Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menurut Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012 menunjukkan
bahwa secara nasional Angka Kematian Ibu di Indonesia adalah 359/100.000 kelahiran
hidup. Demikian pula dengan Angka Kematian Bayi (AKB), khususnya angka kematian
bayi baru lahir “neonatal” masih berada pada angka 32 per 1000 kelahiran hidup.
Sedangkan angka harapan yang diinginkan berdasarkan Sasaran Pembangunan Milenium
atau Millenium Development Goal (MDG) pada tahun 2015, kematian ibu melahirkan
ditetapkan pada angka 103 per 100.000 kelahiran hidup dan Angka Kematian Bayi pada
angka 23 per 1000 kelahiran hidup (Depkes RI, 2012).
Data Departemen kesehatan menyebutkan, penyebab langsung kematian ibu karena
perdarahan(33,88%), eklamsia/preeklamsia (16,18%), abortus (0,83%), partus lama
(2,48%), infeksi jalan lahir (4,13%), dan lain-lain (40,50%). Adapun penyebab langsung
kematian bayi baru lahir (48,30%) disebabkan BBLR, asfiksia (19,54%), tetanus (0,49%),
infeksi (4,49%), cacat bawaan (12,01%), dan lain-lain (15,17%) (Dikes NTB, 2011).
Pada masa nifas hal yang sering terjadi yaitu perdarahan post partum dan perdarahan
yang harus diwaspadai dimana perdarahan lebih dari 500 cc setelah bayi lahir pervaginam
atau lebih dari 1000 ml setelah persalinan. ( Saiffudin, 2008)
Atonia uteri merupakan keadaan dimana lemahnya tonus atau kontraksi rahim yang
menyebabkan uterus tidak mampu menutup perdarahan terbuka dari tempat implantasinya
plasenta setelah bayi dan plasenta lahir. (Manuaba, 2008)
Hal ini menunjukkan bahwa angka kejadian post partum normal karena atonia uteri
tidak terlalu tinggi namun memerlukan adanya perhatian khusu, pengawasan intensif dan
penanganan yang cepat dan tepat, dari uraian diatas penulis tertarik untuk mangambil
judul “ Asuhan Kebidanan Post Partum Patologis dengan Atonia Uteri.

B. Rumusan Masalah
Sesuai dengan latar belakang masalah, penulis dapat menyusun suatu rumusan
masalah yaitu ”Bagaimana Asuhan Kebidanan Post Partum Patologis dengan Atonia Uteri
di Puskesmas Pahandut.

1
C. Tujuan
a) Tujuan Umum

Agar mahasiswa mampu memberikan asuhan kebidanan dengan pendekatan


manejmen kebidanan pada Ny. “ A ” pada kasus Post Partum dengan Atonia Uteri
menggunakan pendokumentasian SOAP.
b) Tujuan Khusus
1. Agar mahasiswa mampu mengumpulkan data subyektif pada Ny" A"pada
kasus Post Partum dengan Atonia Uteri.
2. Agar mahasiswa mampu mengumpulkan data objektif pada Ny"A"pada kasus Post
Partum dengan Atonia Uteri.
3. Agar mahasiswa mampu menganalisa diaganosa potensial masalah potensial serta
mengidentifikasi kebutuhan terhadap tindakan segera baik mandiri, kolaborasi,
rujukan pada kasus Ny" A " dengan Post Partum dengan Atonia Uteri.
4. Agar mahasiswa mampu merencanakan, melaksanakan serta mengevaluasi kasus
Post Partum dengan Atonia Uteri pada Ny"A".

D. Manfaat
a) Bagi Mahasiswa
Mendapat gambaran dan pengalaman secara nyata tentang penerapan proses
asuhan kebidanan komprehensif terhadap klien dengan kehamilan patologis. Dapat
mengoptimalkan evaluasi serta kemampuan mahasiswa dan mengaplikasikan teori
dan keterampilan yang dimilki sesuai dengan standar kompetensi.
b) Bagi Lahan Praktek
Bidan di Puskesmas pahandut dapat memberikan asuhan kebidanan pada
kasus Atonia Uteri sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan ibu dan bayinya.
c) Bagi Institusi Pendidikan
Dapat memberikan bimbingan pada mahasiswa tentang perkembangan
pengetahuan baik yang menyangkut di pendidikan ataupun di lahan prektik.

2
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Pengertian Atonia Uteri


a) Atoni Uteri adalah pendarahan yang timbul dari bekas implantasi placenta karena
uterus tidak mampu berkontraksi dan beretraksi dengan baik setelah plascenta
lahir.(Fadlan,2011)
b) Atonia uteri (relaksasi otot uterus) adalah uteri tidak berkontraksi dalam 15 detik
setelah dilkukan pemijatan fundus uteri (plasenta telah lahir).(Depkes Jakarta ; 2005 ).
c) Atonia uteri adalah keadaan lemahnya tonus/kontraksi rahim yang menyebabkan
uterus tidak mampu menutup perdarahan terbuka dari tempat implantasi plasenta
setelah bayi dan plasenta lahir. ( Prawirohardjo,2007)
d) Atonia uteri adalah uterus gagal berkontraksi dengan baik setelah persalinan. (
Wiknojosastro,2010)
Atonia Uteri juga dapat timbul karena salah penanganan kala III persalinan, dengan
memijat uterus dan mendorongnya ke bawah dalam usaha melahirkan plasenta, sedang
sebenarnya belum terlepas dari uterus. Atonia uteri merupakan penyebab terbanyak
perdarahan pospartum dini (50%), dan merupakan alasan paling sering untuk melakukan
histerektomi peripartum.

Kontraksi uterus merupakan mekanisme utama untuk mengontrol perdarahan setelah


melahirkan. Atonia uteri terjadi karena kegagalan mekanisme ini. Perdarahan pospartum
secara fisiologis dikontrol oleh kontraksi serabut-serabut miometrium yang mengelilingi
pembuluh darah yang memvaskularisasi daerah implantasi plasenta. Atonia uteri terjadi
apabila serabut-serabut miometrium tersebut tidak berkontraksi.

B. Etiologi
Penyebab tersering kejadian pada ibu dengan atonia uteri antara lain :
1. Placenta yang baru lepas sebagian. Bila seluruh bagian placenta masih melekat,
biasanya tidak terjadi pendarahan, tetapi bila sebagian placenta sudah terlepas, maka
akan terjadi robekan pada sinus-sinus meternalis, sedangkan sebagian plasenta yang
masih melekat akan menghambat kontraksi dan retraksi dan otot-otot uterus sehingga
menyebabkan pendarahan.

3
2. Tertinggalnya kotiledon, sebagian placenta serta selaput ketuban akan mengganggu
aktivitas otot-otot uterus untuk dapat berkontraksi dan beretraksi secara efisien
sehingga pendarahan akan terus terjadi.
3. Persalinan yang terlalu cepat (partus presipitalis). Bila uterus sudah berkontraksi
terlalu kuat dan terus menerus selama kala I dan kala II persalinan (kontraksi yang
hipertonik maka otot-otot uterus akan kekurangan kemampuannya untuk beretraksi
setelah bayi lahir.
4. Persalinan lama dapat menyebabkan terjadinya inertia uteri karena kelelahan pada
otot-otot uterus.
5. Polihidramon dan kehamilan kembar. Pada kondisi ini miometrium teregang dengan
hebat sehingga kontraksinya setelah kelahiran bayi akan menjadi tidak efesien.
6. Placenta previa, sebagian atau seluruh tempat melekatnya placenta adalah pada
segmen bawah uterus, di mana lapisan ototnya amat tipis dan hanya mengandung
sedikit serat otot oblik. Hal ini menyebabkan kontrol terhadap pendarahan di bagian
ini amat buruk.
7. Solusio placenta. Bila terjadi solusio placenta maka darah di dalam rongga uterus
dapat meresap menjadi tidak efektif. Solusio placenta yang berat dapat mengakibatkan
terjadinya uterus souveilaire.
8. Anestesi umum. Beberapa otot anestesi merupakan relaksasi otot yang amat kuat,
rnisalnya halotan dan siklopropan.
9. Penanganan yang salah pada persalinan kala III. Kebiasaan melakukan rangsangan
yang berlebihan pada daerah fundus atau manipulasi pada uterus, dapat menimbulkan
terjadinya kontraksi yang tidak teratur (aritmik) sehingga hanya sebagian saja dari
placenta yang terlepas dan hilangnya kemampuan uterus untuk beretraksi
10. Kandung kemih yang penuh, maka letaknya yang amat berdekatan dengan uterus di
rongga abdomen pada akhir kala II akan mempengaruhi kontraksi dan retraksi uterus.
Kandung kemih yang penuh juga dapat menyebabkan kesalahan dalam menatalaksana
persalinan kala III karena kesulitan untuk menilai uterus.
11. Nutrisi. Bila ibu mengalami kekurangan gizi maka kemampuan otot uterus berkurang.
12. Penyebab lain yang belum diketahui. Pada kasus atonia uteri mungkin saja tidak
didapatkan kondisi-kondisi seperti di atas sehingga faktor penyebabnya tetap tidak
diketahui.

4
C. Faktor-Faktor Predisposisi
1. Riwayat post partum atau retensi placenta pada persalinan terdahulu. Pada kondisi ini
akan timbul resiko terjadi hal yang sama pada persalinan sekarang.
2. Paritas tinggi. Pada setiap kehamilan dan persalinan akan terjadi perubahan serabut
oto menjadi jaringan ikat pada uterus. Hal ini dapat menurunkan kemampuan uterus
untuk berkontraksi sehingga sulit melakukan penekanan pada pembuluh-pembuluh
darah yang terbuka setelah lepasnya placenta. Resiko terjadinya hal ini akan
meningkat setelah persalinan ketiga atau lebih.
3. Mioma uteri. Akan mengganggu aktivitas uterus yang efisien.
4. Anemia. Wanita yang mengalami persalinan dengan kadar Hb yang rendah (dibawah
10 g/dl), akan cepat terganggu kondisinya bila terjadi kehilangan darah meskipun
hanya sedikit. Anemia dihubungkan dengan kelemahan yang dapat dianggap sebagai
penyebab langsung dan Atonia Uteri.
5. Ketosis. Pengaruh ketosis terhadap aktivitas uterus belum jelas. Penelitian
menunjukkan bahwa 40 % wanita mengalami ketonuria pada suatu saat selama
persalinannya. Bila persalinan berjalan baik maka keadaan tersebut tidak
mempengaruhi kondisi ibu maupun jariin. Di dapatkan hubungan bermakna antara
ketosis dengan kebutuhan akan akselerasi oksitosin persalinan baru berakhir setelah
lebih dan 12 jam. Maka dianjurkan melakukan korelasi terhadap ketosis.

D. Tanda dan gejala.


1. Gejala yang jelas adalah pendarahan tampak banyak dan terus mengalir beberapa saat
setelah anak lahir, darah merah tua dan terjadinya syok pada ibu.
2. Gejala lain yang dapat diawasi meskipun tidak tampak pendarahan yang nyata/hanya
sedikit pendarahan adalah: Ibu mengeluh mengantuk, pusing, lemak/mual
3. Banyak keringat/ keringat dingin.
4. Tampak pucat.
5. Frekuensi nadi meningkat.
6. Tekanan darah menurun.
7. Uterus teraba membesar, lunak dan kehilangan tonusnya.

5
BAB III

TINJAUAN KASUS

6
BAB IV
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Mahasiswa telah melakukan pengkajian data subyektif yang diperoleh dari Ny “A”
dengan Post partum dengan atonia uteri dan pasien sudah memberikan data yang
sesuai dengan standar.
2. Mahasiswa telah memperoleh data obyektif dari apa yang dilihat dan dirasakan
sewaktu melakukan pemeriksaan padaNy “A” dengan post partum dengan atonia
uteri.
3. Mahasiswa telah membuat Analisa berdasarkan data subyektif dan obyektif pada Ny
“A” dengan post partum dengan atonia uteri.
4. Mahasiswa telah menetapkan pelaksanaan Asuhan berdasarkan kondisi dan keluhan
dari Ny “A” dengan Post partum dengan atonia uteri.

5.2 Saran
5.2.1 Bagi Mahasiswi
Untuk menerapkan teori-teori yang telah di peroleh dari institusi pendidikan
sebaik-baiknya di lahan praktek.
5.2.2 Bagi instansi pendidikan
Pendidikan bisa menjadikan sebagai pengalaman dan sebagai bahan analisa untuk
perbaikan dalam proses pembelajaran di kampus sehingga mampu untuk
menciptakan mahasiswa yang mampu berkompetensi secara profesional.
5.2.3 Bagi Pemberi Layanan
Pelayanan yang ada di Puskesmas Pahandut saat ini sudah cukup baik dan
memadai yang dibuktikan dengan dilakukannya pelayanan sesuai standar,
harapan kami kepada pemberi layanan untuk tetap dapat menjaga mutu
pelayanan yang telah ada.
5.2.4 Bagi Pasein

7
Untuk diharapkan lebih sadar akan tanda dan gejala kehamilan yang abnormal
yang ia alami dan segera ketenaga kesehatan guna mendapatkan pelayanan sesuai
standar.

Anda mungkin juga menyukai