2017
-0-
DAFTAR ISI
-1-
BAB I
PENDAHULUAN
-2-
dan atau memiliki izin yang sah (lisensi) untuk melakukan praktik
bidan.
11. Pasien rawat jalan adalah pelayanan medis kepada seorang
pasien untuk tujuan pengamatan, diagnosis, pengobatan,
rehabilitasi dan pelayanan kesehatan lainnya, tanpa menharuskan
pasien tersebut dirawat inap.
12. Pasien rawat inap adalah proses perawatan pasien oleh tenaga
kesehatan profesional akibat penyakit tertentu, dimana pasien
diinapkan di suatu ruangan di rumah sakit.
-3-
BAB II
RUANG LINGKUP
-4-
BAB III
TATA LAKSANA
-5-
Manfaat perencanaan pulang adalah :
1. Memberi kesempatan kepada pasien untuk mendapat pelajaran
selama di rumah sakit sehingga bisa dimanfaatkan sewaktu di
rumah.
2. Tindak lanjut yang sistematis yang digunakan untuk menjamin
kontinuitas keperawatan pasien.
3. Mengevaluasi pengaruh dari intervensi yang terencana pada
penyembuhan pasien dan mengidentifikasi kekambuhan atau
kebutuhan keperawatan baru.
4. Membantu kemandirian pasien dalam kesiapan melakukan
keperawatan rumah.
1. PENGKAJIAN
Pengkajian mencakup pengumpulan dan pengorganisasian data
tentang klien.Ketika melakukan pengkajian kepada klien, keluarga
merupakan bagian dari unit perawatan. Klien dan keluarga harus
aktif dilibatkan dalam proses discharge planning agar transisi dari
rumah sakit kerumah dapat efektif, baik kepada pasien yang baru
datang pertama kali di rumah sakit maupun persiapan pasien yang
akan pulang sembuh maupun kondisi kritis.
Elemen penting dari pengkajian discharge planning adalah :
a. Data kesehatan
b. Data pribadi
c. Pemberi perawatan
d. Lingkungan
e. Keuangan dan pelayanan yang dapat mendukung
2. DIAGNOSA
Diagnosa keperawatan berdasarkan pada pengkajian discharge
planning, dikembangkan untuk mengetahui kebutuhan klien dan
keluarga. Keluarga sebagai unit perawatan berdampak terhadap
anggota keluarga yang membutuhkan perawatan. Adalah penting
untuk menentukanapakah masalah tersebut aktual atau potensial,
serta dapat menentukan apakah klien datang pertama kali akan
menjalani persiapan akan pulang.
-6-
3. PERENCANAAN (Hasil Yang Diharapkan)
Menurut Luverne dan Barbara, 1998, perencanaan pemulangan
pasien membutuhkan identifkasi kebutuhan spesifik klien.
Kelompok perawat berfokus pada kebutuhan perawatan
selanjutnya dengan baik serta untuk mempersiapkan pemulangan
klien, yang disingkat dengan METHOD, yaitu:
a. Medication (obat)
Pasien sebaiknya mengetahui obat yang harus dilanjutkan
setelah pulang.
b. Environment (lingkungan)
Lingkungan tempat klien akan pulang dari rumah sakit
sebaiknya aman. Pasien sebaiknya juga memiliki fasilitas
pelayanan yang dibutuhkan untuk kontinuitas perawatanya
serta penentuan tanggal kapan klien akan kontrol dan
fasilitas kesehatan yang akan dituju.
c. Treatment (pengobatan)
Perawat atau bidan harus memastikan bahwa perawatan
dan pengobatan di rumah sakit dapat berjalan baik sesuai
dengan kebutuhan klien, serta dapat melanjutkan perawatan
lanjutan dengan baik setelah klien pulang, yang dilakukan
klien atau anggota keluarga.Jika hal ini tidak memungkinkan,
perencanaan harus dibuat sehingga seseorang dapat
berkunjung kerumah untuk memberikan keterampilan
perawatan, serta antisipasi terhadap klien yang harus
diketahui oleh keluarga klien, apabila kien mengalami
kondisi kegawatan.
-7-
f. Diet
Klien sebaiknya diberitahu tentang pembatasan pada
dietnya.Sebaiknya mampu memilih diet yang sesuai untuk
dirinya.
4. IMPLEMENTASI
Implementasi adalah pelaksanaan rencana pemulangan dan
refferal.Seluruh rencana pemulangan yang diberikan harus
didokumentasikan pada catatan perawat dan ringkasan pulang
(discharge planning).Instruksi tertulis diberikan kepada
klien.Demonstrasi ulang menjadi harus memuaskan. Klien dan
pemberi perawatan harus memiliki keterbukaan dan melakukanya
dengan alat yang akan digunakan di rumah.
5. EVALUASI
Evaluasi terhadap discharge planning adalah penting dalam
membuat kerja discharge planning. Perencanaan dan penyerahan
harus diteliti dengan cermat untuk menjamin kualitas dan
pelayanan yang sesuai.Evaluasi berjalan terus – menerus dan
membutuhkan revisi dan juga perubahan.
Evaluasi lanjut dari proses pemulangan biasanya dilakukan
seminggu setelah klien berada di rumah atau sesuai dengan
instruksi dokter untuk kembali melakukan pemeriksaan dalam
periode waktu tertentu, hal ini di dokumentasikan dalam form
ringkasan pulang.
-8-
1.5. Pasien dan keluarga diberi informasi dan edukasi
mengenai perawatan dan aturan minum obat di rumah
1.6. Pasien diberi kartu kontrol, dan diberi tahu kapan pasien
kembali untuk kontrol
-9-
Dapat meminum obat yang diberikan secara
mandiri (tidak personal maupun dengan bantuan
keluarga)
Secara klinis dapat dilakukan perawatan di rumah
3.5. Proses rencana pemulanganpasien dibuat sejak awal
pasien masuk rumah sakit serta harus
mempertimbangkan kebutuhan akan kelanjutan layanan
medis dan layanan pendukung lainnya.
3.6. RSBAsih tidak memfasilitasi izin/cuti bagi pasien rawat
inap
3.7. Proses pasien pulang dari rawat inap :
DPJP mengizinkan pasien pulang
DPJP mengisi resume medis
Perawat mengisi resume keperawatan
Perawat menginformasikan ulang kepada pasien
bahwa pasien boleh pulang dan penjelasan
proses administrasi pasienpulang
Perawat mengidentifikasi alat transportasi yang
dibutuhkan pasien untuk pulang ke rumah
Perawat menghubungi petugas ambulan jika
pasien memerlukan transport ambulan
3.8. Perawat menyiapkan file pasien, obat-obatan dan alat
kesehatan milik pasien yang akan di retur
3.9. Obat dan alkes yang diretur diantar oleh perawat atau
bidan ke apotik beserta buku retur
3.10. Petugas administrasi menghitung jasa tindakan medis,
tindakan keperawatan, pemeriksaan laboratorium,
pemeriksaan radiologi dan pemakaian alat medis di
ruangan
3.11. Keluarga pasien menyelesaikan administrasi di loket
pembayaran
3.12. Bagi pasien pengguna asuransi penyelesaian
administrasi oleh petugas administrasi di ruangan
masing masing
3.13. Petugas apotik memberikan obat untuk dirumah dengan
menunjukan kwitansi pembayaran sebagai bukti bahwa
telah menyelesaikan administrasi
- 10 -
4. PASIEN PULANG ATAS PERMINTAAN SENDIRI
- 11 -
5. PASIEN PULANG MENINGGAL
5.1. Dokter Penanggung Jawab Pelayanan (DPJP) /
perawat memberitahukan bahwa pasien sudah
meninggal
5.2. DPJP mengisi surat keterangan sebab kematian
5.3. Perawat melakukan rawat jenazah sesuai dengan
agama yang dianut pasien
5.4. Perawat melepas semua alat medis yang ada pada
pasien dan melepas gelang identitas pasien
5.5. Perawat menghubungi petugas Instalasi
Pemulasaran Jenazah (bila diperlukan)
5.6. Perawat menghubungi petugas ambulan untuk
mengantar pasien pulang (bila pasien
menggunakan ambulan)
5.7. Keluarga pasien menyelesaikan administrasi dan
biaya perawatan ke loket pembayaran
- 12 -
3. INSTALASI RAWAT INAP
3.1. Keadaan umum baik
3.2. Dapat memenuhi kebutuhan nutrisi secara mandiri (baik
personal maupun dengan bantuan keluarga)
3.3. Dapat minum obat yang diberikan secara mandiri (tidak
personal maupun dengan bantuan keluarga)
3.4. Secara klinik dapat dilakukan perawatan di rumah
- 13 -
5.8. Pengaturan telah dilakukan dengan pelayanan di tingkat
primer serta untuk asuhan selanjutnya
- 14 -
7.3.6. Bisa buang air kecil spontan setelah 2 jam post
partum
7.3.7. Tidak terjadi komplikasi setelah 3x24 jam post
partum
7.3.8. Dokter mengijinkan pasien pulang.
- 15 -
BAB IV
DOKUMENTASI
Dokumen yang diperlukan dalam proses pemulangan pasien adalah :
1. Resume Medis
2. Resume Keperawatan
3. Resep pulang
4. Jasa tindakan medis dan jasa tindakan
5. KartuPulang
- 16 -
D
KEPUTUSAN DIREKTUR
RUMAH SAKIT ALIYAH KENDARI
NOMOR: 221/KEP/RSUA/XII/2016
TENTANG
- 17 -
Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44
tahun 2009 tentang Rumah Sakit;
2. Kepmenkes Nomer 1204/Menkes/SK/X/2004
tentang Persaratan Kesehatan Lingkungan Rumah
Sakit;
3. Kepmenkes Nomer 875/SK/VIII/2001 tentang
Penyususnan Upaya Pengelolaan Lingkungan Dan
Upaya Pemantauan Lingkungan;
4. Kepmenkes Nomer 876/Menkes/SK/VIII/2001
tentang Pedoman Tehnis Analisa Dampak
Kesehatan Lingkungan ;
5. Pedoman sanitasi Rumah Sakit di Indonesia ,
Depkes , 2000;
6. Pedoman pengendalian Infeksi Nosokomial Di RS,
Depkes, 2001;
7. Pedoman Pelaksanaan Kewaspadaan Universal
Pelayanan Kesehatan, Depkes, Cetakan II, 2005;
M E M U T U S K AN
- 18 -
pembetulan sebagaimana mestinya
: 7. Surat keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di : Kendari
Pada tanggal : 16 Desember 2016
Direktur,
- 19 -
Lampiran : Surat Keputusan Direktur RSU Aliyah Kendari
Nomor : 221/KEP/RSUA/XII/2016
Tanggal : 16 Desember 2016
Tentang : Pedoman Perawatan Pasien Penyakit Menular
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Infeksi adalah adanya suatu organisme pada jaringan atau cairan tubuh yang
disertai suatu gejala klinis baik lokal maupun sistemik. Infeksi yang muncul
selama seseorang tersebut dirawat di rumah sakit dan mulai menunjukkan suatu
gejala selama seseorang itu dirawat atau setelah selesai dirawat disebut infeksi
nosokomial. Secara umum, pasien yang masuk rumah sakit dan menunjukkan
tanda infeksi yang kurang dari 72 jam menunjukkan bahwa masa inkubasi
penyakit telah terjadi sebelum pasien masuk rumah sakit, dan infeksi yang baru
menunjukkan gejala setelah 72 jam pasien berada dirumah sakit baru disebut
infeksi nosokomia.
Rumah sakit merupakan suatu tempat dimana orang yang sakit dirawat dan
ditempatkan dalam jarak yang sangat dekat. Di tempat ini pasien mendapatkan
terapi dan perawatan untuk dapat sembuh. Tetapi, rumah sakit selain untuk
mencari kesembuhan, juga merupakan depot bagi berbagai macam penyakit yang
berasal dari penderita maupun dari pengunjung yang berstatus karier. Kuman
penyakit ini dapat hidup dan berkembang di lingkungan rumah sakit, seperti;
udara, air, lantai, makanan dan benda-benda medis maupun non medis
Sesuai dengan kebijakan yang dikembangkan pada 1970, semua pasien yang
diketahui terinfeksi penyakit menular melalui tes wajib diisolasi. Kebijakan ini
menentukan tujuh kategori isolasi berdasarkan sifat infeksinya (daya menular,
ganas, dll.). Kewaspadaan khusus (sarung tangan dsb.) dengan tingkat yang
ditentukan oleh kategori hanya dipakai untuk pasien ini.
B. Tujuan
1. Tujuan
Untuk mengetahui perawatan klien pada ruang isolasi
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui definisi dari isolasi
b. Untuk mengetahui manajemen pada klien kamar isolasi
c. Untuk mengetahui hal-hal yang perlu diperhatkan di kamar isolasi
d. Untuk mengetahui teknik pelaksanaan kamar isolasi
- 20 -
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Isolasi
Isolasi merupakan teknik yang digunakan untuk mengurangi atau mencegah
suatu penyebaran infeksi yang diakibatkan oleh oleh mikroorganime tertentu.
Infeksi adalah adanya suatu organisme pada jaringan atau cairan tubuh yang
disertai suatu gejala klinis baik lokal maupun sistemik. Infeksi yang muncul
selama seseorang tersebut dirawat di rumah sakit dan mulai menunjukkan suatu
gejala selama seseorang itu dirawat atau setelah selesai dirawat disebut infeksi
nosokomial. Secara umum, pasien yang masuk rumah sakit dan menunjukkan
tanda infeksi yang kurang dari 72 jam menunjukkan bahwa masa inkubasi
penyakit telah terjadi sebelum pasien masuk rumah sakit, dan infeksi yang baru
menunjukkan gejala setelah 72 jam pasien berada dirumah sakit baru disebut
infeksi nosokomial.
Infeksi nosokomial ini dapat berasal dari dalam tubuh penderita maupun luar
tubuh. Infeksi endogen disebabkan oleh mikroorganisme yang semula memang
sudah ada didalam tubuh dan berpindah ke tempat baru yang kita sebut dengan
self infection atau auto infection, sementara infeksi eksogen (cross infection)
disebabkan oleh mikroorganisme yang berasal dari rumah sakit dan dari satu
pasien ke pasien lainnya.
- 21 -
c. Tidak sterilnya alat-alat bantu
d. Obesitas
e. Kualitas perawatan
f. Penyakit jantung kronis
g. Penyakit paru kronis
h. Beratnya kondisi pasien dan kegagalan organ
i. Tingkat penggunaan antibiotika
j. Penggunaan ventilator dan intubasi
k. Penurunan kesadaran pasien
- 22 -
Baju khusus juga harus dipakai untuk melindungi kulit dan pakaian selama
kita melakukan suatu tindakan untuk mencegah percikan darah, cairan tubuh,
urin dan feses.
3. Mencegah penularan dari lingkungan rumah sakit
Pembersihan yang rutin sangat penting untuk meyakinkan bahwa rumah sakit
sangat bersih dan benar-benar bersih dari debu, minyak dan kotoran. Perlu
diingat bahwa sekitar 90 persen dari kotoran yang terlihat pasti mengandung
kuman. Harus ada waktu yang teratur untuk membersihkan dinding, lantai,
tempat tidur, pintu, jendela, tirai, kamar mandi, dan alat-alat medis yang telah
dipakai berkali-kali.
Disinfektan akan membunuh kuman dan mencegah penularan antar pasien.
Disinfeksi yang dipakai adalah:
a. Mempunyai kriteria membunuh kuman
b. Mempunyai efek sebagai detergen
c. Mempunyai efek terhadap banyak bakteri, dapat melarutkan minyak dan
protein.
d. Tidak sulit digunakan
e. Tidak mudah menguap
f. Bukan bahan yang mengandung zat yang berbahaya baik untuk petugas
maupun pasien
g. Efektif
h. Tidak berbau, atau tidak berbau tak enak
4. Perbaiki ketahanan tubuh
Di dalam tubuh manusia, selain ada bakteri yang patogen oportunis, ada pula
bakteri yang secara mutualistik yang ikut membantu dalam proses fisiologis
tubuh, dan membantu ketahanan tubuh melawan invasi jasad renik patogen
serta menjaga keseimbangan di antara populasi jasad renik komensal pada
umumnya, misalnya seperti apa yang terjadi di dalam saluran cerna manusia
5. Ruangan Isolasi
Penyebaran dari infeksi nosokomial juga dapat dicegah dengan membuat
suatu pemisahan pasien. Ruang isolasi sangat diperlukan terutama untuk
penyakit yang penularannya melalui udara, contohnya tuberkulosis, dan
SARS, yang mengakibatkan kontaminasi berat. Penularan yang melibatkan
virus, contohnya DHF dan HIV. Biasanya, pasien yang mempunyai resistensi
rendah eperti leukimia dan pengguna obat immunosupresan juga perlu
diisolasi agar terhindar dari infeksi. Tetapi menjaga kebersihan tangan dan
makanan, peralatan kesehatan di dalam ruang isolasi juga sangat penting.
Ruang isolasi ini harus selalu tertutup dengan ventilasi udara selalu menuju
keluar. Sebaiknya satu pasien berada dalam satu ruang isolasi, tetapi bila
sedang terjadi kejadian luar biasa dan penderita melebihi kapasitas, beberapa
pasien dalam satu ruangan tidaklah apa-apa selama mereka menderita
penyakit yang sama.
- 23 -
dan benda-benda medis maupun non medis. Terjadinya infeksi nosokomial akan
menimbulkan banyak kerugian, antara lain :
1. lama hari perawatan bertambah panjang
2. penderitaan bertambah
3. biaya meningkat
- 24 -
8. Setelah Meninggalkan Pasien
a. Buanglah atau bersihkan peralatan khusus untuk pasien sesuai peraturan
setempat
b. Gantilah dan cucilah linen tanpa mengucek
c. Bersihkan ruangan sesuai peraturan setempat
d. Buanglah sampah yang terkontaminasi virus sesuai aturan tentang sampah
klinis
- 25 -
G. Prosedur Teknik Isolasi
1. Kewaspadaan Standar
Kewaspadaan yang terpenting,dirancang untuk untuk diterapkan dalam
perawatan seluruh pasien dalam RS,baik terdiagnosis infeksi ,diduga
terinfeksi atau kolonisasi.Diciptakan untuk mencegah transmisi silang
sebelum diagnosis ditegakkan atau hasil pemeriksaan laboratorium belum ada.
Strategi utama untuk PPI ,menyatukan Universal Precautions dan Body
Substance Isolation
adalah kewaspadaan dalam pencegahan dan pengendalian infeksi rutin dan
harus diterapkan terhadap semua pasien di semua fasilitas kesehatan.
Kewaspadaan standar dilaksanakan saat menghadapi :
a. Darah
b. Semua cairan tubuh,sekresi,ekskresi kecuali keringat,tampak mengandung
darah atau tidak
c. Kulit yang tidak intak
d. Mukus membrane
Kewaspadaan Standar untuk pelayanan semua pasien. meliputi :
a. Kebersihan tangan
1) Hindari menyentuh permukaan disekitar pasien agar tangan terhindar
kontaminasi patogen dari dan ke permukaan.
2) Bila tangan tampak kotor,mengandung bahan berprotein,cairan
tubuh,cuci tangan dg sabun biasa/antimikroba dengan air
3) Bila tangan tidak tampak kotor,atau setelah membuang kotoran
dengan sabun biasa+air,dekontaminasi dengan alkohol handrub
4) Sebelum kontak langsung dg pasien
5) Setelah menyentuh darah, cairan tubuh, sekresi, ekskresi ,kulit yg
tidak utuh,ganti verband
6) Setelah kontak dg kulit pasien yg utuh
7) Bila tangan beralih dari area tubuh terkontaminasi menuju area bersih
8) Segera setelah melepas sarung tangan.
9) Setelah kontak dg benda mati (termasuk alat medik)di area pasien
10) Cuci tangan dg sabun biasa dan air mengalir bila kontak dg diduga
spora,karena alkohol,klorhexidin,iodofor aktifitasnya lemah terhadap
spora
11) Jangan memakai kuku palsu,saat kontak langsung dg pasien
12) Cegah kontaminasi saat melepas APD
13) Sebelum keluar ruangan pasien,melepas APD,membuang APD
b. Sarung tangan
1) Pakai bila mungkin terkontaminasi darah, cairan tubuh, sekresi,
ekskresi dan bahan terkontaminasi, mukus membran dan kulit yang
tidak utuh,kulit utuh yg potensial terkontaminasi
2) Pakai sesuai ukuran tangan jenis tindakan
3) Pakai sarung tangan sekali pakai saat merawat pasien langsung
4) Pakai sarung tangan sekali pakai atau pakai ulang untuk membersihkan
lingkungan
5) Lepaskan sarung tangan segera setelah selesai, sebelum menyentuh
bahan terkontaminasi dan permukaan lingkungan, sebelum beralih ke
pasien lain
6) Jangan memakai sarung tangan 1 pasang untuk pasien yang berbeda
7) Gantilah sarung tangan bila tangan berpindah dari area tubuh
terkontaminasi ke area bersih
- 26 -
3. Masker, goggle, face shield
1) Pakailah untuk melindungi mukus membran mata, hidung, mulut
selama melaksanakan prosedur dan aktifitas perawatan pasien yang
berisiko terjadi cipratan/semprotan dari darah, cairan tubuh, sekresi,
ekskresi.
2) Pilih sesuai tindakan yang akan dikerjakan
3) Masker bedah dapat dipakai secara umum untuk petugas RS untuk
mencegah transmisi melalui partikel besar dari droplet saat kontak erat
( <3 m) dari pasien saat batuk /bersin.
4) Pakailah selama tindakan yang menimbulkan aerosol walaupun pd
pasien tidak diduga infeksi ,
4. Gaun
1) Kenakan gaun ( bersih, tidak steril ) untuk melindungi kulit, mencegah
baju menjadi kotor,kulit terkontaminasi selama prosedur/merawat
pasien yang memungkinkan terjadinya percikan/semprotan cairan
tubuh pasien.
2) Pilihlah yang sesuai antara bahan gaun dan tindakan yang akan
dikerjakan dan perkiraan jumlah cairan yang mungkin akan dihadapi.
3) Lepaskan gaun segera dan cucilah tangan untuk mencegah transmisi
mikroba ke pasien lain ataupun ke lingkungan.
2. Kewaspadaan berdasar transmisi
Sebagai tambahan Kewaspadaan Standar, terutama setelah terdiagnosis jenis
infeksinya
Jenis kewaspadaan berdasarkan transmisi:
a. Kontak.
b. Melalui droplet
c. Melalui udara (Airborne)
d. Melalui common vehicle ( makanan,air,obat,alat,peralatan)
e. Melalui vektor ( lalat,nyamuk,tikus)
Catatan: Suatu infeksi dapat ditransmisikan lebih dari satu cara.
- 27 -
6. Kebiasaan kesehatan yang baik.
Mendapatkan banyak tidur, akan aktif secara fisik, mengelola stres, minum
banyak cairan, dan makan makanan bergizi.
- 28 -
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Isolasi dilakukan dalam rangka mencegah penyebaran infeksi yang lebih
lanjut.
2. Ruang isolasi sangat diperlukan terutama untuk penyakit yang penularannya
melalui udara, contohnya tuberkulosis, dan SARS
3. Isolasi merupakan teknik yang digunakan untuk mengurangi atau mencegah
suatu penyebaran infeksi yang diakibatkan oleh oleh mikroorganime
tertentu.
4. Kewaspadaan terhadap isolasi sangat diperlukan demi kebaikan semua pihak
B. Saran
1. Penyebaran infeksi terutama dari udara dan air harus menjadi perhatian
utama agar infeksi tidak meluas
2. Sebaiknya keluarga diberikan penkes agar sedini mengkin dapat mengenali
jenis penyakit yang sedang dihadapi
3. Sebaiknya para tim kesehatan tidak lalai guna melakukan proteksi terhadap
dirinya.
Direktur,
- 29 -