Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Saat ini dalam setiap menit, setiap harinya, seorang ibu meninggal disebabkan
oleh komplikasi yang berhubungan dengan kehamilan, persalinan, dan nifas. Menurut
data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), kematian ibu diperkirakan sebanyak 500.000
kematian setiap tahun, 99% diantaranya terjadi di negara berkembang. Menurut
Millenium Development Goals (2004), dari lima juta kelahiran yang terjadi di Indonesia
setiap tahunnya, diperkirakan 20.000 ibu meninggal akibat komplikasi kehamilan atau
persalinan. Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia masih relatif lebih tinggi jika
dibandingkan dengan negara-negara anggota ASEAN lainnya. Menurut Depkes RI
(2003), kondisi derajat kesehatan di Indonesia ini masih harus ditingkatkan antara lain
ditandai dengan tingginya AKI yaitu 307 per 100.000 kelahiran hidup dan kematian
bayi baru lahir 35 per 1.000 kelahiran hidup. Menurut Survey Demografi Kesehatan
Indonesia (SDKI) tahun 2003, Angka Kematian Ibu (AKI) adalah 307 per 100.000
(SDKI, 2003) dan turun menjadi 228 per 100.000 pada tahun 2007 (SDKI, 2007).
Menurut Depkes RI (2001), angka kematian ibu dan bayi merupakan tolok ukur dalam
menilai derajat kesehatan suatu bangsa, oleh karena itu pemerintah sangat menekankan
untuk menurunkan angka kematian ibu dan bayi melalui program-program kesehatan.
Menurut Depkes RI (1999), definisi kematian maternal adalah kematian seorang wanita
pada waktu hamil atau dalam 42 hari sesudah berakhirnya kehamilan oleh sebab
apapun, terlepas dari tuanya kehamilan dan tindakan yang dilakukan untuk mengakhiri
kehamilan.1
Menurut Sensus yang dilakukan pada tahun 2000, lima penyebab utama
kematian ibu adalah pendarahan, infeksi, eklampsi, partus lama, dan komplikasi
abortus.1
Kebijakan Departemen Kesehatan dalam mempercepat penurunan Angka
Kematian Ibu (AKI) pada dasarnya mengacu pada intervensi strategis “Empat Pilar
Safe Mother Hood” yaitu; 1) Keluarga berencana, 2) Pelayanan antenatal care, 3)
Persalinan yang aman, 4) Pelayanan obstetric essensial. Pilar yang kedua yaitu

1
pelayanan antenatal care yang tujuan utamanya mencegah komplikasi obstetri dan
memastikan bahwa komplikasi dideteksi sedini mungkin serta ditangani secara
memadai.1

2
BAB II
PENGAWASAN WANITA HAMIL

2.1 Definisi Antenatal Care


Antenatal care adalah pengupayaan observasi berencana terhadap ibu hamil
pemeriksaan, pendidikan, pengawasan secara dini terhadap komplikasi penyakit ibu
yang dapat mempengaruhi kehamilan.2
Menurut World Health Organization (WHO) Antenatal Care adalah suatu
program yang terencana berupa observasi, edukasi, dan penanganan medik pada ibu
hamil untuk memperoleh suatu proses kehamilan serta persalinan yang aman dan
memuaskan.1
Masalah pengawasan kehamilan merupakan bagian terpenting dari seluruh
rangkaian perawatan ibu hamil. Melalui pengawasan tersebut, dapat dinilai kesehatan
ibu hamil, kesehatan janin, dan hubungan keduanya sehingga dapat direncanakan
pertolongan sesegera mungkin.
Dengan ilmu kebidanan (obstetri), diusahakan setiap kehamilan berlangsung
dengan aman, bersih dan bebas dari penyulit sehingga keadaan ibu dan anak terpelihara
dengan baik. Setiap wanita hamil dapat melalui proses persalinan tanpa gangguan dan
akhirnya mampu memelihara bayi dan memberikan ASI.
Proses persalinan yang aman dan bersih dapat diartikan sebagai pelaksanaan
persalinan dengan trauma yang sangat minimal dengan cara:
 Spontan kepala belakang
 Ekstraksi vakum atau forseps
 Seksio Sesaria (jalan terakhir)
Melalui proses diatas, akan tercapai well born baby dan well health mother sebagai titik
awal dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia.
Istilah untuk pemeriksaan dan pengawasan untuk ibu hamil, diantaranya:
 Maternity care : pelayanan kebidanan pada ibu hamil
 Antenatal care : pengawasan sebelum anak lahir terutama ditujukan pada anak
 Prenatal care : pengawasan sebelum janin lahir dan lebih ditekan kepada
kesehatan janin

3
Dalam arti sempit, ketiga bentuk pengawasan tersebut bertujuan untuk:
 Mengawasi ibu hamil selama kehamilan sampai melahirkan.
 Merawat dan memeriksa ibu hamil. Jika didapatkan kelainan yang dapat
mengganggu tumbuh kembang janin, harus diikuti untuk dilakukan
penatalaksanaan lebih lanjut dan diberikan pengobatan.
 Menemukan penyakit sedini mungkin pada ibu yang dapat mempengaruhi
pertumbuhan janin serta berusaha mengobatinya.
 Mempersiapkan ibu sehingga proses persalinan yang dijalaninya menjadi
pengalaman yang menyenangkan.
 Mempersiapkan ibu hamil agar dapat memelihara bayi dan menyusui seoptimal
mungkin.
Hal-hal yang dimaksud dan termasuk dalam pengawasan kehamilan adalah:
 Prekonsepsi dan prenatal care
 Teratologi dan epidemiologi kelainan kongenital
 Obat-obat masa hamil dan laktasi
 Ultrasonografi untuk mengetahui perkembangan janin
 Evaluasi janin antepartum
Terdapat perbedaan pengawasan pada ibu hamil dengan usia di bawah 18 tahun
disebabkan sering terjadinya:
 Anemia
 Hipertensi yang menuju eklamsi dan preeklampsi
 Persalinan dengan berat badan lahir rendah
 Kehamilan disertai infeksi
 Penyulit proses persalinan sehingga memerlukan tindakan operasi
Aspek sosial yang sering menyertai ibu hamil muda, yaitu:
 Kehamilan yang tidak diinginkan
 Kecanduan obat atau perokok
 Arti dan manfaat antenatal care yang kurang diperhatikan.

4
Saat ini, sekitar 3-5% wanita yang memiliki pekerjaan dengan pendidikan yang
lebih tinggi cenderung untuk terlambat menikah dan hamil diatas usia 35 tahun,
sehingga diperlukan perhatian khusus karena dapat terjadi:
 Hipertensi karena stress pekerjaan yang dapat memicu terjadinya preeklampsi
dan eklampsi
 Diabetes melitus
 Perdarahan antepartum
 Abortus dan abortus berulang
 Persalinan prematur atau BBLR
 Gangguan tumbuh kembang janin dalam rahim (IUGR)
 Kelainan kongenital
Antenatal care dijalankan sejak kunjungan wanita hamil pertama sekali dan
berlanjut hingga bayi lahir. Untuk negara di Eropa Timur, Amerika Utara, dan banyak
negara maju lainnya, menyarankan agar antenatal care dilaksanakan sebanyak 12-16
kali kunjungan selama kehamilan. Sedangkan di negara berkembang pemeriksaan
antenatal care cukup dilakukan sebanyak 4 kali sebagai kasus tercatat yaitu trimester
pertama 1 kali, trimester kedua 1 kali dan trimester ketiga 2 kali.
Menurut Profil Kesehatan Indonesia (2008), Antenatal care adalah pelayanan
yang diberikan kepada ibu hamil oleh petugas kesehatan untuk memelihara
kehamilannya, yang dilaksanakan sesuai standar pelayanan antenatal yang ditetapkan
dalam Standar Pelayanan Kebidanan. Antenatal care (ANC) adalah pemeriksaan
kehamilan untuk menyiapkan diri sebaik-baiknya fisik dan mental, serta menyelamatkan
ibu dan anak dalam kehamilan, persalinan, dan masa nifas sehingga keadaan mereka
pasca melahirkan sehat dan normal, tidak hanya fisik, tetapi juga mental. Perawatan
antenatal (PAN) adalah pemeriksaan yang sistematik dan teliti pada ibu hamil, pada
perkembangan/pertumbuhan janin dalam kandungannya serta penanganan ibu hamil dan
bayinya saat dilahirkan dalam kondisi yamg terbaik.

2.2 Tujuan Antenatal Care 1, 2


1. Memantau kemajuan kehamilan, memastikan kesejahteraan ibu, dan tumbuh
kembang janin.

5
2. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental, serta sosial ibu dan
bayi.
3. Menemukan secara dini adanya masalah atau gangguan dan kemungkinan
komplikasi yang terjadi selama masa kehamilan.
4. Mempersiapkan kehamilan dan persalinan dengan selamat, baik ibu maupun
bayi, dengan trauma seminimal mungkin.
5. Mempersiapkan ibu agar masa nifas dan pemberian ASI eksklusif berjalan
normal.
6. Mempersiapkan ibu dan keluarga dapat berperan dengan baik dalam memelihara
bayi agar dapat tumbuh dan berkembang secara normal.
Dahulu, tujuan Perawatan Antenatal (PAN) adalah untuk menjaring kasus
kehamilan risiko tinggi dan risiko rendah. Faktor risiko tersebut sebenarnya bukan
merupakan indikator yang baik bagi ibu hamil yang mengalami komplikasi. Jika kita
telaah, mayoritas ibu hamil yang sebelumnya diidentifikasi “risiko rendah”, malah
mengalami komplikasi, sebaliknya sebagian besar ibu hamil yang dianggap “risiko
tinggi” melahirkan bayinya tanpa komplikasi. Oleh karena itu, tujuan PAN, yaitu:
1. Mempromosikan serta menjaga kesehatan fisik dan mental ibu dan bayi dengan
memberikan pendidikan mengenai nutrisi, kebersihan diri, dan proses
persalinan.
2. Mendeteksi secara dini kelainan yang terdapat pada ibu dan janin serta segera
menatalaksanakan komplikasi medis, bedah, ataupun obstetri selama kehamilan
dan menanggulanginya.
3. Mempersiapkan ibu hamil, baik fisik, psikologis, dan sosial dalam menghadapi
kehamilan, persalinan, masa nifas, masa menyusui, serta kesiapan menghadapi
komplika
2.3 Fungsi Antenatal Care 1
Salah satu fungsi dari antenatal care (ANC) adalah untuk dapat
mendeteksi/mengkoreksi/menatalaksanakan sedini mungkin segala kelainan yang
terdapat pada ibu dan janinnya. Untuk itu, dilakukan pemeriksaan fisik diagnostik mulai
dari anamnesa yang teliti sampai dapat ditegakkan diagnosa diferensial dan diagnosa
sementara beserta prognosanya. Perlunya mendeteksi penyakit dan bukan penilaian

6
risiko dikarenakan pendekatan risiko bukan merupakan strategi yang efisien ataupun
efektif untuk menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI). Pendekatan PAN kini
mengenalkan pendekatan terbaru, yaitu Antenatal Terfokus (Focused ANC).

2.4 Antenatal Terfokus (Focused ANC)1


Antenatal terfokus yang mengutamakan kualitas kunjungan daripada
kuantitasnya. Pendekatan ini mengenalkan 2 kunci realitas, yaitu:
 Pertama, kunjungan berkala tidak serta merta meningkatkan hasil akhir
kehamilan, dan di negara berkembang secara logistik dan finansial adalah
mustahil bagi fasilitas kesehatan dan komunitas yang mereka layani.
 Kedua, banyak wanita yang diidentifikasi “berisiko tinggi” tidak pernah
mengalami komplikasi, sementara wanita “berisiko rendah” sering kali
mengalami komplikasi.
Antenatal Terfokus tergantung pada evidence-based, goal directed interventions
yang layak untuk umur kehamilan dan ditujukan secara khusus pada isu-isu kesehatan
yang paling utama bagi wanita hamil dan jabang bayi. Strategi kunci Antenatal
Terfokus (Focused ANC) lainnya adalah bahwa setiap kunjungan ditangani oleh
penyedia tenaga kesehatan yang ahli, yaitu bidan, dokter, perawat, atau tenaga
kesehatan yang mempunyai pengetahuan, ketrampilan, dan sikap yang dibutuhkan
untuk bekerja secara efektif untuk mencapai tujuan PAN. Selain itu, fungsi dari
antenatal care (ANC) adalah untuk mempersiapkan fisik dalam menghadapi kehamilan,
persalinan, dan nifas. Untuk itu, perlu komunikasi, informasi, dan edukasi seperti
pemberian gizi yang baik, “empat sehat lima sempurna” terutama diet tinggi kalori
tinggi protein, vitamin, dan mineral. Kemudian preparat Fe (zat besi) dan asam folat
untuk menanggulangi anemia (Safe Blood Safe Mother).

2.5 Jadwal Antenatal Care 1, 2,3


Menurut Profil Kesehatan Indonesia (2008), K1 adalah kunjungan pertama ibu
hamil ke fasilitas pelayanan kesehatan untuk mendapatkan pelayanan antenatal, yang
dilakukan pada trimester pertama kehamilan. Sedangkan K4 adalah kunjungan ibu
hamil untuk mendapatkan pelayanan antenatal minimal 4 kali, yaitu 1 kali pada

7
trimester pertama kehamilan, 1 kali pada trimester kedua, dan 2 kali pada trimester
ketiga. Setiap wanita hamil menghadapi risiko komplikasi yang bisa mengancam
jiwanya. Oleh karena itu, kunjungan antenatal care (ANC) minimal 4 kali selama
kehamilan, yaitu:
 Satu kali pada trimester I (umur kehamilan 0-13 minggu)
 Satu kali pada trimester II (umur kehamilan 14-27 minggu)
 Dua kali pada trimester III (umur kehamilan 28-36 minggu dan sesudah minggu
ke-36)
Menurut referensi dari Kuliah Obstertri, dalam upaya pengawasan ibu hamil di
Inggris tahun 1929, diusulkan gagasan pengawasan secara teratur dengan jadwal
sebagai berikut: 2
 Setiap 4 minggu sampai kehamilan berumur 28 minggu
 Setiap 2 minggu sampai kehamilan berumur 36 minggu
 Setiap minggu setelah umur kehamilan diatas 36 minggu sampai proses
persalinan dimulai.
Standar Asuhan Kehamilan Sesuai dengan kebijakan Departemen Kesehatan, standar
minimal pelayanan pada ibu hamil adalah tujuh bentuk yang disingkat 7T, antara lain:
1. Timbang berat badan.
2. Ukur tekanan darah.
3. Ukur tinggi fundus uteri.
4. Pemberian imunisasi TT (Tetanus Toksoid) lengkap.
5. Pemberian tablet Fe minimal 90 tablet selama kehamilan dengan dosis 1 tablet
setiap harinya.
6. Lakukan tes penyakit menular seksual (PMS).
7. Temu wicara dalam rangka persiapan rujukan.

2.6 Standar Pelayanan Antenatal yang berkualitas meliputi 1


Menurut Departemen Kesehatan RI tahun (2003):
 Memberikan pelayanan kepada ibu hamil minimal 4 kali, 1 kali pada trimester I,
1 kali pada trimester II, dan 2 kali pada trimester III untuk memantau keadaan

8
ibu dan janin dengan seksama sehingga dapat mendeteksi secara dini dan dapat
memberikan intervensi secara cepat dan tepat.
 Melakukan penimbangan berat badan ibu hamil dan pengukuran Lingkar Lengan
Atas (LLA) secara teratur mempunyai arti klinis penting, karena ada hubungan
yang erat antara pertambahan berat badan selama kehamilan dengan berat badan
lahir bayi. Pertambahan berat badan hanya sedikit menghasilkan rata-rata berat
badan lahir bayi yang lebih rendah dan risiko yang lebih tinggi untuk terjadinya
BBLR dan kematian bayi. Pertambahan berat badan ibu selama kehamilan dapat
digunakan sebagai indikator pertumbuhan janin dalam kandungan. Berdasarkan
pengamatan pertambahan berat badan ibu selama kehamilan dipengaruhi berat
badannya sebelum hamil. Pertambahan yang optimal adalah kira-kira 20% dari
berat badan ibu sebelum hamil, jika berat badan tidak bertambah, Lingkar
Lengan Atas < 23,5 cm menunjukkan ibu mengalami kurang gizi.
 Penimbangan berat badan dan pengukuran tekanan darah harus dilakukan secara
rutin dengan tujuan untuk melakukan deteksi dini terhadap terjadinya tiga gejala
preeklampsi yaitu tekanan darah tinggi, protein urin positif, pandangan kabur
atau oedema pada ekstremitas. Apabila pada kehamilan triwulan III terjadi
kenaikan berat badan lebih dari 1 kg, dalam waktu 1 minggu kemungkinan
disebabkan terjadinya oedema, apabila disertai dengan kenaikan tekanan darah
dan tekanan diastolik yang mencapai > 140/90 mmHg atau mengalami kenaikan
15 mmHg dalam 2 kali pengukuran dengan jarak 1 jam. Ibu hamil dikatakan
dalam keadaan preeklampsi jika mempunyai 2 dari 3 gejala preeklampsi.
Apabila preeklampsi tidak dapat diatasi, maka akan berlanjut menjadi eklampsi.
Eklampsi merupakan salah satu faktor utama penyebab terjadinya kematian
maternal.
 Pengukuran TFU (Tinggi Fundus Uteri) dilakukan secara rutin dengan tujuan
mendeteksi secara dini terhadap berat badan janin. Indikator pertumbuhan berat
janin intrauterin, tinggi fundus uteri dapat juga mendeteksi secara dini terhadap
terjadinya mola hidatidosa, janin ganda atau hidramnion yang ketiganya dapat
mempengaruhi terjadinya kematian maternal.

9
 Melaksanakan palpasi abdominal setiap kunjungan untuk mengetahui usia
kehamilan, letak, bagian terendah, letak punggung, menentukan janin tunggal
atau kembar, dan mendengarkan denyut jantung janin untuk menentukan asuhan
selanjutnya.
 Pemberian imunisasi tetanus toxoid (TT) kepada ibu hamil sebanyak 2 kali
dengan jarak minimal 4 minggu, diharapkan dapat menghindari terjadinya
tetanus neonatorum dan tetanus pada ibu bersalin dan nifas.
 Pemeriksaan Hemoglobine (Hb) pada kunjungan pertama dan pada kehamilan
30 minggu. Saat ini, anemia dalam kandungan ditetapkan kadar Hb <11gr%
pada trimester I dan III atau Hb <10,5 gr% pada trimester II, Hb <8gr% harus
dilakukan pengobatan dengan pemberian 2-3 kali tablet Fe per hari.
 Memberikan tablet zat besi, 90 tablet selama 3 bulan, diminum setiap hari,
ingatkan ibu hamil tidak meminumnya dengan teh atau kopi.
 Pemeriksaan urin dilakukan jika ada indikasi (tes protein dan glukosa),
pemeriksaan penyakit-penyakit infeksi (HIV/AIDS dan PMS).
 Memberikan penyuluhan tentang perawatan diri selama kehamilan, perawatan
payudara, gizi ibu selama kehamilan, tanda-tanda bahaya pada kehamilan dan
pada janin sehingga ibu dan keluarga dapat segera mengambil keputusan dalam
perawatan selanjutnya.
 Jelaskan tentang persalinan kepada ibu hamil, suami/keluarga pada trimester III,
memastikan bahwa persiapan persalinan bersih, aman dan suasana yang
menyenangkan, persiapan transportasi, dan biaya.
 Tersedianya alat-alat pelayanan kehamilan dalam keadaan baik dan dapat
digunakan, obat-obatan yang diperlukan, waktu pencatatan kehamilan, dan
mencatat semua temuan pada KMS (kartu menuju sehat) ibu hamil untuk
menentukan tindakan selanjutnya.

2.7 Informasi yang Diberikan ketika Memberikan Asuhan Kehamilan1,4


Informasi-informasi yang harus diberikan kepada ibu hamil pada kunjungan
kehamilannya adalah:

10
1. Trimester I
 Menjalin hubungan saling percaya.
Hal ini merupakan langkah paling awal namun akan sangat menentukan kualitas
asuhan di waktu-waktu berikutnya. Hubungan saling percaya antara ibu hamil
dan petugas kesehatan mutlak harus dapat dipenuhi sehingga informasi dan
penatalaksanaan yang diberikan oleh petugas kesehatan dapat selalu sesuai
dengan data yang disampaikan oleh pasien secara jujur.
 Deteksi masalah pada tahap awal pemberian asuhan, petugas kesehatan
melakukan deteksi kemungkinan masalah atau komplikasi yang muncul dengan
melakukan penapisan. Beberapa diantaranya adalah penapisan kelainan bentuk
panggul pada pasien dengan tinggi badan kurang dari 145 cm, pre-eklampsi,
hipertensi dalam kehamilan, infeksi, dan sebagainya.
 Mencegah masalah (TT dan anemia).
Pencegahan masalah anemia merupakan prioritas pertama yang harus dilakukan
oleh petugas kesehatan karena anemia merupakan penyebab utama pendarahan
postpartum. Selain anemia, petugas kesehatan juga harus melakukan pencegahan
penyakit tetanus neonatorum karena penyakit ini memberikan peran yang cukup
besar dalam menyebabkan kematian bayi.
 Persiapan persalinan dan komplikasi.
Meskipun proses persalinan masih cukup lama, namun petugas kesehatan tetap
harus menyampaikan informasi ini sedini mungkin sehingga ibu hamil dan
keluarga sudah mempunyai gambaran mengenai apa yang harus direncanakan.
Selain itu untuk memberdayakan ibu hamil dan keluarga, beberapa komplikasi
yang mungkin terjadi dalam kehamilan juga perlu disampaikan sejak dini
sehingga ibu hamil dan keluarga dapat ikut aktif dalam pemantauan perjalanan
kehamilannnya.
 Perilaku sehat (gizi, latihan/senam, kebersihan, istirahat).
2. Trimester II
Setelah petugas kesehatan menyimpulkan bahwa ibu hamil sudah cukup paham
dengan informasi yang harus diketahui pada Trimester I, maka pada Trimester II
petugas kesehatan memberikan informasi yang berkaitan dengan preeklampsi ringan

11
(pantau tekanan darah dan evaluasi edema). Petugas kesehatan mengajak ibu hamil dan
keluarga untuk aktif dalam memantau kemungkinan gejala-gejala preeklampsi ringan
dalam kehamilannya sehingga timbul tanggung jawab bagi ibu hamil dan keluarga.
3. Trimester III
 Gemeli (28-36 minggu)
Pada usia kehamilan ini, informasi yang perlu disampaikan adalah hasil
pemeriksaan kesejahteraan janin dalam kandungan, salah satunya adalah janin
tunggal atau ganda. Informasi tersebut akan mengurangi beberapa kekhawatiran
yang dirasakan oleh ibu hamil dan keluarga berkaitan dengan janin.
 Letak janin (>36 minggu)
Gambaran persalinan yang akan dilalui merupakan salah satu hal yang
dikhawatirkan oleh ibu hamil dan keluarga pada akhir masa kehamilan.
Informasi mengenai kepastian letak dan posisi janin akan mengurangi
kecemasan pasien. Ibu hamil akan lebih siap jika diberikan gambaran mengenai
proses persalinan secara lengkap.

2.8 Hak-Hak Ibu Hamil dalam Antenatal Care 4


 Mendapatkan keterangan mengenai kondisi kesehatannya. Informasi harus
diberikan langsung kepada ibu hamil dan keluarganya.
 Mendiskusikan keprihatinannya, kondisinya, dan harapannya terhadap sistem
pelayanan, dalam lingkungan yang dapat ia percaya. Proses ini berlangsung
secara pribadi dan didasari rasa saling percaya.
 Mengetahui sebelumnya jenis prosedur yang akan dilakukan terhadap dirinya.
 Mendapatkan pelayanan secara pribadi/dihormati privasinya dalam setiap
pelaksanaan prosedur.
 Menerima layanan senyaman mungkin.
 Menyatakan pandangan dan pilihannya mengenai pelayanan yang diterimanya.
Hal ini berarti dalam pengawasan wanita hamil, harus diusahakan agar wanita
hamil sampai akhir kehamilan sekurang-kurangnya harus sama sehatnya atau lebih
sehat, adanya kelainan fisik atau psikologik harus ditemukan sedini mungkin dan
diobati,dan melahirkan tanpa kesulitan serta bayi yang dilahirkan sehat fisik dan mental.

12
2.9 Pemeriksaan Antenatal Care 5
Bila seorang wanita datang dengan haid terlambat dan diduga adanya kehamilan,
maka dapat ditentukan tanggal perkiraan partus, jika hari pertama haid terakhir
diketahui dan siklus ± 28 hari. Rumus yang dipakai adalah rumus Naegele. Perkiraan
partus menurut rumus ini yaitu hari + 7, bulan – 3, dan tahun + 1. Misalnya hari pertama
haid terakhir adalah tanggal 1-5-2011, maka perkiraan partus menurut rumus ini yaitu
pada tanggal 8-2-2012.
Apabila tanggal hari pertama haid terakhir tidak diingat maka dapat digunakan
ukuran tinggi fundus uteri (TFU) sebagai patokan untuk menentukan usia kehamilan.

Gambar 1. Tinggi Fundus Uteri untuk menentukan usia kehamilan

Hal-hal yang memiliki kaitan dengan kehamilan hendaknya ditanyakan dengan


teliti seperti tentang keluhan, napsu makan, tidur, miksi, defekasi, riwayat kehamilan,
persalinan, nifas, ataupun keguguran sebelumnya. Tanyakan juga mengenai penyakit-
penyakit yang sedang atau pernah diderita oleh wanita hamil tersebut seperti penyakit
jantung, ginjal, tuberkulosis, diabetes mellitus, paru, dan sebagainya.

2.10 Pemeriksaan Fisik 5


Pada pemeriksaan seluruh tubuh wanita harus diperiksa dengan teliti. Keadaan
umum harus baik. Tekanan darah, nadi, suhu, pernapasan harus diperiksa dan dicatat.
Jantung, paru, mammae dan seluruh abdomen diperiksa dengan teliti dan juga dicatat.

13
Mammae harus terpelihara dengan baik, papilla mammae sebaiknya dibersihkan secara
teratur dan diberi minyak agar kulit tetap lemas. Bila terdapat putting yang tertarik ke
dalam atau retraksi, maka diadakan koreksi. Bila ringan, dapat dilakukan tarikan,
sehingga puting akhirnya menonjol. Apabila terlalu berat, maka harus diatasi dengan
pembedahan.
Jika kehamilan masih muda, pemeriksaan ginekologik diperlukan, dengan
menggunakan spekulum dilihat keadaan vulva, vagina, dan porsio. Pada uterus
diperhatikan letak, besar, bentuk, dan konsistensinya. Adneksa juga perlu diraba dengan
seksama.
Pemeriksaan panggul untuk mengadakan evaluasi akomodasinya sebaiknya
ditunda karena dapat menimbulkan rasa nyeri, akibat bagian lunak jalan lahir yang
masih kaku pada kehamilan muda.

2.11 Pemeriksaan Obstetri 3


Pasien berbaring telentang, kepala dan bahu sedikit lebih tinggi dengan memakai
bantal. Pemeriksa berdiri di sebelah kanan ibu hamil. Setelah wanita hamil yang akan
diperiksa berbaring, perhatikan terlebih dahulu apakah uterus berkontraksi. Jika
berkontraksi maka harus ditunggu terlebih dahulu. Dinding perut juga harus lemas agar
pemeriksaan dapat dilakukan dengan teliti. Untuk ini maka tungkai ditekuk pada
pangkal paha dan lutut kemudian dilakukan palpasi bimanual pada abdomen.
Palpasi abdomen menentukan
 Besar dan konsistensi rahim
 Bagian janin, letak, presentasi
 Gerakan janin
 Kontraksi rahim Braxton Hicks dan his
Terdapat berbagai macam cara palpasi namun yang sering di pakai adalah
menurut Leopold karena telah hampir mencakup semuanya.
Pemeriksaan Leopold I
Tujuan pemeriksaan ini adalah untuk menentukan tinggi fundus uteri dan bagian janin
yang berada pada fundus uteri.
Cara pemeriksaan:

14
 Pemeriksa menghadap ke bagian kepala ibu.
 Letakkan sisi lateral telunjuk kiri pada puncak fundus uteri untuk menentukan
tinggi fundus.
 Letakkan ujung telapak tangan kiri dan kanan pada fundus uteri dan rasakan
bagian janin yang ada pada bagian fundus dengan jalan menekan secara lembut
dan menggeser telapak tangan kiri dan kanan secara bergantian.
 Bila kepala, maka akan teraba bulat dank eras, sedangkan bokong tidak bulat
dan lunak.

Gambar 2. Pemeriksaan Leopold I

Pemeriksaan Leopold II
Untuk menentukan bagian janin yang berada pada kedua sisi uterus, pada letak lintang
tentukan di mana kepala janin.
Cara pemeriksaan :
 Pemeriksa menghadap ke kepala pasien, letakkan telapak tangan kiri pada
dinding perut lateral kanan dan telapak tangan kanan pada dinding perut lateral
kiri ibu secara sejajar dan pada ketinggian yang sama.
 Mulai dari bagian atas tekan secara bergantian atau bersamaan (simultan)
telapak tangan tangan kiri dan kanan kemudian geser ke arah bawah dan rasakan
adanya bagian yang rata dan memanjang (punggung) atau bagian-bagian kecil
(ekstremitas).

15
Gambar 3. Pemeriksaan Leopold II

Pemeriksaan Leopold III


Untuk menentukan bagian janin apa yang berada pada bagian bawah dan apakah bagian
terbawah tersebut masih sudah terfiksasi atau masih dapat digoyangkan.
Cara pemeriksaan:
 Posisi pemeriksa pada sisi kanan ibu
 Letakkan ujung jari tangan kiri pada dimdimg lateral kiri bawah, telapak tangan
kanan pada dinding lateral kanan bawah
 Tekan secara lembut bergantian untuk menentukan bagian terbawah janin

Gambar 4. Pemeriksaan Leopold III

16
Pemeriksaan Leopold IV
Untuk menentukan bagian terbawah janin serta mengetahui berapa bagian kepala telah
masuk ke dalam pintu atas panggul.
Cara pemeriksaan:
 Pemeriksa menghadap ke bagian kaki ibu
 Letakkan kedua ujung jari tangan pada tepi atas simfisis, rapatkan semua jari
untuk meraba dinding bawah uterus
 Perhatikan sudut yang dibentuk oleh jari-jari apakah konvergen atau divergen
 Pindahkan ibu jari dan telunjuk kiri pada bagian terbawah janin umtuk
memfiksasi bagian tersebut kearah pintu atas panggul
 Letakkan jari-jari tangan kanan diantara tangan kiri dan simfisis untuk menilai
seberapa jauh bagian terbawah janin masuk pintu atas panggul

Gambar 5. Pemeriksaan Leopold IV

Dengan pemeriksaan Leopold I sampai IV tersebut di atas dapat diketahui tinggi


fundus uteri, letak janin, letak punggung janin, apakah bagian terbawah janin telah
masuk pintu atas panggul atau belum, dan denyut jantung janin.
Setelah melakukan pemeriksaan dengan lengkap hendaknya perlu juga
dijelaskan kepada ibu tersebut perlunya diadakan pemeriksaan yang teratur ; makin tua
umur kehamilannya harus semakin sering dilakukan pemeriksaan.
.
Beberapa hal yang harus diperhatikan dan dijelaskan pada antenatal care, meliputi :4

17
1. Makanan (diet)
Ibu hamil harus mendapat perhatian terutama mengenai jumlah kalori dan protein
yang berguna untuk pertumbuhan janin dan kesehatan ibu. Kekurangan nutrisi
dapat menyebabkan anemia, abortus, partus, dan pendarahan paska persalinan. Jika
makan makanan berlebihan karena beranggapan untuk porsi dua orang dapat
menyebabkan komplikasi seperti kegemukan, preeklampsi, janin terlalu besar, dan
sebagainya. Hal penting yang harus diperhatikan sebenarnya adalah cara mengatur
menu dan pengolahan menu tersebut dengan berpedoman pada Pedoman Umum
Gizi Seimbang. Petugas Kesehatan sebagai pengawas kecukupan gizinya dapat
melakukan pemantauan terhadap kenaikan berat badan selama kehamilan. Pengaruh
suplementasi multigizi mikro (MGM) dan Fe-folat terhadap status gizi makro ibu
hamil dengan menggunakan penambahan berat badan hamil (PBBH) sebagai
indikator, masih sangat sedikit. Padahal, PBBH merupakan indikator utama yang
menentukan hasil kehamilan, di samping berat badan prahamil (BBpH). Berat
badan sebelum hamil, PBBH, dan indeks massa tubuh (IMT) masih merupakan
indikator yang banyak dipakai untuk menentukan status gizi ibu. Untuk
menghindari risiko tersebut, ibu hamil harus memperhatikan asupan gizi sebelum,
ketika, dan setelah kehamilan, karena rerata PBBH yang dianjurkan di negara
berkembang adalah 12,5 kilogram.
2. Merokok
Bayi dari ibu yang merokok mempunyai berat badan lebih kecil, sehingga ibu hamil
sangat tidak diperbolehkan untuk merokok.
3. Obat-obatan untuk ibu hamil
Pemakaian obat-obatan selama kehamilan terutama pada trimester I perlu
dipertanyakan, mana yang lebih besar manfaatnya dibandingkan bahaya terhadap
janin. Sebenarnya jika kondisi ibu hamil tidak dalam keadaan yang benar-benar
berindikasi untuk diberikan obat-obatan, sebaiknya pemberian obat dihindari.
4. Senam Hamil
Menurut Fraser dan Cooper (2003), dianjurkan bagi ibu hamil agar banyak berjalan,
terutama pada pagi hari dalam udara segar dan melakukan senam kehamilan, yang

18
bertujuan untuk memperlancar sirkulasi darah, meningkatkan nafsu makan,
pencernaan lebih baik, dan tidur menjadi lebih nyenyak.
5. Pakaian Wanita hamil
Wanita hamil harus menggunakan pakaian yang longgar, bersih, dan tidak ada
ikatan yang ketat pada daerah perut. Bahan pakaian usahakan yang mudah
menyerap keringat.
6. Kebersihan Tubuh
Kebersihan tubuh perlu diperhatikan selama kehamilan karena dengan perubahan
metabolisme mengakibatkan peningkatan pengeluaran keringat. Keringat yang
menempel di kulit meningkatkan kelembaban kulit dan memungkinkan menjadi
tempat berkembangnya mikroorganisme. Jika tidak dibersihkan maka ibu hamil
akan sangat mudah untuk terkena penyakit kulit.
Perwatan Payudara

Payudara perlu dipersiapkan sejak sebelum bayi lahir sehingga dapat segera
berfungsi dengan baik pada saat diperlukan. Pengurutan payudara untuk
mengeluarkan sekresi dan membuka duktus dan sinus laktiferus, sebaiknya
dilakukan secara hati-hati dan benar karena pengurutan yang salah dapat
menimbulkan kontraksi pada rahim. Membasahi areola dan puting susu secara
lembut dapat mencegah retak dan lecet. Untuk sekresi yang mongering pada puting
susu, lakukan pembersihan dengan menggunakan campuran gliserin dan alkohol.
Karena payudara menegang, sensitive, dan menjadi lebih berat, maka gunakan
penopang payudara yang sesuai (brassiere).

Perwatan Gigi

Paling tidak dibutuhkan dua kali pemeriksaan gigi selam kehamilan, yaitu pada
trimester pdertama dan ketiga. Penjadwalan pada trimester pertam dikaitkan dengan
hiperemesis dan ptialisme (produksi air liur yang berlebihan) sehingga kebersihan
rongga mulut harus selalu terjaga. Pada trimester ketiga terkait dengan adanya
kebutuhan kalsium untuk pertumbuhan janin sehingga perlu diketahui apakah
terdapat pengaruh yang merugikan pada gigi ibu hamil. Dianjurkan untuk selalu

19
menyikat gigi setelah makan karena ibu hamil sangat rentan terhadap terjadinya
caries dan gingivitis.

7. Eliminasi
Keluhan yang sering muncul pada ibu hamil berkaitan dengan eliminasi adalah
konstipasi dan sering buang air kecil. Konstipasi terjadi karena adanya pengaruh
hormon progesteron yang mempunyai efek relaksasi tehadap otot polos, salah
satunya adalah otot usus. Selain itu, desakan usus oleh pembesaran janin juga
menyebabkan bertambahnya konstipasi. Tindakan pencegahan yang dapat
dilakukan adalah dengan mengkonsumsi makanan tinggi serat dan banyak minum
air putih, terutama ketika lambung dalam keadaan kosong dapat merangsang
gerakan peristaltik usus. Jika ibu sudah mengalami dorongan, maka segeralah untuk
buang air besar agar tidak terjadi konstipasi. Sering buang air kecil merupakan
kelainan yang umum dirasakan oleh ibu hamil, terutama pada trimester I dan III.
Hal tersebut adalah kondisi fisiologis. Tindakan mengurangi asupan cairan untuk
mengurangi keluhan ini sangat tidak dianjurkan karena akan menyebabkan
dehidrasi.
8. Pemantauan kesejahteraan janin
Kesejahteraan janin dalam kandungan perlu dipantau secara terus menerus agar bila
terdapat gangguan pada janin dalam kandungan dapat segera terdeteksi dan
ditangani. Salah satu indikator kesejahteraan janin yang dapat dipantau sendiri oleh
ibu adalah gerakan janin dalam 24 jam. Gerakan janin dalam 24 jam minimal 10
kali.

2.11 Penilaian Maturitas Janin


Untuk menilai apakah janin telah cukup matur dapat dipakai beberapa cara
pemeriksaan, diantaranya: 2
1. Pembuatan foto rontgen.
Pada foto tersebut tuanya janin dapat diperkirakan dari panjangnya tulang,
adanya pusat-pusat isifikasi tertentu dan lain-lain. (dewasi ini pemakaian sinar

20
rontgen tidak dibenarkan bial tidak perlu sekali, berhubung pengaruh tidak baik
terhadap janin maupun ibunya).
2. Ultrasonografi.
Pada kehamilan 6 minggu sesudah haid terakhir dapat dilihat adanya kantong
janin dan mudigah tidak lama sesudah itu. Pada kehamilan 13 minggu kepala
janin dapat dideteksi dan pula denyut jantung janin. Dengan pengukuran
dinstansia biparietalis kepala janin, maka umur janin dapat diramalkan.
3. Amnioskopi.
Melakukan inspeksi likuor amni melalui ketuban yang utuh dengan
menggunakan amniskop yang dimasukan melalui kanalis servikalis. Amnioskopi
membantu seleksi kasus secara cermat untuk dilakukan induksi persalinan bila
pada antenatal ditemukan resiko terhadap janin. Dengan menganalisa air ketuban
yang didapatkan melalui amniosentesis.
Menentukan secara spektroskopik kadar bilirubin. Dasar pemeriksaan ini ialah
penemuan bahwa pigmen menghilang pada minggu ke-36. akan tetapi adanya
mekoneum atau darah di dalam air ketuban dapat menyukarkan penilaian.
4. Kadar kreatinin.
Dengan tuanya janin kadar kreatinin likuor amnni meningkat dan bila ini
mencapai 2 mg per 100 ml, maka dapat dikatakan bahwa janin telah cukup tua.
5. Pengukuran sitologik air ketuban.
Ditemukan sejumlah sel yang dapat dipulas dengan pewarnaan khusus lemak.
Sel-sel tersebut berasal dari glandula sebasea. Bila ditemukan <2 % dari seluruh
sel, maka dikatakan bahwa kehamilan <36 minggu.Bilah ditemukan >20
%,maka kemungkinan prematuritas kecil sekali.
6. Pemeriksaan kadar enzim alkali fosfatase total dan kadar alkali fosfatase tahan
panas.
Mulai kehamilan 26 minggu sampai 42 minggu, kadar alkali fosfatase total dan
tahan panas akan naik terus menerus setiap minggunya. Pada postmaturitas
kadar enzim tersebut menurun.
7. Perbandingan lesitin-sfingomielin.

21
Di katakana bahwa kosentrasi dari kedua fosfolipid itu padapermulaan kira-kira
sama, akan tetapi pada waktu paru-paru menjadi matang (kehamilan > 35
minggu) ditemukan kosentrasi lesitin menigkat, sedangkan kosentrasi
sfingomielin menurun.

22
BAB III
KESIMPULAN

Antenatal Care adalah suatu program yang terencana berupa observasi, edukasi,
dan penanganan medik pada ibu hamil, untuk memperoleh suatu proses kehamilan serta
persalinan yang aman dan memuaskan. Perawatan antenatal (PAN) adalah pemeriksaan
yang sistematik dan teliti pada ibu hamil, pada perkembangan/pertumbuhan janin dalam
kandungannya serta penanganan ibu hamil dan bayinya saat dilahirkan dalam kondisi
yang terbaik .
Tujuan antenatal care adalah untuk menjaga agar ibu sehat selama masa
kehamilan, persalinan, dan nifas serta mengusahakan bayi yang dilahirkan sehat,
memantau kemungkinan adanya risiko-risiko kehamilan, dan merencanakan
penatalaksanaan yang optimal terhadap kehamilan risiko tinggi serta menurunkan
morbiditas dan mortalitas ibu dan ibu hamil yang tidak melakukan pemeriksaan
kehamilan dipengaruhi oleh beberapa faktor penyebab, antara lain: faktor pengetahuan,
faktor pendidikan, faktor usia, dan faktor ekonomi.

23
DAFTAR PUSTAKA

1. Gambaran Pengetahuan Ibu Hamil tentang Pentingnya Pengawasan Kehamilan


(Antenatal Care) di Poliklinik Ibu Hamil RSU Dr Pirngadi.
http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/21428
2. Ide B. Pengawasan Wanita Hamil dalam : Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta.
Penerbit Buku Kedokteran. EGC. 2007. p 187-93.
3. Mochtar, Rustam. Diagnosis, Pemeriksaan , Pengawasan , dan Nasihat-nasihat
Untuk Ibu hamil in ; Sinopsis Obstetric. Jakarta : EGC. 1990. p. 309-81.
4. Notoatmodjo, S., 2003. Antenatal Care in: Ilmu Kesehatan Masyarakat
(Prinsip-Prinsip Dasar). Jakarta: PT. Rineka Cipta, 126-33.
5. Wiknojosastro H, Rachimhadhi T, Saifuddin A.B. Pengawasan Wanita Hamil
dalam Ilmu Kebidanan. Jakarta: YBP-SP. 2005. p 154-63.

24

Anda mungkin juga menyukai