ASFIKSIA NEONATORIUM
Asfiksia neonatus adalah keadaan bayi baru lahir yang tidak dapat bernafas
secara spontan dan teratur dalam satu menit setelah lahir (Mansjoer, 2000).
Asfiksia berarti hipoksia yang progresif, penimbunan CO2 dan asidosis, bila
proses ini berlangsung terlalu jauh dapat mengakibatkan kerusakan otak atau
kematian. Asfiksia juga dapat mempengaruhi fungsi organ vital lainnya.
(Saiffudin, 2001). Asfiksia lahir ditandai dengan hipoksemia (penurunan
PaO2), hiperkarbia (peningkatan PaCO2), dan asidosis (penurunan PH).
1.2 Etiologi
a. Faktor ibu
- Hipoksia ibu
- Keracuban Co
- Hipotensi akibat pendarahan
- Gagal kontraksi uterus
- Usia kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun.
- Hipertensi pada penyakit eklamsia
b. Faktor plasenta
- Plasenta tipis
- Plasenta kecil
- Plasenta tidak menempel
- Solusio plasenta
- Pendarahan plasenta
c. Faktor fetus
- Kompresi umbilikus
- Tali pusat melilit leher
- Kompresi tali pusat antara janin dan jalan lahir
d. Faktor neonatus
- Prematur
- Kelainan kongenetal
- Pemakaian obat anastesi
- Trauma yang terjadi akibat persalinan
e. Faktor predisposisi
1
- Faktor dari ibu
- Gangguan his
- Plasenta previa
f. Faktor dari janin
- Gangguan aliran darah
- Defresi pernafasan akibat obat-obatan
- Ketuban keruh
1.4 Patofisiologi
Bila janin kekurangan O2 dan kadar CO2 bertambah, timbulah rangsangan
terhadap nervus vagus sehingga DJJ (denyut jantung janin) menjadi lambat.
Jika kekurangan O2 terus berlangsung maka nervus vagus tidak dapat
dipengaruhi lagi. Timbulah kini rangsangan dari nervus simpatikus sehingga
DJJ menjadi lebih cepat akhirnya ireguler dan menghilang. Janin akan
mengadakan pernafasan intrauterin dan bila kita periksa kemudian terdapat
banyak air ketuban dan mekonium dalam paru, bronkus tersumbat dan
terjadi atelektasis. Bila janin lahir, alveoli tidak berkembang.
2
a. Darah
- Nilai darah lengkap pada bayi asfiksia terdiri dari :
1) Hb (normal 15-19 gr%), biasanya pada bayi dengan asfiksia Hb
cenderung turun karena O2 dalam darah sedikit,
2) Leukositnya lebih dari 10,3 x 10 gr/ct (normal 4,3-10,3 x 10
gr/ct) karena bayi preterm imunitas masih rendah sehingga resiko
tinggi
3) Trombosit (normal 350 x 10 gr/ct).
4) Distrosfiks pada bayi preterm dengan pos asfiksi cenderung turun
karena sering terjadi hipoglikemi.
- Nilai analisa gas darah pada bayi post asfiksi terdiri dari :
1) pH (normal 7,36-7,44). Kadar pH cenderung turun terjadi
asidosis metabolik.
2) pCO2 (normal 35 – 45 mmHg). Kadar pCO 2 pada bayi post
asfiksia cenderung naik sering terjadi hiperapnea.
3) pO2 (normal 75-100 mmHg). Kadar pO2 bayi post asfiksia
cenderung turun karena terjadi hipoksia progresif.
4) HCO3 (normal 24-28 mEq/L).
b. Urine
- Nilai serum elektrolit pada bayi post asfiksia terdiri dari :
1) Natrium (normal 134-150 mEq/L)
2) Kalium (normal 3,6-5,8 mEq/L)
3) Kalsium (normal 8,1-10,4 mEq/L)
- Foto thorax
Pulmonal tidak tampak gambaran, jantung ukuran normal.
1.6 Komplikasi
a. Hipoksia dan iskemia otak
Pada penderita asfiksia dengan gangguan fungsi jantung yang telah
berlarut sehingga terjadi renjatan neonatus, sehingga aliran darah ke otak
pun akan menurun, keadaan ini akan menyebabkan hipoksia dan iskemik
otak.
b. Anuria atau oliguria
Disfungsi ventrikel jantung dapat pula terjadi pada penderita asfiksia,
keadaan ini dikenal dengan istilah miokardium pada saat terjadinya,
yang disertai dengan perubahan sirkulasi. Pada keadaan ini curah
jantung akan terganggu sehingga darah seharusnya di alirkan keginjal
menurun. Hal ini menyebabkan terjadinya pengeluaran urin yang sedikit.
c. Koma
3
Apabila pada pasien afiksia berat segera tidak ditangani akan
menyebabkan koma karena beberapa diantaranya hipoksemia dan
perdarahan otak.
1.7 Penatalaksanaan
a. Terapi Suportif
Tindakan untuk mengatasi asfiksia neonatorum disebut resusitasi bayi
baru lahir yang bertujuan untuk rnempertahankan kelangsungan hidup
bayi dan membatasi gejala sisi yang mungkin muncul. Tindakan
resusiksi bayi baru tahir mengikuti tahap tahapan-tahapan yang dikenal
dengan ABC resusitasi :
1. Memastikan saluran nafas terbuka :
- Meletakkan bayi pada posisi yang benar.
- Menghisap mulut kemudian hidung kalau perlu trakea
- Bila perlu masukkan ET untuk memastikan pernafasan terbuka
2. Memulai pernapasan :
- Lakukan rangsangan taktil
- Bila perlu lakukan ventilasi tekanan positif
3. Mempertahankan sirkulasi darah :
Rangsang dan pertahankan sirkulasi darah dengan cara kompresi dada atau
bila perlu menggunakan obat-obatan.
4. Koreksi gangguan metabolik (cairan, glukosa darah, elektrolit).
b. Cara resusitasi dibagi dalam tindakan umum dan tindakan khusus:
1. Tindakan Umum
- Pengawasan suhu
- Pembersihan jalan nafas
- Rangsang untuk menimbulkan pernafasa
2. Tindakan Khusus
- Asfiksia berat
Resusitasi aktif harus segera dilaksanakan langkah utama memperbakti
ventilasi paru dengan pemberian 02 dengan tekanan dan intemitery cara
terbaik dengan intubasi endotrakeal lalu diberikan 02 tidak lebih dari 30
mmHg. Asfikasi berat hampir selalu disertai asidosis, koreksi dengan
bikarbonas natrium 2-4 mEq/kgBB, diberikan pula glukosa 15-20 %
dengan dosis 2-4 mEq/kgBB Kedua obat ini disuntikan ke dalam intra
vena perlahan melalui vena umbilikatis, reaksi obat ini akan terlihat
jelas jika ventilasi paru sedikit banyak telah berlangsung. Usaha
pernapasan biasanya mulai timbul setelah tekanan positif diberikan 1-3
kali, bila setelah 3 kali inflasi tidak didapatkan perbaikan. Pernapasan
atau frekuensi jantung, maka masase jantung eksternal dikerjakan
dengan & frekuensi 80-I00/menit. Tindakan ini diselingi ventilasi
4
tekanan dalam perbandingan 1 : 3 yaitu setiap kali satu ventilasi tekanan
diikuti oleh 3 kali kompresi dinding torak. Jika tindakan ini tidak
berhasil bayi harus dinilai kembali, mungkin hal ini disebabkan oleh
ketidakseimbangan asam dan basa yang belum dikorekrsi atau gangguan
organik seperti hernia diaftagmatika atau stenosis jalan nafas.
- Asfiksia sedang
Stimulasi agar timbul reflek pernafasan dapat dicoba bila dalam waktu
30-60 detik tidak timbul pernapaan spontary ventilasi aktif harus segera
dilakukan. Ventilasi sederhana dengan kateter 02 intranasal dengan
filtrat 1-2 x/mnt, bayi diletakkan dalam posisi dorsofleksi kepala.
Kemudian dilakukan gerakan membuka dan menutup nares dan mulut
disertai gerakan dagu keatas dan kebawah dengan frekuensi 20
kali/menit, sambil diperhatikan gerakan dinding torak dan abdomen.
Bila bayi memperlihatkan gerakan pernapasan spontan, usahakan
mengikuti gerakan tersebut, ventilasi dihehtikan jika hasil tidak dicapai
dalam 1-2 menit sehingga ventilasi paru dengan tekanan positif secara
tidak langsung segera dilakukan, ventilasi dapat dilakukan dengan dua
cara yaitu dari mulut ke rnulut atau dari ventilasi ke kantong masker.
Pada ventitasi dari mulut ke mulut, sebelumnya mulut penolong diisi
dulu dengan 02, ventilasi dilahirkan dengan frekuensi 20-30 kali
permenit dan perhatikan gerakan nafas spontan yang mungkin timbul.
Tindakan dinyatakan tidak berhak jika setelah dilekuknn berberapa saat
teqadi penurunan frekuens jantung atau perbaikan tonus otot intubasi
endotrakheal harus segera dilahirkan, bikarbonas natrikus dan glukosa
dapat segera diberikan, apabila 3 menit setelah lahir tidak
memperlihatkan pernapasan teratur meskipun ventilasi telah dilakukan
dengan adekuat.
1.8 Pathway
5
2. Rencana Asuhan Klien dengan Gangguan
2.1 Pengkajian
2.1.1 Riwayat keperawatan
- Keluhan utama
Bayi baru lahir mengalami bradipneu, denyut jantung dan tekanan
darah bayi menurun, sianosis, gerakan ekstremitas fleksi sedikit, dan
gerakan reflexs s edikit.
- Riwayat Kesehatan Sekarang
Bayi baru lahir mengalami bradipneu, denyut jantung bayi dan
tekanan darah menurun, bayi nampak sianosis dan gerakan
ekstremitas fleksi sedikit dan gerakan reflexs sedikit segera setelah
bayi tersebut dilahirkan.
- Prenatal care
a. Pemeriksaan kehamilan : 3 kali
b. Keluhan selama hamil : sering pusing, cepat lelah, mata
berkunang-kunang, dan malaise.
c. Kenaikan BB selama hamil : 5 Kg
- Natal
a. Tempat melahirkan : Rumah Sakit Umum Provinsi
b. Jenis persalinan : Normal
6
c. Penolong persalinan : Bidan
d. Kesulitan lahir normal : Ibu kesulitan mengedan karena ibu
cepat lelah
- Post natal
a. Kondisi bayi : BB lahir 2.400 gram, PB: 40 cm
b. Bayi mengalami nafas lambat, denyut jantung bayi menurun
c. Bayi tidak mengalami kemerahan dan nampak pucat.
d. Gerakan reflex sedikit dan tonus otot bayi menurun
7
Kelenjar Thyroid : Tidak tampak pembesaran kelenjar tiroid
7. System Perkemihan
a. Tidak ada edema
b. Tidak ada bendungan kandung kemih
8. System Reproduksi
a. Penis : Bersih
b. Tidak ada kelainan pada area genetalia
8
l. Nyeri
m. Kerusakan persepsi atau kognitif
n. Cidera medula spinalis
Diagnosa II: gangguan pertukaran gas (NANDA, hal 323)
2.1.4 Definisi
Kelebihan atau kekurangan oksigenasi atau eleminasi karbon dioksida
membran kapiler-alviolar
2.1.5 Batasan karakteristik
- Subjktif
a. Dispnea
b. Sakit kepala pada saat bangun tidur
c. Gangguan penglihtan
- Objektif
a. Gas darah arteri yang tidak normal
b. pH arteri tidak normal
c. ketidak normanlan frekuensi, irama, dan kedalaman napas
d. warna kulit tidak normal
e. kunfusi
f. sianosis
g. karbon dioksida menurun
h. diaforesis
i. hiperkapnia
j. hiperkarbia
k. hipoksia
l. hioksia
m. hipoksemia
n. iritabilitas
o. napas cuping hidung
p. gelisah
q. somnolen
r. takikardia
2.1.6 Faktor yang berhubungan
a. Perubahan membran kapiler-alveolar
b. Katidak seimbangan perfusi-ventilasi
2.3 Perencanaaan
Diagnosa I: ketidakefektifan pola napas
2.3.1 Tujuan dan kriteria hasil berdasarkan NOC
- Menunjukan pernapasan ptimal pada saat terpasang ventilator
mekanis
- Mempunyai kecepatan dan irama pernapasan dalam batas normal
- Mempunyai fungsi paru dalam batas normal untuk pasien
- Meminta bantuan pernapasan saat dibutuhkan
- Mampu menggambarkan perencanaan perawatan dirumah
- Mengidentifikasi faktor lain.
2.3.2 Intervensi berdasarkan NIC
- Kaji frekuensi kedalaman napas dan ekspansi dada
R: kecepatan biasanya meningkat apabila terjadi kecepatan napas
9
- Catat upaya pernapasan termasuk dengan menggunakan otot
prnapasan
R: penggunaan otot napas sebagai akibat dari gangguan pola napas
- Memfasilitasi kepatenan jalan napas
R: agar dapat bernapas secara optimal
- Mengeluarkan secret jalan napas
R: agar sumbatan jalan napas dapat dihilangkan
- Jika diperlukan gunakan alat bantu untuk membantu klien bernapas
R: agar oksigen dalam tubuh tercukupi
3. Daftar Pustaka
Herdman, T. Heather. (2015). Nanda Internasional Inc.Diagnosa Keperawatan:
Definisi & Klasifikasi 2015-2017. Edisi 10. Jakarta: EGC
Mansjor, Arif. (2000). Kapita selekta kedokteran ed. III. Jakarta: EGC
Manuaba, IBG, dkk. (2009). Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan KB.
Jakarta: EGC
Saiffudin, Abdul, B. (2001). Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan
Maternal Neonatal. Jakarta: JHPIEGO
10
Banjarmasin, Juli 2017
(........................................) (..........................................)
11