Anda di halaman 1dari 14

1.

Sifat-sifat Virus
Virus merupakan parasit intraseluler yang berukuran sangat kecil yang dapat
menginfeksi sel organisme hidup. Diameter virus antara 20 nm- 300 nm. Virus tidak dapat
dilihat dengan menggunakan mikroskop cahaya biasa, tetapi hanya dapat dilihat dengan
mikroskop elektron (kecuali Box virus). Walaupun ukuran sangat bervariasi, namun
ukuran virus jauh lebih kecil daripada bakteri. Contoh ukuran virus yang sama besar
dengan bakteri kecil seperti mikoplasma, rickettsia, dan klamidia.
Pernyataan bahwa virus adalah organisme hidup sering menjadi kontroversi, karena
disebutkan bahwa organisme hidup diartikan sebagai suatu proses yang sangat kompleks
yang dihasilkan oleh aktivitas berbagai protein yang dikode oleh asam nukleat setiap saat.
Karena virus merupakan materi yang innert di luar sel hospes, maka dalam keadaan
tersebut virus tidak dianggap sebagai organisme hidup. Akan tetapi, pada begitu virus
dapat masuk ke dalam sel, maka asam nukleat virus akan aktif sehingga virus dapat
berkembang biak. Virus merupakan organisme hidup yang dapat bermultiplikasi dan
memperbanyak diri dalam sel hospes yang terinfeksi. Sudut pandang klinik virus
merupakan mikroorganisme hidup yang mampu menginfeksi sel hospes sebagaimana
mikroorganisme lainnya bakteri, jamur, dan parasit.
Tabel 1.1. perbandingan sifat virus dan bakteri.
Keterangan Bakteri Klamidia Rickettsia Virus
Parasit Intraselular Tidak Ya Ya Ya
Membran Plasma Ya Ya Ya Tidak
Pembelahan Biner Ya Ya Ya Tidak
Dapat Melalui Saringan Tidak Ya Tidak Ya
Bakteri
Terdiri Dari DNA Dan Ya Ya Ya Tidak
RNA
Mempunyai Ribosom Ya Ya Ya Tidak
Peka Terhadap Ya Ya Ya Tidak
Antibiotik
Sensitif Terhadap Tidak Tidak Tidak Ya
Interferon
Memproduksi Energi Ya Tidak Ya Tidak
ATP

1|Page
Virus merupakan suatu mikroorganisme yang memiliki sifat-sifat virus yang spesifik
sebagai berikut :
 Virus hanya memiliki 1 tipe asam nukleat, RNA atau DNA saja. Tidak memiliki
keduanya sekaligus.
 Struktur virus sangat sederhana, terdiri dari pembungkus (kapsid) yang melindungi
asam nukleat. (kadang kala beberapa jenis virus mempunyai selubung yang terdiri
dari lipida, protein, dan karbohidrat).
 Virus tidak mempunyai informasi genetik sistem Lipman untuk sintesis energi.
 Virus bermultiplikasi di dalam sel hidup, dengan mempunyai sistem reproduksi
yang dimiliki oleh sel hospes.
 Asam nukleat virus dengan mudah dapat dipindahkan ke sel hidup lainnya.
Virus tidak memiliki atau hanya mempunyai sedikit enzim sendiri untuk
metabolismenya, misalnya virus tidak mempunyaienzim sendiri untuk sintesis protein
dan produksi energi ATP. Untuk berkembangbiak virus mengambil ahli dan
menggunakan perangkat metabolisme sel hospesnya. Pernyataan ini dapat digunakan
untuk tujuan penemuan obat yang dapat menghambat multiplikasi dari virus.

2. Struktur Virus
Struktur virus lengkap yang disebut virion terdiri dari inti asam nukleat yang
dikelilingi oleh lapisan protein yang disebut kapsid dengan atau tanpa selubung diluar
kapsid.

3. Asam Nukleat
Virus hanya memiliki satu jenis asam nukleat yaitu DNA atau RNA dan tidak pernah
memiliki keduanya. Asam nukleat pada virus berbentuk untai tunggal atau untai ganda
berdasarkan struktur asam nukleatnya virus dapat digolongkan menjadi :
 Virus yang mengandung DNA untai ganda
 Virus yang mengandung DNA untai tunggal
 Virus yang mengandung RNA untai ganda
 Virus yang mengandung RNA untai tunggal

2|Page
4. Kapsid dan Kapsomer
Kapsid merupaka asam nukleat virus yang dikelilingi oleh mantel protein. Setiap
kapsid terdiri dari sup unit protein yang disebut kapsomer. Pada beberapa virus
mempunyai penyusun kapsomer yang terdiri dari 1 jenis polipeptida, sedangkan yang
lainnya terdiri dari beberapa jenis polipeptida yang tergantung pada jenis virusnya.
Kapsomer dapat dilihat dengan mikroskop elektron.
Kapsid melindungi asam nukleat dari pengaruh ekstra seluler, mempermudah proses
penempelan pada sel hospes dan dapat pula berfungsi pada proses penembusan ke dalam
sel. Untuk melindungi asam nukleat, molekul polipeptida tersusun sedemikian rupa
sehingga berbentuk simetris. Berdasarkan simetri kapsidnya ini, bentuk virus dikenal
dengan simetri elips, dan simetri ikosahedral.
Kapsomer adalah unit morfologis yang tampak dipermukaan partikel virus ikosahedral
dengan mikroskop elektron. Kapsomer terdiri atas kelompokkan polipeptida, tetapi unit
–unit morfologis tidak selalu memiliki padanan unit struktural yang jelas struktur
kimianya.
Pada bentuk simetri elips, asam nukleat yang memanjang dikelilingi oleh protein yang
tersusun seperti spiral. Jenis virus yang mempunyaistruktur elips, antara lain adalah virus
rabies dan virus ebola. Sedangkan bentuk simetri ikosahedral adalah bentuk tata ruang
yang dibatasi oleh 20 segitiga sama sisi. Bentuk ini mempunyai aksis rotasi ganda yang
jumlah kapsomernya dapat dihitung dengan rumus tertentu : picornavirus mempunyai 60
kapsomer, herpesvirus 162 kapsomer, dan adenovirus 252 kapsomer.
Beberapa jenis virus terutama virus yang menyerang bakteri mempunyai struktur yang
kompleks. Salah satu virus yang mempunyai bentuk kompleks adalah bakteriofaga

5. Virus Detektif
Suatu partikel virus yang memiliki defek fungsional pada beberapa aspek replikasi.

6. Selubung (Envelope)
Pada beberapa jenis virus kapsid diselubungi dengan selubung (envelope), yang
umumnya terdiri dari kombinasi lipida, protein, dan karbohidrat. Pada selubung virus
kadangkala terdapat tonjolan (spikes) yang terdiri dari kompleks karbohidrat dan protein.
Beberapa jenis misalnya virus influenza dapat mengaglutinasi sel darah merah melalui
ikatan antara spikes virus dengan hemoglobin.

3|Page
Virus yang kapsidnya tidak diselubungi oleh envelope disebut dengan non envelope
virus. Kapsid dari virus yang tidak berselubung ini melindungi dari enzim nuclease dan
membantu perlekatan virus pada sel yang akan diinfeksi.

7. Nukleokapsid
Kompleks asam nukleat-protein yang merupakan bentuk genom virus berselubung.
Istilah ini lazim jika nukleokapsid merupakan substruktur partikel virus yang lebih
kompleks.

8. Unit Struktural
Blok pembangun dasar protein yang menyusun kapsid . Mereka biasa merupakan
kumpulan lebih dari satu subunit protein yang nonidentik. Unit struktural tersebut sering
kali disebut sebagai promotor.

9. Taksonomi dan Klasifikasi virus


Dapat dilakukan berdasarkan berbagai factor, salah satu cara klasifikasi virus adalah
berdasarkan gejala dan penyakit yang ditimbulkan, misalnya virus yang menyerang
system pernapasan. System ini sebenarnya sangat praktis, namun juga klasifikasi dengan
cara ini tidak dapat diterima sepenuhnya karena jenis virus yang sama dapat
menyebabkan kelainan dibeberapa organ tubuh, tergantung pada jenis organ tubuh yang
terinfeksi.
Pada tahun 1966 dibentuk suatu komite internasional tentang taksonomi virus
(International Committee on the Taxonomy of Viruses, ICTV). Sejak saat itu ICTV
mengelompokan virus ke dalam family berdasarkan pada :
 Jenis asam nukleat virus
 Cara replikasi dan multiplikasi virus
 Morfologi virus
Dalam taxonomy virus, nama family virus diakhiri dengan –viridae; nama ordo
diakhiri dengan -ales; sedangkan nama genus diakhiri dengan –virus. Berikut tabel Virus
RNA untai tunggal dengan polaritas negatif yang patogen pada manusia.

4|Page
Tabel 1.3
Virus RNA Untai Tunggal Dengan Polaritas Positif yang Patogen pada Manusia.

Sifat Dan Ukuran Famili Genus Keterangan


Virus
RNA untai tunggal, Picornaviridae Enterovitus Sedikitnya 70 jenis
polaritas positif, Rhinovirus enterovirus yang
nonenvelope, 35-40 Hepatitis A menyerang manusia,
nm Virus termasuk polio,
coxsacki, dan echovirus
yang menyebabkan flu
RNA untai tunggal, Caliciviridae Hepatitis E Menyebabkan gangguan
polaritas positif, Virus pencernaan dan hepatitis
nonevelope, 28- Norovirus
30nm
RNA untai tunggal, Togaviridae Alphavirus Menyebabkan
polaritas positif, Rubivirus ensefalitis ditularkan
Berselubung, 60- (Rubella Virus) melalui serangga.
70nm Rubella ditularkan
melalui saluran
pernafasan
RNA untai tunggal, Flaviviridae Flavivirus Ditularkan melalui
polaritas positif, Pestivirus serangga, menyebabkan
berselebung , 40-50 Hepatitis C penyakit demam
nm Virus berdarah dan ensefalitis
RNA untai tunggal, Coronaviridae Caranavirus Menyebabkan infeksi
polaritas positif, saluran nafas bagian
berselebung , 80- atas
160 nm

5|Page
Tabel 1.4.
Virus RNA Untai Ganda yang Patogen pada Manusia
Sifat Dan Ukuran Famili Genus Keterangan
Virus
RNA Untai Ganda, Reoviridae Reovirus Menyebabkan
Nonenvelope, 60- Rotavirus penyakit infeksi
80 nm pada saluran
pencernaan

MULTIPLIKASI VIRUS
Perkembangbiakan virus hanya terjadi pada sel inang yang hidup sebab sel inang yang
hidup mampu mensintesis protein virus dan asam nukleat dengan cara :
1. Menyediakan mesin energi.
2. Sintesis berat molekul yang rendah.
Perkembangbiakan virus memiliki gambaran unik berupa periode eclipse. Periode eclipse
adalah periode dimana segera setelah virus berinteraksi dengan sel inang, virion yang
menginfeksi dirusak dan infektivitas yang dapat diukur hilang. Lamanya periode eclipse
bergantung pada :
1. Virus dan sel inang tertentu.
2. Interval kecepatan akumulasi dari keturunan partikel virus yang infeksius.
Periode eclipse merupakan satu dari aktivitas sintesis yang intensif karena sel dialihkan
untuk memenuhi kebutuhan virus. Pada beberapa kasus :
1. Segera setelah asam nukleat virus memasuki sel inang, metabolisme seluler
dialihkan secara eksklusif kepada sintesis partikel virus baru dan sel akan dirusak.
2. Proses metabolisme sel inang tidak diubah secara signifikan, meskipun sintesis
protein virus dan asam nukleat serta sel tidak dirusak secara mencolok.
Setelah sintesis asam nukleat dan protein virus, komponen-komponen bergabung untuk
membentuk virion infeksius yang baru. Lama siklus replikasi virus bervariasi dari 6-8
jam (picornavirus) sampai >40 jam (beberapa virus herpes). Tidak semua infeksi
menghasilkan virus baru.
1. Infeksi yang Produktif

6|Page
Terjadi didalam sel yang permisif dan menghasilkan produksi virus yang
infeksius.
2. Infeksi yang Abortif
Gagal memproduksi keturunan virus karena :
 Sel inang nonpermisif dan tidak mampu mendukung ekspresi semua gen
virus.
 Infeksi virus mungkin defektif, kekurangan beberapa gen virus fungsional.
3. Infeksi Laten
Bisa terjadi dengan persistensi genom virus, ekspresi gen tidak ada atau sedikit,
sel yang diinfeksi tetap bertahan hidup.
Pemahaman akan multiplikasi virus sangat penting untuk :
 Mengetahui mekanisme masuk dan keluarnya virus dalam sel hospes.
 Patogenesis virus dalam mematikan dan mentransformasi sel hospes.
 Upaya untuk menghambat multiplikasinya dengan obat-obat antiviral.
Multiplikasi virus dapat dibedakan menjadi multiplikasi bakteriofaga dan multiplikasi
virus manusia dan binatang. Perbedaan multiplikasi virus manusia dan binatang dengan
bakteriofaga adalah :
1. Mekanisme atau cara masuknya ke dalam sel hospes.
2. Proses biosintesis didalam sel hospes.
*Sel prokariot  hospes bakteriofaga
*Sel eukariot  hospes dari virus manusia dan binatang

Tabel Perbedaan Multiplikasi Bakteriofaga Dan Virus Manusia

Fase Multiplikasi Bakteriofaga Virus Manusia Atau


Binatang

Penempelan Serabut ekor menempel pada Virus menempel pada protein


protein yang terdapat pada dan glikoprotein yang terdapat
dinding sel bakteri pada membran sel hospes
Penetrasi DNA virus diinjeksikan ke Kapsid virus masuk melalui
dalam sel hospes proses endositosis atau fusi sel

Pelepasan selubung Tidak diperlukan Pelepasan kapsid dilakukan


dengan bantuan enzim

7|Page
Biosintesis Terjadi pada sitoplasma Terjadi pada inti sel (virus
DNA) dan pada sitoplasma
(virus RNA)
Infeksi Kronis Lisogeni Infeksi laten, infeksi berjalan
lambat, menyebabkan kanker

Pembebasan Sel Melisiskan dinding sel hospes Pembentukan sel budding (virus
Virus bersimpai) dan perusakan
plasma sel hospes pada virus
yang tidak bersimpai

Multiplikasi Bakteriofaga
1. Daur Litik
Dikatakan daur litik karena pada daur ini, bakteri yang diserang oleh virus akan
mengalami lisis. Terdiri atas beberapa tahapan, yaitu :
a. Fase Adsorpsi
Adalah tahapan menempelnya protein virus pada protein dinding sel bakteri yang
mirip kunci dan gembok. Virus dapat menempel pada sel-sel tertentu yang diinginkan
karena memiliki reseptor pada ujung-ujung serabut ekor. Setelah menempel, virus
mengeluarkan enzim lisozim sehingga terbentuk lubang pada dinding bakteri.
b. Fase Penetrasi
Adalah tahapan masuknya asam nukleat virus (DNA atau RNA) ke dalam sel melalui
kontraksi kapsid virus. Kapsid virus tetap berada di luar sel bakteri. Jika telah kosong,
maka kapsid terlepas dan tidak berfungsi lagi.
c. Fase Biosintesis
Adalah tahapan disintesisnya protein virus yang akan dijadikan kapsid dengan
menggunakan ribosom bakteri dan enzim-enzim bakteri. Pada tahapan ini, DNA
virus memproduksi enzim penghancur untuk menghancurkan DNA bakteri tetapi
DNA virus tidak dihancurkan. Akibatnya, bakteri tidak mampu mengendalikan
mesin biosintetiknya sendiri. Selanjutnya, DNA virus menginduksi mesin metabolik
untuk menghasilkan komponen-komponen virus, seperti protein-protein, serabut-
serabut ekor dan kepala polyhedral. DNA virus kemudian mereplikasi diri berulang
kali dengan jalan mengkopi diri membentuk DNA virus dalam jumlah yang banyak.

8|Page
DNA virus inilah yang kemudian melakukan sintesis protein virus yang akan
dijadikan kapsid dengan menggunakan ribosom bakteri dan enzim-enzim bakteri.
d. Fase Perakitan
Adalah tahapan dirakitnya bagian-bagian kapsid virus yang terpisah (bagian kepala,
ekor, dan serabut ekor) untuk membentuk kapsid virus yang utuh dimana setelah
kapsid virus yang utuh terbentuk, DNA virus dimasukkan ke dalamnya sehingga
terbentuklah tubuh virus yang utuh. Jumlah virus yang terbentuk sekitar 100-200.
e. Fase Litik
Adalah tahapan dihancurkannya dinding sel bakteri oleh enzim lisozim virus. Pada
tahapan ini, virus-virus baru akan keluar untuk mencari inang yang lain.

2. Daur Lisogenik
Dikatakan daur lisogenik karena pada daur ini bakteri yang diserang oleh virus tidak
mengalami lisis. Bakteri masih dapat hidup dan berproduksi, tetapi masih mengandung
asam nukleat virus, yang suatu saat dapat bermultiplikasi kembali. Terdiri atas beberapa
tahapan, yaitu :
a. Fase Adsorpsi
Adalah tahap penempelan bakteriofaga pada dinding sel bakteri.
b. Fase Penetrasi
Adalah tahap pemasukan asam nukleat virus ke dalam tubuh bakteri.
c. Fase Penggabungan
Adalah tahap penyisipan DNA virus ke dalam DNA bakteri. DNA bakteri berbentuk
sirkuler, yakni seperti kalung yang tidak berujung dan berpangkal, berupa benang-
benang ganda yang terpilin. Mula-mula DNA bakteri putus, kemudian DNA virus
menggabungkan diri diantara benang yang putus dan akhirnya terbentuk DNA
sirkuler yang baru yang telah disisipi DNA virus.
d. Fase Pembelahan
Pada fase ini akan terbentuk sel bakteri yang didalamnya terkandung profaga (DNA
virus yang tidak aktif) dimana jumlah profaga mengikuti jumlah sel bakteri yang
sedang bermultiplikasi. Bila DNA bakteri melakukan replikasi maka profaga (DNA
virus yang tidak aktif) juga ikut terkopi.
e. Fase Biosintesis

9|Page
Pada fase ini profaga memisahkan diri dari DNA bakteri untuk selanjutnya
melakukan multiplikasi DNA virus, mensintesis protein yang digunakan sebagai
penyusun kapsid virus. Profaga menjadi aktif dalam keadaan tertentu akibat adanya
rangsangan dari lingkungannya (radiasi atau zat kimia tertentu).
f. Fase Perakitan
Adalah tahapperakitan kapsid-kapsid menjadi kapsid virus yang utuh yang berfungsi
sebagai selubung virus. Kapsid virus yang terbentuk mencapai sekitar 100-200
kapsid baru. Selanjutnya, DNA hasil replikasi masuk ke dalamnya guna membentuk
virus-virus baru.
g. Fase Litik
Adalah tahap lisisnya dinding sel bakteri setelah terbentuknya virus-virus baru.
Virus-virus yang terbentuk akan keluar dari sel bakteri dan menyerang bakteri baru.

Multiplikasi Virus Manusia


Pada prinsipnya, multiplikasi virus manusia terdiri dari beberapa tahapan, yaitu :
1. Fase Penempelan (Attachment)
Yaitu tahap penempelan virion pada membran sel melalui reseptor protein dan
glikoprotein yang terdapat pada permukaan sel hospes. Situs penempelannya
bervariasi tergantung pada jenis virusnya :
 Adenovirus (Virus Ikosahedral)
Situs penempelan : pada serabut pendek yang terletak pada sudut
ikosahedronnya.
 Virus yang mempunyai selubung (envelope), misal virus Influenza
Situs penempelan : tonjolan (spikes) yang terletak pada permukaan selubungnya.
Pengetahuan mengenai sifat-sifat reseptor spesifik terhadap virus sangat penting
dalam penemuan obat antiviral yang dapat menghambat penempelan virus pada
reseptor yang terdapat pada sel hospes sehingga dapat menghambat infeksi virus.
2. Fase Penetrasi
Adalah tahap penyisipan asam nukleat virus ke dalam sitoplasma sel. Penetrasi dapat
terjadi melalui 2 proses yaitu :
a. Endositosis
Virion yang melekat pada reseptor yang terdapat pada membran sel akan
membuat lekukan pada membran plasma sehingga terbentuk visikel. Sekali

10 | P a g e
virion masuk ke dalam visikel maka kapsid virus akan dipecah sehingga asam
nukleat virus menyusup ke dalam sitoplasma.
b. Proses Fusi
Dilakukan oleh virus-virus yang memiliki selubung luar, yaitu dengan cara fusi
dari selubung virus dengan membran plasma sel hospes dan melepaskan
nukleokapsid ke dalam sitoplasma. Contoh : virus HIV.
3. Fase Pelepasan Selubung Luar (Uncoating)
Merupakan pelepasan asam nukleat virus dengan protein pembungkusnya.
Mekanisme prosesnya belum diketahui dengan jelas dan sangat bervariasi
bergantung pada jenis virusnya. Beberapa penyebab dilepasnya asam nukleat virus
dengan protein pembungkusnya :
 Degradasi protein kapsid virus oleh enzim yang terdapat pada sitoplasma sel
hospes.
 Enzim spesifik yang diproduksi oleh virus itu sendiri segera setelah terjadi
infeksi. Contoh : poxvirus.
4. Fase Biosintesis
Pada fase ini terdapat perbedaan biosintesis antara virus DNA dan virus RNA.
a. Biosintesis Virus DNA
Beberapa virus antara lain herpesvirus, papovavirus, adenovirus dan hepadna virus
mengikuti cara biosintesis pada umumnya sedangkan pada poxvirus biosintesisnya agak
berbeda karena sintesis komponen virus dilakukan didalam sitoplasma sel hospes. Cara
biosintesis pada umumnya :
 Virus DNA melakukan replikasi DNA-nya dalam inti sel hospes dengan
menggunakan enzim sel hospes.
 Sintesis kapsid dan protein-protein lainnya dilakukan di dalam sitoplasma
menggunakan enzim sel hospesnya.
 Protein-protein yang terbentuk masuk ke dalam inti sel  bergabung dengan DNA
virus  membentuk virion  membran sel melalui retikulum endoplasmik untuk
keluar dari dalam sel hospes.
Multiplikasi virus DNA dimulai dari :
Fase penempelan virus pada reseptor virus yang terdapat pada permukaan sel hospes.
Proses penetrasi virus dan pelepasan selubung virus didalam sitoplasma, DNA virus
masuk ke dalam inti sel.

11 | P a g e
Terjadi transkripsi dari fragmen gen virus yang mengkode enzim virus yang
dibutuhkan untuk multiplikasi DNA virus. Pada beberapa virus, proses transkripsi
menggunakan enzim transkriptase (RNA Polymerase) sel hospes, tetapi pada
poxvirus digunakan enzim transkriptase sendiri.
Proses transkripsi dan translasi protein struktural dan nonstruktural yang dikode oleh
genom virus.
Sintesis protein kapsid didalam sitoplasma sel hospes.
Terjadi pematangan dan morfogenesis didalam inti sel hospes dimana asam nukleat
virus diselubungi oleh nukleokapsid sehingga terbentuk virus yang lengkap.
Virus yang terbentuk melepaskan diri dari sel hospes dengan cara merusak membran
sel hospes dan sangat infektif bagi sel-sel lainnya.
b. Biosintesis Virus RNA
Multiplikasi virus RNA pada umumnya sama dengan virus DNA kecuali berbeda
perbedaan dalam pembentukan mRNA yang terjadi pada beberapa jenis virus RNA.
Multiplikasi virus RNA dimulai dari :
Fase penempelan virus pada reseptor virus yang terdapat pada permukaan sel hospes.
Proses penetrasi virus dan pelepasan selubung virus didalam sitoplasma, RNA virus
berada didalam sitoplasma sel.
Fase replikasi RNA virus.
Fase translasi dan sintesis protein virus.
Fase ini sangat tergantung pada jenis virus RNA. Untuk virus yang terdiri dari:
a. RNA untai tunggal (ssRNA) dengan polaritas positif, misal Picornaviridae.
Sintesis protein langsung dikode oleh untai RNA (+). Untai RNA yang berada didalam
virion disebut untai sense (+) karena dapat berfungsi langsung sebagai mRNA yang
ditranslasi menjadi 2 jenis protein utama yaitu :
- Enzim yang menghambat sintesis RNA atau protein hospes.
- Enzim yang disebut dengan RNA-dependent RNA polymerase.
Enzim ini akan mengkatalisis sintesis untai RNA lainnya yang komplementer terhadap
untai RNA sense, yang disebut untai RNA antisense yang dapat digunakan sebagai
cetakan (template) untuk membuat untai RNA (+) lainnya. Untai RNA (+) yang
terbentuk dapat bertindak sebagai mRNA untuk memproduksi kapsid dari virus. Sekali
RNA virus dan protein kapsid terbentuk, akan terjadi perakitan dan morfogenesis dari
virion baru.

12 | P a g e
b. RNA untai tunggal (ssRNA) dengan polaritas negatif, misal Rhabdoviridae.
Virus rabies yang tergolong dalam Rhabdoviridae mempunyai enzim RNA-dependent
RNA polymerase, yang akan mentranskripsi ssRNA (-) menjadi RNA (+) yang akan
bertindak sebagai mRNA untuk mensintesis protein. Selain itu mRNA juga
ditranskripsi menjadi RNA (-) yang akan terinkorporasi ke dalam kapsid sebagai
genom virus.
c. RNA untai ganda (dsRNA), misal Reoviridae.
Reoviridae mengandung asam nukleat yang terdiri dari dsRNA. Membentuk mRNA
virus didalam sitoplasma, yang dapat digunakan untuk mensintesis protein virus yang
berfungsi sebagai enzim RNA-dependent RNA polymerase, untuk memproduksi lebih
banyak untai RNA (-). mRNA (+) dan untai RNA (-) akan membentuk pilinan menjadi
RNA untai ganda (dsRNA), yang kemudian akan diselubungi protein kapsid.
Fase perakitan dan pelepasan virus.
Langkah pertama adalah proses perakitan kapsid untuk melindungi asam nukleat
virus. Setelah penggabungan genom virus dan kapsid, beberapa jenis virus diselubungi
oleh simpai yang terdiri dari protein, lipid dan karbohidrat, misalnya orthomyxovirus
dan paramyxovirus. Pembentukan protein simpai dikode oleh gen virus, sedangkan
lipid dan karbohidrat simpai virus didapat dari membran plasma sel hospes. Proses
perakitan simpai virus disebut sebagai budding.
Setelah perakitan selesai, virus akan keluar dari dalam sel hospes. Proses pelepasan
virus melalui budding tidak selalu menyebabkan kematian sel hospes. Pada beberapa
kasus, sel hospes masih tetap bertahan hidup. Pada virus yang tidak memiliki simpai,
proses pelepasan terjadi melalui perusakan membran plasma sel hospes sehingga sel
hospes akan mengalami kematian.

Multiplikasi Retroviridae
Proses multiplikasi Lentivirus (salah satu genus Retroviridae, termasuk HIV-1 dan HIV-
2) berbeda dengan proses multiplikasi virus RNA lainnya karena retrovirus mempunyai
enzim reverse transcriptase. Multiplikasi virus yang tergolong dalam retroviridae dimulai
dari :
1. Fase penetrasi virus ke dalam sel hospes, melalui proses penempelan virus pada
reseptor yang terdapat pada permukaan sel.

13 | P a g e
2. Setelah memasuki hospes, virus melepaskan selubungnya. Enzim reverse
transcriptase pada reterovirus akan mengubah RNA virus menjadi DNA yang
komplementer terhadap RNA virus, yang bereplikasi menjadi DNA untai ganda
dimana enzim ini juga akan mendegradasi RNA virus.
3. Integrasi dan penyisipan DNA virus yang baru terbentuk ke dalam kromosom sel
hospes (DNA provirus). Provirus bersifat laten dan bereplikasi apabila sel hospes
melakukan replikasi.
4. Proses transkripsi dilakukan oleh provirus menjadi RNA kembali sebagai genom
virus yang baru. DNA provirus ditranskripsi menjadi mRNA untuk memproduksi
kapsid yang akan terinkorporasi dengan genom virus menjadi virion baru.
5. Fase perakitan dan pelepasan virus. Setelah genom virus bergabung dengan kapsid,
retrovirus akan diselubungi oleh simpai yang didapat dari membran plasma sel
hospes melalui proses budding. Setelah proses perakitan selesai, virus akan keluar
dari dalam sel hospes. Virion baru yang terbentuk dapat menginfeksi sel-sel lainnya
sehingga menyebabkan kematian sejumlah sel hospes yang terinfeksi.

14 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai