274385521-Tumor-Mata Fix
274385521-Tumor-Mata Fix
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan
Tujuan Umum :
Melakukan pengkajian
Membuat diagnosa keperawatan
Melakukan intervensi
Membuat perencanaan pulang
Menjelaskan evidence base
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
Anatomi :
1. Palpebra
Lubang orbita dilindungi oleh lapisan tipis yang dapat bergerak yaitu
kelopak mata (palpebra) yang terletak didepan mata.
2. Aparatus lakrimalis
Air mata mengalir membasahi kornea dan mengumpul dalam sakus
lakrimalis melalui punkta lakrimalis ke medial lalu bermuara dalam sakus
lakrimalis.
3. Orbita
Orbita adalah rongga berbentuk piramid dengan basis didepan dan apeks
dibelakang. Atap orbita dibentuk oleh pars orbitalis ossis frontalis yang
memisahkan orbita dengan fossa kranii anterior.
4. Bola Mata
Bola mata terdiri atas 3 lapisan :
a. Tunika fibrosa : jaringan ikat fibrosa yang tampak putih. Lamina
kribrosa adalah daerah skelera yang ditembus oleh serabut saraf
4
nervus optikus. Daerah ini relatif lemah dan dapat menonjol kedalam
bola mata oleh pembesaran kavum subarakhnoid yang mengelilingi
nervus optikus. Kornea yang transparan mempunyai fungsi utama
merefraksi cahaya yang masuk kedalam mata, tersusun berlapis-lapis
dari luar ke dalam
Epitel kornea yang bersambung dengan epitel konjungtiva
Substansia propia terdiri dari jaringan ikat transparan
Lamian limitans posterior
Endotel (epitelium posterius) yang berhubungan dengan aqueuos
humor
b. Lamina vaskula : dari depan ke belakang tersusun atas bagian berikut
:
Koroid : lapisan luar berpigmen dan berlapis. Koroid
mengandung pleksus vena yang luas dan mengempis setelah
kematian. Lapisan koroid terdiri atas lapisan epikoroid, lapisan
pembuluh kapiler, koroid kapiler, lapisan elastika.
Korpus siliare : kebelakang bersambung dengan koroid, kedepan
terletak dibelakang tepi perifer iris, terdiri atas korona siliaris,
prosesus siliaris, dan muskulus siliaris.
Iris : diafragma berpigmen yang tipis terdapat di dalam aqueous
humor di antara kornea dan lensa. Tep iris melekat pada
permukaan anterior korpus siliare membagi ruang diantara lensa
dan kornea menjadi kamera anterior dan posterior.
c. Tunika sensoria : retina terdiri atas pars pigmentosa, sebelah luar
melekat pada koroid dan pars nervosa sebelah dalam berhubungan
dengan korpus vitreum. Suatu cekungan dangkal yang disebut fovea
sentralis terletak 2,5 mm kearah temporal papilla optik. Disekeliling
fovea terdapat suatu daerah yang dikenal sebagai bintik kuning
(makula lutea). Fovea merupakan daerah penglihatan terjelas yang
tidak memiliki fotoreseptor diatas papila optik sehingga daerah ini
disebut bintik buta.
5
5. Isi bola mata
a. Aqueous humor
Cairan bening yang mengisi kamera anterior dan kamera posterior
bulbi yang merupakan sekret dari prosessus siliaris. Fungsi
aquueous humor adalah menyokong dinding bola mata dengan
memberi tekanan dari dalam dan memberi makan pada lensa, serta
membuang produk metabolisme karena lensa tidak memiliki
pembuluh darah
b. Korpus vitreus
Mengisi bola mata dibelakang lensa merupakan gelombang
transparan yang dibungkus oleh membran vitrea. Didalam korpus
vitreum tidak terdapat pembuluh darah, fungsinya anatara lain
menambah daya pembesaran mata, menyokong permukaan
posterior lensa dan membantu melekatkan pars nervosa pada pars
pigmentosa retina.
c. Lensa
Badan bikonveks yang transparan terletak dibelakang iris, didekat
korpus vitreum dan dikelilingi oleh prosessus siliaris, tediri atas :
kapsul elastis, epitel kuboid, serat-serat lensa
6
Pembentukan Bayangan
Fungsi objek mata adalah menangkap cahaya dari objek agar bentuk
ketajaman tertentu dari objek bayangan di retina. Bayangan dalam fovea
diretina selalu lebih kecil ( kurang dari 1 mm) dan terbalik dari objek nyata.
Banyangan yang jatuh pada retina akan menghasilkan sinyal saraf dalam
mosaik fotoreseptor dibagian lain dari retina. Selanjutnya, retina mengirim
bayangan dua dimensi ke otak untuk direkonstruksi ( menyusun kembali )
menjadi tiga dimensi. Sinar dari objek akan melalui sejumlah media
transparan sebelum sampai di retina.
Media ini membantu refraksi (pembiasan) dan konvergensi
(kecendrungan) kearah suatu titik sehingga bayangan tepat jatuh diretina,
media ini dinamakan kornea. Lensa menangkap cahaya dari objek sebagai
cahaya yang sejajar pada jarak lebih 6 m. Cahaya ini akan dikumpulkan
masuk kedalam titik api yang berjarak normal dalam keadaan istirahat. Dari
lensa cahaya diteruskan sepanjang aksis optik kecairan humor vitreus. Cairan
ini mempertahankan bentuk bulat bola mata.
7
Mata mengubah tenaga didalam spektrum yang dapat terlihat menjadi
potensial aksi didalam nervus optikus, bayangan objek didalam lingkungan
difokuskan dalam retina. Sinar cahaya yang membentur retina membentuk
potensial didalam bayangan kerucut. Impuls yang dimulai didalam retina
dihantarkan kedalam korteks serebri pada tempat yang menghasilkan sensasi
(rangsangan) penglihatan.
8
2. Klasifikasi
Berdasarkan posisinya tumor mata/orbita dikelompokkan sebagai
berikut:
a) Tumor eksternal yaitu tumor yang tumbuh di bagian luar mata
seperti:
Tumor palpebra yaitu tumor yang tumbuh pada kelopak mata
Misalnya : Tumor Adeneksa, tumor menyerang kelopak mata
(bagian kulit yang dapat membuka dan menutup)
Tumor konjungtiva yaitu tumor yang tumbuh pada lapisan
konjungtiva yang melapisi mata bagian depan
b) Tumor intraokuler yaitu tumor yang tumbuh di dalam bola mata
Contoh : Retinoblastoma(RB). Jenis ini adalah tumor ganas retina
dan merupakan tumor primer bola mata terbanyak pada anak.
c) Tumor retrobulber yaitu tumor yang tumbuh di belakang bola mata
9
c) Tumor metastasis, biasanya tumor ini dapat menjadikan metastasis
ke hati, paru-paru dan tulang.
3. Etiologi
a. Mutasi gen pengendali pertumbuhan (kehilangan kedua kromosom
dari satu pasang alel dominan protektif yang berada dalam pita
kromosom 13q14)
b. Malformasi congenital
c. Kelainan metabolism
d. Penyakit vaskuler
e. Inflamasi intraokuler
f. Neoplasma. dapat bersifat ganas atau jinak Neoplasma jinak tumbuh
dengan batas tegas dan tidak menyusup, tidak merusak tetapi
menekan jaringan disekitarnya dan biasanya tidak mengalami
metastasis
g. Trauma
10
anak jarang, tetapi bila ada akan menyebabkan pertumbuhan tumor yang
cepat dan prognosisnya jelek.
4. Patofisiologi
11
5. WOC Tumor Mata
6. Manifestasi Klinik
Serangan dan penyakit ini terjadi dalam beberapa minggu dengan
gejala kliniknya ialah :
12
pseudotumor yang mengenai saraf optik yang disebut “Inflamasi Peri
Neuritis”.
b) Nyeri orbital: jelas pada tumor ganas yang tumbuh cepat, namun
juga merupakan gambaran khas 'pseudotumor' jinak dan fistula
karotid-kavernosa
c) Proptosis: pergeseran bola mata kedepan adalah gambaran yang
sering dijumpai, berjalan bertahap dan tak nyeri dalam beberapa
bulan atau tahun (tumor jinak) atau cepat (lesi ganas).
d) Pembengkakan kelopak: mungkin jelas pada pseudotumor,
eksoftalmos endokrin atau fistula karotid-kavernosa
e) Palpasi: bisa menunjukkan massa yang menyebabkan distorsi
kelopak atau bola mata, terutama dengan tumor kelenjar lakrimal
atau dengan mukosel.
f) Gerak mata: sering terbatas oleh sebab mekanis, namun bila nyata,
mungkin akibat oftalmoplegia endokrin atau dari lesi saraf III, IV,
dan VI pada fisura orbital (misalnya sindroma Tolosa Hunt) atau
sinus kavernosus
g) Ketajaman penglihatan: mungkin terganggu langsung akibat
terkenanya saraf optik atau retina, atau tak langsung akibat
kerusakan vaskuler.
7. Komplikasi
a) Glaukoma, adalah suatu keadaan dimana tekanan bola mata tidak
normal atau lebih tinggi dari pada normal yang mengakibatkan
kerusakan saraf penglihatan dan kebutaan.
b) Keratitis ulseratif, yang lebih dikenal sebagai ulserasi kornea yaitu terdapatnya
destruksi (kerusakan) pada bagian epitel kornea.
c) Keratitis merupakan kelainan akibat terjadinya infiltrasi sel radang
pada kornea yang akan mengakibatkan kornea menjadi keruh.
13
a) Pemeriksaan radiologik : untuk melihat ukuran rongga orbita,
terjadinya kerusakan tulang, terdapat perkapuran pada tumor dan
kelainan foramen optik
b) Pemeriksaan ultrasonografi : untuk mendapatkan kesan bentuk
tumor, konsistensi tumor, teraturnya susunan tumor dan adanya
infiltrasi tumor.
c) CT-scan : untuk menentukan ganas atau jinak tumor, adanya
vaskularisasi pada tumor dan terjadinya perkapuran pada tumor.
d) Arteriografi : untuk melihat besar tumor yang mengakibatkan
bergesernya pembuluh darah disekitar tumor, adanye pembuluh
darah dalam tumor. (Sidarta, ilyas. 2005)
14
Penatalaksanaan tumor orbita bervariasi bergantung pada ukuran,
lokasi, dan tipe tumor seperti :
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Nama :
Masuk ke RS :
Tanggal Lahir :
Umur :
Jenis kelamin :
Agama :
Alamat :
d. Pemeriksaan Penunjang
1. Neurosensori
2. Nyeri/ kenyamanan
3. Pola eliminasi
a) Tanyakan bagaimana pola BAB dan karakteristiknya
b) Berapa kali BAK dalam sehari, karakteristik urin
c) Adakah masalah dalam proses BAK, adakah penggunaan alat bantu
untuk BAK
18
7. Pola persepsi dan sensori
a) Bagaimana klien menggambarkan dirinya
b) Apakah sering merasa marah, cemas, takut, depresi, karena terjadi
perubahan dalam penglihatan.
19
B. Diagnosa Keperawatan
C. NIC-NOC
20
penerimaan sensori diri sendiri rusaknya penglihatan (misal,
dari organ penerima. Mampu mengenal depresi, menarik diri, dan
orang penting menolak kenyataan)
lainnya Menerima reaksi klien
Mampu mengenal terhadap rusaknya penglihatan
tempat yang
Bantu klien dalam menetapkan
sekarang
tujuan yang baru untuk belajar
2.Kompensasi bagaimana “melihat” dengan
tingkah laku indera yang lain
Penglihatan
Andalkan penglihatan pasien
Kriteria hasil: yang tersisa sebagaimana
mestinya
Mampu mem-
posisikan diri untuk Gambarkan lingkungan kepada
penglihatan klien
Menggunakan
Rujuk klien dengan masalah
layanan pendukung
penglihatan ke agen yang
untuk penglihatan
sesuai
yang lemah
\Menggunakan alat 2. Manajemen Lingkungan
bantu penglihatan
Ciptakan lingkungan yang
yang lemah
aman untuk klien
Hilangkan bahaya lingkungan
(misal, permadani yang bisa
dilepas-lepas dan kecil, mebel
yang dapat dipindah-
pindahkan)
Hilangkan objek-objek yang
membahayakan dari
lingkungan
21
Kawal klien selama kegiatan-
kegiatan di bangsal
sebagaimana mestinya
Tempatkan benda-benda yang
sering digunakan dekat dengan
jangkauan
Manipulasi pencahayaan untuk
kebaikan terapeutik
Beri keluarga/orang penting
lainnya informasi tentang
menciptakan lingkungan
rumah yang aman bagi klien.
3. Perawatan Area Insisi
22
sesuai yang dipesan.
ganti balutan dengan jarak
yang tepat.
Gunakan balutan yang tepat
untuk melindungi insisi
Instruksikan pasien mengenai
cara perawatan insisi selama
mandi.
Ajarkan pasien untuk
meminimal kan stress pada
area insisi.
Ajarkan pasien dan keluarga
untuk perawatan insisi,
termasuk tanda dan gejala dari
infeksi.
2. Nyeri akut b.d Agen Kontrol Resiko Manajemen Nyeri :
cidera
Kriteria hasil : Kaji nyeri secara komprehensif
( lokasi, karakteristik, durasi,
Klien melaporkan
frekuensi, kualitas dan faktor
nyeri berkurang dg
presipitasi ).
scala 2-3
Observasi reaksi non verbal
Ekspresi wajah
dari ketidak nyamanan.
tenang
Gunakan teknik komunikasi
klien dapat istirahat
terapeutik untuk mengetahui
dan tidur
pengalaman nyeri klien
v/s dbn
sebelumnya
Kontrol faktor lingkungan
yang mempengaruhi nyeri
seperti suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan.
23
Pilih dan lakukan penanganan
nyeri (farmakologis/non
farmakologis).
Ajarkan teknik non
farmakologis (relaksasi,
distraksi dll) untuk mengatasi
nyeri.
Kolaborasi pemberian
analgetik untuk mengurangi
nyeri.
Evaluasi tindakan pengurang
nyeri/kontrol nyeri.
Monitor TTV
BAB IV
24
PEMBAHASAN EVIDENCE BASE
Judul : Pasien tumor mata pada devisi tumor mata clinik sanglah
Rumah Sakit Umum Bali-Indonesia.
Responden : 44 pasien
Hasil Penelitian
Berdasarkan lokasi tumor dan anatomi hasil patologi, tumor yang paling
umum dari konjungtiva adalah SCC (15,9%). Namun, jika melihat dari pekerjaan
yang di derita lebih sering oleh petani (20,5%)
25
Evidence-Based Practice
Jurnal ini meneliti tentang factor resiko terjadinya tumor mata di daerah
Denpasar bali. Setelah di lakukan penelitian di rumah sakit di bali di dapatkan
beberapa data tentang factor pencetus dan karakteristik penderita tumor mata
diantaranya usia, alamat, pekerjaan, keluhan, tajam penglihatan dan anatomi hasil
patologi.
Di bali di dapatkan data bahwa laki-laki lebih besar beresiko terkena tumor
mata di karenakan budaya bali yang banyak merokok, minum alcohol dan sinar
ultraviolet. Jika di lihat dari usia penderita di dapatkan data usia 61-70 tahun
sebanyak 29,5%, sebab bertambahnya usia , durasi paparan zat yang bersifat
karsinogenetik meningkat, dengan demikian pasien dengan usia lebih tua
memiliki resiko lebih tunggi, dibanding yang lebih muda. Dan jika di lihat dari
pekerjaan, pasien yang banyak terkena tumor mata adalah dari kalangan
petani,(34,1). Karena petani lebih banyak terkena paparan sinar matahari yang
mengandung ultraviolet yang secara teoritis memiliki peran yang sangat penting
dalam memicu pertumbuhan tumor.
26
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Mata disuusun dari bercak sensitif dan cahaya primitif pada
permukaan intervetebrata. Mata mengubah tenaga didalam spektrum yang
dapat terlihat menjadi potensial aksi didalam nervus optikus, bayangan
objek didalam lingkungan difokuskan dalam retina. Sinar cahaya yang
membentur retina membentuk potensial didalam bayangan kerucut. Impuls
yang dimulai didalam retina dihantarkan kedalam korteks serebri pada
tempat yang menghasilkan sensasi (rangsangan) penglihatan.
Seperti di bagian tubuh lain, mata juga bisa terserang tumor, baik
jinak maupun ganas. Tumor adalah pertumbuhan atau tonjolan abnormal
di tubuh. Tumor sendiri dibagi menjadi jinak dan ganas. Tumor ganas
disebut sebagai kanker. Tumor pada mata disebut juga tumor orbita.
Gejala tumor orbita sulit diketahui karena tumbuh di belakang bola
mata. Umumnya diketahui setelah terjadi penonjolan pada mata,
gangguan pergerakan mata, atau terasa sakit. Tumor mata dapat
disebabkan oleh berbagai factor, termasuk faktor genetic. Tumor Orbita
meningkatkan volume intraokular dan mempengaruhi masa. Meskipun
masa secara histologis jinak, itu dapat mengganggu pada struktur orbital
atau yang berdekatan dengan mata. Dan bisa juga dianggap ganas apabila
mengenai struktur anatomis. Tanda dan gejala tumor mata yaitu : nyeri
orbital, proptosis, pembengkakan kelopak,palpasi, gerak mata dan
ketajaman penglihatan. Komplikasi dari tumor mata yaitu : glaukoma,
keratitis ulseratif
B. Saran
Dengan makalah ini, diharapkan mahasiswa dapat menambah dan
mengembangkan referensi tentang penyakit tumor mata dalam melakukan
study di fakultas keperawatan serta bagi perawat diharapkan juga
menangani dan menanggulangi penyakit tumor mata pada kliennya
27
DAFTAR PUSTAKA
28