Anda di halaman 1dari 9

SEORANG LAKI – LAKI USIA 76 TAHUN DENGAN TUBERKULOSIS

PARU DENGAN TINGKAT PENDIDIKAN KELUARGA RENDAH DAN


STATUS EKONOMI MENENGAH KEBAWAH

A 76-YEAR OLD MAN WITH PULMONARY TUBERCULOSIS WITH


LOW EDUCATIONAL STATUS AND MIDDLE-to-LOW ECONOMIC
STATUS

Adhelia Galuh Permatasari*, Febimilany Riadloh*, Irma Kurniawati*, Purnomo


Andimas Edoryansyah*, Zaka Jauhar Firdaus*

*Dokter Muda FK UNS-RSUD Dr. Moewardi Surakarta Mare 2018

Abstrak: Studi kasus ini menyajikan penatalaksanaan Tuberkulosis Paru pada seorang pasien
usia 76 tahun dengan tingkat pendidikan yang rendah dan stattus ekonomi menengah kebawah
dengan pendekatan kedokteran keluarga yang bersifat holistik, komprehensif, terpadu, dan
berkesinambungan. Dilaksanakan pemutusan rantai penyebaran dengan perbaikan perilaku
kesehatan pasien, keluarga, dan komunitas sekitar, serta perbaikan lingkungan.
Kata kunci: tuberkulosis paru, kedokteran keluarga, pendidikan rendah, status ekonomi
menengah kebawah

Abstract: This case study presents the management of Pulmonary Tuberculosis in a 76-year-
old patient with, low educational status and middle-to-low economic status with a holistic,
comprehensive, integrated, and sustainable family medical approach. Implemented
dissemination of distribution chain with improvement of health behavior of patient, family, and
surrounding community, and environmental improvement.
Keywords: pulmonary tuberculosis, family medicine, low education, middle-to-low economic
status
Pendahuluan Dahak). Droplet yang mengandung kuman
Penyakit Tuberculosis merupakan dapat bertahan diudara pada suhu kamar
penyakit infeksi bakteri yang menular dan selama beberapa jam. Orang dapat
disebabkan oleh Mycobacterium terinfeksi kalau droplet tersebut terhirup
tuberculosis yang ditandai dengan kedalam saluran pernapasan. Selama
pembentukan granuloma pada jaringan kuman TB masuk kedalam tubuh manusia
yang terinfeksi.1 Penyakit tuberculosis ini melalui pernapasan, kuman TB tersebut
biasanya menyerang paru tetapi dapat dapat menyebar dari paru kebagian tubuh
menyebar ke hampir seluruh bagian tubuh lainnya, melalui sistem peredaran darah,
termasuk meninges, ginjal, tulang, nodus sistem saluran linfe, saluran napas, atau
limfe. Infeksi awal biasanya terjadi 2-10 penyebaran langsung kebagian-bagian
minggu setelah pemajanan. Individu tubuh lainnya.5
kemudian dapat mengalami penyakit aktif Daya penularan dari seorang
karena gangguan atau ketidakefektifan penderita ditentukan oleh banyaknya
respon imun. Dalam jaringan tubuh kuman kuman yang dikeluarkan dari parunya.
ini dapat Dormant, tertidur lama selama Makin tinggi derajat positif hasil
beberapa tahun.2,3 pemeriksaan dahak, makin menular
Mycobacterium tuberculosis penderita tersebut. Bila hasil pemeriksaan
merupakan kuman aerob yang dapat hidup dahak negatif (tidak terlihat kuman), maka
terutama di paru/berbagai organ tubuh penderita tersebut dianggap tidak menular.
lainnya yang bertekanan parsial tinggi. Kemungkinan seseorang terinfeksi TB
Kuman Tuberkulosis berbentuk batang, ditentukan oleh konsentrasi droplet dalam
mempunyai sifat khusus yaitu tahan udara dan lamanya menghirup udara
terhadap asam pada pewarnaan. Oleh tersebut.4,6
karena itu disebut pula sebagai Basil Tahan Organisasi kesehatan dunia
Asam (BTA), kuman TB cepat mati dengan memperkirakan bahwa sepertiga populasi
sinar matahari langsung, tetapi dapat dunia (2 triliyun manusia ) terinfeksi
bertahan hidup beberapa jam ditempat yang dengan Mycobacterium tuberculosis.
gelap dan lembab.4 Angka infeksi tertinggi di Asia Tenggara,
Sumber penularan adalah penderita Cina, India, Afrika, dan Amerika Latin.
TB BTA positif. Pada waktu batuk atau Tuberculosis terutama menonjol di
bersin, penderita menyebarkan kuman ke populasi yang mengalami stress, nutrisi
udara dalam bentuk Droplet (percikan jelek, penuh sesak, perawatan kesehatan
yang kurang dan perpindahan penduduk.
Pada tahun 1995, diperkirakan ada 9 juta Peran dokter keluarga dalam
pasienTB baru dan 3 juta kematian akibat penatalaksanaan TB paru sangatlah penting
TB diseluruh dunia. Diperkirakan 95% yang tidak memandang seorang pasien
kasus TB dan 98% kematian akibat TB sebagai seseorang individu melainkan
didunia, terjadi pada negara-negara sebagai suatu unit keluarga yang
berkembang. Demikian juga, kematian penatalaksanaannya secara holistik dan
wanita akibat TB lebih banyak dari pada komprehensif. Dokter sebagai pintu
kematian karena kehamilan, persalinan dan pertama yang akan diketuk oleh penderita
nifas.7,8 dalam menolong penderita TB, harus selalu
Sekitar 75% pasien TB adalah meningkatkan pelayanan, salah satunya
kelompok usia yang paling produktif secara yang sering diabaikan adalah memberikan
ekonomis (15-50 tahun). Diperkirakan edukasi atau pendidikan kesehatan.
seorang pasien TB dewasa, akan Pendidikan kesehatan kepada penderita dan
kehilangan rata-rata waktu kerjanya 3 keluarganya akan sangat berarti bagi
sampai 4 bulan. Hal tersebut berakibat pada penderita, terutama bagaimana sikap dan
kehilangan pendapatan tahunan rumah tindakan, serta cara untuk mencegah
tangganya sekitar 20-30%. Jika ia penularan.11
meninggal akibat TB, maka akan Ilustrasi Kasus
kehilangan pendapatannya sekitar 15 tahun. Pasien Tn. N awalnya 3 bulan yang
Selain merugikan secara ekonomis, TB lalu dibawa ke Puskesmas Sangkrah karena
juga memberikan dampak buruk lainnya mengeluh batuk yang tak kunjung sembuh.
secara sosial stigma bahkan dikucilkan oleh Batuk dirasakan selama 3 minggu. Pasien
masyarakat.9 batuk berdahak dengan disertai dahak
Munculnya pandemi HIV/AIDS di berwarna putih. Selain itu pasien juga
dunia menambah permasalahan TB. mengeluhkan berkeringat saat tidur malam
Koinfeksi dengan HIV akan meningkatkan hari padahal istrinya tidak berkeringat saat
risiko kejadian TB secara signifikan. Pada tidur. Demam dan batuk berdarah tidak
saat yang sama, kekebalan ganda kuman didapatkan.
TB terhadap obat anti TB (multidrug Pasien kemudian diperiksa
resistance = MDR) semakin menjadi dahaknya di Puskesmas Sangkrah dan
masalah akibat kasus yang tidak berhasil didapatkan hasil positif terdapat bakteri M.
disembuhkan. Keadaan tersebut pada tuberculosis. Kemudian oleh pihak
akhirnya akan menyebabkan terjadinya Puskesmas Sangkrah pasien diberikan
epidemi TB yang sulit ditangani. 10 kombinasi OAT untuk diminum selama 1
bulan. Kemudian pasien rutin minum obat sedangkan Ny. B menempuh pendidikan
tersebut selama 1 bulan, namun karena hingga tamat SD dan saat ini bekerja
merasa sudah tidak ada keluhan pasien sebagai penjual nasi keliling. Hubungan
menghentikan pengobatannya secara pasien dengan lingkungan sekitar juga baik,
sepihak. dapat dilihat dari pasien sering
Saat ini pasien tidak mempunyai bersosialisasi dengan tetangga dan
keluhan dan merasa dirinya sudah sembuh mengikuti kegiatan sosial di
dari penyakit tersebut. Dari pihak lingkungannya. Pasien berobat ke
Puskesmas Sangkrah sudah memberikan Puskesmas fasilitas KIS.
edukasi terhadap pasien untuk terus Keadaan rumah Tn. N dengan luas
melanjutkan pengobatannya selama 6 bulan rumah 70 m2, lantai sudah diplester namun
namun pasien tetap tidak mau untuk di dapur lantai masih tanah, dinding tembok
melanjutkan pengobatan tersebut karena bata namun tidak diplester, dengan
merasa sudah sembuh dari penyakitnya. pencahayaan kurang, menggunakan PDAM
Pasien memiliki frekuensi makan 1- untuk mandi, mencuci, dan memasak.
2 kali sehari dengan nasi dan sayur, pasien Keadaan dalam rumah kurang rapi, kurang
juga jarang mengkonsumsi daging dan bersih, dan kurang terawat. Keadaan di luar
buah. Status gizi pasien kesan gizi baik. rumah tidak terdapat pagar pada bagian
Pasien tidak rutin berolahraga. Kebiasaan depan maupun belakang rumah, jarak ke
merokok dan minum alcohol juga disangkal rumah warga sekitar terlalu dekat, tidak
pasien. terdapat tempat pembuangan sampah yang
Berdasarkan hasil pemeriksaan cukup, memiliki batas seperti bak, namun
yang dilakukan, tekanan darah pasien tidak ada penutup. Sampah biasanya
140/90 mmHg. Pada pemeriksaan fisik dibakar.
didapatkan adanya kelainan pada auskultasi Tn. N saat ini sudah tidak bekerja
paru yaitu suara dasar vesikuler yang dan Ny. B sebagai seorang penjual nasi
menurun di SIC 2 -3 dextra. keliling. Selama satu bulan kurang lebih
Keluarga Tn. N berbentuk nuclear jumlah penghasilan keduanya adalah Rp.
family dan beranggotakan 2 orang yang 600.000,00 hingga Rp. 900.000,00. Jumlah
terdiri dari Tn. N (usia 76 tahun) dan Ny. B ini dibawah UMR (Upah Minimum
(usia 58 tahun). Pasien tinggal serumah Regional) Kota Surakarta Tahun 2018 yaitu
bersama dengan istrinya. Tn. N pernah Rp. 1.668.000,00. Penghasilan keduanya
menempuh pendidikan hingga tamat SMP yang tidak pasti dan perekonomian yang
dan saat ini sudah tidak bekerja lagi,
kurang stabil menyebabkan kendala dalam
memenuhi kebutuhan sehari-hari pasien.
Dari anamnesis dan pemeriksaan
fisik, didapatkan data-data pasien sebagai
berikut :
1. Data Klinis
Gambar 1. Genogram Keluarga Tn.N
Keluhan berupa batuk yang tak
kunjung sembuh. Batuk dirasakan
selama 3 minggu. Pasien batuk
berdahak dengan disertai dahak
berwarna putih. Selain itu pasien juga Gambar 2. Hubungan Antar Keluarga
Tn.N
mengeluhkan berkeringat saat tidur
5. Data Lingkungan Rumah
malam hari padahal istrinya tidak
Keadaan rumah Tn. N dengan luas
berkeringat saat tidur. Demam dan
rumah 70 m2, lantai sudah diplester
batuk berdarah tidak didapatkan.
namun di dapur lantai masih tanah,
2. Pemeriksaan Fisik
dinding tembok bata namun tidak
Keadaan umum : compos mentis,
diplester, dengan pencahayaan kurang,
status gizi kesan baik, tekanan darah :
menggunakan PDAM untuk mandi,
140/90 mmHg, denyut nadi :
mencuci, dan memasak. Keadaan
90x/menit, frekuensi pernapasan : 22
dalam rumah kurang rapi, kurang
x/menit, suhu : 36,8 oC per aksiler,
bersih, dan kurang terawat. Keadaan di
tinggi badan : 167 cm, berat badan 55
luar rumah tidak terdapat pagar pada
kg, IMT : 19,7 kg/m2.
bagian depan maupun belakang rumah,
3. Pemeriksaan Penunjang
jarak ke rumah warga sekitar terlalu
Pemeriksaan Sputum BTA Sewaktu-
dekat, tidak terdapat tempat
Pagi-Sewaktu bulan November 2017
pembuangan sampah yang cukup,
didapatkan hasil +/+/+
memiliki batas seperti bak, namun
4. Data Keluarga
tidak ada penutup. Sampah biasanya
Keluarga Tn. N (76 tahun) adalah
dibakar.
nuclear family yang terdiri atas 2
orang. Pasien tinggal satu rumah
bersama istri yaitu Ny. B (58 tahun).
6. Denah Rumah Pembahasan
Keluarga Tn. N (76 tahun) adalah
nuclear family yang terdiri atas 2 orang.
Pasien tinggal satu rumah bersama istri Ny.
B. Dalam keluarga tersebut, terdapat satu
orang sakit yaitu Tn. N usia 76 tahun
dengan diagnosis Tuberkulosis Paru Kasus
Baru. Saat ini pasien tidak bekerja, istri
Gambar 3. Denah Rumah Tn.N
pasien bekerja sebagai penjual nasi keliling.
Dari aspek tatalaksana penyakit,
7. Penatalaksanaan
pasien seharusnya mendapatkan obat
a. Medikamentosa
isoniazid, rifampisin, pirazinamid, dan
Pasien diberikan obat OAT
etambutol yang merupakan golongan obat
kategori 1 fixed dose
anti tuberkulosis dengan dosis isoniazid 4 x
combination/FDC sebanyak 4
150 mg, rifampisin 4 x 75 mg, pirazinamid
tablet 4 FDC selama 2 bulan untuk
4 x 400 mg, dan etambutol 4 x 275 mg.
fase intensif dan 4 tablet 2 FDC
Menurut WHO, seharusnya tuberkulosis
selama 4 bulan untuk fase
paru kasus baru mendapatkan terapi
lanjutan. PMO pasien yaitu Ny. B
medikamentosa kombinasi antara isoniazid,
sebagai istri pasien.
rifampisin, pirazinamid, dan etambutol
b. Non Medikamentosa
yang diberikan selama 2 bulan. Obat anti
Edukasi dari Puskesmas :
tuberkulosis tersebut tersedia di puskesmas
 Ketaatan minum obat dan diberikan secara gratis.
 Pemakaian masker selama Dari aspek lingkungan fisik, pasien
menjalani pengobatan memiliki masalah karena tinggal di dalam
 Etika batuk yang benar rumah yang kurang bersih dan kurang
 Menjelaskan dampak yang terawat. Sedangkan dari lingkungan non
dapat terjadi jika obat tidak fisik pasien tidak ada masalah.
diminum teratur Fungsi holistic keluarga Tn. N cukup
 Rutin memantau kepatuhan baik, karena fungsi biologis, psikologis,
pasien menjalani pengobatan sosial budaya, penguasaan masalah, dan
melalui pengawasan minum adaptasi baik. Hanya saja saat ini fungsi
obat yaitu Ny. B sebagai istri ekonomi keluarga pasien masih terganggu
pasien.
karena penghasilan Tn. N dan Ny. B yang edukasi kepada keluarga mengenai
tidak menentu. manajemen pasien dengan penyakit kronis.
Fungsi fisiologis keluarga Tn. N Menjalin komunikasi antara dokter dengan
tergolong baik. Hal ini terlihat dari total pasien dan mengajak pasien mengikuti
skor APGAR 9. kegiatan masyarakat merupakan salah satu
Fungsi Patologis keluarga Tn. N bentuk manajemen pasien dengan penyakit
terganggu pada bagian ekonomi. Fungsi kronis yang baik.
ekonomi keluarga Tn. N dapat dikatakan
Saran Komprehensif
tidak stabil. Penghasilan keduanya yang
tidak pasti dan perekonomian yang kurang 1. Promotif

stabil menyebabkan kendala dalam a. Puskesmas lebih aktif untuk


memenuhi kebutuhan sehari-hari. mempromosikan kepada
Kebersihan pribadi juga masyarakat mengenai tuberkulosis
dipengaruhi oleh kebersihan lingkungan. sehingga masyarakat paham
Lingkungan tempat tinggal kurang bersih mengenai tanda dan gejala,
dan kurang terawat. Beberapa ruang dalam komplikasi, pengobatan dan cara
rumah tampak kurang tertata rapi. Halaman pencegahan.
rumah keluarga Tn. N terhubung dengan
b. Memberikan penyuluhan kepada
halaman rumah tetangga lain, selain itu
masyarakat baik secara langsung
terdapat tempat pembuangan sampah yang
dalam acara khusus maupun
berada di halaman depan, namun tidak
disisipkan dalam acara lain seperti
memiliki batas seperti bak maupun
rapat koordinasi, posyandu,
penutup, karena sampah biasanya dibakar
program prolanis, hingga
saat sudah terkumpul. Perlu dibangun
pengajian mengenai edukasi
kesadaran untuk memperbaiki kebersihan
tentang gizi dan pola hidup sehat
pada lingkungannya.
melalui kader, bidan atau petugas
Mengingat kondisi penyakit pasien
terkait secara berkala
yang bersifat kronis dengan pengobatan
yang membutuhkan jangka waktu yang c. Memberikan edukasi kepada
lama, penting untuk mengetahui anggota keluarga yang tinggal
manajemen pasien dengan penyakit kronis dalam satu rumah mengenai
bagi pihak puskesmas dan keluarga. Untuk kondisi penderita sehingga dapat
meningkatkan dukungan keluarga terhadap mendukung pengobatan pasien.
pengobatan pasien, penting diberikan
d. Keluarga penderita harus lebih Respirasi. Jakarta Timur: Trans Info
meningkatkan perilaku hidup sehat, Media; 2014.
dengan meningkatkan asupan gizi, 2. Alsagaff, H., Mukty, A. Dasar-dasar
sadar akan kebersihan dan Ilmu Penyakit Paru. Surabaya :
karakteristik lingkungan yang sehat Airlangga University Press; 2006.
untuk meningkatkan kesehatan. 3. Smeltzer, Suzanne C. dan Bare, Brenda
G. Buku Ajar Keperawatan Medikal
2. Preventif
Bedah Brunner dan Suddarth (Ed.8,
a. Meningkatkan kesadaran untuk Vol. 1,2). Jakarta : EGC; 2002.
mengatur makanan yang dikonsumsi 4. Departemen Kesehatan Republik
dan pola hidup sehat. Indonesia. Pedoman Nasional

b. Meningkatkan kesadaran agar rutin Penanggulangan Tuberkulosis Edisi 2.


meminum obat, mengingat Jakarta : Departemen Kesehatan

pengobatan tuberkulosis Republik Indonesia; 2008.

membutuhkan jangka waktu yang 5. Price, Sylvia A. Patofisiologi : Konsep

lama. Klinis Proses-Pross Penyakit, Edisi 6.


Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran
3. Kuratif
EGC; 2012.
a. Mengatur pola makan. 6. Kemenkes RI. Pedoman Nasional
Pengendalian Tuberkulosis. Jakarta;
b. Meningkatkan aktivitas fisik dan
Kementerian Kesehatan RI; 2011.
olahraga.
7. World Health Organization. Global
c. Mengkonsumsi obat secara teratur
tuberculosis report. Switzerland :
sesuai dengan dosis yang telah
WHO Press; 2004.
ditetapkan.
8. Green E, Obi CL, Nchabeleng M, de
4. Rehabilitatif Villiers BE, Sein PP, Letsoalo T, et al.
Drug-susceptibility patterns of
a. Melakukan terapi rutin ke bagian
mycobacterium tuberculosis in
penyakit paru.
Mpumalanga Province, South Africa :
Daftar Pustaka Possible guiding design of retreatment

1. Wahid, A., Suprapto, I. Asuhan regimen. J. Health Popul Nutr. p;28(1)

Keperawatan Pada Gangguan Sistem : 7-13; 2010.


9. Made Agus Nurjana. Faktor Risiko
Terjadinya Tuberculosis Paru Usia
Produktif (15-49 Tahun) Di Indonesia.
Jakarta : Media Litbangkes; 2015.
10. Aditama, Chandra Yoga dr, et al.
Pedoman Nasional Penaggulangan
Tuberkulosis. Edisi 2. Jakarta:
Departemen Kesehatan Republik
Indonesia; 2006.
11. Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia. Strategi Nasional
Pengendalian TB di Indonesia 2010-
2014. Jakarta : Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia; 2011.

Anda mungkin juga menyukai