Sap Halusinasi Sejahtera
Sap Halusinasi Sejahtera
Disusun Oleh:
Kelompok 3C
LEMBAR PENGESAHAN
Mengetahui,
Kepala Ruangan Sejahtera
3
2. Penyebab halusinasi.
3. Klasifikasi halusinasi.
4. Tanda dan gejala halusinasi.
5. Cara merawat pasien halusinasi.
6. Pemberian aktivitas halusinasi.
7. Cara mengotrol halusinasi.
V. Metode
Metode dalam penyuluhan ini adalah metode ceramah dan diskusi.
Pertama, Metode ceramah akan disampaikan oleh salah satu perwakilan
dari kelompok 2 mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga.
Kedua, metode diskusi akan dilakukan setelah penyampaian materi selesai
dengan dipimpin oleh moderator yang berasal dari perwakilan kelompok
2.
VI. Media
Media yang digunakan dalam kegiatan penyuluhan ini adalah lembar
balik.
VII. Setting Tempat
Keterangan:
: Moderator : Observer
: Penyuluh : Audiens
: Notulen : Fasilitator
Pembg. Akademik :
Pembimbing Klinik :
Moderator : Friska N.W.H.
Penyuluh : Ahmad Eko Wibowo
Observer : Delisa Alfriani
Fasilitator : Leli Ika Hariyati
IX. Pelaksanaan
No Waktu Kegiatan Penyuluhan Respon Peserta Pelaksana
Penyuluhan
1. 5 menit Pembukaan: Moderator
1. Mengucapkan salam 1. Menjawab salam
2. Memperkenalkan diri 2. Mendengarkan
3. Kontrak waktu 3. Mendengarkan
dan menyetujui
4. Menjelaskan tujuan 4. Memperhatikan
dari penyuluhan
5. Menyebutkan materi 5. Memperhatikan
penyuluhan yang
akan diberikan.
6. Kuesioner awal 6. Mengisi kuesioner
2. 30 Menit Pelaksanaan 1. Mendengarkan Penyuluh
penyampaian materi 2. Memperhatikan
tentang: penjelasan materi
1. Definisi halusinasi. 3. Mencermati
2. Penyebab halusinasi. materi
3. Klasifikasi halusinasi.
4. Tanda dan gejala
7
halusinasi.
5. Cara merawat pasien
halusinasi.
6. Pemberian aktivitas
halusinasi.
Cara mengotrol halusinasi
3. 10 menit Diskusi: Moderator
1. Memberikan 1. Mengajukan dan
kesempatan pada pertanyaan fasilitator
peserta untuk
mengajukan
pertanyaan kemudian
didiskusikan bersama
dan menjawab
pertanyaan.
4. 5 menit Evaluasi:
1. Menanyakan kepada 1. Menjawab Moderator
peserta penyuluhan pertanyaan dan dan
tentang materi yang menjelaskannya fasilitator
diberikan.
2. Kuesioner akhir 2. Mengisi
kuesioner
5. 5 menit Terminasi: Moderator
1. Menyimpulkan hasil 1. Memperhatikan
penyuluhan
2. Mengucapkan 2. Mendengarkan
terimakasih kepada
peserta
3. Mengakhiri dengan 3. Menjawab salam
salam
X. Evaluasi
8
1. Struktur
a) Kesiapan materi
b) Kesiapan SAP
c) Kesiapan media: leaflet
d) Peserta hadir di tempat penyuluhan minimal 9 orang
e) Pengorganisasian penyelenggaraan penyuluhan
2. Proses
a. Fase dimulai sesuai waktu yang direncanakan
b. Peserta antusias terhadap materi penyuluhan
c. Peserta mengajukan pertanyaan
d. Penyuluh, fasilitator dapat menjawab pertanyaan dari peserta
e. Suasana penyuluhan tertib dan tenang
f. Tidak ada peserta yang meninggalkan tempat penyuluhan
3. Hasil
Peserta dapat:
1. Definisi halusinasi.
2. Penyebab halusinasi.
3. Klasifikasi halusinasi.
4. Tanda dan gejala halusinasi.
5. Cara merawat pasien halusinasi.
6. Pemberian aktivitas halusinasi.
7. Cara mengotrol halusinasi
9
A. Pengertian Halusinasi
Halusinasi merupakan gangguan atau perubahan persepsi dimana klien
indra tanpa ada rangsangan dari luar. Suatu penghayatan yang dialami suatu
persepsi melalui panca indra tanpa stimulus eksteren: persepsi palsu
(Maramis, 2005).
Halusinasi adalah kesan, respon dan pengalaman sensori yang salah
(Stuart, 2007).
B. FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB
Menurut Stuart (2007), faktor penyebab terjadinya halusinasi adalah:
1. Faktor predisposisi.
a. Biologis
Gangguan perkembangan dan fungsi otak/SSP.
Gejala yang mungkin muncul adalah hambatan dalam
belajar berbicara, daya ingat dan perilaku kekerasan.
b. Psikologis
Sikap dan keadaan keluarga juga lingkungan.
Penolakan dan kekerasan dalam kehidupan klien.
Pola asuh pada usia kanak-kanak yang tidak adekuat misalnya:
tidak ada kasih sayang diwarnai kekerasan dalam keluarga.
c. Sosial budaya
Kemiskinan, konflik sosial budaya (peperangan, kerawanan,dan
ketidakamanan).
Kehidupan yang terisolir disertai stress yang menumpuk.
2. Faktor presipitasi
a. Kurangnya sumber daya/ dukungan social yang dimiliki.
b. Respon koping yang maladaptive.
c. Komunikasi dalam keluarga kurang
10
C. Klasifikasi Halusinasi
Menurut (Menurut Stuart, 2007), jenis halusinasi antara lain :
1. Halusinasi pendengaran (auditorik)
Karakteristik ditandai dengan mendengar suara, teruatama suara – suara
orang, biasanya klien mendengar suara orang yang sedang membicarakan
apa yang sedang dipikirkannya dan memerintahkan untuk melakukan
sesuatu.
2. Halusinasi penglihatan (Visual)
Karakteristik dengan adanya stimulus penglihatan dalam bentuk pancaran
cahaya, gambaran geometrik, gambar kartun dan / atau panorama yang
luas dan kompleks. Penglihatan bisa menyenangkan atau menakutkan.
3. Halusinasi penghidu (olfactory)
Karakteristik ditandai dengan adanya bau busuk, amis dan bau yang
menjijikkan seperti : darah, urine atau feses. Kadang – kadang terhidu bau
harum. Biasanya berhubungan dengan stroke, tumor, kejang dan dementia.
4. Halusinasi peraba (tactile)
Karakteristik ditandai dengan adanya rasa sakit atau tidak enak tanpa
stimulus yang terlihat. Contoh : merasakan sensasi listrik datang dari
tanah, benda mati atau orang lain.
5. Halusinasi pengecap (gustatory)
Karakteristik ditandai dengan merasakan sesuatu yang busuk, amis dan
menjijikkan, merasa mengecap rasa seperti rasa darah, urin atau feses.
6. Halusinasi sinestetik
Karakteristik ditandai dengan merasakan fungsi tubuh seperti darah
mengalir melalui vena atau arteri, makanan dicerna atau pembentukan
urine.
7. Halusinasi Kinesthetic
Merasakan pergerakan sementara berdiri tanpa bergerak.
berbicara sendiri, secara tiba-tiba marah atau menyerang orang lain, gelisah,
melakukan gerakan seperti sedang menikmati sesuatu. Juga keterangan dari
pasien sendiri tentang halusinasi yang dialaminya (apa yang dilihat, didengar
atau dirasakan).
Berikut ini merupakan gejala klinis berdasarkan halusinasi (Budi Anna
Keliat, 1999) :
1. Tahap 1: halusinasi bersifat tidak menyenangkan
Gejala klinis:
a. Menyeriangai/tertawa tidak sesuai
b. Menggerakkan bibir tanpa bicara
c. Gerakan mata cepat
d. Bicara lambat
e. Diam dan pikiran dipenuhi sesuatu yang mengasikkan
2. Tahap 2: halusinasi bersifat menjijikkan
Gejala klinis:
a. Cemas
b. Konsentrasi menurun
c. Ketidakmampuan membedakan nyata dan tidak nyata
3. Tahap 3: halusinasi bersifat mengendalikan
Gejala klinis:
a. Cenderung mengikuti halusinasi
b. Kesulitan berhubungan dengan orang lain
c. Perhatian atau konsentrasi menurun dan cepat berubah
d. Kecemasan berat (berkeringat, gemetar, tidak mampu mengikuti
petunjuk).
4. Tahap 4: halusinasi bersifat menaklukkan
Gejala klinis:
a. Pasien mengikuti halusinasi
b. Tidak mampu mengendalikan diri
c. Tidak mamapu mengikuti perintah nyata
d. Beresiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan.
12
Daftar Pustaka
Maramis, W.f. 2005. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Ed. 9 Surabaya: Airlangga
University Press.
Stuart, G.W & Sundeen, S.J. 1998. Buku Saku Keperawatan Jiwa (Terjemahan).
Edisi 3, EGC, Jakarta.
14