Anda di halaman 1dari 17

BAB I

STATUS PASIEN

I. Identitas Pasien
a. Nama : Tn. S
b. Jenis Kelamin : Laki - Laki
c. Umur : 65 tahun
d. Pekerjaan : IRT
e. Alamat : Kelurahan Tahtul Yaman

II. Latar Belakang Sosio-ekonomi-demografi-lingkungan-keluarga


a. Status Perkawinan : Menikah
b. Jumlah anak : 3 orang anak
c. Status ekonomi keluarga : Cukup
d. Kondisi Rumah :
Pasien tinggal dirumah panggung lantai kayu, dinding kayu, dan atap
genteng. Lingkungan sekitar adalah pabrik karet, dan warga tersebut sudah terbiasa
dengan keadaan lingkungan tersebut.
e. Kondisi Lingkungan Keluarga dan Kebiasaan:
Pasien merupakan seorang ibu rumah tangga dengan 3 orang anak. Suami pasien
bekerja sebagai guru pesantren, Mereka semua tinggal bersama dalam 1 rumah.
Menurut keterangan pasien, tidak ada masalah keluarga dan keharmonisan dalam
keluarga baik.
Pasien biasa makan 3 kali sehari. Pasien dari usia muda sering makan emping
sehari hari dan makan jeroan.

III. Aspek Psikologis di Keluarga


- Pasien tinggal bersama suami dan ke3 anaknya
- Hubungan dengan anggota keluarga baik

IV. Riwayat Penyakit Sekarang


Keluhan Utama :
Bengkak di kaki sejak 1 tahun yang lalu.
Riwayat Perjalanan Penyakit :
Pasien datang sengan keluhan kaki bengkak sejak 1 tahun yang lalu, keluhan
disertai dengan nyeri dan pasien juga susah berjalan karena kakinya nyeri. Nyeri
dirasakan semakin bertambah dan terasa terus menurus sehingga pasien sakit saat
berjalan. Keluhan juga disertai mual dan lemas, muntah (-), demam (+) 3hari yang
lalu, demam hilang timbul tidak terlalu tinggi, batuk (-), pilek (-), nyeri ulu hati (-),
sakit pinggang (-), BAB normal berwarna coklat, BAK berwarna kemerahan
bercampur darah (-)

V. Riwayat Penyakit Dahulu


 Riwayat dengan keluhan yang sama(-)
 Riwayat sakit ginjal (-)
 Riwayat darah tinggi (-)
 Riwayat kencing manis (-)
 Riwayat sakit maag (-)
 Riwayat alergi (-)

VI. Riwayat Penyakit Keluarga


 Riwayat dengan keluhan yang sama(-)
 Riwayat sakit ginjal (-)
 Riwayat darah tinggi (-)
 Riwayat kencing manis (-)

VII.Pemeriksaan Fisik
Status Generalisata
1. Keadaan Umum : tampak sakit ringan
2. Kesadaran : compos mentis
3. Tekanan Darah : 110/80 mmhg
4. Nadi : 80x/menit
5. Pernafasan : 26 x/menit
6. Suhu : 36,0°C
7. Berat Badan : 50 kg
8. Tinggi Badan : 150 cm
9. Status Gizi :IMT = 50/(1,50)2 = 20,83 (Normal)
Pemeriksaan Organ
 Kepala Bentuk : normocephal, simetris, jejas (-)
 Mata Exopthalmus/enophtal: (-)
Kelopak : normal
Conjungtiva : anemis (-/-)
Sklera : ikterik (-/-)
Pupil : bulat, isokor, refleks cahaya +/+
 Telinga : Nyeri tarik daun telinga (-), sekret (-)
 Hidung : Rhinorhea (-), deviasi septum (-), perdarahan (-)
 Mulut Bibir : lembab
Gigi geligi : tidak lengkap, caries (-)
Palatum : deviasi (-)
Gusi : warna merah muda, perdarahan (-)
Lidah : kotor (-), ulkus (-), stomatitis (-)
Tonsil : T1-T1, hiperemis (-), detritus (-)
 Leher : pembesaran KGB (-), pembesaran tiriod (-)
 Thoraks;
Cor (Jantung)
Inspeksi Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi Ictus cordis teraba di ICS V linea midclavicula kiri
Perkusi Batas-batas jantung :
Atas : ICS II linea parasternalis sinistra
Kanan : ICS IV linea parasternal dekstra
Kiri : ICS V linea midclavicularis sinistra
Auskultasi BJ I/II regular, murmur (-), gallop (-)
Pulmo (Paru)
Pemeriksaan Kanan Kiri
Inspeksi Statis & dinamis: simetris Statis & dinamis : simetris
Palpasi Stem fremitus normal Stem fremitus normal
Perkusi Sonor Sonor
Auskultasi Vesikuler, Wheezing (-), Vesikuler, Wheezing (-),
ronkhi (-) ronkhi (-)
 Abdomen
Inspeksi Datar, sikatriks (-), dilatasi vena (-)
Palpasi Supel, nyeri tekan (+) regio suprapubik, hati dan lien tidak
teraba
Perkusi Timpani, nyeri ketok CVA (-)
Auskultasi Bising usus (+) normal
 Ekstremitas Atas : akral hangat, bengkak (-), CRT< 2 detik
Ekstremitas bawah : akral hangat, bengkak (+), CRT< 2 detik

VIII. Pemeriksaan Penunjang


- Asam Urat 8,3 mg/dL

IX. Pemeriksaan Penunjang Anjuran


a. Darah rutin

X. Diagnosis Kerja
Gout Arthritis

XI. Diagnosis Banding


- Rheumatoid Gout
- Rheumatoid Arthritis

XII. Manajemen
a. Promotif :
 Menjelaskan pada pasien mengenai penyakit Gout Arthritis yang pasien derita
mulai dari penyebab, faktor risiko, pengobatan, pencegahan, serta komplikasi.
 Menjelaskan pentingnya makananbergizi dan seimbang untuk membantu
proses penyembuhan.
 Menjelaskan bagaimana cara meningkatkan kesehatan lingkungan di antaranya
dengan membuka jendela setiap hari pada pagi hari dan membersihkan
ventilasi yang tertutup debu sehingga pertukaran udara juga menjadi lebih baik,
mencuci sprei dan sarung bantal dua minggu sekali, tidak menggantung
pakaian terlalu banyak, menguras bak mandi 2-3 minggu sekali, serta
meningkatkan kebersihan diri dengan mencuci tangan sebelum dan sesudah
makan, setelah BAK dan BAB menyiram dari arah depan ke belakang,
mengeringkan dengan tisu kering terlebih dahulu sebelum memakai celana
dalam, menjaga kebersihan organ genitalia.
 Rajin untuk meminum obat
 Banyak istirahat

b. Preventif :
 Jangan berkegiatan berat
 Berjalan jauh

c. Kuratif :
Non Farmakologi
 Jangan makan makanan yang banyak mengandung asam urat
Farmakologi
 Allupurinol 1x1 tab 300 mg
 Prednison 3x1 tab
 Ranitidin 2x1 tab 150 mg

d. Rehabilitatif
 Kontrol ulang dan kcek asam urat ulang setelah 1 minggu pengobatan
 Memberikan dukungan kepada pasien dan keluarga dan menyarankan keluarga
pasien untuk membantu mengawasi kegiatan pasien agar jangan beraktivitas
terlalu berat.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Definisi

Menurut American College of Rheumatology, gout adalah suatu penyakit dan


potensi ketidakmampuan akibat radang sendi yang sudah dikenal sejak lama,
gejalanya biasanya terdiri dari episodik berat dari nyeri infalamasi satu sendi.1

Gout adalah bentuk inflamasi arthritis kronis, bengkak dan nyeri yang paling
sering di sendi besar jempol kaki. Namun, gout tidak terbatas pada jempol kaki, dapat
juga mempengaruhi sendi lain termasuk kaki, pergelangan kaki, lutut, lengan,
pergelangan tangan, siku dan kadang di jaringan lunak dan tendon. Biasanya hanya
mempengaruhi satu sendi pada satu waktu, tapi bisa menjadi semakin parah dan dari
waktu ke waktu dapat mempengaruhi beberapa sendi. Gout merupakan istilah yang
dipakai untuk sekelompok gangguan metabolik yang ditandai oleh meningkatnya
konsentrasi asam urat.1

1.2 Epidemiologi

Dalam beberapa dekade terakhir, prevalensi penyakit ini meningkat hampir 2


kali lipat di Amerika. Di Cina, penduduk Cina yang mengalami keadaan
hiperurisemia berjumlah hingga 25%. Hal ini mungkin disebabkan karena gaya hidup
seperti diet purin tinggi, konsumsi alkohol yang berlebihan, dan medikasi-medikasi
lain.5
Alexander (2010) menyatakan prevalensi asam urat (gout) di Amerika serikat
meningkat dua kali lipat dalam populasi lebih dari 75 tahun antara 1990 dan 1999,
dari 21 per 1000 menjadi 41 per 1000. Dalam studi kedua, prevalensi asam uratpada
populasi orang dewasa Inggris diperkirakan 1,4%, dengan puncak lebih dari 7% pada
pria berusia 75 tahun.5

Data yang diperoleh dari Rumah Sakit Nasional Cipto Mangunkusumo Jakarta,
penderita penyakit goutdari tahun ke tahun semakin meningkat dan terjadi
kecenderungan diderita pada usia yang semakin muda. Hal ini tebukti dengan hasil
rekam medik RSCM pada tahun 1993-1995 mengalami kenaikan yaitu padatahun

1993 tercatat 18 kasus, pria 13 kasus dan wanita 5 kasus (1kasus umur 2-25 tahun, 12
kasus umur 30-50 tahun, dan 5 kasus umur >65 tahun). Pada tahun 1995 jumlah
kasus yang tercatat adalah 46 kasus, 37 pria dan 9 wanita, 2 kasus umur 2-25 tahun,
40 kasus umur 30-50 tahun dan 4 kasus umur > 65 tahun.5

Prevalensi penderita asam urat tertinggi di Indonesia berada pada penduduk di


daerah pantai dan yang paling tinggi di daerah Manado – Minaha sebesar 29,2 %
pada tahun 2003 dikarenakan kebiasaan atau pola makan ikan dan mengonsumsi
alkohol. Alkohol dapat menyebabkan pembuangan asam urat lewat urine berkurang
sehingga asam uratnya tetap bertahan di dalam darah.5

1.3 Etiologi

1.2.1 Hiperurisemia dan Gout Primer

Hiperurisemia primer adalah kelainan molekular yang masih belum jelas


diketahui. Berdasarkan data ditemukan bahwa 99% kasus adalah gout dan
hiperurisemia primer. Gout primer yang merupakan akibat dari hiperurisemia primer,
terdiri dari hiperurisemia karena penurunan ekskresi (80-90%) dan karena produksi
yang berlebih (10-20%). Hiperurisemia karena kelainan enzim spesifik diperkirakan
hanya 1% yaitu karena peningkatan aktivitas varian dari enzim
phosporibosylpyrophosphatase (PRPP) synthetase, dan kekurangan sebagian dari
enzim hypoxantine phosporibosyltransferase (HPRT). Hiperurisemia primer karena
penurunan ekskresi kemungkinan disebabkan oleh faktor genetik dan menyebabkan
gangguan pengeluaran asam urat yang menyebabkan hiperurisemia.6

1.2.2 Hiperurisemia dan Gout Sekunder

Gout sekunder dibagi menjadi beberapa kelompok yaitu kelainan yang


menyebabkan peningkatan biosintesis de novo, kelainan yang menyebabkan
peningkatan degradasi ATP atau pemecahan asam nukleat dan kelainan yang
menyebabkan sekresi menurun. Hiperurisemia sekunder karena peningkatan
biosintesis de novo terdiri dari kelainan karena kekurangan menyeluruh enzim HPRT
pada syndome Lesh-Nyhan, kekurangan enzim glukosa-6 phosphate pada glycogen
storage disease dan kelainan karena kekurangan enzim fructose-1 phosphate aldolase
melalui glikolisis anaerob. Hiperurisemia sekunder karena produksi berlebih dapat
disebabkan karena keadaanyang menyebabkan peningkatan pemecahan ATP atau
pemecahan asam nukleat dari dari intisel. Peningkatan pemecahan ATP akan
membentuk AMP dan berlanjut membentuk IMP atau purine nucleotide dalam
metabolisme purin, sedangkan hiperurisemia akibat penurunan ekskresi
dikelompokkan dalam beberapa kelompok yaitu karena penurunan masa ginjal,
penurunan filtrasi glomerulus, penurunan fractional uric acid clearence dan
pemakaian obat-obatan.6

1.2.3 Hiperurisemia dan Gout Idiopatik

Hiperurisemia yang tidak jelas penyebab primernya, kelainan genetik, tidak ada
kelainan fisiologis dan anatomi yang jelas.6
1.3 Faktor Resiko

1.3.1 Suku Bangsa/Ras

Suku bangsa yang paling tinggi prevalensi nya pada suku maori di Australia.
Prevalensi suku Maori terserang penyakit asam urat tinggi sekali sedangkan
Indonesia prevalensi yang paling tinggi pada penduduk pantai dan yang paling
tinggidi daerah Manado-Minahasa karena kebiasaan atau pola makan dan
konsumsi alcohol.6

1.3.2 Konsumsi Alkohol

Konsumsi alkohol menyebabkan serangan gout karena alkohol meningkatkan


produksi asam urat. Kadar laktat darah meningkat sebagai akibat produk sampingan
dari metabolisme normal alkohol. Asam laktat menghambat ekskresi asam urat oleh
ginjal sehingga terjadi peningkatan kadarnya dalam serum.6

1.3.3 Konsumsi Ikan Laut

Ikan laut merupakan makanan yang memiliki kadar purin yang tinggi.
Konsumsi ikan laut yang tinggi mengakibatkan asam urat.6

1.3.4 Penyakit-Penyakit

Penyakit-penyakit yang sering berhubungan dengan hiperurisemia. Mis.


Obesitas, diabetes melitus, penyakit ginjal, hipertensi, dislipidemia, dsb. Adipositas
tinggi dan berat badan merupakan faktor resiko yang kuat untuk gout pada laki-laki,
sedangkan penurunan berat badan adalah faktor pelindung.6

1.3.5 Obat-Obatan

Beberapa obat-obat yang turut mempengaruhi terjadinya hiperurisemia. Mis.


Diuretik, antihipertensi, aspirin, dsb. Obat-obatan juga mungkin untuk memperparah
keadaan. Diuretik sering digunakan untuk menurunkan tekanan darah, meningkatkan
produksi urin, tetapi hal tersebut juga dapat menurunkan kemampuan ginjal untuk
membuang asam urat. Hal ini pada gilirannya, dapat meningkatkan kadar asam urat
dalam darah dan menyebabkan serangan gout. Gout yang disebabkan oleh pemakaian
diuretik dapat "disembuhkan" dengan menyesuaikan dosis. Serangan Gout juga bisa
dipicu oleh kondisi seperti cedera dan infeksi.hal tersebut dapat menjadi potensi
memicu asam urat. Hipertensi dan penggunaan diuretik juga merupakan faktor risiko
penting independen untuk gout.6

Aspirin memiliki 2 mekanisme kerja pada asam urat, yaitu: dosis rendah
menghambat ekskresi asam urat dan meningkatkan kadar asam urat, sedangkan dosis
tinggi (> 3000 mg / hari) adalah uricosurik.6

1.3.6 Jenis Kelamin

Pria memiliki resiko lebih besar terkena nyeri sendi dibandingkan perempuan
pada semua kelompok umur, meskipun rasio jenis kelamin laki-laki dan perempuan
sama pada usia lanjut. Dalam Kesehatan dan Gizi Ujian Nasional Survey III,
perbandingan laki-laki dengan perempuan secara keseluruhan berkisar antara 7:1 dan
9:1. Dalam populasi managed care di Amerika Serikat, rasio jenis kelamin pasien
laki-laki dan perempuan dengan gout adalah 4:1 pada mereka yang lebih muda dari
65 tahun, dan 3:1 pada mereka lima puluh persen lebih dari 65 tahun. Pada pasien
perempuan yang lebih tua dari 60 tahun dengan keluhan sendi datang ke dokter
didiagnosa sebagai gout, dan proporsi dapat melebihi 50% pada mereka yang lebih
tua dari 80 tahun.6

1.3.7 Diet Tinggi Purin

Hasil analisis kualitatif menunjukkan bahwa HDL yang merupakan bagian dari
kolesterol, trigliserida dan LDL disebabkan oleh asupan makanan dengan purin tinggi
dalam kesimpulan penelitian tentang faktor resiko dari hiperurisemia dengan studi
kasus pasien di rumah sakit Kardinah Tegal.6

1.4 Gejala Klinis

1.4.1 Hiperurisemia Asimptomatik

Hiperurisemia asimptomatik adalah keadaan hiperurisemia tanpa adanya


manifestasi klinik gout. Fase ini akan berakhir ketika muncul serangan akut gout
arthritis, atau urolithiasis dan biasanya setelah 20 tahun keadaan hiperurisemia
asimptomatik. Terdapat 10-40% pasien dengan gout mengalami sekali atau lebih
serangan kolik renal, sebelum adanya serangan arthritis. Sebuah serangan gout terjadi
ketika asam urat yang tidak dikeluarkan dari tubuh bentuk kristal dalam cairan yang
melumasi lapisan sendi, menyebabkan inflamasi dan pembengkakan sendi yang
menyakitkan. Jika gout tidak diobati, kristal tersebut dapat membentuk tofi - benjolan
di sendi dan jaringan sekitarnya.7

1.4.2 Gout Arthritis Simptomatik

1.4.2.1 Gout Arthritis Stadium Akut

Radang sendi timbul sangat cepat dalam waktu singkat. Pasien tidur tanpa ada
gejala apa-apa. Pada saat bangun pagi terasa sakit yang hebat dan tidak dapat
berjalan. Biasanya bersifat monoartikuler dengan keluhan utama berupa nyeri,
bengkak, terasa hangat, merah dengan gejala sistemik berupa demam, menggigil dan
merasa lelah. Lokasi yang paling sering pada MTP-1 yang biasanya disebut podagra.
Apabila proses penyakit berlanjut, dapat terkena sendi lain yaitu pergelangan
tangan/kaki, lutut, dan siku. Faktor pencetus serangan akut antara lain berupa trauma
lokal, diet tinggi purin, kelelahan fisik, stress, tindakan operasi, pemakaian obat
diuretik dan lain-lain7

1.4.2.2 Gout Arthritis Stadium Interkritikal

Stadium ini merupakan kelanjutan stadium akut dimana terjadi periode


interkritik asimptomatik. Walaupun secara klinik tidak dapat ditemukan tanda-tanda
radang akut, namun pada aspirasi sendi ditemukan kristal urat. Hal ini menunjukkan
bahwa proses peradangan masih terus berlanjut, walaupun tanpa keluhan.(Putra,

2009) Stadium ini merupakan kelanjutan stadium akut dimana terjadi periode
interkritik asimptomatik. Walaupun secara klinik tidak dapat ditemukan tanda-tanda
radang akut, namun pada aspirasi sendi ditemukan kristal urat. Hal ini menunjukkan
bahwa proses peradangan masih terus berlanjut, walaupun tanpa keluhan.7
1.4.2.3 Gout Arthritis Stadium Menahun ( Kronik Bertofus )

Stadium ini umumnya terdapat pada pasien yang mampu mengobati dirinya
sendiri (self medication). Sehingga dalam waktu lama tidak mau berobat secara
teratur pada dokter. Artritis gout menahun biasanya disertai tofi yang banyak dan
poliartikular. Tofi ini sering pecah dan sulit sembuh dengan obat, kadang-kadang
dapat timbul infeksi sekunder. Lokasi tofi yang paling sering pada aurikula, MTP-1,
olekranon, tendon achilles dan distal digiti. Tofi sendiri tidak menimbulkan nyeri, tapi
mudah terjadi inflamasi disekitarnya, dan menyebabkan destruksi yang progresif pada
sendi serta dapat menimbulkan deformitas. Pada stadium ini kadang-kadang disertai
batu saluran kemih sampai penyakit ginjal menahun.7

1.5 Diagnosis

Gold standard dalam menegakkan gout arthritis adalah ditemukannya kristal


urat MSU (Monosodium Urat) di cairan sendi atau tofus. Untuk memudahkan
diagnosis gout arthritis akut, dapat digunakan kriteria dari ACR (American College
Of Rheumatology) tahun 1977 sebagai berikut :

A. Ditemukannya kristal urat di cairan sendi, atau

B. Adanya tofus yang berisi Kristal urat, atau

C. Terdapat 6 dari 12 kriteria klinis, laboratoris, dan radiologis sebagai berikut :

1. Terdapat lebih dari satu kali serangan arthritis akut

2. Inflamasi maksimal terjadi dalam waktu 1 hari

3. Arthritis monoartikuler

4. Kemerahan pada sendi

5. Bengkak dan nyeri pada MTP-1

6. Arthritis unilateral yang melibatkan MTP-1

7. Arthritis unilateral yang melibatkan sendi tarsal

8. Kecurigaan terhadap adanya tofus

9. Pembengkakan sendi yang asimetris (radiologis)

10. Kista subkortikal tanpa erosi (radiologis)

11. Kultur mikroorganisme negative pada cairan sendi7


Yang harus dicatat adalah diagnosis gout tidak bisa digugurkan
meskipun kadar asam urat normal.7

1.6 Penatalaksanaan

Secara umum, penanganan gout arthritis adalah memberikan


edukasi, pengaturan diet, istirahat sendi dan pengobatan. Pengobatan
dilakukan secara dini agar tidak terjadi kerusakan sendi ataupun
komplikasi lain. Pengobatan gout arthritis akut bertujuan menghilangkan
keluhan nyeri sendi dan peradangan dengan obat-obat, antara lain: kolkisin,
obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS), kortikosteroid atau hormon ACTH.
Obat penurun asam urat penurun asam urat seperti alupurinol atau obat
urikosurik tidak dapat diberikan pada stadium akut. Namun, pada pasien
yang secara rutin telah mengkonsumsi obat penurun asam urat, sebaiknya
tetap diberikan. Pada stadium interkritik dan menahun, tujuan pengobatan
adalah menurunkan kadar asam urat, sampai kadar normal, guna mencegah
kekambuhan. Penurunan kadar asam urat dilakukan dengan pemberian
diet rendah purin dan pemakaian obat alupurinol

13
BAB III
ANALISIS KASUS

Hubungan diagnosis dengan keadaan rumah dan lingkungan sekitar:


Pasien tinggal dirumah panggung lantai kayu, dinding kayu, dan atap
genteng. Lingkungan sekitar rumah termasuk padat penduduk dan berada di
pinggir jalan. Di bagian dalam terdapat 1 ruang tamu dilengkapi ventilasi dan
jendela yang cukup pencahayaan nya, 1 ruang tengah, 3 ruang tidur masing-
masing dengan ventilasi dan jendela yang terhubung ke dalam rumah, 1 dapur
dengan ventilasi dan jendela, dan 1 kamar mandi yang berada terpisah dari
bangunan utama. Pencahayaan dan pertukaran udara di dalam rumah ini tergolong
cukup baik. Sumber air bersih dari PDAM dan sumur, air minum dengan air
galon, dan sumber listrik dari PLN.
 Terdapat hubungan antara keadaan rumah dan lingkungan sekitar dengan
keluhan yang dirasakan pasien. Letak kamar mandi yang terpisah dari
bangunan utama membuat pasien takut untuk ke kamar mandi saat malam
hari dan menyebabkan pasien lebih memilih untuk menahan rasa ingin
berkemihnya. Dan keadaan PDAM yang kadang sering mati membuat pasien
terpaksa menggunakan air sumur untuk aktivitas sehari-hari termasuk saat
berkemih.

Hubungan diagnosis dengan keluarga dan hubungan keluarga:


Pasien merupakan seorang kepala rumah tangga dengan 3 orang anak.
Suami pasien bekerja sebagai guru, Mereka semua tinggal bersama dalam 1
rumah. Menurut keterangan pasien, tidak ada masalah keluarga dan keharmonisan
dalam keluarga baik.
 Tidak ada hubungan antara diagnosis dengan keluarga.

Hubungan diagnosis dengan perilaku kesehatan dalam keluarga, lingkungan


sekitar, dan kebiasaan:
14
Pasien biasa makan 3 kali sehari. Pasien memiliki kebiasaan untuk
makan emping dan ikan pada tiap hari
Ada hubungan, kebiasaan-kebiasaan tersebut memungkinkan menimbulkan
asam urat dalam darah tinggi.

Analisis kemungkinan berbagai faktor risiko atau etiologi penyakit pada


pasien:
 Banyak makan ikan
 Mengkosumsi emping
 Jenis kelamin pria
 Makan jeroan

Analisis untuk mengurangi paparan:


 Hindari makan – makanan yang memicu meningkatnya asam urat.

15
DAFTAR PUSTAKA

1. Bettschen J., 2010. Gouty Arthritis: Current Treatments &


New Developments. p:1-8.
2. National Institute of Arthritis and Musculoskeletal and Skin Disease.
2010. What is Gout? p:1-4
3. Tulaar, A.B.M., 2008. Nyeri punggung dan leher. MKI, Volum: 58,
Nomor: 5, Mei 2008
4. Albar, Z. 2010. Gout: Diagnosis and Management. Rheumatology
division, Department of Internal Medicine, Faculty of Medicine,
University of Indonesia, Jakarta, Indonesia
5. Roddy. E., and Doherty.M. 2010. Epidemiology of Gout. Arthritis
Research & Therapy, 12:223
6. Choi H, Atkinson K, Karlson E, Willett W, Curhan G. 2004. Purine-
Rich Foods, Dairy And Protein Intake, And The Risk Of Gout In Men.
N Engl J Med, 350:1093- 1103.
7. The American Rheumatism Association.1977.ACR criteria for
classification of acute gouty arthritis.
8. Hui Yu, K., et al. 2012. Risk of end-stage renal disease associated with
gout: a nationwide population study. Arthritis Research and Therapy:1-6

16
LAMPIRAN

17

Anda mungkin juga menyukai