net/publication/286927049
CITATIONS
2 authors, including:
SEE PROFILE
All content following this page was uploaded by Hanggara Budi Utomo on 15 December 2015.
Abstrak
Pendidikan untuk anak usia dini memerlukan pemahaman pengetahuan terutama dari
lingkungan keluarga, dan tanpa disadari pengetahuan terhadap bagaimana anak bertumbuh,
berkembang dan belajar menjadi kebutuhan yang perlu diketahui orang tua. Selama ini orang
tua berpedoman mencukupi kebutuhan yang diperlukan oleh anak tetapi tidak memahami
apakah yang diberikan sudah sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan mendasar dari
seorang anak. Sekarang kesadaran tentang pentingnya pendidikan anak usia dini telah
muncul, pendidikan anak usia dini lebih dipandang sebagai sesuatu yang esensial untuk
mengoptimalkan perkembangan anak. Dengan kesadaran terhadap pentingnya perkembangan
anak dan pentingnya pelayanan perkembangan anak, muncul pula minat untuk mempelajari
tentang bagaimana anak berkembang, anak belajar, dan membicarakan konsep-konsep
memperlakukan dan membelajarkan anak usia dini. Program parenting menjadi solusi
pemecahan bagi keluarga utamanya seorang ayah atau ibu dalam menjembatani dengan pihak
lembaga PAUD untuk menggali semua informasi yang berkaitan dengan tumbuh kembang
anak serta penanganan belajar anak disesuaikan dengan program yang dijalankan di lembaga
PAUD tempat anak belajar. Program parenting menumbuhkan kesadaran orang tua lebih
bersikap bijaksana dalam memahami seorang anak, apabila orang tua memiliki sikap tersebut
sudah membekali anak dengan watak, sikap pribadi yang baik (karakter). Membangun
karakter ini perlu dibina sejak usia dini agar anak terbiasa berperilaku positif. Kegagalan
kepribadian yang baik di usia dini akan membentuk pribadi yang bermasalah di masa
dewasanya kelak.
Pendahuluan
Keluarga merupakan lembaga yang paling penting dalam pendidikan dan
pengembangan anak. Pendidikan anak dimulai dari lingkungan terdekat dalam hal ini adalah
keluarga. Keluarga mempunyai peran yang sangat besar dalam pengembangan anak baik
perilaku maupun keterampilan hidup. Keluarga merupakan lembaga terpenting, karena anak
lahir dalam lingkungan tersebut dan sebagian besar waktunya dihabiskan bersama keluarga.
Tidak kurang banyak orang tua gagal dalam mendidik anaknya karena mereka melupakan
satu perkara yang sangat penting dalam mendidik yaitu keteladanan (Sajirun, 2012).
Menurut Don Campbell (dalam Wibowo, 2012) bahwa anak pada tahun awal
perkembangan, otak anak dipengaruhi oleh keadaan atau situasi di sekelilingnya. Anak
memasuki tingkat pendidikan selanjutnya juga tidak terlepas dari pengalaman awal yang
554
sudah melekat dalam diri anak yang diperoleh dari hasil melihat orang tuanya, karenanya
orang tua merupakan pendidik utama dalam keluarga. Apa yang dilakukan anak sebagian
besar merupakan perilaku imitasi orang tuanya.
Lembaga pendidikan anak usia dini berupaya mengembangkan potensi yang dimiliki
anak, dimana potensi tersebut memiliki keberagaman sesuai dengan karakteristik anak usia
dini berdasarkan tahapan usia perkembangannya. Potensi yang dimiliki anak berbeda satu
sama lain, sehingga membutuhkan pembelajaran yang berbeda pula. Pembelajaran yang
diberikan harus mampu mengoptimalkan potensi yang ada agar dapat dimanfaatkan sebaga
keterampilan hidupnya (Wibowo, 2012).
Pembelajaran di lembaga PAUD tidak boleh melupakan pengalaman awal seorang
anak yang sudah diperolehnya dari pendidkan dalam keluarga yaitu berasal dari kedua orang
tuanta. Latar belakang pendidikan keluarga inilah juga harus menjadi pertimbangan dalam
mengembangkan potensi anak dimana tidak keluar dari sebuah tujuan mempersiapkan anak
memiliki kepribadian dan karakter yang positif. Anak-anak membangun pengetahuan dengan
berinteraksi dengan orang lain menurut Inhelder dan Piaget Vygotsky (dalam Wasik & Carol,
2008)
Proses membangun karakter dan kepribadian positif pada seorang anak ibarat
mengukir atau memahat jiwa sedemikian rupa, sehingga “berbentuk” umik, menarik, dan
berbeda antara satu dengan yang lain. Dengan demikian, dalam mendidik karakter setiap anak
memliki potensi untuk berperilaku positif atau negatif. Jika orang tua dalam pendidikan
keluarga membentuk pengalaman awal karakter positif sejak usia dini, maka yang
berkembang adalah perilaku positif tersebut. Jika tidak, tentu yang akan terjadi sebaliknya.
Uraian diatas dapatlah kita tarik benang merah antara pendidikan keluarga yang
berasal dari kedua orang tua merupakan bentuk sinergi yang harus dibangun dengan pihak
lembaga PAUD yaitu khususnya guru. Tujuan sinergi ini kemudian memunculkan ide dengan
adanya sebuah program ‘parenting’. Program parenting ini sebagai jembatan penghubung
antara orang tua dan guru di sekolah dalam upaya mengembangkan potensi yang bersifat
positif agar terbentuknya generasi bangsa yang berkarakter tidak hanya memiliki kepandaian/
pengetahuan saja.
Pendidikan Karakter Anak Usia Dini
Esensi pendidikan anak usia dini adalah stimulasi/rangsangan dalam rangka
melejitkan semua potensi anak (potensi jasmaniah/fisik maupun rohaniah/mental). Sementara
anak memiliki karakteristik unik dalam belajarnya yaitu melalui seluruh indera yang dimiliki
555
dengan cara bermain dan kegiatan lain yang menyenangkan untuk mengekplorasi
lingkungannya. Menurut Leonardy Harmainy (dalam Wibowo, 2012) pendidikan karakter itu
sebaiknya dimulai sejak anak fase usia dini.
Pendidikan karakter sebagai upaya penanaman nilai dan sikap bukan pengajaran,
sehingga memerlkan pola pembelajaran fungsional dan memerlukan keteladanan.
Keteladanan awal anak sudah diperoleh dari lingkungan pendidikan dalam keluarga yaitu dari
kedua orang tuanya. Pendidikan karakter ini akhirnya menuntut pelaksanan secara sinergi
antara orang tua, satuan/lembaga pendidikan dan masyarakat. Kenapa pendidikan karakter
harus dibangun sejak dini melalui sinergi yang terjalin antara pihak-pihak orang tua, lembaga
pendidikan dan masyarakat. Seperti kita ketahui pendidikan yang diberikan saat usia dini
lebih mudah dalam membentuk karakter anak. Sebab, anak ketika usia tahapan
perkembangan dini lebih cepat menyerap perilaku dari lngkungan sekitarnya. Pada usia ini,
perkembangan mental berlangsung sangat cepat, oleh karena itu lingkungan yang baik akan
membentuk karakter yang positif (Wibowo, 2012).
Pengalaman anak pada tahun pertama kehidupannya sangat menentukan apakah ia
akan mampu menghadapi tantangan dalam kehidupannya dan apakah ia akan menunjukkan
semangat tinggi untuk belajar dan berhasil nantinya dalam pekerjaanya. Fakta yang terjadi di
lingkungan sekitar kita adalah bagaimana sikap orang tua/pendidik masih selalu
mendikte/menyetir anak, orang tua/pendidik masih membatasi ruang gerak bermain anak
dengan kata-kata larangan seperti; awas, jangan, idak boleh. Inilah yang menjadi kendala
pelaksanaan pendidikan karakter masih perlu dicarikan solusi pemecahan lagi agar lebih
dapat meminimalisir kendala menjadi kebermaknaan pada anak (Direktorat Pembinaan
PAUD, 2014).
16. Peduli Lingkungan, seperti : Menyediakan tempat sampah; Membuang sampah pada
tempatnya; Kerja bakti seminggu sekali; Merawat tanaman
17. Peduli Sosial, seperti : Memberikan sebagian bekal pada teman; Menyantuni anak
yatim; Membantu masyarakat kena musibah
18. Tanggung Jawab, seperti : Melaksanakan tugas sampai selesai; Mengembalikan alat
setelah digunakan
11. Keterlibatan Orang Tua di Kelas Anak: kegiatannya bias dengan bermain bersama anak
di kelas, menjadi sumber belajar di kelas biasanya tentang profesinya dan orang tua
mengetahui cara belajar anak jika di kelas
12. Home Visit: kegiatan berkunjung ke rumah anak dalam rangka mempererat hubungan,
menjenguk atau membantu menyelesaikan permasalahan tertentu yang dilakukan secara
kekeluargaan.
positive parenting memiliki beberapa prinsip kunci, yaitu: a. Pemenuhan nutrisi anak, nutrisi
dapat berpengaruh besar pada perkembangan, konsentrasi, dan kemampuan mental lainnya.
b. Kehidupan yang seimbang, dimana anak memiliki kesempatan bermain, belajar,
mengeksplorasi lingkungannya dan memiliki waktu yang berkualitas bersama kedua
orangtuanya. mengajarkan kehidupan yang seimbang dapat membantu anak memiliki
regulasi diri yang baik dan membantu memelihara kedisiplinan dalam kehidupannya. c.
Mengembangkan rasa aman dan keamanan dalam keseharian, dilakukan untuk melindungi
anak dari dampak lingkungan yang negatif, situasi yang belum waktunya dipahami, dan
menciptakan lingkungan yang positif dan aman. d. Memelihara komunikasi yang terbuka
kepada anak, teman-temannya, pihak sekolahnya, dan lingkungan sekitar anak e. Menjadi
orangtua yang aktif, sehingga anak-anak merasa didengarkan, memiliki ikatan yang kuat, dan
memahami potensi-keterbatasannya. Kesemuanya haruslah diawali dari sikap dan karakter
orangtua yang positif baik terhadap kehidupan, dunia, dan keluarga (Hyoscyamina, 2012).
Penutup
Pendidikan karakter ini hendaknya dilakukan sejak usia dini, karena usia dini
merupakan masa emas perkembangan (golden age) yang keberhasilannya sangat menentukan
kualitas anak di masa dewasanya. Keluarga dalam hal ini adalah aktor yang sangat
menentukan terhadapmasa depan perkembangan anak. Dari pihak keluarga perkembangan
pendidikan sudah dimulai semenjak masih dalam kandungan. Anak yangbelum lahir
sebenarnya sudah bisa menangkap dan merespons apa-apa yangdikerjakan oleh orang tuanya,
terutama kaum ibu. Bagi seorang anak, keluarga merupakan tempat pertama dan utama bagi
pertumbuhan dan perkembangannya.
Keberhasilan keluarga dalam menanamkan nilai-nilai kebajikan (karakter) pada anak
sangat tergantung pada jenis pola asuh yang diterapkan orang tua pada anaknya. Ada 3 nilai
yang banyak dikondisikan sebagai hal yang mempengaruhi karakter pada anak. Pertama,
tumbuhkan pemahaman positif pada anak sejak dini, salah satunya dengan cara memberikan
kepercayaan pada anak untuk mengambil keputusan untuk dirinya sendiri, membantu anak
mengarahkan potensinya dengan begitu mereka lebih mampu untuk bereksplorasi dengan
sendirinya, tidak menekannya baik secara langsung atau secara halus, dan seterusnya.
Selanjutnya biasakan anak bersosialisasi dan berinteraksi dengan lingkungan sekitar. Pilihan
terhadap lingkungan sangat menentukan pembentukan karakter anak. Seperti kata pepatah
bergaul dengan penjual minyak wangi akan ikut wangi, bergaul dengan penjual ikan akan
562
ikut amis. Seperti itulah, lingkungan baik dan sehat akan menumbuhkan karakter sehat dan
baik, begitu pula sebaliknya. Dan yang terakhir biasakan membangun hubungan spiritual
anak dengan Tuhan Yang Maha Esa .Hubungan spiritual dengan Tuhan terbangun melalui
pelaksanaan dan penghayatan ibadah ritual yang terimplementasi pada kehidupan sosial.
Anak setelah dari keluarga berada di kehidupan social yaitu lembaga PAUD yang
mengajarkan anak berbekal pengalaman dari keluarga di rumah. Lembaga PAUD yang
sukses bias melibatkan orang tua dalam melakukan kegiatan yang mendukung program
sekolah. Program parenting penting untuk menjembatani program dan perlakuan yang
berkesinambungan antara di rumah dan di sekolah.
Keuntungan dilaksanakan program parenting adalah semakin tingginya kesadaran
orang tua untuk ikut terlibat dalam pengasuhan anaknya. Kegiatan di rumah juga bisa
disesuaikan dengan program di sekolah. Selain itu perkembangan anak juga bisa dicapai
sesuai dengan harapan bersama. Jadikan program parenting menjadi program pemberdayaan
orang tua menjadi komitmen setiap guru dan staf di lembaga PAUD agar menjadi lembaga
yang berkwalitas dalam memberkan layanan anak sesuai tahapan perkembangannya.
DAFTAR PUSTAKA
Aulia, Farah. 2015. Aplikasi Psikologi Positif dalam Konteks Sekolah.
http://mpsi.umm.ac.id/files/file/120-124%20Farah%20Aulia.pdf, diakses tanggal 01
Desember 2015
Direktorat Pembinaan PAUD. (2014). Program pemberdayaan orang tua pada PAUD.
Jakarta: Kementrian Pendidikan Dan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Pendidikan
Anak Usia Dini, NonFormal, Dan Informal
Hyoscyamina, Darosy Endah, Dewi, KS. (2012). Pengembangan program parenting bagi
anak usia dini dengan pendekatan psikologi positif dan karakter islami,
https://publikasiilmiah.ums.ac.id, diakses tanggal 05 November 2015
Papalia, D.E., Olds, S.W., Feldman, R.D. (2010). Human development (perkembangan
manusia), Edisi 10, Buku 1. Jakarta: Salemba Humanika
Sajirun, M. (2012). Membentuk karakter Islami anak usia dini. Solo: PT Era
Adicitra Intemedia
563
Wasik, B. A., & Seefeldt, C. (2008). Pendidikan anak usia dini (menyiapkan
anak usia tiga, empat dan lima tahun sebelum masuk sekolah). Jakarta; Indeks.