Anda di halaman 1dari 17

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/286927049

PROGRAM PARENTING UNTUK MEMBANGUN GENERASI BERKARAKTER PADA


ANAK USIA DINI

Conference Paper · December 2015


DOI: 10.13140/RG.2.1.2554.2487

CITATIONS

2 authors, including:

Hanggara Budi Utomo


Airlangga University
11 PUBLICATIONS   0 CITATIONS   

SEE PROFILE

All content following this page was uploaded by Hanggara Budi Utomo on 15 December 2015.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


553

PROGRAM PARENTING UNTUK MEMBANGUN


GENERASI BERKARAKTER PADA ANAK USIA DINI
Anik Lestariningrum1, Hanggara Budi Utomo2
1,2
Prodi PG-PAUD FKIP Universitas Nusantara PGRI Kediri
1
aniklestariningrum@gmail.com, 2hanggaram.psi@gmail.com

Abstrak

Pendidikan untuk anak usia dini memerlukan pemahaman pengetahuan terutama dari
lingkungan keluarga, dan tanpa disadari pengetahuan terhadap bagaimana anak bertumbuh,
berkembang dan belajar menjadi kebutuhan yang perlu diketahui orang tua. Selama ini orang
tua berpedoman mencukupi kebutuhan yang diperlukan oleh anak tetapi tidak memahami
apakah yang diberikan sudah sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan mendasar dari
seorang anak. Sekarang kesadaran tentang pentingnya pendidikan anak usia dini telah
muncul, pendidikan anak usia dini lebih dipandang sebagai sesuatu yang esensial untuk
mengoptimalkan perkembangan anak. Dengan kesadaran terhadap pentingnya perkembangan
anak dan pentingnya pelayanan perkembangan anak, muncul pula minat untuk mempelajari
tentang bagaimana anak berkembang, anak belajar, dan membicarakan konsep-konsep
memperlakukan dan membelajarkan anak usia dini. Program parenting menjadi solusi
pemecahan bagi keluarga utamanya seorang ayah atau ibu dalam menjembatani dengan pihak
lembaga PAUD untuk menggali semua informasi yang berkaitan dengan tumbuh kembang
anak serta penanganan belajar anak disesuaikan dengan program yang dijalankan di lembaga
PAUD tempat anak belajar. Program parenting menumbuhkan kesadaran orang tua lebih
bersikap bijaksana dalam memahami seorang anak, apabila orang tua memiliki sikap tersebut
sudah membekali anak dengan watak, sikap pribadi yang baik (karakter). Membangun
karakter ini perlu dibina sejak usia dini agar anak terbiasa berperilaku positif. Kegagalan
kepribadian yang baik di usia dini akan membentuk pribadi yang bermasalah di masa
dewasanya kelak.

Kata Kunci: Parenting, Pendidikan Karakter, Anak Usia Dini

Pendahuluan
Keluarga merupakan lembaga yang paling penting dalam pendidikan dan
pengembangan anak. Pendidikan anak dimulai dari lingkungan terdekat dalam hal ini adalah
keluarga. Keluarga mempunyai peran yang sangat besar dalam pengembangan anak baik
perilaku maupun keterampilan hidup. Keluarga merupakan lembaga terpenting, karena anak
lahir dalam lingkungan tersebut dan sebagian besar waktunya dihabiskan bersama keluarga.
Tidak kurang banyak orang tua gagal dalam mendidik anaknya karena mereka melupakan
satu perkara yang sangat penting dalam mendidik yaitu keteladanan (Sajirun, 2012).
Menurut Don Campbell (dalam Wibowo, 2012) bahwa anak pada tahun awal
perkembangan, otak anak dipengaruhi oleh keadaan atau situasi di sekelilingnya. Anak
memasuki tingkat pendidikan selanjutnya juga tidak terlepas dari pengalaman awal yang
554

sudah melekat dalam diri anak yang diperoleh dari hasil melihat orang tuanya, karenanya
orang tua merupakan pendidik utama dalam keluarga. Apa yang dilakukan anak sebagian
besar merupakan perilaku imitasi orang tuanya.
Lembaga pendidikan anak usia dini berupaya mengembangkan potensi yang dimiliki
anak, dimana potensi tersebut memiliki keberagaman sesuai dengan karakteristik anak usia
dini berdasarkan tahapan usia perkembangannya. Potensi yang dimiliki anak berbeda satu
sama lain, sehingga membutuhkan pembelajaran yang berbeda pula. Pembelajaran yang
diberikan harus mampu mengoptimalkan potensi yang ada agar dapat dimanfaatkan sebaga
keterampilan hidupnya (Wibowo, 2012).
Pembelajaran di lembaga PAUD tidak boleh melupakan pengalaman awal seorang
anak yang sudah diperolehnya dari pendidkan dalam keluarga yaitu berasal dari kedua orang
tuanta. Latar belakang pendidikan keluarga inilah juga harus menjadi pertimbangan dalam
mengembangkan potensi anak dimana tidak keluar dari sebuah tujuan mempersiapkan anak
memiliki kepribadian dan karakter yang positif. Anak-anak membangun pengetahuan dengan
berinteraksi dengan orang lain menurut Inhelder dan Piaget Vygotsky (dalam Wasik & Carol,
2008)
Proses membangun karakter dan kepribadian positif pada seorang anak ibarat
mengukir atau memahat jiwa sedemikian rupa, sehingga “berbentuk” umik, menarik, dan
berbeda antara satu dengan yang lain. Dengan demikian, dalam mendidik karakter setiap anak
memliki potensi untuk berperilaku positif atau negatif. Jika orang tua dalam pendidikan
keluarga membentuk pengalaman awal karakter positif sejak usia dini, maka yang
berkembang adalah perilaku positif tersebut. Jika tidak, tentu yang akan terjadi sebaliknya.
Uraian diatas dapatlah kita tarik benang merah antara pendidikan keluarga yang
berasal dari kedua orang tua merupakan bentuk sinergi yang harus dibangun dengan pihak
lembaga PAUD yaitu khususnya guru. Tujuan sinergi ini kemudian memunculkan ide dengan
adanya sebuah program ‘parenting’. Program parenting ini sebagai jembatan penghubung
antara orang tua dan guru di sekolah dalam upaya mengembangkan potensi yang bersifat
positif agar terbentuknya generasi bangsa yang berkarakter tidak hanya memiliki kepandaian/
pengetahuan saja.
Pendidikan Karakter Anak Usia Dini
Esensi pendidikan anak usia dini adalah stimulasi/rangsangan dalam rangka
melejitkan semua potensi anak (potensi jasmaniah/fisik maupun rohaniah/mental). Sementara
anak memiliki karakteristik unik dalam belajarnya yaitu melalui seluruh indera yang dimiliki
555

dengan cara bermain dan kegiatan lain yang menyenangkan untuk mengekplorasi
lingkungannya. Menurut Leonardy Harmainy (dalam Wibowo, 2012) pendidikan karakter itu
sebaiknya dimulai sejak anak fase usia dini.
Pendidikan karakter sebagai upaya penanaman nilai dan sikap bukan pengajaran,
sehingga memerlkan pola pembelajaran fungsional dan memerlukan keteladanan.
Keteladanan awal anak sudah diperoleh dari lingkungan pendidikan dalam keluarga yaitu dari
kedua orang tuanya. Pendidikan karakter ini akhirnya menuntut pelaksanan secara sinergi
antara orang tua, satuan/lembaga pendidikan dan masyarakat. Kenapa pendidikan karakter
harus dibangun sejak dini melalui sinergi yang terjalin antara pihak-pihak orang tua, lembaga
pendidikan dan masyarakat. Seperti kita ketahui pendidikan yang diberikan saat usia dini
lebih mudah dalam membentuk karakter anak. Sebab, anak ketika usia tahapan
perkembangan dini lebih cepat menyerap perilaku dari lngkungan sekitarnya. Pada usia ini,
perkembangan mental berlangsung sangat cepat, oleh karena itu lingkungan yang baik akan
membentuk karakter yang positif (Wibowo, 2012).
Pengalaman anak pada tahun pertama kehidupannya sangat menentukan apakah ia
akan mampu menghadapi tantangan dalam kehidupannya dan apakah ia akan menunjukkan
semangat tinggi untuk belajar dan berhasil nantinya dalam pekerjaanya. Fakta yang terjadi di
lingkungan sekitar kita adalah bagaimana sikap orang tua/pendidik masih selalu
mendikte/menyetir anak, orang tua/pendidik masih membatasi ruang gerak bermain anak
dengan kata-kata larangan seperti; awas, jangan, idak boleh. Inilah yang menjadi kendala
pelaksanaan pendidikan karakter masih perlu dicarikan solusi pemecahan lagi agar lebih
dapat meminimalisir kendala menjadi kebermaknaan pada anak (Direktorat Pembinaan
PAUD, 2014).

Nilai-Nilai dalam Pendidikan Karakter Anak Usia Dini


Menurut Thomas Lickona, (dalam Wibowo, 2012) karakter merupakan sifat alami
seseorang dalam merespons situasi secara bermoral. Sifat alami ini dimanifestasikan dalam
tindakan nyata melalui tingkah laku yang baik, jujur, bertanggungjawab, menghormati orang
lain dan karakter mulia lainnya. Adapun penjabaran dari nilai-nilai karakter yang
dikembangkan sesuai adopsi Kemendiknas (dalam Wibowo, 2012) yaitu:
1. Religius, seperti : berdoa sebelum dan sesudah kegiatan; belajar praktek beribadah
sesuai agama yang dianutnya; belajar praktek kegiatan keagamaan; belajar mengenal
hari besar agama
556

2. Jujur, seperti : melatih kejujuran/kotak temuan; memberikan uang sekolah/tabungan


kepada guru secara utuh; menyampaikan pesan dengan baik dan benar
3. Toleransi, seperti : Berbicara pelan di dalam kelas; Menggunakan alat permainan
secara bergantian; Saling membantu; Mau berbagi; Mau mendengarkan orang lain
berbicara; Sabar menunggu giliran; Mau mengalah
4. Disiplin, seperti : Datang tepat waktu; Jika terlambat melapor pada guru; Jika
berhalangan dating member tahu; Mengembalikan mainan selesai digunakan;
Memakai seragam sesuai jadwal; Tidak membawa uang selain keperluan sekolah;
Membawa bekal dari rumah
5. Kerja Keras, seperti : Memimpin doa; Membahas hasil karya; Mengikuti kegiatan
lomba
6. Kreatifitas, seperti : Melukis dengan berbagai media; Melipat, meronce, menganyam.;
Membuat aneka mainan dari bahan bekas
7. Demokratis, seperti : Berani mengungkapkan pendapat; Mengambil keputusan
bersama; Bekerjasama; Memilih kegiatan yang disukai
8. Mandiri, seperti : Masuk kelas sendiri; Melepas dan memakai sepatu sendiri; Melepas
dan memakai baju sendiri; Mengambil alat sendiri; Makan sendiri; BAK/BAB sendiri
9. Rasa Ingin Tahu, seperti : Berani bertanya;Bereksperimen
10. Semangat Kebangsaan, seperti : Mengibarkan bendera merah putih; Memasang
simbul-simbul kenegaraan; Memutar lagu-lagu kebangsaan; Memutar lagu daerah;
Memasang foto pahlawan
11. Cinta Tanah Air, seperti : Bermain alat music tradisional; Permainan tradisional;
Menggunakan bahasa daerah; Mengenal makanan khas daerah
12. Menghargai Prestasi, seperti : Memasang hasil karya anak; Memberi reward untuk
anak yang dapat menyelesakan tugas dengan baik dan cepat
13. Bersahabat/Berkomunikasi, seperti : Berbicara dengan teman dan guru; Memberi
salam; Bersikap ramah; Tidak mengganggu teman; Berbagi pengalaman melalui
bercerita
14. Cinta Damai, seperti : Mau membantu dan tolonng menolong; Saling menyayangi;
Tanggungjawab; Menyanyikan lagu yang berisikan kasih sayang
15. Gemar Membaca, seperti : Mengunjungi perpustakaan; Menyediakan bermacam buku
cerita; Mengenal huruf dengan kartu huruf; Memasang gambar yang ada tulisannya
557

16. Peduli Lingkungan, seperti : Menyediakan tempat sampah; Membuang sampah pada
tempatnya; Kerja bakti seminggu sekali; Merawat tanaman
17. Peduli Sosial, seperti : Memberikan sebagian bekal pada teman; Menyantuni anak
yatim; Membantu masyarakat kena musibah
18. Tanggung Jawab, seperti : Melaksanakan tugas sampai selesai; Mengembalikan alat
setelah digunakan

Program Parenting pada Anak Usia Dini


Keluarga adalah lingkungan pendidikan yang pertama dan utama. Dengan demikian,
peran keluarga dalam hal pendidikan bagi anak, tidak dapat tergantikan. Kenyataan yang
dijumpai di masyarakat, masih banyak keluarga yang belum memahami peran penting
tersebut. Oleh karena itu, diperlukan adanya kegiatan untuk meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan keluarga agar mereka dapat memberikan dukungan kepada anak usia dini secara
lebih optimal melalui program pemberdayaan orang tua yang anaknya mendapatkan layanan
PAUD (Direktorat Pembinaan PAUD, 2014)
Program parenting adalah upaya pendidikan yang dilaksanakan dengan
memanfaatkan sumber-sumber yang tersedia dalam keluarga dan lingkungan yang
berbentukkegiatan belajar secara mandiri. Parenting sebagai proses interaksi berkelanjutan
antara orang tua dan anak-anak mereka meliputi aktivitas-aktivitas sebagai berikut: member
makan (nourishing), member petunjuk (guiding), dan melindungi (protecting) anak-anak
ketika mereka tumbuh berkembang (Direktorat Pembinaan PAUD, 2014). Peranan program
parenting penting untuk menjembatani program dan perlakuan yang berkesinambungan
antara di rumah dan di sekolah. Keselarasan pendidikan yang dilaksanakan di lembaga
PAUD dan di rumah diakui oleh para ahli pendidikan sebagai salah satu faktor penentu
keberhasilan pendidikan anak secara menyeluruh. Program parenting yang positif dapat
bermanfaat bagi para orangtua/keluarga sebagai pendidik pertama dan utama serta bagi
pengelola PAUD dan lembaga terkait lainnya dalam rangka menyelaraskan antara pendidikan
yang dilakukan di lembaga PAUD dengan pendidikan di rumah sehingga pertumbuhan dan
perkembangan anak dapat tercapai secara optimal (Direktorat Pembinaan PAUD, 2014).
Keselarasan pendidkan yang dilaksanakan di lembaga PAUD dan di rumah yang
dilakukan oleh para ahli pendidikan salah satu faktor penentu keberhasilan pendidikan anak
secara menyeluruh. Pentingnya peran ibu dalam proses pendidikan anak, sudah tidak
diragukan lagi. Oleh karena itu penting kiranya para pendidik yang berada di lembaga PAUD
558

memfasilitasi penyelenggaraan program parenting.program keterlibatan orang tua merupakan


alternatif yang dapat digunakan untuk meningkatkan kerjasama pendidik dan orang tua serta
meningkatkan peran orang tua terutama terkhusus tentang penanaman karakter anak sejak
usia dini (Prastiti, 2008).
Program parenting sebagai wadah komunikasi antar orang tua,di samping untuk
memberikan sosialisasi terhadap program-program yang diselenggarakan oleh lembaga
PAUD secara umum tujuanprogram parenting adalah mengajak para orang tua untuk
bersama-sama memberikan yang terbaik buat anak-ana mereka. Sedangkan secara khusus
pengembangan program parenting adalah untuk memimgkatkan pengetahuan dan
keterampilan orang tua dalam melaksanakan perawatan, pengasuhan dan pendidikan anak
dalam keluarga sendiri dengan landasan dasar-dasar karakter yang baik (Direktorat
Pembinaan PAUD, 2014).
Program parenting yang diharapkan dapat menanamkan nilai-nilai baik pada anak
sejak dini merupakan parenting positive dimana dalam pelaksanaanya pendekatan positif
dalam pengasuhan anak yang dilakukan oleh orangtua. Dalam pendekatan ini, orangtua
menjalin relasi yang saling menghargai dengan buah hatinya. Agar potensi dasar anak
berkembang secara optimal serta melatihnya agar mampu melakukan negosiasi bila
menghadapi perbedaan pendapat, orangtua perlu memfasilitasi sebuah kondisi yang tanpa
kekerasan, namun dilakukan secara konstruktif. Cara orang dewasa berbicara mengenai
pengalaman yang mereka bagi dapat mempengarui seberapa baik si anak mengingatnya
menurut Haden, Ornstein, Eckerman dan Didow (Papalia, 2010).
Tujuan dan manfaat parenting positive dari antara lain: membantu anak memiliki
kepercayaan diri yang positif melalui sikap positif dan penuh kasih sayang orang tua,
mengharmoniskan hubungan anak dan orang tua melalui perhatian lebih saat anak mengikuti
aturan, memberi bantuan, dan menunjukkan afeksi (sikap), dan membentuk disiplin pada
anak melalui pengajaran orang tua dengan konsisten dan konsekuensi yang jelas. Anak yang
memiliki konsep diri (self concept), berarti citra total diri sendiri sudah ada dimana konsep
tersebut adalah apa yang ana yakini tentang siapa sebenarnya kita, gambaran keseluruhan dari
kemampuan dan sifat seseorang (Papalia, 2010)
559

Jenis-Jenis Program Parenting di PAUD


Berbagai jenis kegiatan yang dapat dilakukan oleh orangtua dan lembaga PAUD
untuk melaksanakan keselarasan mengembangkan karakter anak melalui parenting positive
(Wardaya, 2015) adalah:
1. Parent Gathering: pertemuan orang tua dengan pihak lembaga PAUD yang difasilitasi
oleh panitia program parenting guna membicarakan tentang program-program lembaga
PAUD dalam hubungannya dengan bimbingan dan pengasuhan anakdi keluarga dalam
rangka menumbuh kembangkan anak secara optimal. Materi dalam pertemuan dapat
berbagai hal tentang kebutuhan tumbuh kembang anak, misalnya; tentang gizi, dan
makanan, tentang kesehatan, pendidikan karakter dll.
2. Foundation Class: pembelajaran bersama anak dengan orang tua di awal masuk sekolah
dalam rangka orientasi dan pengenalan kegiatan di sekolah. Di laksanakan pada minggu-
minggu pertama anak-anak masuk sekolah di tahun baru.
3. Seminar: kegiatan dalam rangka program parenting, yang dapat dilaksanakan dalam
bentuk kegiatan seminar, misalnya; mengundang tokoh/praktisi PAUD yang kompeten,
pakar dongeng, psikolog dll
4. Hari Konsultasi: dimana pada hari konsultasi ini orang tua dapat disediakan atau dibuka
oleh lembaga PAUD dengan waktu insidenti, jumlah hari yang disediakan sesuai dengan
tinggi rendahnya kasus, atau jumlah orang tua yang akan melakukan konsultasi.
5. Field Trip: darmawisata, kunjungan wisata atau kunjungan ke tempat-tempat yang
menunjang kegiatan pembelajaran PAUD bersama orang tua.
6. Home Activities: kegiatan/aktivitas di rumah yang di bawa ke sekolah, yaitu membawa
orang tua untuk menginap di sekolah bisa dilakukan dengan kegiatan perkemahan
ataupun jika sekolah mampu menyediakan tempat menginap bisa di ruangan.
7. Cooking On The Spot: anak-anak belajar masakan, menyajikan makanan dengan
bimbingan guru atau bersama dengan orang tua
8. Bazar Day: menyelenggarakan bazaar di lembaga PAUD, anak-anak menampilkan
karyanya yang dijual pada orang tua atau umum
9. Mini Zoo: menyelenggarakan kebun binatang mini di sekolah yaitu anak-anak membawa
binatang kesayangan atau binatang peliharaan dari rumah ke lembaga PAUD
10. Home Education Video: mengirimkan kegiatan pembelajaran anak-anak di lembaga
PAUD pada orang tua dalam keeping CD/DVD, agar dapat disaksikan dan dipelajari
juga oleh orang tua di rumah.
560

11. Keterlibatan Orang Tua di Kelas Anak: kegiatannya bias dengan bermain bersama anak
di kelas, menjadi sumber belajar di kelas biasanya tentang profesinya dan orang tua
mengetahui cara belajar anak jika di kelas
12. Home Visit: kegiatan berkunjung ke rumah anak dalam rangka mempererat hubungan,
menjenguk atau membantu menyelesaikan permasalahan tertentu yang dilakukan secara
kekeluargaan.

Perspektif Psikologi Positif dalam Parenting untuk membangun Generasi Berkarakter


Psikologi Positif sebagai cabang baru dalam psikologi, saat ini telah menjadi daya
tarik tersendiri bagi kalangan teoritisi dan praktisi, baik dalam bidang psikologi itu sendiri
maupun bidang pendidikan tentang berbagai kemungkinan untuk menerapkan Psikologi
Positif dalam dunia pendidikan, sehingga belakangan ini muncullah gagasan dan konsep
tentang Pendidikan Positif (Possitive Education), yakni sebuah pendekatan pendidikan yang
menitik-beratkan pada kekuatan dan motivasi pribadi untuk meningkatkan proses dan hasil
pembelajaran (Sudrajat, 2015).
Aulia (2015) dalam penelitian yang berjudul: “Aplikasi Psikologi Positif dalam
Konteks Sekolah” mengetengahkan tentang : (1) Menggali kekuatan karakter siswa di
sekolah, sekolah perlu menggali karakter-karakter positif dari siswa sebagaimana juga
menggali kelemahan-kelemahan yang dimiliki oleh siswa. Selain itu, sekolah sendiri harus
memiliki budaya yang memang menghargai karakter yang positif yang ditampilkan oleh
keseluruhan elemen yang ada di sekolah; (2) Menumbuhkan keterikatan siswa dan
lingkungan belajar yang optimal. Keterikatan siswa dengan sekolah menjadi hal yang penting
bagi proses belajar yang optimal. Untuk membuat siswa terikat dengan sekolah maka ia harus
memiliki persepsi yang positif tentang sekolah itu sendiri. Persepsi yang positif ini dapat
terbentuk dari pengalaman belajar yang menyenangkan di sekolah. Usaha yang dilakukan
oleh guru dalam hal ini adalah meningkatkan kompetensinya untuk dapat membuat format
pembelajaran yang menyenangkan dan menantang serta membangun hubungan yang positif
dengan siswa itu sendiri.
Positive parenting merupakan dasar-dasar dalam pengasuhan anak yang berkembang
dalam Psikologi Positif. Tujuan utama dari positive parenting adalah bagaimana membantu
orangtua untuk dapat menjadikan anak-anak mereka berdaya, nyaman, dan kuat dengan rasa
sejahtera (wellness) yang tinggi dan mampu meraih kepuasan hidup, sehingga dapat
mencapai kebahagiaan tanpa mengenal usia (Hyoscyamina, 2012). Pengasuhan dalam
561

positive parenting memiliki beberapa prinsip kunci, yaitu: a. Pemenuhan nutrisi anak, nutrisi
dapat berpengaruh besar pada perkembangan, konsentrasi, dan kemampuan mental lainnya.
b. Kehidupan yang seimbang, dimana anak memiliki kesempatan bermain, belajar,
mengeksplorasi lingkungannya dan memiliki waktu yang berkualitas bersama kedua
orangtuanya. mengajarkan kehidupan yang seimbang dapat membantu anak memiliki
regulasi diri yang baik dan membantu memelihara kedisiplinan dalam kehidupannya. c.
Mengembangkan rasa aman dan keamanan dalam keseharian, dilakukan untuk melindungi
anak dari dampak lingkungan yang negatif, situasi yang belum waktunya dipahami, dan
menciptakan lingkungan yang positif dan aman. d. Memelihara komunikasi yang terbuka
kepada anak, teman-temannya, pihak sekolahnya, dan lingkungan sekitar anak e. Menjadi
orangtua yang aktif, sehingga anak-anak merasa didengarkan, memiliki ikatan yang kuat, dan
memahami potensi-keterbatasannya. Kesemuanya haruslah diawali dari sikap dan karakter
orangtua yang positif baik terhadap kehidupan, dunia, dan keluarga (Hyoscyamina, 2012).

Penutup
Pendidikan karakter ini hendaknya dilakukan sejak usia dini, karena usia dini
merupakan masa emas perkembangan (golden age) yang keberhasilannya sangat menentukan
kualitas anak di masa dewasanya. Keluarga dalam hal ini adalah aktor yang sangat
menentukan terhadapmasa depan perkembangan anak. Dari pihak keluarga perkembangan
pendidikan sudah dimulai semenjak masih dalam kandungan. Anak yangbelum lahir
sebenarnya sudah bisa menangkap dan merespons apa-apa yangdikerjakan oleh orang tuanya,
terutama kaum ibu. Bagi seorang anak, keluarga merupakan tempat pertama dan utama bagi
pertumbuhan dan perkembangannya.
Keberhasilan keluarga dalam menanamkan nilai-nilai kebajikan (karakter) pada anak
sangat tergantung pada jenis pola asuh yang diterapkan orang tua pada anaknya. Ada 3 nilai
yang banyak dikondisikan sebagai hal yang mempengaruhi karakter pada anak. Pertama,
tumbuhkan pemahaman positif pada anak sejak dini, salah satunya dengan cara memberikan
kepercayaan pada anak untuk mengambil keputusan untuk dirinya sendiri, membantu anak
mengarahkan potensinya dengan begitu mereka lebih mampu untuk bereksplorasi dengan
sendirinya, tidak menekannya baik secara langsung atau secara halus, dan seterusnya.
Selanjutnya biasakan anak bersosialisasi dan berinteraksi dengan lingkungan sekitar. Pilihan
terhadap lingkungan sangat menentukan pembentukan karakter anak. Seperti kata pepatah
bergaul dengan penjual minyak wangi akan ikut wangi, bergaul dengan penjual ikan akan
562

ikut amis. Seperti itulah, lingkungan baik dan sehat akan menumbuhkan karakter sehat dan
baik, begitu pula sebaliknya. Dan yang terakhir biasakan membangun hubungan spiritual
anak dengan Tuhan Yang Maha Esa .Hubungan spiritual dengan Tuhan terbangun melalui
pelaksanaan dan penghayatan ibadah ritual yang terimplementasi pada kehidupan sosial.
Anak setelah dari keluarga berada di kehidupan social yaitu lembaga PAUD yang
mengajarkan anak berbekal pengalaman dari keluarga di rumah. Lembaga PAUD yang
sukses bias melibatkan orang tua dalam melakukan kegiatan yang mendukung program
sekolah. Program parenting penting untuk menjembatani program dan perlakuan yang
berkesinambungan antara di rumah dan di sekolah.
Keuntungan dilaksanakan program parenting adalah semakin tingginya kesadaran
orang tua untuk ikut terlibat dalam pengasuhan anaknya. Kegiatan di rumah juga bisa
disesuaikan dengan program di sekolah. Selain itu perkembangan anak juga bisa dicapai
sesuai dengan harapan bersama. Jadikan program parenting menjadi program pemberdayaan
orang tua menjadi komitmen setiap guru dan staf di lembaga PAUD agar menjadi lembaga
yang berkwalitas dalam memberkan layanan anak sesuai tahapan perkembangannya.
DAFTAR PUSTAKA
Aulia, Farah. 2015. Aplikasi Psikologi Positif dalam Konteks Sekolah.
http://mpsi.umm.ac.id/files/file/120-124%20Farah%20Aulia.pdf, diakses tanggal 01
Desember 2015

Direktorat Pembinaan PAUD. (2012). Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan Anak Usia


Dini Berbasis Keluarga. Jakarta: Kementrian Pendidikan Dan Kebudayaan,
Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, NonFormal, Dan Informal.

Direktorat Pembinaan PAUD. (2014). Program pemberdayaan orang tua pada PAUD.
Jakarta: Kementrian Pendidikan Dan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Pendidikan
Anak Usia Dini, NonFormal, Dan Informal

Hyoscyamina, Darosy Endah, Dewi, KS. (2012). Pengembangan program parenting bagi
anak usia dini dengan pendekatan psikologi positif dan karakter islami,
https://publikasiilmiah.ums.ac.id, diakses tanggal 05 November 2015

Papalia, D.E., Olds, S.W., Feldman, R.D. (2010). Human development (perkembangan
manusia), Edisi 10, Buku 1. Jakarta: Salemba Humanika

Prastiti, W. D. (2008). Psikologi anak usia dini. Jakarta; Indeks

Sajirun, M. (2012). Membentuk karakter Islami anak usia dini. Solo: PT Era
Adicitra Intemedia
563

Sudrajat, Akhmad. (2015). Aplikasi Psikologi Positif dalam Pendidikan.


https://akhmadsudrajat.wordpress.com/2015/11/23/aplilkasi-psikologi-positif-dalam-
pendidikan/, di akses tanggal 01 Desember 2015

Wasik, B. A., & Seefeldt, C. (2008). Pendidikan anak usia dini (menyiapkan
anak usia tiga, empat dan lima tahun sebelum masuk sekolah). Jakarta; Indeks.

Wardaya, C. U. (2015). Pengembangan pendidikan karakter anak usia dini dalam


Keluarga. Diakses 8 November 2015.
http://www.tkplb.org/index.php/11-warta/73-pengembangan-pendidikan-karakter-
anak-usia-dini-dalam-keluarga

Wibowo, A. (2012). Pendidikan karakter usia dini (strategi membangun karakter di


usia emas). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai