Anda di halaman 1dari 30

RSU ALIYAH KENDARI

PEDOMAN PEMULANGAN PASIEN

RSU ALIYAH KENDARI

2017

-0-
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................................... 0

DAFTAR ISI ............................................................................................................... 1

BAB 1 PENDAHULUAN ........................................................................................... 2

BA II RAUNG LINGKUP ........................................................................................... 4

BAB III TATA LAKSANA .......................................................................................... 5

A. Tahap – tahap pemulangan pasien ........................................................... 6


1. Pengkajian ............................................................................................ 6
2. Diagnosa .............................................................................................. 6
3. Perencanaan ........................................................................................ 7
4. Implementasi ........................................................................................ 8
5. Evaluasi ................................................................................................ 8
B. Prosedur pemulangan pasien .................................................................... 8
1. Pemulangan pasien IGD ...................................................................... 8
2. Pemulangan pasien rawat jalan ........................................................... 9
3. Pemulangan pasien rawat inap ............................................................ 9
4. Pemulangan pasien atas permintaan sendiri ........................................ 10
5. Pemulangan pasien meninggal ............................................................ 11
C. Kriteria pemulangan pasien ....................................................................... 12
1. Instalasi Gawat Darurat ........................................................................ 12
2. Instalasi Rawat Jalan............................................................................ 12
3. Instalasi Raat Inap ................................................................................ 13
4. Kriteria Pasien Pulang Atas Permintaan sendiri ................................... 13
5. Kriteria Pemulangan Pasien Perinatologi ............................................. 13
6. Kriteria pemulangan bayi sehat ............................................................ 14
7. Kriteria pemulangan pasien post partum .............................................. 14

BAB IV DOKUMENTASI ........................................................................................... 15

-1-
BAB I
PENDAHULUAN

1. Perencanaan pulang (discharge Planning) adalah merencanakan


kepulangan pasien dan memberikan informasi kepada klien dan
keluarganya tentang hal-hal yang perlu dihindari dan dilakukan
sehubungan dengan kondisi atau penyakitnya.
2. Pasien adalah orang seseorang yang menerima pelayanan medis,
biasanya pasien yang sudah sembuh tapi masih dalam
pengobatan.
3. Keluarga pasien adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri
atas kepala keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan
tinggal di satu atap dalam keadaan saling ketergantungan.
4. Rumah sakit adalah gedung tempat menyediakan dan
memberikan pelayanan kesehatan yang meliputi berbagai masalah
kesehatan dan memberikan layanan, pengobatan dan perawatan
bagi penderita berbagai penyakit yang di lengkapi dengan
perlengkapan medis yang lengkap dengan dokter dan perawatnya.
5. Rekam Medis adalah berkas yang berisi catatan dan dokumen
tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan
pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien.
6. Dokter Penanggung Jawab Pelayanan (DPJP) adalah seorang
dokter yang sesuai dengan kewenangan klinisnya terkait penyakit,
memberikan asuhan medis lengkap kepada satu pasien dengan
satu patologi atau penyakit, dari awal sampai akhir perawatan di
rumah sakit, baik pada perawatan rawat jalan dan rawat inap.
7. Dokter Instalasi Gawat Darurat (IGD) adalah seorang dokter umum
yang diberi wewenang dan tanggungjawab sebagai dokter jaga
IGD dan telah mengikuti pelatihan ATLS/ACLS/PPGD
8. Kepla Ruangan adalah seorang tenaga keperawatan yang diberi
tanggungjawab dan wewenang dalam mengatur dan
mengendalikan kegiatan pelayanan keperawatan di ruang rawat.
9. Perawat adalah profesi yang difokuskan pada perawatan individu,
keluarga dan masyarakat sehingga mereka dapat mencapai,
mempertahankan atau memulihkan kesehatan yang optimal dan
kualitas hidup dari lahir samapi mati.
10. Bidan adalah seseorang yang telah mengikuti program pendidikan
bidan yang diakui di negaranya dan telah lulus dari pendidikan
tersebut, serta memenuhi kualifikasi untuk didaftarakan (register)

-2-
dan atau memiliki izin yang sah (lisensi) untuk melakukan praktik
bidan.
11. Pasien rawat jalan adalah pelayanan medis kepada seorang
pasien untuk tujuan pengamatan, diagnosis, pengobatan,
rehabilitasi dan pelayanan kesehatan lainnya, tanpa menharuskan
pasien tersebut dirawat inap.
12. Pasien rawat inap adalah proses perawatan pasien oleh tenaga
kesehatan profesional akibat penyakit tertentu, dimana pasien
diinapkan di suatu ruangan di rumah sakit.

-3-
BAB II
RUANG LINGKUP

Untuk meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit maka perlu pelayanan


yang terkoordinir yang melibatkan semua bagian yang terkait salah
satunya merencanakan pemulangan dan tindakan selanjutnya. Dalam
memberikan pelayanan yang efisien kepada pasien, termasuk
memberikan informasi kepada pasien maka keluarga pasien juga perlu
dilibatkan dari awal pasien masuk sampai perencanaan proses
pemulangan yang terbaik atau sesuai kebutuhan pasien.

-4-
BAB III
TATA LAKSANA

Perencanaan pulang merupakan bagian penting dari program


keperawatan pasien yang dimulai segera setelah pasien masuk rumah sakit.
Hal ini merupakan suatu proses yang menggambarkan usaha kerjasama
antara tim kesehatan, keluarga, pasien, dan orang yang penting bagi
pasien.Discharge planning keperawatan merupakan komponen yang terkait
dengan rentang keperawatan. Rentang keperawatan sering pula disebut
dengan keperawatan berkelanjutan yang artinya keperawatan yang
dibutuhkan oleh pasien di mana pun pasien berada. Kegagalan untuk
memberikan dan mendokumentasikan perencanan pulang akan berisiko
terhadap beratnya penyakit, ancaman hidup, dan disfungsi fisik. Dalam
perencanan pulang diperlukan komunikasi yang baik terarah, sehingga apa
yang disampaikan dapat dimengerti dan berguna untuk keperawatan di
rumah.

Perawat adalah salah satu anggota team Discharge Plenner dan


sebagai discharge plenner perawat mengkaji setiap pasien dengan
mengumpulkan dan menggunakan data yang berhubungan untuk
mengidentifikasi masalah actual dan potensial, menetukan tujuan dengan
atau bersama pasien dan keluarga, memberikan tindakan khusus untuk
mengajarkan dan mengkaji secara individual dalam mempertahankan atau
memulihkan kembali kondisi pasien secara optimal dan mengevaluasi
kesinambungan.Dalam perencanaan pulang diperlukan komunikasi yang baik
terarah sehingga apa yang disampaikan dapat dimengerti dan berguna untuk
proses perawatan di rumah.

Perencanaan pulang bertujuan untuk :


1. Menyiapkan pasien dan keluarga secara fisik, psikologis dan sosial
2. Meningkatkan kemandirian pasien dan keluarga
3. Meningkatkan perawatan yang berkelanjutan pada pasien
4. Membantu rujukan pasien pada sistem pelayanan yang lain
5. Membantu pasien dan keluarga memiliki pengetahuan dan
keterampilan serta sikap dalam memperbaiki serta
mempertahankan status kesehatan pasien
6. Melaksanakan rentang perawatan antar rumah sakit dan
masyarakat

-5-
Manfaat perencanaan pulang adalah :
1. Memberi kesempatan kepada pasien untuk mendapat pelajaran
selama di rumah sakit sehingga bisa dimanfaatkan sewaktu di
rumah.
2. Tindak lanjut yang sistematis yang digunakan untuk menjamin
kontinuitas keperawatan pasien.
3. Mengevaluasi pengaruh dari intervensi yang terencana pada
penyembuhan pasien dan mengidentifikasi kekambuhan atau
kebutuhan keperawatan baru.
4. Membantu kemandirian pasien dalam kesiapan melakukan
keperawatan rumah.

A. TAHAP-TAHAP PEMULANGAN PASIEN

1. PENGKAJIAN
Pengkajian mencakup pengumpulan dan pengorganisasian data
tentang klien.Ketika melakukan pengkajian kepada klien, keluarga
merupakan bagian dari unit perawatan. Klien dan keluarga harus
aktif dilibatkan dalam proses discharge planning agar transisi dari
rumah sakit kerumah dapat efektif, baik kepada pasien yang baru
datang pertama kali di rumah sakit maupun persiapan pasien yang
akan pulang sembuh maupun kondisi kritis.
Elemen penting dari pengkajian discharge planning adalah :
a. Data kesehatan
b. Data pribadi
c. Pemberi perawatan
d. Lingkungan
e. Keuangan dan pelayanan yang dapat mendukung

2. DIAGNOSA
Diagnosa keperawatan berdasarkan pada pengkajian discharge
planning, dikembangkan untuk mengetahui kebutuhan klien dan
keluarga. Keluarga sebagai unit perawatan berdampak terhadap
anggota keluarga yang membutuhkan perawatan. Adalah penting
untuk menentukanapakah masalah tersebut aktual atau potensial,
serta dapat menentukan apakah klien datang pertama kali akan
menjalani persiapan akan pulang.

-6-
3. PERENCANAAN (Hasil Yang Diharapkan)
Menurut Luverne dan Barbara, 1998, perencanaan pemulangan
pasien membutuhkan identifkasi kebutuhan spesifik klien.
Kelompok perawat berfokus pada kebutuhan perawatan
selanjutnya dengan baik serta untuk mempersiapkan pemulangan
klien, yang disingkat dengan METHOD, yaitu:
a. Medication (obat)
Pasien sebaiknya mengetahui obat yang harus dilanjutkan
setelah pulang.
b. Environment (lingkungan)
Lingkungan tempat klien akan pulang dari rumah sakit
sebaiknya aman. Pasien sebaiknya juga memiliki fasilitas
pelayanan yang dibutuhkan untuk kontinuitas perawatanya
serta penentuan tanggal kapan klien akan kontrol dan
fasilitas kesehatan yang akan dituju.
c. Treatment (pengobatan)
Perawat atau bidan harus memastikan bahwa perawatan
dan pengobatan di rumah sakit dapat berjalan baik sesuai
dengan kebutuhan klien, serta dapat melanjutkan perawatan
lanjutan dengan baik setelah klien pulang, yang dilakukan
klien atau anggota keluarga.Jika hal ini tidak memungkinkan,
perencanaan harus dibuat sehingga seseorang dapat
berkunjung kerumah untuk memberikan keterampilan
perawatan, serta antisipasi terhadap klien yang harus
diketahui oleh keluarga klien, apabila kien mengalami
kondisi kegawatan.

d. Health Teaching (pengajaran kesehatan)


Klien yang akan pulang sebaiknya diberitahu bagaimana
mempertahankan kesehatan. Termasuk tanda dan gejala
yang mengindikasikan kebutuhan perawatan kesehatan
tambahan.
e. Outpatient referral
Klien seharusnya mengenal pelayanan dari rumah sakit atau
agen komunitas lain yang dapat meningkatkan perawatan
yang kontinu selama dirawat di rumah sakit serta kaluarga
mengetahui kapan klien akan menjalani kontrol, dimana dan
kepada siapa klien akan menjalani kontrol.

-7-
f. Diet
Klien sebaiknya diberitahu tentang pembatasan pada
dietnya.Sebaiknya mampu memilih diet yang sesuai untuk
dirinya.

4. IMPLEMENTASI
Implementasi adalah pelaksanaan rencana pemulangan dan
refferal.Seluruh rencana pemulangan yang diberikan harus
didokumentasikan pada catatan perawat dan ringkasan pulang
(discharge planning).Instruksi tertulis diberikan kepada
klien.Demonstrasi ulang menjadi harus memuaskan. Klien dan
pemberi perawatan harus memiliki keterbukaan dan melakukanya
dengan alat yang akan digunakan di rumah.

5. EVALUASI
Evaluasi terhadap discharge planning adalah penting dalam
membuat kerja discharge planning. Perencanaan dan penyerahan
harus diteliti dengan cermat untuk menjamin kualitas dan
pelayanan yang sesuai.Evaluasi berjalan terus – menerus dan
membutuhkan revisi dan juga perubahan.
Evaluasi lanjut dari proses pemulangan biasanya dilakukan
seminggu setelah klien berada di rumah atau sesuai dengan
instruksi dokter untuk kembali melakukan pemeriksaan dalam
periode waktu tertentu, hal ini di dokumentasikan dalam form
ringkasan pulang.

B. PROSEDUR PEMULANGAN PASIEN

1. PEMULANGAN PASIEN IGD


1.1. Dokter IGD memutuskan bahwa pasien tersebut tidak
perlu perawatan lebih lanjut.
1.2. Pasien dan keluarga diberi penjelasan bahwa pasien
boleh pulang
1.3. Keluarga pasien dianjurkan untuk menyelesaikan
administrasi di kasir
1.4. Bukti pembayaran ditunjukkan kepada petugas IGD,
struk warna pink diarsipkan di kasir dan struk warna
putih diberikan kepada keluarga pasien untuk dibawa
pulang

-8-
1.5. Pasien dan keluarga diberi informasi dan edukasi
mengenai perawatan dan aturan minum obat di rumah
1.6. Pasien diberi kartu kontrol, dan diberi tahu kapan pasien
kembali untuk kontrol

2. PEMULANGAN PASIEN RAWAT JALAN


2.1. Pasien mengakhiri kunjungannya dengan dokter
spesialis dan mendapatkan advice atau terapi berupa
resep, rencana tindakan diagnostik maupun tindakan
lainnya ( hemodialisa, bedah minor, One Day Care) atau
formulir penunjang lainnya (laboratorium, radiologi).
2.2. Perawat poliklinik mengantar atau mengarahkan kembali
pasien untuk menyelesaikan administrasi di loket
pembayaran atau melanjutkan rencana tindakan
diagnostik lainnya bila adakeperluan penunjang medis
lainnya.
2.3. Petugas administrasi menyelesaikan semua keperluan
administrasi dengan pasien atau keluarga pasien.
2.4. Untuk dibawakan pulang : obat, hasil pemeriksaan
penunjang.

3. PEMULANGAN PASIEN RAWAT INAP


3.1. Pasien pulang sesuai instruksi DPJP
3.2. Semua pasien yang dipulangkan harus berdasarkan
kondisi kesehatannya yang diputuskan oleh DPJP
3.3. RSB Asih memberikan izin kepada pasien rawat inap
untuk meninggalkan rumah sakit jika :
 Pulang atas izin DPJP sesuai kriteria pemulangan
pasien
 Rujuk ke rumah sakit lain
 Atas permintaan pasien, dengan menandatangani
formulir “pernyataan pulang Atas Permintaan
Sendiri (APS)”
3.4. Kriteria pasien yang diizinkan pulang :
 Keadaan umum baik
 Dapat memenuhi kebutuhan nutrisi secara
mandiri (baik personal maupun dengan bantuan
keluarga)

-9-
 Dapat meminum obat yang diberikan secara
mandiri (tidak personal maupun dengan bantuan
keluarga)
 Secara klinis dapat dilakukan perawatan di rumah
3.5. Proses rencana pemulanganpasien dibuat sejak awal
pasien masuk rumah sakit serta harus
mempertimbangkan kebutuhan akan kelanjutan layanan
medis dan layanan pendukung lainnya.
3.6. RSBAsih tidak memfasilitasi izin/cuti bagi pasien rawat
inap
3.7. Proses pasien pulang dari rawat inap :
 DPJP mengizinkan pasien pulang
 DPJP mengisi resume medis
 Perawat mengisi resume keperawatan
 Perawat menginformasikan ulang kepada pasien
bahwa pasien boleh pulang dan penjelasan
proses administrasi pasienpulang
 Perawat mengidentifikasi alat transportasi yang
dibutuhkan pasien untuk pulang ke rumah
 Perawat menghubungi petugas ambulan jika
pasien memerlukan transport ambulan
3.8. Perawat menyiapkan file pasien, obat-obatan dan alat
kesehatan milik pasien yang akan di retur
3.9. Obat dan alkes yang diretur diantar oleh perawat atau
bidan ke apotik beserta buku retur
3.10. Petugas administrasi menghitung jasa tindakan medis,
tindakan keperawatan, pemeriksaan laboratorium,
pemeriksaan radiologi dan pemakaian alat medis di
ruangan
3.11. Keluarga pasien menyelesaikan administrasi di loket
pembayaran
3.12. Bagi pasien pengguna asuransi penyelesaian
administrasi oleh petugas administrasi di ruangan
masing masing
3.13. Petugas apotik memberikan obat untuk dirumah dengan
menunjukan kwitansi pembayaran sebagai bukti bahwa
telah menyelesaikan administrasi

- 10 -
4. PASIEN PULANG ATAS PERMINTAAN SENDIRI

a. Dari ruang rawat inap


1.1. Saatmenerimainformasipasienakanpulangataspermi
ntaanpasiensendiri, maka DPJP atau perawat
melakukan edukasi bahwa pasien sebenarnya
belum diperbolehkan pulang.
1.2. Pasien / keluarga harus mengisi formulir
“pernyataan pulang atas permintaan sendiri” untuk
mengetahui alasan pasien melakukan tindakan
tersebut.
1.3. DPJP mengisi resume medis pasien
1.4. Perawat mengisi resume keperawatan.
1.5. Bila DPJP tidak dapat mengisi resume Medis
Pasien dikarenakan alasan yang jelas, maka
pengisiannya dapat didelegasikan kepada dokter
jaga ruangan atau atas izin DPJP.
1.6. Perawat menjelaskanobat-obatan yang dibawa
pulang dan rencana perawatan di rumah.
1.7. Resume Medis Pasien diserahkan saat pasien akan
pulang.
1.8. Petugas administrasi menghitung jasa tindakan
medis, tindakan keperawatan, pemeriksaan
laboratorium, pemeriksaan radiologi dan pemakaian
alat medis di ruangan.
1.9. Keluarga pasien menyelesaikan administrasi di
loketpembayaran
1.10. Pasien diijinkan pulang setelah administrasi selesai
1.11. Perawat menghubungi petugas ambulan jika pasien
memerlukan ambulan
1.12. Perawat melepas semua alat medis yang ada pada
pasien sebelum meninggalkan ruang perawatan,
kecuali oksigen. Oksigen dilepas oleh keluarga
setelah sampai di pintu keluar rumah sakit atau
tempat penjemputan pasien pulang.

- 11 -
5. PASIEN PULANG MENINGGAL
5.1. Dokter Penanggung Jawab Pelayanan (DPJP) /
perawat memberitahukan bahwa pasien sudah
meninggal
5.2. DPJP mengisi surat keterangan sebab kematian
5.3. Perawat melakukan rawat jenazah sesuai dengan
agama yang dianut pasien
5.4. Perawat melepas semua alat medis yang ada pada
pasien dan melepas gelang identitas pasien
5.5. Perawat menghubungi petugas Instalasi
Pemulasaran Jenazah (bila diperlukan)
5.6. Perawat menghubungi petugas ambulan untuk
mengantar pasien pulang (bila pasien
menggunakan ambulan)
5.7. Keluarga pasien menyelesaikan administrasi dan
biaya perawatan ke loket pembayaran

C. KRITERIA PEMULANGAN PASIEN

1. INSTALASI GAWAT DARURAT (IGD)


1.1. Pasien hidup :
1.1.1. TTV Stabil
1.1.2. Keadaan umum baik (GCS 15, tidak ada
gangguan pernafasan, orientasi baik)
1.1.3. Hasil pemeriksaan penunjang dalam batas
normal
1.1.4. Administrasi selesai
1.2. Pasien meninggal: (sesuai dengan kriteria pasien
meninggal di rawat inap)

2. INSTALASI RAWAT JALAN


2.1. TTV Stabil
2.2. Keadaan umum baik (GCS 15, tidak ada gangguan
pernafasan, orientasi baik)
2.3. Hasil pemeriksaan penunjang dalam batas normal
2.4. Administrasi selesai

- 12 -
3. INSTALASI RAWAT INAP
3.1. Keadaan umum baik
3.2. Dapat memenuhi kebutuhan nutrisi secara mandiri (baik
personal maupun dengan bantuan keluarga)
3.3. Dapat minum obat yang diberikan secara mandiri (tidak
personal maupun dengan bantuan keluarga)
3.4. Secara klinik dapat dilakukan perawatan di rumah

4. KRITERIA PASIEN PULANG ATAS PERMINTAAN SENDIRI


(APS)
4.1. Menolak rawat inap
4.2. Pindah rumah sakit atau alih rawat
4.3. Merasa sembuh
4.4. Merasa tidak ada perubahan
4.5. Merasa tidak ada harapan
4.6. Alasan ekonomi
4.7. Tidak puas dengan pelayanan
4.8. Tidak ada yang menunggu
4.9. Alasan lain

5. KRITERIA PEMULANGAN PASIEN PERINATOLOGI

Ijin pulang merupakan tanggung jawab dokter. Pada sebagian


besar situasi, neonatus hanya memerlukan perawatan primer atau
pemeliharaan kesehatan dan ibu serta ayah harus mengetahui
dimana pelayanan tersebut dapat diperoleh. Ketika tatalaksana
masalah diperlukanhal ini merupakan tanggung jawab dokter dan
perawat untuk menyusun prosedur neonatus dan orang tua.
Kriteria pemulangan pasien perinatologi :
5.1. Bayi telah menunjukkan tanda vital stabil di boks terbuka
selama 24 – 48 jam
5.2. Keberhasilan menyusui sudah mulai tercapai
5.3. Penambahan berat badan dengan pemberian asupan per
oral telah terlihat
5.4. Semua obat yang diperlukan dapat diberikan per oral
5.5. Nilai laboratorium telah normal (misalnya bilirubin)
5.6. Tingkat aktivitas normal telah tercapai
5.7. Ibu dan ayah memperlihatkan kemampuan untuk mengasuh
neonatus

- 13 -
5.8. Pengaturan telah dilakukan dengan pelayanan di tingkat
primer serta untuk asuhan selanjutnya

6. KRITERIA PEMULANGAN BAYI SEHAT


6.1. Bisa buang air besar dan buang air kecil dalam waktu 24
jam
6.2. Tali pusat tidak bau
6.3. Bayi sehat (reflek hisap bagus, tidak panas, tidak ada
gangguan percernaan, tidak muntah)
6.4. Dokter mengijinkan pasien pulang

7. KRITERIA PEMULANGAN PASIEN POST PARTUM

7.1. Partus Spontan letak kepala :


7.1.1. Mobilisasi mandiri
7.1.2. Bisa buang air kecil spontan setelah 2 jam post
partum
7.1.3. Tidak terjadi komplikasi setelah 24 jam post
partum
7.1.4. Dokter mengijinkan pasien pulang

7.2. Partus sungsang dengan tindakan :


7.2.1. Setelah 2x24 jam post partum
7.2.2. Tidak terjadi komplikasi massa nifas (perdarahan,
febris)
7.2.3. Mobilisasi mandiri
7.2.4. Bisa buang air kecil spontan setelah 2 jam post
partum
7.2.5. Dokter mengijinkan pasien pulang

7.3. Partus dengan operasi dan penyerta


7.3.1. Setelah 5 hari post operasi (TD < 160/90)
7.3.2. Luka operasi bagus (tidak ada pus, tidak ada
perdarahan)
7.3.3. Dokter mengijinkan pasien pulang
7.3.4. Partus spontan dengan PEB
7.3.5. Mobilisasi mandiri

- 14 -
7.3.6. Bisa buang air kecil spontan setelah 2 jam post
partum
7.3.7. Tidak terjadi komplikasi setelah 3x24 jam post
partum
7.3.8. Dokter mengijinkan pasien pulang.

- 15 -
BAB IV
DOKUMENTASI
Dokumen yang diperlukan dalam proses pemulangan pasien adalah :
1. Resume Medis
2. Resume Keperawatan
3. Resep pulang
4. Jasa tindakan medis dan jasa tindakan
5. KartuPulang

Dokumen yang diperlukan dalam proses pemulangan pasien adalah:


6. Resume Medis
7. Resume Keperawatan
8. Resep pulang
9. Kartu kontrol
10. Cek list pemulangan pasien
11. Kuitansi pembayaran
12. Hasil pemeriksaan penunjang
13. Surat istirahat dokter
14. Surat keterangan pulang
15. Formulir pemulangan pasien
16. Formulir pulang atas permintaan sendiri (APS)
17. Pengkajian edukasi pasien
18. Catatan edukasi
19. Keterangan sebab kematian

- 16 -
D

RUMAH SAKIT UMUM ALIYAH


Jl. Bunggasi Poros Anduonohu – Poasia Kendari
Telp.  +62 811 4163 818  +62 812 4360 6634  rsualiyah01@gmail.com

KEPUTUSAN DIREKTUR
RUMAH SAKIT ALIYAH KENDARI
NOMOR: 221/KEP/RSUA/XII/2016

TENTANG

PEDOMANPERAWATAN PASIEN PENYAKIT MENULAR

DIREKTUR RS ALIYAH KENDARI

Menimbang : a. bahwa dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan


RSU Aliyah Kendari, maka diperlukan Pedoman
Perawatan Pasien Penyakit Menular;
b. bahwa agar pelayananPerawatan Pasien Penyakit
Menular dapat terlaksana dengan baik, perlu adanya
Pedoman Direktur RSU Aliyah Kendari sebagai
landasan bagi penyelenggaraan Perawatan Pasien
Penyakit Menular;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud dalam a dan b, perlu ditetapkan dengan
Keputusan Direktur RSU Aliyah Kendari.

- 17 -
Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44
tahun 2009 tentang Rumah Sakit;
2. Kepmenkes Nomer 1204/Menkes/SK/X/2004
tentang Persaratan Kesehatan Lingkungan Rumah
Sakit;
3. Kepmenkes Nomer 875/SK/VIII/2001 tentang
Penyususnan Upaya Pengelolaan Lingkungan Dan
Upaya Pemantauan Lingkungan;
4. Kepmenkes Nomer 876/Menkes/SK/VIII/2001
tentang Pedoman Tehnis Analisa Dampak
Kesehatan Lingkungan ;
5. Pedoman sanitasi Rumah Sakit di Indonesia ,
Depkes , 2000;
6. Pedoman pengendalian Infeksi Nosokomial Di RS,
Depkes, 2001;
7. Pedoman Pelaksanaan Kewaspadaan Universal
Pelayanan Kesehatan, Depkes, Cetakan II, 2005;

8. Peraturan Menteri Kesehatan Nomer 1691/2011


tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit;

9. Pedoman Manajerial Pencegahan Dan Pengendalian


Infeksi di RS Dan Fasilitas Kesehatan lainya,
Depkes, 2007;

10. Pedoman Pencegahan Dan Pengendalian Infekasi Di


RS Dan Falitas Kesehatan lainya, Depkes –Perdalin
–JHPIEGO, 2007;

M E M U T U S K AN

Menetapkan : 1. Surat Keputusan Direktur RS Tentang Pedoman


Perawatan Pasien Penyakit Menular di RSU Aliyah
Kendari.
: 2. Memberlakukan Pedoman Perawatan Pasien
Penyakit Menular di RSU Aliyah Kendari
sebagaimana terlampir dalam keputusan ini
: 3. Pedoman Perawatan Pasien Penyakit Menular ini
dimaksudkan sebagai acuan dalam pelaksanaan
kegiatan pelayanan pasien di RSU Aliyah Kendari.
: 4. Pedoman Perawatan Pasien Penyakit Menular ini
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
ketentuan Direktur RS.
: 5. Hal-hal yang belum diatur atau belum cukup diatur
dalam surat keputusan ini akan diatur kemudian
: 6. Apabila di kemudian hari ternyata terdapat
kekeliruan dalam surat keputusan ini, akan diadakan

- 18 -
pembetulan sebagaimana mestinya
: 7. Surat keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di : Kendari
Pada tanggal : 16 Desember 2016

Direktur,

dr. Hj. Maryam Rufiah, MR., M. Kes

- 19 -
Lampiran : Surat Keputusan Direktur RSU Aliyah Kendari
Nomor : 221/KEP/RSUA/XII/2016
Tanggal : 16 Desember 2016
Tentang : Pedoman Perawatan Pasien Penyakit Menular

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Infeksi adalah adanya suatu organisme pada jaringan atau cairan tubuh yang
disertai suatu gejala klinis baik lokal maupun sistemik. Infeksi yang muncul
selama seseorang tersebut dirawat di rumah sakit dan mulai menunjukkan suatu
gejala selama seseorang itu dirawat atau setelah selesai dirawat disebut infeksi
nosokomial. Secara umum, pasien yang masuk rumah sakit dan menunjukkan
tanda infeksi yang kurang dari 72 jam menunjukkan bahwa masa inkubasi
penyakit telah terjadi sebelum pasien masuk rumah sakit, dan infeksi yang baru
menunjukkan gejala setelah 72 jam pasien berada dirumah sakit baru disebut
infeksi nosokomia.
Rumah sakit merupakan suatu tempat dimana orang yang sakit dirawat dan
ditempatkan dalam jarak yang sangat dekat. Di tempat ini pasien mendapatkan
terapi dan perawatan untuk dapat sembuh. Tetapi, rumah sakit selain untuk
mencari kesembuhan, juga merupakan depot bagi berbagai macam penyakit yang
berasal dari penderita maupun dari pengunjung yang berstatus karier. Kuman
penyakit ini dapat hidup dan berkembang di lingkungan rumah sakit, seperti;
udara, air, lantai, makanan dan benda-benda medis maupun non medis
Sesuai dengan kebijakan yang dikembangkan pada 1970, semua pasien yang
diketahui terinfeksi penyakit menular melalui tes wajib diisolasi. Kebijakan ini
menentukan tujuh kategori isolasi berdasarkan sifat infeksinya (daya menular,
ganas, dll.). Kewaspadaan khusus (sarung tangan dsb.) dengan tingkat yang
ditentukan oleh kategori hanya dipakai untuk pasien ini.

B. Tujuan
1. Tujuan
Untuk mengetahui perawatan klien pada ruang isolasi
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui definisi dari isolasi
b. Untuk mengetahui manajemen pada klien kamar isolasi
c. Untuk mengetahui hal-hal yang perlu diperhatkan di kamar isolasi
d. Untuk mengetahui teknik pelaksanaan kamar isolasi

- 20 -
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Isolasi
Isolasi merupakan teknik yang digunakan untuk mengurangi atau mencegah
suatu penyebaran infeksi yang diakibatkan oleh oleh mikroorganime tertentu.
Infeksi adalah adanya suatu organisme pada jaringan atau cairan tubuh yang
disertai suatu gejala klinis baik lokal maupun sistemik. Infeksi yang muncul
selama seseorang tersebut dirawat di rumah sakit dan mulai menunjukkan suatu
gejala selama seseorang itu dirawat atau setelah selesai dirawat disebut infeksi
nosokomial. Secara umum, pasien yang masuk rumah sakit dan menunjukkan
tanda infeksi yang kurang dari 72 jam menunjukkan bahwa masa inkubasi
penyakit telah terjadi sebelum pasien masuk rumah sakit, dan infeksi yang baru
menunjukkan gejala setelah 72 jam pasien berada dirumah sakit baru disebut
infeksi nosokomial.
Infeksi nosokomial ini dapat berasal dari dalam tubuh penderita maupun luar
tubuh. Infeksi endogen disebabkan oleh mikroorganisme yang semula memang
sudah ada didalam tubuh dan berpindah ke tempat baru yang kita sebut dengan
self infection atau auto infection, sementara infeksi eksogen (cross infection)
disebabkan oleh mikroorganisme yang berasal dari rumah sakit dan dari satu
pasien ke pasien lainnya.

B. Penyakit Yang Disebabkan Oleh Infeksi


1. Infeksi saluran kemih
Infeksi ini merupakan kejadian tersering, sekitar 40% dari infeksi nosokomial,
80% infeksinya dihubungkan dengan penggunaan kateter urin. Walaupun
tidak terlalu berbahaya, tetapi dapat menyebabkan terjadinya bakteremia dan
mengakibatkan kematian. Organisme yang biasa menginfeksi biasanya E.Coli,
Klebsiella, Proteus, Pseudomonas, atau Enterococcus. Infeksi yang terjadi
lebih awal lebih disebabkan karena mikroorganisme endogen, sedangkan
infeksi yang terjadi setelah beberapa waktu yang lama biasanya karena
mikroorganisme eksogen.
Sangat sulit untuk dapat mencegah penyebaran mikroorganisme sepanjang
uretra yang melekat dengan permukaan dari kateter. Kebanyakan pasien akan
terinfeksi setelah 1-2 minggu pemasangan kateter. Penyebab paling utama
adalah kontaminasi tangan atau sarung tangan ketika pemasangan kateter, atau
air yang digunakan untuk membesarkan balon kateter. Dapat juga karena
sterilisasi yang gagal dan teknik septik dan aseptik.
2. Pneumonia Nosokomial
Pneumonia nosokomial dapat muncul, terutama pasien yang menggunakan
ventilator, tindakan trakeostomi, intubasi, pemasangan NGT, dan terapi
inhalasi. Kuman penyebab infeksi ini tersering berasal dari gram negatif
seperti Klebsiella,dan Pseudomonas. Organisme ini sering berada di mulut,
hidung, kerongkongan, dan perut. Keberadaan organisme ini dapat
menyebabkan infeksi karena adanya aspirasi oleh organisme ke traktus
respiratorius bagian bawah.
Dari kelompok virus dapat disebabkan olehcytomegalovirus, influenza virus,
adeno virus, para influenza virus, enterovirus dan corona virus.
Faktor resiko terjadinya infeksi ini adalah :
a. Tipe dan jenis pernapasan
b. Perokok berat

- 21 -
c. Tidak sterilnya alat-alat bantu
d. Obesitas
e. Kualitas perawatan
f. Penyakit jantung kronis
g. Penyakit paru kronis
h. Beratnya kondisi pasien dan kegagalan organ
i. Tingkat penggunaan antibiotika
j. Penggunaan ventilator dan intubasi
k. Penurunan kesadaran pasien

C. Pencegahan Terjadinya Infeksi


Pencegahan dari infeksi diperlukan suatu rencana yang terintegrasi, monitoring
dan program yang termasuk:
Membatasi transmisi organisme dari atau antar pasien dengan cara mencuci
tangan dan penggunaan sarung tangan, tindakan septik dan aseptik, sterilisasi dan
disinfektan.
a. Mengontrol resiko penularan dari lingkungan.
b. Melindungi pasien dengan penggunaan antibiotika yang adekuat, nutrisi
yang cukup, dan vaksinasi.
c. Membatasi resiko infeksi endogen dengan meminimalkan prosedur
invasif.
d. Pengawasan infeksi, identifikasi penyakit dan mengontrol penyebarannya
1. Dekontaminasi tangan
Transmisi penyakit melalui tangan dapat diminimalisasi dengan menjaga
hiegene dari tangan. Tetapi pada kenyataannya, hal ini sulit dilakukan dengan
benar, karena banyaknya alasan seperti kurangnya peralatan, alergi produk
pencuci tangan, sedikitnya pengetahuan mengenai pentingnya hal ini, dan
waktu mencuci tangan yang lama. Selain itu, penggunaan sarung tangan
sangat dianjurkan bila akan melakukan tindakan atau pemeriksaan pada pasien
dengan penyakit-penyakit infeksi. Hal yang perlu diingat adalah: Memakai
sarung tangan ketika akan mengambil atau menyentuh darah, cairan tubuh,
atau keringat, tinja, urin, membran mukosa dan bahan yang kita anggap telah
terkontaminasi, dan segera mencuci tangan setelah melepas sarung tangan.
2. Instrumen yang sering digunakan Rumah Sakit
Simonsen et al (1999) menyimpulkan bahwa lebih dari 50% suntikan yang
dilakukan di negara berkembang tidaklah aman (contohnya jarum, tabung atau
keduanya yang dipakai berulang-ulang) dan banyaknya suntikan yang tidak
penting (misalnya penyuntikan antibiotika).7 Untuk mencegah penyebaran
penyakit melalui jarum suntik maka diperlukan:
a. Pengurangan penyuntikan yang kurang diperlukan
b. Pergunakan jarum steril
c. Penggunaan alat suntik yang disposabel.
Masker, sebagai pelindung terhadap penyakit yang ditularkan melalui udara.
Begitupun dengan pasien yang menderita infeksi saluran nafas, mereka harus
menggunakan masker saat keluar dari kamar penderita.
Sarung tangan, sebaiknya digunakan terutama ketika menyentuh darah, cairan
tubuh, feses maupun urine. Sarung tangan harus selalu diganti untuk tiap
pasiennya. Setelah membalut luka atau terkena benda yang kotor, sanrung
tangan harus segera diganti.

- 22 -
Baju khusus juga harus dipakai untuk melindungi kulit dan pakaian selama
kita melakukan suatu tindakan untuk mencegah percikan darah, cairan tubuh,
urin dan feses.
3. Mencegah penularan dari lingkungan rumah sakit
Pembersihan yang rutin sangat penting untuk meyakinkan bahwa rumah sakit
sangat bersih dan benar-benar bersih dari debu, minyak dan kotoran. Perlu
diingat bahwa sekitar 90 persen dari kotoran yang terlihat pasti mengandung
kuman. Harus ada waktu yang teratur untuk membersihkan dinding, lantai,
tempat tidur, pintu, jendela, tirai, kamar mandi, dan alat-alat medis yang telah
dipakai berkali-kali.
Disinfektan akan membunuh kuman dan mencegah penularan antar pasien.
Disinfeksi yang dipakai adalah:
a. Mempunyai kriteria membunuh kuman
b. Mempunyai efek sebagai detergen
c. Mempunyai efek terhadap banyak bakteri, dapat melarutkan minyak dan
protein.
d. Tidak sulit digunakan
e. Tidak mudah menguap
f. Bukan bahan yang mengandung zat yang berbahaya baik untuk petugas
maupun pasien
g. Efektif
h. Tidak berbau, atau tidak berbau tak enak
4. Perbaiki ketahanan tubuh
Di dalam tubuh manusia, selain ada bakteri yang patogen oportunis, ada pula
bakteri yang secara mutualistik yang ikut membantu dalam proses fisiologis
tubuh, dan membantu ketahanan tubuh melawan invasi jasad renik patogen
serta menjaga keseimbangan di antara populasi jasad renik komensal pada
umumnya, misalnya seperti apa yang terjadi di dalam saluran cerna manusia
5. Ruangan Isolasi
Penyebaran dari infeksi nosokomial juga dapat dicegah dengan membuat
suatu pemisahan pasien. Ruang isolasi sangat diperlukan terutama untuk
penyakit yang penularannya melalui udara, contohnya tuberkulosis, dan
SARS, yang mengakibatkan kontaminasi berat. Penularan yang melibatkan
virus, contohnya DHF dan HIV. Biasanya, pasien yang mempunyai resistensi
rendah eperti leukimia dan pengguna obat immunosupresan juga perlu
diisolasi agar terhindar dari infeksi. Tetapi menjaga kebersihan tangan dan
makanan, peralatan kesehatan di dalam ruang isolasi juga sangat penting.
Ruang isolasi ini harus selalu tertutup dengan ventilasi udara selalu menuju
keluar. Sebaiknya satu pasien berada dalam satu ruang isolasi, tetapi bila
sedang terjadi kejadian luar biasa dan penderita melebihi kapasitas, beberapa
pasien dalam satu ruangan tidaklah apa-apa selama mereka menderita
penyakit yang sama.

D. Penempatan Ruang Isolasi


Pada umumnya ruang isolasi digunakan oleh pihak rumah sakit. Rumah sakit
merupakan suatu tempat dimana orang yang sakit dirawat dan ditempatkan dalam
jarak yang sangat dekat. Di tempat ini pasien mendapatkan terapi dan perawatan
untuk dapat sembuh. Tetapi, rumah sakit selain untuk mencari kesembuhan, juga
merupakan depot bagi berbagai macam penyakit yang berasal dari penderita
maupun dari pengunjung yang berstatus karier. Kuman penyakit ini dapat hidup
dan berkembang di lingkungan rumah sakit, seperti; udara, air, lantai, makanan

- 23 -
dan benda-benda medis maupun non medis. Terjadinya infeksi nosokomial akan
menimbulkan banyak kerugian, antara lain :
1. lama hari perawatan bertambah panjang
2. penderitaan bertambah
3. biaya meningkat

E. Manajemen Tahap Pertama dan Lanjut pada Pasien


1. Sebelum Membawa/Transfer Pasien
Pakaikan masker medis/bedah pada pasien jika ada dan yang dapat ditolerir
pasien
2. Sebelum Kontak Pada Setiap Pasien
a. Gunakan masker medis/bedah
b. Mencuci tangan
c. Gunakan pelindung mata, jubah dan sarung tangan bila ada resiko terkena
cipratan lendir dari pasien.
d. Cucilah dan sterilkan tubuh/peralatan diantara pasien.
e. Gantilah sarung tangan (jika bisa) dan cucilah tangan pasien.
3. Jika Menggunakan Aerosol-Buatlah Prosdedur (misal intubation,
bronchoscopy, CPR, suction)
a. Hanya staf tertentu yang boleh keluar masuk ruangan
b. Gunakan jubah medis
c. Gunakan pelindung mata, lalu kenakan sarung tangan
d. Lakukan prosedur terencana dalam ruangan berventilasi yang memenuhi
syarat.
4. Sebelum Membawa Pasien Ke Area Khusus (Ruang Karantina Atau
Sejenisnya)
a. Batasi akses keluar-masuk dan perhatikan rambu-rambu kendali infeksi
b. Sediakan perlengkapan khusus pasien jika ada
c. Pastikan jarak kurang dari 1 meter (3.3 kaki) antara pasien dan area
pengunjung.
d. Pastikan dipatuhinya tata-tertib setempat dalam penggantian linen dan
kebersihan ruangan.
5. Sebelum Memasuki Area Khusus (ruang karantina atau sejenisnya)
a. Gunakan masker medis/bedah
b. Mencuci tangan
6. Sebelum Meninggalkan Area Khusus (ruang karantina atau sejenisnya)
a. Lepaskan peralatan pelindung personal (sarung tangan, jubah, masker, dan
pelindung mata)
b. Buanglah barang-barang yang memang harus dibuang sesuai dengan
peraturan setempat
c. Mencuci tangan
d. Mencuci dan mensterilkan peralatan untuk pasien dan perlengkapan
pribadi pasien yang dikenakan pasien.
e. Buanglah sampah yang terkontaminasi virus sesuai peraturan tentang
sampah klinis.
7. Sebelum Meninggalkan Pasien Suspect Atau Positif
a. Beritahukan instruksi dan materi untuk pasien/petugas terkait mengenai
pernapasan higienis/etika batuk atau bersin
b. Beritahukan peraturan di ruang karantina, kendali infeksi dan pembatasan
kontak social
c. Catat alamat dan nomor telepon pasien.

- 24 -
8. Setelah Meninggalkan Pasien
a. Buanglah atau bersihkan peralatan khusus untuk pasien sesuai peraturan
setempat
b. Gantilah dan cucilah linen tanpa mengucek
c. Bersihkan ruangan sesuai peraturan setempat
d. Buanglah sampah yang terkontaminasi virus sesuai aturan tentang sampah
klinis

F. Hal-hal yang Perlu diperhatikan dalam Ruang Isolasi


Sedapat mungkin diciptakan untuk memfasilitasi kewaspadaan standar.
Cuci tangan saat tangan tampak kotor, alkohol hand rub perlu disediakan ditempat
yang mudah diraih. Wastafel perlu diadakan 1 buah tiap 6 tempat tidur pasien,
sedang ruang high care 1 wastafel tiap 1 tempat tidur.
Jarak antar tempat tidur diupayakan cukup agar perawat tidak menyentuh 2
tempat tidur dalam waktu yang sama, Ideal 2,5m. Penurunan jarak menjadi 1,9m
menyebabkan peningkatan transfer MRSA 3,15 kali, gaun dapat membantu,
terutama pada penempatan pasien yang padat.
1. Pencegahan transmisi melalui udara/airborne
Ruang dengan kamar mandi terpisah menurunkan transmisi. Perawatan ruang
dengan tekanan negatif atau positif sulit dan tidak menunjukkan efektif untuk
pencegahan transmisi TBC dibanding kamar isolasi dengan pintu tertutup.
Ruang terpisah dengan anteroom yang berventilasi menurunkan udara untuk
bergerak antara ruang pasien dan koridor. Perawatannya lebih mudah tetapi
nilai bangunan lebih mahal. Dapat digunakan kohorting isolasi yaitu
menempatkan beberapa pasien dengan diagnosis sama didalam 1 ruangan.
Sangat sulit mencegah transmisi airborne dalam ruangan dengan ventilasi
turbulen (aerosol yang larut) karena banyak partikel yang dilepaskan pasien
TB saat batuk atau bersin.
2. Penempatan pasien
Penempatan pasien seharusnya sesuai temuan klinis sambil menunggu hasil
kultur laboratorium.
Pertimbangan pada saat penempatan pasien :
a. Kamar terpisah bila dimungkinkan kontaminasi luas terhadap lingkungan,
misal: luka lebar dengan cairan keluar, diare, perdarahan tidak terkontrol.
b. Kamar terpisah dengan pintu tertutup diwaspadai transmisi melalui udara
ke kontak, misal: luka dengan infeksi kuman gram positif.
c. Kamar terpisah dengan ventilasi dibuang keluar, misal: TBC.
d. Kamar terpisah dengan udara terkunci bila diwaspadai transmisi airborne
luas, misal: varicella
e. Kamar terpisah bila pasien kurang mampu menjaga kebersihan
(anak,gangguan mental).
f. Bila kamar terpisah tidak memungkinkan dapat kohorting.Bila pasien
terinfeksi dicampur dg non infeksi maka pasien,petugas dan pengunjung
menjaga kewaspadaan untuk mencegah transmisi infeksi .
Penggunaan kamar terpisah untuk mencegah penjalaran infeksi bukan
satu-satunya penyelesaian. Barrier nursing bila dijalankan maka transmisi
akan berhenti. Penelitian di ICU dengan 6 tempat tidur selama 3 tahun
pada 56 pasien masuk tidak terdiagnosis MRSA dapat menyebabkan 80
orang terinfeksi.

- 25 -
G. Prosedur Teknik Isolasi
1. Kewaspadaan Standar
Kewaspadaan yang terpenting,dirancang untuk untuk diterapkan dalam
perawatan seluruh pasien dalam RS,baik terdiagnosis infeksi ,diduga
terinfeksi atau kolonisasi.Diciptakan untuk mencegah transmisi silang
sebelum diagnosis ditegakkan atau hasil pemeriksaan laboratorium belum ada.
Strategi utama untuk PPI ,menyatukan Universal Precautions dan Body
Substance Isolation
adalah kewaspadaan dalam pencegahan dan pengendalian infeksi rutin dan
harus diterapkan terhadap semua pasien di semua fasilitas kesehatan.
Kewaspadaan standar dilaksanakan saat menghadapi :
a. Darah
b. Semua cairan tubuh,sekresi,ekskresi kecuali keringat,tampak mengandung
darah atau tidak
c. Kulit yang tidak intak
d. Mukus membrane
Kewaspadaan Standar untuk pelayanan semua pasien. meliputi :
a. Kebersihan tangan
1) Hindari menyentuh permukaan disekitar pasien agar tangan terhindar
kontaminasi patogen dari dan ke permukaan.
2) Bila tangan tampak kotor,mengandung bahan berprotein,cairan
tubuh,cuci tangan dg sabun biasa/antimikroba dengan air
3) Bila tangan tidak tampak kotor,atau setelah membuang kotoran
dengan sabun biasa+air,dekontaminasi dengan alkohol handrub
4) Sebelum kontak langsung dg pasien
5) Setelah menyentuh darah, cairan tubuh, sekresi, ekskresi ,kulit yg
tidak utuh,ganti verband
6) Setelah kontak dg kulit pasien yg utuh
7) Bila tangan beralih dari area tubuh terkontaminasi menuju area bersih
8) Segera setelah melepas sarung tangan.
9) Setelah kontak dg benda mati (termasuk alat medik)di area pasien
10) Cuci tangan dg sabun biasa dan air mengalir bila kontak dg diduga
spora,karena alkohol,klorhexidin,iodofor aktifitasnya lemah terhadap
spora
11) Jangan memakai kuku palsu,saat kontak langsung dg pasien
12) Cegah kontaminasi saat melepas APD
13) Sebelum keluar ruangan pasien,melepas APD,membuang APD
b. Sarung tangan
1) Pakai bila mungkin terkontaminasi darah, cairan tubuh, sekresi,
ekskresi dan bahan terkontaminasi, mukus membran dan kulit yang
tidak utuh,kulit utuh yg potensial terkontaminasi
2) Pakai sesuai ukuran tangan jenis tindakan
3) Pakai sarung tangan sekali pakai saat merawat pasien langsung
4) Pakai sarung tangan sekali pakai atau pakai ulang untuk membersihkan
lingkungan
5) Lepaskan sarung tangan segera setelah selesai, sebelum menyentuh
bahan terkontaminasi dan permukaan lingkungan, sebelum beralih ke
pasien lain
6) Jangan memakai sarung tangan 1 pasang untuk pasien yang berbeda
7) Gantilah sarung tangan bila tangan berpindah dari area tubuh
terkontaminasi ke area bersih

- 26 -
3. Masker, goggle, face shield
1) Pakailah untuk melindungi mukus membran mata, hidung, mulut
selama melaksanakan prosedur dan aktifitas perawatan pasien yang
berisiko terjadi cipratan/semprotan dari darah, cairan tubuh, sekresi,
ekskresi.
2) Pilih sesuai tindakan yang akan dikerjakan
3) Masker bedah dapat dipakai secara umum untuk petugas RS untuk
mencegah transmisi melalui partikel besar dari droplet saat kontak erat
( <3 m) dari pasien saat batuk /bersin.
4) Pakailah selama tindakan yang menimbulkan aerosol walaupun pd
pasien tidak diduga infeksi ,
4. Gaun
1) Kenakan gaun ( bersih, tidak steril ) untuk melindungi kulit, mencegah
baju menjadi kotor,kulit terkontaminasi selama prosedur/merawat
pasien yang memungkinkan terjadinya percikan/semprotan cairan
tubuh pasien.
2) Pilihlah yang sesuai antara bahan gaun dan tindakan yang akan
dikerjakan dan perkiraan jumlah cairan yang mungkin akan dihadapi.
3) Lepaskan gaun segera dan cucilah tangan untuk mencegah transmisi
mikroba ke pasien lain ataupun ke lingkungan.
2. Kewaspadaan berdasar transmisi
Sebagai tambahan Kewaspadaan Standar, terutama setelah terdiagnosis jenis
infeksinya
Jenis kewaspadaan berdasarkan transmisi:
a. Kontak.
b. Melalui droplet
c. Melalui udara (Airborne)
d. Melalui common vehicle ( makanan,air,obat,alat,peralatan)
e. Melalui vektor ( lalat,nyamuk,tikus)
Catatan: Suatu infeksi dapat ditransmisikan lebih dari satu cara.

H. Pendidikan Kesehatan untuk Klien dan Keluarga terhadap Penurunan


Imunitas
1. Hindari orang terdekat.
Hindari hubungan dengan orang-orang yang sakit. Bila Anda sedang sakit,
menjaga jarak dari orang lain untuk melindungi mereka dari penyakit juga.
2. Tinggallah di rumah ketika Anda sakit.
Jika memungkinkan, tinggal di rumah dari pekerjaan, sekolah, dan errands
bila Anda sakit. Anda akan membantu mencegah orang lain dari penangkapan
Anda sakit.
3. Lindungi mulut dan hidung.
Menutupi mulut dan hidung dengan tisu ketika batuk atau bersin. Hal itu
dapat mencegah orang-orang di sekitar anda dari penyakit.
4. Bersihkan tangan Anda.
Mencuci tangan Anda sering akan membantu melindungi Anda dari kuman.
5. Hindari menyentuh mata, hidung atau mulut.
Kuman yang sering menyebar ketika seseorang menyentuh sesuatu yang
ketularan dengan kuman dan kemudian nya menyentuh mata, hidung, atau
mulut.

- 27 -
6. Kebiasaan kesehatan yang baik.
Mendapatkan banyak tidur, akan aktif secara fisik, mengelola stres, minum
banyak cairan, dan makan makanan bergizi.

- 28 -
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Isolasi dilakukan dalam rangka mencegah penyebaran infeksi yang lebih
lanjut.
2. Ruang isolasi sangat diperlukan terutama untuk penyakit yang penularannya
melalui udara, contohnya tuberkulosis, dan SARS
3. Isolasi merupakan teknik yang digunakan untuk mengurangi atau mencegah
suatu penyebaran infeksi yang diakibatkan oleh oleh mikroorganime
tertentu.
4. Kewaspadaan terhadap isolasi sangat diperlukan demi kebaikan semua pihak

B. Saran
1. Penyebaran infeksi terutama dari udara dan air harus menjadi perhatian
utama agar infeksi tidak meluas
2. Sebaiknya keluarga diberikan penkes agar sedini mengkin dapat mengenali
jenis penyakit yang sedang dihadapi
3. Sebaiknya para tim kesehatan tidak lalai guna melakukan proteksi terhadap
dirinya.

Direktur,

dr. Hj. Maryam Rufiah, MR., M. Kes

- 29 -

Anda mungkin juga menyukai