberikan
bantuan bagi terselenggaranya proses pendidikan di sekolah.

4|PENGEMBANGAN KURIKULUM DAN INOVASI PENDIDIKAN


Bagi siswa sebagai subjek didik, terdapat enam fungsi kurikulum sebagai berikut: (a) fungsi
penyesuaian, (b) fungsi integrasi, (c) fungsi diferensia-si, (d) fungsi persiapan, (e) fungsi pemilihan,
dan (f) fungsi diagnostik.

a. Fungsi Penyesuaian.
Fungsi Penyesuaian mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat pendidikan harus mampu
mengarahkan siswa agar memiliki sifat well adjusted yaitu mampu menyesuaikan dirinya dengan
lingkungan, baik lingkungan fi-sik maupun lingkungan sosial. Lingkungan itu sendiri senantiasa
mengalami perubahan dan bersifat dinamis. Karena itu, siswa pun harus memiliki kemam-puan
untuk menyesuaikan diri dengan perubahan yang terjadi di lingkungan-nya.

b. Fungsi Integrasi.
Fungsi Integrasi mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat pen-didikan harus mampu
menghasilkan pribadi-pribadi yang utuh. Siswa pada dasarnya merupakan anggota dan bagian
integral dari masyarakat. Oleh kare-na itu, siswa harus memiliki kepribadian yang dibutuhkan untuk
dapat hidup dan berintegrasi dengan masyarakatnya.

c. Fungsi Diferensiasi.
Fungsi Diferensiasi mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat pendidikan harus mampu
memberikan pelayanan terhadap perbedaan indivi-du siswa. Setiap siswa memiliki perbedaan, baik
dari aspek fisik maupun psi-kis, yang harus dihargai dan dilayani dengan baik.

d. Fungsi Persiapan.
Fungsi Persiapan mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat pen-didikan harus mampu
mempersiapkan siswa untuk melanjutkan studi ke jen-jang pendidikan berikutnya. Selain itu,
kurikulum juga diharapkan dapat mem-persiapkan siswa untuk dapat hidup dalam masyarakat
seandainya karena se-suatu hal, tidak dapat melanjutkan pendidikannya.

e. Fungsi Pemilihan.
Fungsi Pemilihan mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat pen-didikan harus mampu
memberikan kesempatan kepada siswa untuk memilih program-program belajar yang sesuai dengan
kemampuan dan minatnya. Fung-si pemilihan ini sangat erat hubungannya dengan fungsi
diferensiasi, karena pengakuan atas adanya perbedaan individual siswa berarti pula diberinya ke-
sempatan bagi siswa tersebut untuk memilih apa yang sesuai dengan minat dan kemampuannya.

5|PENGEMBANGAN KURIKULUM DAN INOVASI PENDIDIKAN


Untuk mewujudkan kedua fungsi tersebut, kurikulum perlu disusun secara lebih luas dan bersifat
fleksibel.

f. Fungsi Diagnostik
Fungsi Diagnosti mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat pen-didikan harus mampu
membantu dan mengarahkan siswa untuk dapat mema-hami dan menerima kekuatan (potensi) dan
kelemahan yang dimilikinya. Jika siswa sudah mampu memahami kekuatan-kekuatan dan
kelemahan-kelemah-an yang ada pada dirinya, maka diharapkan siswa dapat mengembangkan sen-
diri potensi kekuatan yang dimilikinya atau memperbaiki kelemahan-kele-mahannya.

B. Peranan Kurikulum
Kurikulum dalam pendidikan formal di sekolah/madrasah memiliki peranan yang sangat
strategis dan menentukan pencapaian tujuan pendidikan. Terdapat tiga peranan Kurikulum yang
dinilai sangat penting, yaitu: (a) peranan konser-vatif, (b) peranan kreatif, dan (c) peranan
kritis/evaluatif (Oemar Hamalik, 1990).

a. Peranan Konservatif.
Peranan ini menekankan bahwa kurikulum sebagai sarana untuk mentrans-misikan nilai-nilai warisan
budaya masa lalu yang dianggap masih relevan dengan masa kini kepada generasi muda, dalam hal
ini para siswa. Dengan demikian, peranan konservatif ini pada hakikatnya menempatkan kurikulum,
yang berorientasi ke masa lampau. Peranan ini sifatnya menjadi sangat men-dasar, disesuaikan
dengan kenyataan bahwa pendidikan pada hakikatnya me-rupakan proses sosial. Salah satu tugas
pendidikan yaitu mempengaruhi dan membina perilaku siswa sesuai dengan nilai-nilai sosial yang
hidup di ling-kungan masyarakatnya.

b. Peranan Kreatif.
Peranan ini menekankan bahwa kurikulum harus mampu mengembang-kan sesuatu yang baru sesuai
dengan perkembangan yang terjadi dan kebu-tuhan-kebutuhan masyarakat pada masa sekarang dan
masa mendatang. Kuri-kulum harus mengandung hal-hal yang dapat membantu setiap siswa
mengem-bangkan semua potensi yang ada pada dirinya untuk memperoleh pengetahu-an-
pengetahuan baru, kemampuan-kemampuan baru, serta cara berpikir baru yang dibutuhkan dalam
kehidupannya.

6|PENGEMBANGAN KURIKULUM DAN INOVASI PENDIDIKAN


c. Peranan Kritis dan Evaluatif.
Peranan ini dilatarbelakangi oleh adanya kenyataan bahwa nilai-nilai dan budaya yang hidup dalam
masyarakat senantiasa mengalami perubahan, se-hingga pewarisan nilai-nilai dan budaya masa lalu
kepada siswa perlu disesu-aikan dengan kondisi yang terjadi pada masa sekarang. Selain itu,
perkembang-an yang terjadi pada masa sekarang dan masa mendatang belum tentu sesuai dengan
apa yang dibutuhkan. Karena itu, peranan kurikulum tidak hanya me-wariskan nilai dan budaya yang
ada atau menerapkan hasil perkembangan ba-ru yang terjadi, melainkan juga memiliki peranan
untuk menilai dan memilih nilai dan budaya serta pengetahuan baru yang akan diwariskan tersebut.
Da-lam hal ini, kurikulum harus turut aktif berpartisipasi dalam kontrol atau filter sosial. Nilai-nilai
sosial yang tidak sesuai lagi dengan keadaan dan tuntutan masa kini dihilangkan dan diadakan
modifikasi atau penyempurnaan-penyem-
purnaan.

Ketiga peranan kurikulum di atas tentu saja harus berjalan secara seim-bang dan harmonis agar
dapat memenuhi tuntutan keadaan. Jika tidak, akan terjadi ketimpangan-ketimpangan yang
menyebabkan peranan kurikulum per-sekolahan menjadi tidak optimal. Menyelaraskan ketiga
peranan kurikulum tersebut menjadi tanggung jawab semua pihak yang terkait dalam proses pen-
didikan, di antaranya guru, kepala sekolah, pengawas, orang tua, siswa, dan masyarakat. Dengan
demikian, pihak-pihak yang terkait tersebut idealnya da-pat memahami betul apa yang menjadi
tujuan dan isi dari kurikulum yang di-terapkan sesuai dengan bidang tugas masing-masing.

2.4 Teori Kurikulum

Konseep-konsep teori kurikulum yaitu sebagai suatu perangkatt pernyataan yang


memberikan makna terhadap kurikulum sekolah, makna tersebut terjadi karena adanya penegasan
hubungan antara unsure-unsur kurikulum, karena adanya petunjuk perkembangan, penggunaan dan
evaluasi kurikulum.Bahan penyajian dari teori kurikulum adalah hal-hal yang berkaitan dengan
penetuan keputusan, penggunaan,perencanaan,pengembangan,evaluasi kurikulum, dan lain-lain.

a. Konsep Kurikulum
Ada tiga konsep tentang kurikulum,kurikulum sebagai substansi, Sebagai system,dan sebagai bidang
studi. Konsep pertama,kurikulum sebagai substansi,suatu kurikulum dipandang orang sebagai suatu
rencana kegiatan belajar bagi murid-murid di sekolah, atau sebagai suatu perangkat tujuan yang
ingin dicapai. Suatu kurikulum juga dapat menunjuk kepada dokumen yang berisi rumusan tentang
tujuan, bahan ajar, kegiatan belajar-mengajar, jadwal, dan evaluasi. Konsep kedua,adalah kurikulum

7|PENGEMBANGAN KURIKULUM DAN INOVASI PENDIDIKAN


sebagai suatu system, yaitu suatu system kurikulum. System kurikulum merupakan bagian dari
system persekolahan, system pendidikan, bahkan system masyarakat. Suatu system kurikulum
mencakup system personalia, dan prosedur kerja bagaimana cara menyusun suatu
kurikulum,melaksanakan, mengevaluasi, dan menyempurnakannya. Konsep ketiga,kurikulumm
sebagain sebagai bidang studi yaitu bidang studi kurikulum. Ini merupakan bidang kajian para ahli
kurikulum dan ahli pendidikan dan pengajaran. Tujuan kurikulum sebagai bidang studi adalah
mengembangkan ilmu tentang kurikulum dan system kurikulum. Mereka yang mendalami bidang
kurikulum mempelajari konsep-konsep dasar tentang kurikulum.

b. Perkembangan teori kurikulum


Perkembangan kurikulum telah dimulai pada tahun 1890 dengan tulisan Charless dan McMurry,
tetapi secara definitive berawal dari hasil karya Frankin Babbit tahun 1918. Bobbit sering dipandang
sebagai ahli kurikulum Yng pertama, ia perintis pengembangan praktek kurikulum. Menurut Bobbit
teori kurikulum itu sederhana,yaitu kehidupan manusia. Kehidupan manusia meskipun berbeda-beda
pada dasarnya sama terbentuk oleh sejumlah kecakapan pekerjaan. Pendidikan berupa
mempersiapkan kecakapan-kecakapan tersebut dengan teliti dan sempurna. Mulai tahun 1920,
karena pengaruh pendidikan progresif, berkembang gerakan pendidikan yang berpusat pada
anak(child centered). Teori kurikulum berubah dari yang menekankan pada organisasi isi yang
diarahkan pada kehidupan sebagai orang dewasa (Bobbit dan Charles) kepaada kehidupan psikologis
anak pada saat inii. Anak menjadi pusat perhatian pendidikan. Perkembangan teori kurikulum
selanjutnya di bawakan oleh Hollis Dasweel. Dalam peranannya sebagai ketua divisi pengembang
kurikulum di beberapa negara di bagian Amerika Serikat. Ia mengembangkan kurikulum yang
berpusat pada masyarakat atau pekerjaan. Maka Caswell mengembangkan kurikulumyang bersifat
interaktif. Dalam pengembangan kurikulumnya, Caswell menekankan pada partisipasi guru-guru
berpartisipasi dalam menentukan kurikulum, menentukan stuktur organisasi dari penysusun
kurikulum, dalam merumuskan pengertian kurikulum,merumuskan tujuan, memilih isi, menetukan
kegiatan belajar, desain kurikulum,menilai hasil. Pada tahun 1947 di Univertas Chicago berlangsung
diskusi besar pertama tentang kurikulum. Sebagai hasil diskusi tersebut dirumuskan tiga tugas utama
teori kurikulum:(1) mengidentifikasi masalah-masalah penting yang muncul dalam pengembangan
kurikulum dan konsep-konsep yang mendasarinya,(2) menentukan hubungan antara masalah-
masalah tersebut dengan struktur yang mendukungnnya,(3) mencari atau meramalkan pendekatan-
pendekatan pada masa yang akan datang untuk memecahkan masalah tersebut. Ralph W.Tylor
(1949) mengemukakan empat pertanyaan pokok yang menjadi inti kajian kurikulum:

8|PENGEMBANGAN KURIKULUM DAN INOVASI PENDIDIKAN


1. Tujuan pendidikan yang manakah yang ingin dicapai oleh sekolah?
2. pengalaman pendidikan yang bagaimanakah yang harus disediakan untuk mencapai tujuan
tersebut?
3. bagaimana mengorganisasikan pengalaman pendidikan tersebut secara efektif?
4. bagaimana kita menentukan bahwa tujuan tersebut telah tercapai?

2.5 Kedudukan Kurikulum dalam Sisdiknas

Pendidikan merupakan salah satu aspek fundamental kehidupan manusia. Sebagai suatu
aspek fundamental maka mendapatkan pendidikan yang layak adalah salah satu bentuk perwujudan
hak asasi manusia. Karena fundamentalnya makna pendidikan bagi manusia maka pendidikan perlu
dikelola, dikembangakan, dan diselenggarakan secara nasional .
Visi dasar pendidikan nasional Indonesia tertuang dalam Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003
pasal 3 yang menyatakan bahwa “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia
yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”. Visi dasar ini
memperlihatkan bahwa pendidikan nasional berorientasi pada pengembangan potensi manusia
Indonesia secara komprehensif dan utuh.

Untuk mencapai visi dasar pendidikan nasional itu maka perlu dibentuk suatu sistem
pendidikan nasional. Pasal 1 UU Sisdiknas No 20 tahun 2003 menyatakan bahwa sistem pendidikan
nasional adalah keseluruhan komponen pendidikan yang saling terkait secara terpadu untuk
mencapai tujuan pendidikan nasional. Sistem pendidikan ini akan memberikan gambaran dan
pedoman bagi penyelenggaraan pendidikan nasional.

Pendidikan sebagai sistem itu terdiri dari beberapa komponen yang saling terkait satu sama
lain yaitu komponen input, proses, output, dan outcomes. Sebagai suatu bagian dari sistem
pendidikan, masing-masing komponen itu tidak terpisahkan satu sama lain dan berperan penting
dalam keberhasilan suatu proses pendidikan.

9|PENGEMBANGAN KURIKULUM DAN INOVASI PENDIDIKAN


a. Komponeninput
Input adalah masukan yang akan diproses dalam sebuah sistem sehingga menghasilkan output dan
outcome. Input pada sistem pendidikan dibedakan dalam tiga jenis, yaitu input mentah (raw input),
input alat (instrumental input), dan input lingkungan (environmental input). Raw input dalam sistem
pendidikan adalah siswa. Instrumental input meliputi guru, tenaga administratif, sarana dan
prasarana, metode atau kurikulum, keuangan. Environmental input meliputi lingkungan alam dan
social, budaya,ekonomi,politik,religi,dsb.

b. Komponen proses
Proses pendidikan merupakan interaksi fungsional antara komponen input pendidikan. Interaksi itu
bersifat transformative yang hakikatnya mengubah raw input (peserta didik) agar menjadi out put
(manusia terdidik sesuai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan). Di dalam proses pendidikan,
pendidik memobilisasi segenap komponen pendidikan kepada pencapaian tujuan pendidikan.
Kualitas proses pendidikan mencakup dua hal sekaligus yaitu, kualitas komponen dan kualitas
pengelolaannya. Kedua segi tersebut satu sama lain saling bergantung.

Adapun komponen-komponen yang saling berkesinambungan pada proses


pendidikanadalahsebagaiberikut:

(1) Pendidik dan Non Pendidik Pendidik ialah orang yang memikul tanggung jawab untuk
membimbing. Pendidik berbeda dengan pengajar sebab pengajar berkewajiban untuk
menyampaikan materi pelajaran kepada murid, sedangkan pendidik tidak hanya bertanggung jawab
menyampaikan materi pengajaran, tetapi juga membentuk kepribadian anak didik.

(2) Kurikulum yaitu suatu pedoman yang berisi rencana, tujuan, konten, metode, dan
evaluasisuatuprogrampembelajaran.

(3) Prasarana dan Sarana Prasarana pendidikan adalah segala macam alat yang tidak secara
langsung digunakan dalam proses pendidikan sedangkan sarana pendidikan adalah segala macam
alat yang digunakan secara langsung dalam proses pendidikan. Prasarana pendidikan dapat juga
diartikan segala macam peralatan, kelengkapan, dan benda-benda yang digunakan guru dan murid
untuk memudahkan penyelenggaraan pendidikan dan sarana pendidikan dapat juga diartikan segala
macam peralatan yang digunakan guru untuk memudahkan penyampaianmateripelajaran.

10 | P E N G E M B A N G A N KURIKULUM DAN INOVASI PENDIDIKAN


2.6 Hubungan Kurikulum dengan Pembelajaran

Dalam suatu pembelajaran tentunya kurikulum menjadi suatu hal yang sangat penting dalam
proses pembelajaran. Seharusnya di dalam penyusunan kurikulum harus memperhatikan beberapa
hal yang sangat penting beberapa diantaranya perkembangan peserta didik, kemajuan IPTEK,
kebutuhan dalam masyarakat, sarana dan prasarana sekolah, dan sebagainya, yang mana hal
tersebut akan sangat memberikan pengaruh terhadap jalannya proses pembelajaran yang nantiya
juga akan juga berpengaruh kepada hasil yang di peroleh siswa.
Kurikulum merupakan komponen yang sangat penting bagi berlangsungnya pendidikan.
Kurikulum memuat komponen-komponen seperti tujuan, isi, struktur program, organisasi dan proses
belajar mengajar.
Salah satu fungsi kurikulum ialah sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan yang pada
dasarnya kurikulum memiliki komponen pokok dan komponen penunjang yang saling berkaitan dan
berinteraksi satu sama lainnya dalam rangka mencapai tujuan tersebut. Komponen merupakan satu
sistem dari berbagai komponen yang saling berkaitan dan tidak bisa dipisahkan satu sama lainnya,
sebab kalau satu komponen saja tidak ada atau tidak berjalan sebagaimana mestinya.

2.7 Manajemen Kurikulum


Dari keragaman definisi tentang manajemen. Semula, manajemen yang berasal dari bahasa
Inggris: management dengan kata kerja to manage, diartikan secara umum sebagai mengurusi atau
kemampuan menjalankan dan mengontrol suatu urusan atau “act of running and controlling a
business”(Oxford, 2005).
Sementara, Malayu S.P. Hasibuan (1995) dalam bukunya “Manajemen Sumber Daya
Manusia” mengemukakan bahwa manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan
sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan
tertentu.
Dengan demikian, manajemen merupakan kebutuhan yang niscaya untuk memudahkan
pencapaian tujuan manusia dalam organisasi, serta mengelola berbagai sumberdaya organisasi,
seperti sarana dan prasarana, waktu, SDM, metode dan lainnya secara efektif, inovatif, kreatif,
solutif, dan efisien.
Manajeman kurikulum adalah sebagai suatu sistem pengelolaan kurikulum yang komperatif,
komprehensif, sistemik dan sistematik dalam rangka mewujudkan ketercapaian tujuan kurikulum.
Dalam pelaksanaannya, manajemen kurikulum harus di kembangkan sesuai dengan konteks
Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) dan Kurikulum Tingkat Satuan pendidikan (KTSP). oleh karna itu,

11 | P E N G E M B A N G A N KURIKULUM DAN INOVASI PENDIDIKAN


otonomi yang di berikan pada lembaga pendidika atau sekolah dalam mengelola kurikulum secara
mandiri dengan memproritaskan kebutuhan dan ketercapaian saran dan visi dan misi lembaga
pendidikan atau sekolah tidak mengabaikan kebijakan nasional yang telah ditetapkan.
Manajemen kurikulum merupakan subtansi manajemen yang utama di sekolah. Prinsip dasar
manajemen kurikulum ini adalah berusaha agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik,
dengan tolok ukur pencapaian tujuan oleh siswa dan mendorong guru untuk menyusun dan terus
menerus menyempurnakan strategi pembelajarannya

2.8 Prinsip Pengembangan Kurikulum

A. Prinsip Umum
a. Prinsip Relevansi
Prinsip ini merupakan prinsip dasar yang paling dasar dalam sebuah kurikulum. Prinsip ini juga bisa
dikatakan sebagai rohnya sebuah kurikulum. Artinya apabila prinsip ini tidak terpenuhi dalam sebuah
kurikulum, maka kurikulum tersebut tidak ada lagi artinya; kurikulum menjadi tidak bermakna.
Prinsip relevansi mengandung arti bahwa sebuah kurikulum harus relevan dengan perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) sehingga para siswa mempelajari iptek yang benar – benar
terbaru yang memungkinkan mereka memiliki wawasan dan pemikiran yang sejalan dengan
perkembangan jaman. Relevan dengan kebutuhan dan karakteristik siswa, artinya suatu kurikulum
harus sesuai dengan potensi intelektual, mental, emosional dan fisik para siswa. Apabila prinsip tidak
terlaksana dalam kurikulum yang nyata maka potensi yang dimiliki anak tersebut tidak berkembang
sebagai potensi yang diperlukan dalam melaksanakan tugas dan kehidupannya. Relevan dengan
kebutuhan karakteristik masyarakat artinya kurikulum harus membekali para siswa dengan sejumlah
keterampilan pengetahuan dan sikap yang sesuai dengan kondisi masyarakatnya. Apabila tidak
terlaksana maka siswa tidak dapat beradaptasi dan berpartisipasi dalam kehidupan masyarakat.

b. Prinsip fleksibilitas
Prinsip fleksibilitas terkait dengan keluwesan dalam tahap implementasi kurikulum. Penerapan
prinsip fleksibilitas dalam kurikulum adalah bahwa suatu kurikulum harus dirancang secara fleksibel
atau luwes sehingga pada saat diimplementasikan memungkinkan untuk dilakukan perubahan untuk
disesuaikan dengan kondisi yang ada yang tidak terprediksi saat kurikulum itu dirangcang. Contoh
yang paling sederhana adalah pada saat sebuah kurikulum dirancang, pembelajaran akan
dilaksanakan dengan menggunakan media LCD projector atau OHP/OHT namun pada saat hari H
terjadi pemadaman listrik di lokasi. Bagi kurikulum yang memenuhi prinsip fleksibilitas kondisi ini
tidak menghambat keberlangsungan pembelajaran. Dengan sedikit melakukan perubahan pada
12 | P E N G E M B A N G A N KURIKULUM DAN INOVASI PENDIDIKAN
aspek media yang digunakan pembelajaran tetap berlangsung namun tetap mengarah pada
pencapaian tujuan yang diharapkan. Jika prinsip fleksibilitas ini tidak digunakan dimungkunkan
tujuan pembelajaran yang direncanakan tidak terlaksana.

c. Prinsip Kontinuitas
Perkembangan dan proses belajar anak berlangsung secara berkesinambungan, tidak terputus –
putus. Artinya bagian – ­bagian, aspek – aspek, materi, dan bahan kajian disusun secara berurutan,
tidak terlepas – lepas, melainkan satu sama lain me­miliki hubungan fungsional yang bermakna,
sesuai dengan jenjang pendidikan, struktur dalam satuan pendidikan, dan tingkat perkem­bangan
siswa. Oleh karena itu, pengalaman – pengalaman yang disediakan kurikulum juga hendaknya
berkesinambungan antara satu tingkat kelas dengan kelas lainnya, antara satu jenjang pendidikan
dengan jenjang pendidikan yang lain juga antara jenjang pendidikan dengan pekerjaan. Dengan
prinsip ini, tampak jelas alur dan keterkaitan di dalam kurikulum tersebut sehingga mempermudah
guru dan siswa dalam melaksanakan proses pembelajaran.

d. Prinsip Efisiensi
Kurikulum mudah dilaksanakan menggunakan alat – alat sederhana dan memerlukan biaya yang
murah. Kurikulum yang terlalu menuntut keahlian – keahlian dan peralatan yang sangat khusus serta
biaya yang mahal merupakan kurikulum yang tidak praktis dan sukat dilaksanakan. Dana yang
terbatas harus digunakan sedemikian rupa dalam rangka men­dukung pelaksanaan pembelajaran.
Waktu yang tersedia bagi siswa belajar di sekolah juga terbatas harus dimanfaatkan secara tepat
sesuai dengan mata ajaran dan bahan pembelajaran yang diperlukan. Tenaga di sekolah juga sangat
ter­batas, baik dalam jumlah maupun dalam mutunya, hendaknya didayagunakan secara efisien
untuk melaksanakan proses pem­belajaran.

e. Prinsip Efektifitas
Walaupun prinsip kurikulum itu mudah, sederhana, dan murah, keberhasilannya harus diperhatikan
secara kuantitas dan kualitas karena pengembangan kurikulum tidak dapat dilepaskan dan
merupakan penjabaran dari perencanaan pendidikan. Misal, keterbatasan fasilitas ruangan,
peralatan dan sumber keterbacaan, harus digunakan secara tepat guna oleh siswa dalam rangka
pembelajaran, yang kesemuanya demi untuk meningkatkan efektivitas atau keberhasilan siswa.

13 | P E N G E M B A N G A N KURIKULUM DAN INOVASI PENDIDIKAN


B. Prinsip Khusus
a. Prinsip berkenaan dengan tujuan pendidikan
Tujuan menjadi pusat kegiatan dan arah semua kegiatan pendidikan. Perumusan komponen-
komponen kurikulum hendaknya mengacu pada tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan mencakup
tujuan yang bersifat umum atau berjangka panjang, jangka menengah, dan jangka pendek (tujuan
khusus). Perumusan tujuan pendidikan bersumber pada:
1. Ketentuan dan kebijaksanaan pemerintah, yang dapat ditemukan dalam dokumen –
dokumen lembaga negara mengenai tujuan, dan strategi pembangunan termasuk di
dalamnya pendidikan
2. Survei mengenai persepsi orang tua/masyarakat tentang kebutuhan yang dikirimkan melalui
angket atau wawancara dengan mereka
3. Survei tentang pandangan para ahli dalam bidang-bidang tertentu, dihimpunmelalui angket,
wawancara, observasi, dan dari berbagai media massa
4. Survei tentang manpower.
5. Pengalaman negara-negara lain dalam masalah yang sama.
6. Penelitian.

b. Prinsip berkenaan dengan pemilihan isi pendidikan


Memilih isi pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan pendidikan yang telah ditentukan para
perencana kurikulum perlu mempertimbangkan beberapa hal:
1. Perlu penjabaran tujuan pendidikan/pengajaran ke dalam bentuk perbuatan hasil belajar
yang khusus dan sederhana. Makin umum suatu perbuatan hasil belajar dirumuskan semakin
sulit menciptakan pengalaman belajar.
2. Isi bahan pelajaran harus meliputi segi pengetahuan, sikap, dan keterampilan.
3. Unit – unit kurikulum harus disusun dalam urutan yang logis dan sistematis. Ketiga ranah
belajar, yaitu pengetahuan, sikap, dan keterampilan diberikan secara simultan dalam urutan
situasi belajar. Untuk hal tersebut diperlukan buku pedoman guru yang memberikan
penjelasan tentang organisasi bahan dan alat pengajaran secara lebih mendetail.

c. Prinsip berkenaan dengan pemilihan proses belajar mengajar


Pemilihan proses belajar mengajar yang digunakan hendaknya memperhatikan hal-hal sebagai
berikut:
1. Apakah metode/teknik belajar – mengajar yang digunakan cocok untuk mengajarkan bahan
pelajaran?

14 | P E N G E M B A N G A N KURIKULUM DAN INOVASI PENDIDIKAN


2. Apakah metode/teknik tersebut memberikan kegiatan yang bervariasisehingga dapat
melayani perbedaan individual siswa?
3. Apakah metode/teknik tersebut memberikan urutan kegiatan yang bertingkat-tingkat?
4. Apakah metode/ teknik tersebut dapat menciptakan kegiatan untuk mencapai tujuan
kognitif, afektif dan psikomotor?
5. Apakah metode/teknik tersebut lebih mengaktifkan siswa, ataumengaktifkan guru atau
kedua-duanya?
6. Apakah metode/teknik tersebut mendorong berkembangnya kemampuan baru?
7. Apakah metode/teknik tersebut menimbulkan jalinan kegiatan belajar disekolah dan di
rumah, juga mendorong penggunaan sumber yang ada dirumah dan di masyarakat?
8. Untuk belajar keterampilan sangat dibutuhkan kegiatan belajar yangmenekankan “learning
by doing” di samping “learning by seeing and knowing”.

2.9 Tahapan Pengembangan Kurikulum

Hafni Ladjid dalam bukunya Pengembangan Kurikulum mengemukakan bahwa kegiatan


pengembangan kurikulum tingkat lembaga dibagi menjadi 3 tahapan yaitu: (1) perumusan tujuan
isntitusional, (2) tahapan pengembangan setiap bidang studi, (3) pengembangan program
pengajaran dikelas. [3]

A. Perumusan tujuan isntitusional

Dalam tujuan pengetahuan, keterampilan dan sikap yang sesuai dengan suatu lembaga pendidikan
tertentu, misalnya SMP, SMU dan lain-lainnya, adalah hal-hal yattg harus diperhatikan bagi para
fungsi lembaga pendidikan itu? Artinya, apakah sekolah tersebut berfungsi mempersiapkan para
lulusannya untuk melanjutkan ke .ienjang sekolah yang lebih tinggi ataukah untuk mempersiapkan
para lulusannya terjun ke masyarakat dunia kerja, atau mungkin kedua-duanya dan dalam bidang
apa saja.

Berdasarkan pada jawaban pertanyaan fungsi sekolah tersebut, baru dapat dirumuskan tujuan
institusional yang terarah dan terpadu. Sekarang tentunya timbul pertanyaan sumber-sumber
manakah yang dapat dimanfaatkan untuk merumuskan tujuan institusioanl itu? Dan bagaiamana ciri-
ciri tujuan itu disebut tujuan institusional?

Sunmber-sumber yang dapat dimanfaatkan dalam merumuskan tujuan institusional sekurang-


kurangnya ada tiga sumber yang penting, yaitu tujuan pendidikan nasional yang tercantum dalam
Undang-undang sistem pendidikan Nasional, pandangan atau harapan masyarakat dan dunia
pekerjaan, harapan lembaga pendidikan yang lebih tinggi.

15 | P E N G E M B A N G A N KURIKULUM DAN INOVASI PENDIDIKAN


B. Tahapan pengembangan setiap bidang studi

Langkah-langkah yang harus ditempuh dalam mengembangkan setiap program studi ini meliputi: (1)
merumuskan tujuan kurikuler, (2) merumuskan tujuan pengajaran, (3) menetaokan pokok
bahasan/sub pokok bahasan, (4) menyusun garis-garis besar program pengajaran, (5) menyusun
pedoman khusus.

C. Pengembangan program pengajaran dikelas

Pengembangan program pengajaran dikelas khususnya di indonesia bertolak dengan suatu dasar
konsep sistem. Secara sederhana sistem itu mempunyai komponen-komponen sebagai berikut: (1)
tujuan, (2) bahan/isi, (3) metode, (4) alat, (5) evaluasi dan (6) proses.

Sedangkan menurut asep hermawan, langkah-langkah pengembangan kurikulum dibagi menjadi: (1)
diagnosis kebutuhan, (2) perumusan tujuan, (2)pemilihan dan pengorganisasian materi, (3)
pemilihan dan pengorganisasian pengalaman belajar, (4) pengembangan alat evaluasi. [4]

Kurikulum baru pendidikan di indonesia seperti dikutip dari situs uji publik kurikulum 2013
Kemdikbud, perubahan kurikulum baru pendidikan ini direncanakan akan mulai diterapkan di
sekolah yang ada di Indonesia pada tahun ajaran 2013/2014. Namun sebelum ditetapkan akan
dilakukan penyempurnaan untuk selanjutnya ditetapkan menjadi Kurikulum 2013. Berikut empat
tahap pengembangan kurikulum 2013:

1. Penyusunan
Penyusunan kurikulum di lingkungan internal Kemdikbud dengan melibatkan sejumlah
pakar dari berbagai disiplin ilmu dan praktisi pendidikan.
2. Pemaparan desain kurikulum 2013
Pemaparan desain Kurikulum 2013 di depan Wakil Presiden selaku Ketua Komite
Pendidikan yang telah dilaksanakan pada tanggal 13 Nopember 2012 serta di depan
Komisi X DPR RI pada tanggal 22 Nopember 2012.
3. Pelaksanaan Uji publik
Pelaksanaan uji publik guna mendapatkan tanggapan dari berbagai elemen masyarakat.
4. Penyempurnaan
Penyempurnaan dilakukan untuk selanjutnya ditetapkan menjadi Kurikulum 2013.
Pada tahap ketiga yaitu pelaksanaan uji publik kurikulum 2013 yang juga dibuka melalui
saluran daring (on-line), masyarakat dapat memberikan saran atau tanggapan terhadap
rencana perubahan kurikulum 2013 ini dengan mengunjungi situs uji kurikulum 2013
Kemdikbud.

16 | P E N G E M B A N G A N KURIKULUM DAN INOVASI PENDIDIKAN


BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Kurikulum adalah suatu rencana yang disusun untuk melancarkan proses berlajar mengajar
di bawah bimbingan dan tanggunga jawab sekolah atau lembaga pendidikan beserta staf
pengajarnya. Kurikulum merupakan peristiwa-peristiwa yang terjadi di bawah pengawasan sekolah,
jadi selain kegiatan kulikuler yang formal juga kegiatan yang tak formal. (Nasution, 2008:5)
Fungsi kurikulum dalam proses apendidikan, yakni merupakan alat untuk mencapai tujuan
pendidikan, maka hal ini berarti, sebagai alat pendidikan kurikulum mempunyai komponen-
komponen penunjang yang saling mendukung satu sama lainnya. Lima komponen kurikulum yaitu:
1. Tujuan,
2. Isi dan struktur program,
3. Organisasi dan strategi,
4. Sarana
5. Evaluasi.
Teori kurikulum adalah suatu perangkat pernyataan yang memberikan makna terhadap
kurikulum sekolah, makna tersebut terjadi karena adanya penegasan hubungan antara unsur-unsur
kurikulum, karena adanya petunjuk perkembangan/penggunaan dan evaluasi kurikulum.
Ada tiga konsep tentang kurikulum, kurikulum sebagai substansi, sebagai sistem, dan sebagai bidang
studi.
Ulasan teoritis tentang suatu konsepsi dasar itu disebut model atau konstruksi.
Pengembangan kurikulum model tersebut merupakan ulasan teoritis tentang suatu proses kurikulum
secara menyeluruh atau dapat pula ulasan tentang salah satu komponen kurikulum.
Model-model pengembangan kurikulum tersebut diantaranya adalah :
1. The Administrative Model
2. The Grass-Roots Model
3. The Demonstration Model
4. Beauchamp’s Model
5. Taba’s Inverted Model
6. Roger’s Interpersonal Relations Model
7. The Systematic Action-Research Model
8. Emerging Technical Models
9. The Behavioral Analysis Model

17 | P E N G E M B A N G A N KURIKULUM DAN INOVASI PENDIDIKAN


10. The System Analysis Model
11. The Computer-Based Model

3.2 Saran
1. Manajemen kurikulum memiliki peranan penting dalam proses pendidikan yang
diselenggarakan sekolah maupun pemerintah, oleh karena itu hendaknya baik pihak sekolah
maupun pemerintah memperhatikan rambu-rambu dalam mengambil sebuah kebijakan dalam
proses terjadinya pendidikan.
2. Manajemen kurikulum hendaknya menjadi pegangan dan pemahaman dalam menerapkan
kurikulum yang semata bukan hanya sebatas pemahaman akan tetapi di terapkan dalam
kehidupan sehari-hari tentunya dalam proses pembelajaran di sekolah, sehingga mutu dan nilai
yang menjadi patokan dalam suatu lembaga bisa terwujud dengan baik.

18 | P E N G E M B A N G A N KURIKULUM DAN INOVASI PENDIDIKAN


DAFTAR PUSTAKA

Nasution, S. (2006). Asas-asas Kurikulum, Jakarta: PT Bumi Aksara.


Rusman. (2009). Manajemen Kurikulum. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.
Sanjaya, Wina, Dr., M.Pd. (2008). Kurikulum dan Pembelajaran, Jakarta: Kencana.
Sudrajat, Akhmad. (2008). Komponen-komponen Kurikulum. [online]. Tersedia:
http:// akhmadsudrajat.wordpress.com/makalah [20 Oktober 2008].
Abu-Duhou, I. 2002. School-based management. Jakarta: Logos
Mulyasa, E. 2005. Manajemen Berbasis Sekolah. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Olive, P.F. 1992. Developing the curriculum (3th edition). New York:Harper Collins Publishers
Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
Undang-Undang No. 22 tahun 1999 tentang Otonomi Daerah

19 | P E N G E M B A N G A N KURIKULUM DAN INOVASI PENDIDIKAN

Anda mungkin juga menyukai