Anda di halaman 1dari 11

Jurnal Farmasi Higea, Vol. 5, No.

1, 2013

EFEK JUS TERUNG PIRUS (Cyphomandra betacea Sendtn.) TERHADAP JUMLAH


SEL DARAH MERAH (ERITROSIT) DAN NILAI HEMATOKRIT PADA MENCIT
PUTIH JANTAN
1Yufri Aldi, 2Yanelita Vipri, dan 2Zet Rizal
1
Fakultas Farmasi Universitas Andalas Padang
2
Sekolah tinggi Ilmu Farmasi (STIFARM) Padang

ABSTRACT

Evaluation about the effect of pirus juice (Cyphomandra betacea Sendtn.) on hematology parameters
(red blood cells, reticulocytes, hemoglobin and hematocrit) for male white mice has been done. The juice was
administrated orally one times a day during 20 days. The 1 th day until the 20th day the animal induction with
Chloramphenicol 130 mg / kg orally, followed by the provision of pirus juice with various doses of 0.26 mL and
0.52 mL. The effect was observed on day 5, 10, 15, 20, 25 and 30. The result showed that administration of pirus
juice can increase the number of red blood cells, reticulocytes, hemoglobin and hematocrit male white mice at
each dose is highly significant (p <0.05). Dose of 0.52 mL of the nicest effects compared with other doses (p
<0.05).

Keyword : Pirus juice , eritrocytes, hematology.

ABSTRAK

Telah dilakukan penelitian mengenai pengaruh pemberian jus terung pirus (Cyphomandra betacea
sendtn.) terhadap parameter hematologi (sel darah merah, retikulosit, hemoglobin dan hematokrit) pada mencit
putih jantan. Jus diberikan secara oral satu kali sehari selama 20 hari. Hari ke 0 - 14 hewan diinduksi dengan
Kloramfenikol 130 mg/kg BB secara oral, kemudian dilanjutkan dengan pemberian jus terung pirus dengan
variasi dosis 0,26 mL dan 0,52 mL. Efeknya diamati pada hari ke 5, 10, 15, 20, 25 dan 30. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa pemberian jus terung pirus dapat meningkatkan sel darah merah, retikulosit, hemoglobin
dan hematokrit mencit putih jantan pada setiap dosis secara sangat bermakna (p<0,05). Dosis 0,52 mL
memberikan efek yang paling baik dibandingkan dengan dosis yang lain (p<0,05).

Kata kunci : Jus terung pirus, eritrosit, hematologi

PENDAHULUAN Pada pria dan wanita pasca


menopause, kekurangan zat besi biasanya
Anemia merupakan kelainan menunjukkan adanya perdarahan pada
hematologi yang paling sering dijumpai saluran pencernaan. Pada wanita pre-
baik di klinik maupun lapangan (Bakta, menopause, kekurangn zat besi bisa
2006). Anemia adalah berkurangnya kadar disebabkan oleh perdarahan menstruasi
eritrosit (sel darah merah) dan kadar bulanan. Anemia pada akhirnya
hemoglobin (Hb) dalam setiap milimeter menyebabkan kelelahan, sesak nafas,
kubik darah dalam tubuh manusia. Hampir kurang tenaga dan gejala lainnya. Kadar
semua gangguan pada sistem peredaran zat besi bisa diukur dalam darah. Kadar zat
darah disertai dengan anemia yang ditandai besi dan transferin (protein pengangkut zat
dengan warna kepucatan pada tubuh, besi yang berada diluar sel darah merah)
penurunan kerja fisik, penurunan daya diukur dan dibandingkan. Jika kurang dari
tahan tubuh. Penyebab anemia bermacam- 10% transferin yang terisi dengan zat besi,
macam diantaranya adalah anemia maka kemungkinan terjadi kekurangan zat
defisiensi zat besi (Ganong, 2000). besi (Pearce, 2002).

51
Jurnal Farmasi Higea, Vol. 5, No. 1, 2013

flavonoid yang merupakan salah satu jenis


Hemoglobin ialah protein yang antioksidan. Di samping sebagai
kaya akan zat besi. Hemoglobin memiliki antioksidan, vitamin C berfungsi menjaga
afinitas (daya gabung) terhadap oksigen dan memelihara kesehatan pembuluh darah
dan dengan oksigen itu membentuk kapiler. Menurut hasil analisis lengkap,
oksihemoglobin di dalam sel darah merah. kandungan zat besi (Fe) dalam terung pirus
Dengan melalui fungsi ini maka oksigen (Cyphomandra betacea Sendtn.) adalah
dibawa dari paru-paru ke jaringan-jaringan 0.3-0.9 mg dan memungkinkan untuk
(Pearce, 2002). mengatasi anemia, dimana dapat
Untuk diagnosis anemia disamping membantu menaikkan jumlah sel darah
kandungan hemoglobin juga harus merah (eritrosit) pada penderita anemia
ditentukan jumlah eritrosit dan hematokrit (Kumalaningsih, 2006).
(Mutschler, 1991). Retikulosit merupakan Kloramfenikol merupakan
indikator aktivitas sumsum tulang yang antibiotika yang bekerja dengan cara
juga digunakan untuk mendiagnosis menghambat sintesis protein mikroba.
anemia. Banyaknya retikulosit dalam darah Kloramfenikol memiliki dua efek samping
tepi menggambarkan eritropoesis yang terhadap sumsum tulang. Pertama, yaitu
berjalan dengan baik (Riswanto, 2009). supresi produksi sel darah merah dan
Buah-buahan memegang peranan retikulositopenia yang terjadi pada saat
penting dalam menunjang kesehatan dan pengobatan. Hal ini berkaitan dengan dosis
kebugaran tubuh. Buah mentah dari terung dan menghilang bila kloramfenikol
pirus dapat digunakan sebagai bumbu dihentikan. Kedua, yaitu reaksi
masak seperti kari atau sambal. Sedangkan hipersensitivitas yang menyebabkan
buah yang matang dapat dijadikan jus, anemia aplastik yang terjadi setelah
sirup, jeli,selai, rujak dan sebagai hiasan beberapa minggu atau bulan setelah
pada es krim. Buah terung pirus yang pengobatan. Kelainan ini bersifat
dibakar (dipanggang) juga dapat dijadikan irreversibel dan tidak berhubungan dengan
sebagai sayuran (Sunarya & dosis melainkan akibat penggunaan yang
Rismunandar,1981; Verheij & lama (Henry, 2001).
Coronel,1997). Berdasarkan uraian diatas pada
Jus atau sari buah (berasal dari penelitian ini akan dicoba melihat
bahasa Inggris juice, namun lebih tepatnya aktivitas jus terung pirus (Cyphomandra
fruit juice) adalah cairan yang terdapat betacea Sendtn.) terhadap proses
secara alami dalam buah-buahan. Jus saat eritropoesis atau pembentukan sel darah
ini populer dikonsumsi manusia sebagai merah, dengan menghitung jumlah sel
minuman. darah merah (eritrosit), hemoglobin dan
Jus adalah cairan yang secara alami nilai hematokrit pada mencit putih jantan
terkandung dalam jaringan buah atau yang dikondisikan anemia dengan
sayur. Jus atau sari buah dibuat dengan pemberian kloramfenikol.
mekanis meremas atau maserasi daging
buah segar atau sayuran tanpa aplikasi METODE PENELITIAN
panas atau pelarut. Jus dapat dibuat di
rumah dari buah-buahan dan sayuran segar Alat dan Bahan
menggunakan berbagai juicer tangan atau
listrik (Anonim, 2013). Alat yang digunakan adalah mikroskop,
Terung pirus (Cyphomandra kaca objek, hemositometer Neubauer,
betacea Sendtn.) mengandung antosianin sentrifugasi mikrohematokrit merk Kubota
yang termasuk kedalam golongan 3100, tissue, gunting bedah, kapas,

52
Jurnal Farmasi Higea, Vol. 5, No. 1, 2013

stopwatch, pipet tetes, pipet mikro, tabung sampel segar 3 buah terung pirus yang
penampung darah yang berisi antikoagulan beratnya masing-masing 40 g (berat 3 buah
(Green Vac-Tube), tabung reaksi, pipet terung pirus = 120g), dikupas kulitnya dan
eritrosit 20 µL, Fotometer 5010, timbangan dicuci dengan air bersih. Setelah itu
hewan, timbangan analitik, jarum oral, dipotong kecil-kecil dan dimasukkan ke
gelas ukur, juicer merk National, tabung dalam juicer sehingga diperoleh 100 mL
hematokrit mikro, kandang mencit, tempat jus terung pirus. Selanjutnya dikonversikan
makan dan minum mencit. untuk mencit, dimana faktor konversi dari
Bahan yang digunakan adalah buah manusia (70 kg) untuk mencit (20 gram)
Terung Pirus (Cyphomandra betacea adalah 0,0026. sehingga didapatkan dosis
Sendtn.), kloramfenikol palmitat produksi untuk mencit adalah 0,26 mL dan 0,52 mL
PT. Indofarma Reg. No. yang diberikan secara oral.
GKL9420906501A1, NaCMC, etanol
70%, air suling, larutan Drabkin, larutan Pembuatan Suspensi Kloramfenikol
Hayem, larutan Briliantcresylblue 1% dan Dosis Kloramfenikol yang
mencit putih jantan. disuntikkan pada mencit adalah dosis
terapi yaitu 4 x 250 mg/hari. Dosis akan
dikonversikan ke mencit, dimana faktor
PROSEDUR KERJA konversi dari manusia (70 kg) untuk
mencit (20 gram) adalah 0,0026 sehingga
Pengambilan Sampel didapatkan dosis untuk mencit = 1000 mg
Sampel buah Terung Pirus x 0,0026 = 2,6 mg/20 gram BB = 130
(Cyphomandra betacea Sendtn.) diambil mg/kg BB.
dari Panorama Danau Kembar Alahan Volume sediaan yang diberikan
Panjang, Solok. Sampel yang digunakan untuk mencit pada umumnya adalah 1%
adalah buah yang masak dan segar. dari berat berat badan mencit.
Kloramfenikol yang telah ditimbang dan
Persiapan Hewan Percobaan digerus halus selanjutnya disuspensikan
dalam NaCMC 0,5%.
Hewan percobaan yang digunakan
adalah mencit putih jantan umur 2 bulan Perlakuan Terhadap Hewan Percobaan
dengan berat 20-30 gram sebanyak 25 Hewan percobaan dibagi menjadi 5
ekor, dikelompokkan secara acak menjadi kelompok secara acak, tiap kelompok
5 kelompok yang masing-masing terdiri dari 5 ekor mencit. 1 kelompok
kelompok terdiri dari 5 ekor mencit. sebagai kontrol negatif yang hanya diberi
Sebelum diperlakukan mencit makanan standar, 1 kelompok berikutnya
diaklimatisasi selama 7 hari dengan diberi sebagai kontrol positif yaitu mencit yang
makan dan minum yang cukup. Mencit hanya diberi suspensi Kloramfenikol 130
yang akan digunakan adalah mencit yang mg/kg BB sebagai penginduksi, 2
sehat dan tidak menunjukkan penurunan kelompok lainnya adalah kelompok yang
berat badan berarti (deviasi maksimal diinduksi Kloramfenikol 130 mg/kg BB
10%) serta secara visual menunjukkan sekaligus diberi sediaan jus terung pirus
perlakuan yang normal. dengan masing-masing dosis 0,26 mL/20 g
BB dan 0,52 mL/20 g BB, dan 1
Pembuatan Jus dan Perencanaan Dosis kelompok terakhir yang hanya diberi jus
Sediaan jus dibuat dengan terung pirus dosis 0,26 mL/20 g BB.
menggunakan juicer untuk mendapatkan Perlakuan pada hewan percobaan
sari buahnya sebanyak 100 mL. Diambil dilakukan satu kali sehari pada pagi hari

53
Jurnal Farmasi Higea, Vol. 5, No. 1, 2013

selama 20 hari. Hari ke-1 sampai hari ke- Menghitung Retikulosit


14 hewan kelompok uji diberi suspensi Darah mencit dan pewarna
Kloramfenikol sebagai penginduksi. (briliancresylblue) dimasukkan ke dalam
Kemudian dilanjutkan dengan memberi tabung reaksi dan dengan perbandingan 1 :
sediaan uji pada hari ke-8 sampai hari ke- 1, dihomogenkan, dibiarkan selama 15
20. Pengamatan dan penghitungan jumlah menit agar pewarnaannya sempurna.
sel eritrosit dan nilai hematokrit dilakukan Membuat sediaan apusan di kaca objek
pada hari ke 0,5,10,15,20 dan 25. dengan campuran tersebut, dibiarkan
kering di udara. Memeriksa sediaan apusan
Penghitungan Jumlah Eritrosit di bawah mikroskop dengan perbesaran
1. Mengisi pipet eritrosit 100x. Retikulosit akan nampak sebagai sel
2. Mengisi kamar hitung yang mengandung granula/filamen yang
3. Menghitung jumlah eritrosit berwarna biru.

Gambar 1. Sediaan supravital retikulosit

Gambar 2. Bentuk sel darah mencit menggunakan mikroskop cahaya binokuler


dengan perbesaran 100x

Menghitung Nilai Hemoglobin mencit dipotong sepanjang 5 mm dari


ujung ekor, dan menampung darah yang
Hewan pecobaan dimasukan dalam keluar ke dalam tabung reaksi yang telah
suatu tabung yang diberi penutup yang beisi antikoagulan (Green Vac-Tube).
memiliki lubang kecil untuk mengeluarkan Memasukan 5 mL larutan Drabkin ke
ekornya, ujung ekor mencit dibersihkan dalam tabung reaksi dan tambahkan 20 µL
dengan etanol 70% , kemudian dengan darah mencit, kocok sampai kedua bahan
gunting yang telah disterilkan ujung ekor tercampur homogen. Selanjutnya dibiarkan

54
Jurnal Farmasi Higea, Vol. 5, No. 1, 2013

pada suhu kamar selama 3 menit. Dan 5010 pada panjang gelombang 546 nm.
dibaca nilai absorbannya dengan fotometer

Gambar 3. Larutan Drabkin yang ditambahkan dengan sampel darah mencit putih jantan
yang diberi jus terung pirus

Gambar 4. Fotometer 5010


Menghitung Nilai Hematokrit mm dari ujung ekor. Isilah pipet
mikrokapiler dengan darah vena mencit ¾
Hewan percobaan dimasukan nya dengan cara pengisian langsung yang
dalam suatu tabung yang diberi penutup salah satu ujung nya ditutup dengan
yang memiliki lubang kecil untuk menggunakan cera. Masukan tabung mikro
mengeluarkan ekornya, ujung ekor mencit kapiler tersebut dalam alat sentrifugasi
dibersihkan dengan etanol 70%, kemudian (sentrifuge mikrohematokrit), lalu
dengan gunting yang telah disterilkan sentrifugasi dengan kecepatan 12000 rpm
ujung ekor mencit dipotong sepanjang 5 selama 7 menit.

Gambar 5. Sampel darah mencit setelah disentrifugasi

55
Jurnal Farmasi Higea, Vol. 5, No. 1, 2013

Analisa Data adanya penurunan eritrosit pada semua


Data hasil penelitian dianalisa kelompok uji yang diberi sediaan
secara statistik dengan menggunakan kloramfenikol dosis 130 mg/kg BB.
metoda analisa varian (Anova) dua arah. Penurunan masing masing kelompok
Analisa lanjutan digunakan uji wilayah terhadap kelompok kontrol negatif (I)
berganda Duncan. berturut-turut adalah, kontrol positif (II)
1,35 juta/µL; kelompok III 1,11 juta/µL;
HASIL DAN PEMBAHASAN kelompok IV 0,43 juta/µL
Pengamatan jumlah eritrosit
menggunakan kamar hitung menunjukan

Gambar 6. Diagram garis rata-rata jumlah eritrosit masing-masing kelompok hewan


percobaan

Pengamatan jumlah retikulosit kelompok III 0,03%; dan kelompok IV


menunjukkan penurunan jumlah retikulosit 0,08%. Dan peningkatan jumlah retikulosit
pada setiap kelompok yang diberi sediaan pada kelompok V yang diberi sediaan jus
kloramfenikol dosis 130 mg/kg BB, terung pirus (Cyphomandra betacea.Sedtn)
berturut-turut adalah kelompok II 0,39%; 0,23%.

Gambar 7. Diagram garis rata-rata jumlah retikulosit masing masing kelompok hewan
percobaan

56
Jurnal Farmasi Higea, Vol. 5, No. 1, 2013

Pada penentuan kadar hemoglobin dengan adalah : kelompok II 1,15 g/dL ; kelompok
fotometer 5010 rata rata penurunan kadar III 2,9 g/dL, dan diperoleh kenaikan kadar
hemoglobin dibandingkan dengan hemoglobin pada kelompok IV 1,13 g/dL;
kelompok kontrol negatif (I) berturut-turut kelompok V 2,35 g/dL

Gambar 8. Diagram garis rata-rata kadar hemoglobin masing-masing kelompok hewan


percobaan

Pada penentuan nilai hematokrit pada adalah : kelompok II 8,3% ; kelompok III
darah mencit yang telah disentrifuge 7,3%; kelompok IV 0,8%. Dan diperoleh
didapatkan hasil rata-rata penurunan kadar kenaikan kadar hemoglobin pada
hemoglobin dibandingkan dengan kelompok V 7,9%
kelompok kontrol negatif (I) berturut-turut

Gambar 9. Diagram garis rata rata nilai hematokrit masing-masing kelompok hewan
percobaan

kloramfenikol dosis 130 mg/kgBB,


Pada penelitian ini hewan mencit sedangkan kelompok III dan IV merupakan
dibagi menjadi 5 kelompok masing-masing kelompok perlakuan yang diinduksi
terdiri dari 5 ekor. Kelompok I merupakan dengan suspensi kloramfenikol dosis 130
kelompok kontrol negatif yang hanya mg/kgBB serta secara oral diberikan jus
diberi makanan standar. Kelompok II terung pirus (Cyphomandra
merupakan kelompok kontrol positif yang betacea.Sedtn.) dosis 0,26 mL/20 g BB
hanya diinduksi dengan suspensi dan 0,52 mL/20 g BB, dan kelompok V

57
Jurnal Farmasi Higea, Vol. 5, No. 1, 2013

merupakan kelompok perlakuan yang didapat pada penelitian ini sangat


hanya diberi jus terung pirus dosis 0.26 bervariasi, yang dapat disebabkan oleh
mL/20 g BB selama 20 hari. Perlakuan ini berbagai faktor seperti volume darah yang
tujuannya untuk melihat pengaruh tidak tepat, larutan hayem yang tidak
hematologi dari jus tersebut, dan dilakukan disaring, kamar hitung yang kotor,
pengujian hematologi pada hewan mencit pengenceran yang tidak homogen, mengisi
pada hari ke 0, 5, 10,15, 20, dan 25. kamar hitung yang tidak benar serta
Pengujian hematologi dilakukan pengamatan yang bersifat subjektif dengan
pada hari 0, 5, 10, 15, 20 dan 25. Hari ke 0 menggunakan mikroskop. Pada kelompok
sampai hari ke 14 untuk melihat sejauh hewan (II, II dan IV) jumlah eritrosit
mana pengaruh penginduksi dan pada hari terlihat mengalami penurunan pada hari 5
8 sampai 20 untuk melihat pengaruh jus setelah pemberian Kloramfenikol, dan
terung pirus (Cyphomandra penurunan yang cukup tajam pada hari ke
betacea.Sedtn.). 15, dan mulai meningkat kembali ke 20
Dari hasil penelitian diperoleh data hingga hari 25.
yang cukup beragam dari masing masing Pemberian jus terung pirus
individu pada setiap kelompok hewan (Cyphomandra betacea.Sedtn.) dengan
percobaan. Hal ini diduga disebabkan dosis 0,26 mL/20 gram BB menunjukan
kondisi fisiologis hewan, pengaruh hasil yang paling baik dengan nilai 6,54
lingkungan dan ketelitian peneliti dalam juta/µL. Hasil analisa dengan ANOVA dua
melakukan pengujian hematologi. arah menunjukan hasil yang signifikan
Meyer dan Harvey (2004) terhadap perlakuan maupun terhadap hari
menyatakan bahwa eritrositosis ditandai yang dinyatakan dengan p<0,05. Setelah
dengan peningkatan hematokrit, dilakukan uji lanjut Duncan terlihat jumlah
hemoglobin, dan jumlah eritrosit di atas eritrosit pada hari ke 20 atau setelah hewan
kisaran normal. Eritrositosis dapat bersifat diberi jus terung pirus (Cyphomandra
absolut atau relatif. Eritrositosis relatif betacea.Sedtn.) memperlihatkan hasil yang
terjadi eritrosit normal. Keadaan tersebut berbeda nyata dengan hari ke 15 atau
disebabkan oleh kontraksi limpa atau setelah hewan dibuat anemia dan tidak
dehidrasi. Kontraksi limpa dirangsang oleh berbeda nyata dengan hari ke 0 atau hewan
pelepasan epinefrin yang terjadi saat normal.
ketakutan, sakit, atau latihan. Eritrositosis Penghitungan retikulosit dilakukan
absolut ditandai dengan nilai hematokrit dengan membuat sediaan supravital.
yang tinggi karena peningkatan jumlah Disebut supravital karena sel yang dihitung
eritosit akibat peningkatan produksi adalah sel yang hidup yang tidak difiksasi,
eritropoietin. karena retikulosit hanya dapat terlihat pada
Penghitungan eritrosit dilakukan sel hidup. Sel retikulosit akan terlihat ada
dengan menggunakan kamar hitung. Dan butiran atau jaring berwarna biru dengan
dilakukan terhadap lima 5 bidang khusus pewarna briliancresylblue sehingga akan
eritrosit. Dalam pipet eritrosit dilakukan membedakan dengan sel eritrosit yang
pengenceran dengan larutan Hayem 200 tidak berwarna (Gandasoebrata, 2007).
kali bertujuan untuk memudahkan dalam Jumlah retikulosit terlihat mengalami
penghitungan dan juga hayem ini dapat peningkatan pada setiap kelompok yang
melisiskan trombosit dan leukosit sehingga diberi jus terung pirus (Cyphomandra
yang terlihat dibawah mikroskop hanya betacea.Sedtn.) dan mengalami penurunan
eritrosit. Eritrosit akan nampak seperti jumlah retikulosit pada kelompok yang
butiran butiran bening yang tidak berinti hanya diinduksi kloramfenikol. Hasil
(Sacher & McPherson, 2004). Hasil yang analisa dengan ANOVA dua arah

58
Jurnal Farmasi Higea, Vol. 5, No. 1, 2013

menunjukkan hasil yang signifikan dimasukan dalam pipet kapiler disentrifuge


terhadap kelompok perlakuan maupun dengan kecepatan 12000 rpm selama tujuh
terhadap hari pengamatan dengan p<0,05. menit. Hal ini bertujuan untuk
Setelah dilakukan uji lanjut Duncan dosis mengendapkan eritrosit dan sel sel darah
0.26 mL/20 mg BB menunjukan hasil yang lainnya sehingga dapat dilihat terpisah dari
paling baik. Berdasarkan uji Duncan dapat cairan. Bagian sel eritrosit akan terlihat
dikemukakan bahwa keenam hari dibagian bawah, pada bagian tengah
pengamatan dari faktor perlakuan terdapat cairan berwarna crem yang tipis
menunjukkan perbedaan yang nyata. (buffy coat) yang terdiri dari trombosit dan
leukosit, serta pada bagian atasnya plasma
Metoda yang dipakai dalam pemeriksaan pada pemeriksaan nilai hematokrit selain
kadar hemoglobin yaitu dengan cara dipengaruhi oleh volume eritrosit juga
fotoelektrik (Sianmethemoglobin). dipengaruhi oleh volume cairan
Hemoglobin darah akan diubah menjadi intravaskuler.
bentuk sianmethemoglobin dengan Saat diberikan penginduksi
menggunakan reagen Drabkin. Kloramfenikol 130 mg/kg BB terjadi
Sianmethemoglobin akan terukur dengan penurunan nilai hematokrit dan setelah
menggunakan fotometer 5010 pada diberi jus terung pirus (Cyphomandra
panjang gelombang 546 nm yang betacea.Sedtn.) terjadi peningkatan nilai
merupakan panjang gelombang maksimum hematokrit pada semua kelompok hewan
sianmethemoglobin. Hasil yang diperoleh percobaan. Uji statistik dengan ANOVA
sangat dipengaruhi oleh : kestabilan alat dua arah menunjukkan hasil yang
yang digunakan , larutan Drabkin yang signifikan baik terhadap kelompok
kotor, volume pemipetan darah dan reagen perlakuan maupun terhadap hari
yang tidak tepat. pengamatan p<0,05 Berdasarkan hasil uji
Pada pemberian jus terung pirus lanjut Duncan keenam hari pengamatan
(Cyphomandra betacea.Sedtn) dosis 0,52 dari faktor perlakuan menunjukkan
mL/20 g BB pada hari ke 15 kadar perbedaan yang nyata serta pemberian jus
hemoglobin telah normal dan terus terung pirus (Cyphomandra beacea.Sedtn.)
meningkat pada hari ke 25 yaitu sebesar dosis 0,26 mL/20 g BB berbeda nyata
16,9 g/dL. Hasil uji statistik dengan terhadap dosis lainnya dan juga terhadap
ANOVA dua arah memberikan hasil yang kontrol positif
bermakna terhadap kelompok perlakuan Cu n n i n g h am (2002)
maupun terhadap hari pengamatan dengan menyatakan bahwa peningkatan nilai
p<0,05. Setelah dilakukan uji lanjut hematokrit memiliki manfaat yang terbatas
Duncan hari ke 0 dan 15 kadar hemoglobin karena dapat menaikan viskositas
berbeda nyata dengan hari ke 5, 10, 20 dan (kekentalan) darah yang akan
25. Dan pada uji lanjut Duncan dari memperlambat aliran darah pada kapiler
keenam hari pengamatan dari faktor dan meningkatkan kerja jantung.
perlakuan menunjukkan perbedaan yang Dalam penelitian ini pada hari awal
nyata antara kelompok kontrol negatif (I), (hari ke 0) semua hewan dalam keadaan
IV, V terhadap kelompok kontrol positif normal yang ditandai dengan jumlah
(II) dan III. eritrosit, retikulosit, kadar hemoglobin dan
Dalam penghitungan nilai nilai hematokrit berada pada rentang nilai
hematokrit menggunakan metode mikro, normal. Setelah diberi penginduksi
metode ini dipilih karena jumlah darah Kloramfenikol dengan dosis 130 mg/kg
yang dibutuhkan relatif sedikit sehingga BB keempat parameter terlihat menurun
bisa digunakan untuk mencit. Darah yang perlahan dan penurunan paling signifikan

59
Jurnal Farmasi Higea, Vol. 5, No. 1, 2013

terjadi pada hari ke 15. Pada hari tersebut proses eritropoesis dengan
semua parameter di atas telah menunjukan meningkatkan jumlah eritrosit,
hewan dalam keadaan anemia. retikulosit, kadar hemoglobin dan nilai
Setelah pemberian jus terung pirus hematokrit mencit putih jantan yang
(Cyphomandra beacea.Sedtn.) semua diinduksi dengan Kloramfenikol dosis
kelompok perlakuan terlihat mengalami 130 mg/kg BB.
kenaikan, dapat dilihat kenaikan jumlah 2. Dengan diperlakukan anemia, hasil
eritrosit, retikulosit, kadar hemoglobin dan yang paling baik ditunjukkan dengan
nilai hematokrit. Pada kelompok kontrol pemberian jus terung pirus
positif yang hanya diberi suspensi (Cyphomandra betacea.Sedtn) pada
Kloramfenikol terjadi penurunan selama kelompok IV dengan dosis 0,52 mL/g
15 hari tetapi terlihat adanya peningkatan BB yang setara dengan 200 mL untuk
pada hari ke 20 dan 25, peningkatan pada pemakaian manusia, dibuktikan uji
kontrol positif ini hanya disebabkan oleh statistik ANOVA dua arah
kemampuan diri untuk menstabilkan menunjukan p<0,05.
kembali, perangsangan dilakukan oleh 3. Tanpa diperlakukan anemia, hasil
hormon eritropoetin yang dihasilkan oleh yang paling baik ditunjukkan dengan
ginjal pada keadaan hipoksia. pemberian jus terung pirus
(Cyphomandra betacea.Sedtn) pada
Meyer dan Harvey (2004) menyatakan kelompok V dengan dosis 0,26 mL/g
bahwa jumlah eritrosit, nilai hematokrit BB yang setara dengan 100 mL untuk
dan kadar hemoglobin berjalan sejajar satu pemakaian manusia, dibuktikan uji
sama lain apabila terjadi perubahan. statistik ANOVA dua arah
Pada kelompok hewan yang hanya menunjukan p<0,05.
diberi jus terung pirus (Cyphomandra
beacea.Sedtn.) terlihat peningkatan yang
jauh lebih tinggi dari kelompok kontrol DAFTAR PUSTAKA
positif. Dan diduga zat yang terkandung
dalam jus terung pirus (Cyphomandra Anonim. (Online 2013). Mengenal Jus
beacea.Sedtn.) ini bekerja pada sel stem atau Sari Buah. Diakses 7 Januari
sumsum tulang dengan mempercepat 2013 dari http://eemoo-
pembelahan sel dan mempercepat proses esprit.blogspot.com/2010/10/men
pematangan sel eritrosit. genal-jus-juice-atau-sari-
buah.html

KESIMPULAN Bakta, I.M. (2006). Hematologi Klinik


Ringkas. Jakarta. Penerbit Buku
Berdasarkan penelitian yang telah Kedokteran-EGC.
dilakukan mengenai pengaruh jus terung
pirus (Cyphomandra betacea.Sedtn) Cunningham, J.G. (2002). Textbook of
terhadap proses eritropoesis dengan Veterinary Phisiology. Saunders
melihat beberapa parameter hematologi Company. USA.
yaitu jumlah eritrosit, retikulosit, kadar
hemoglobin, dan nilai hematokrit mencit Gandasoebrata,R. (2007). Penuntun
putih jantan dapat disimpulkan sebagai Laboratorium Klinik. Jakarta.
berikut : Dian Rakyat.
1. Jus terung pirus (Cyphomandra Ganong, W.F. (2000). Buku Ajar Fisiologi
betacea.Sedtn) dapat mempengaruhi Kedokteran. Penerjemah:

60
Jurnal Farmasi Higea, Vol. 5, No. 1, 2013

M.Djauhari Widjajakusumah. Verheij, E.W.M & Coronel, R.E. (1997).


Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran- Prosea Sumber Daya Nabati Asia
EGC. Tenggara 2, Buah-buahan yang
Dapat Dimakan. Jakarta. Penerbit
Henry, F.C. (2001). Chloramphenicol, PT. Gramedia Pustaka Utama.
Tetracyclines, Macrolides,
Clindamycin, & Streptogramins. In
: Katzung BG, editor. Basic &
Clinical Pharmacology, 8th ed.
New York: McGraw-Hill;: 774-6.

Kumalaningsih. (2006). Antioksidan Alami


Terong Belanda (Tamarillo).
Surabaya. Trubus Agrisana.

Mutschler, E. (1991). Dinamika Obat ed 5,


Diterjemahkan: Mathilda B;
Widianto: Ana Setiadi Ranti.
Bandung. Penerbit: ITB Bandung.

Meyer, D.J. & Harvey. J.W. (2004).


Veterinary Laboratory Medicine
Interpretation & Diagnosis. 3rd ed.
Saunders Company. USA.

Pearce, E. (2002). Anatomy & Physiology


for Nurses. Penerjemah: Sri Yuliani
Handoyo. Jakarta. Gramedia
Pustaka Utama.

Riswanto. (Online 2009). Hitung


Retikulosit. Diakses pada 22
Desember 2009 dari http://
labkesehatan.blogspot.com/2009/12
/hitung-retikulosit.html

Sacher, R.A., & McPherson,R.A. (2004).


Tinjauan Klinis Hasil Pemeriksaan
Laboratorium. (Edisi 11). Alih
bahasa : Brahm U. Pendit & Dewi
Wulandari.. Jakarta. Penerbit Buku
Kedokteran - EGC.

Sunarya,H & Rismunandar. (1981).


Produksi Hortikultura. Bandung.
Penerbit: CV. Sinar Bandung.

61

Anda mungkin juga menyukai