Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG
Partus kasep adalah suatu persalinan yang mengalami kemacetan
danberlangsung lama sehingga timbul komplikasi pada anak, komplikasi pada
ibu,atau didapatkan adanya infeksi intrauterin. Proses persalinan dipengaruhi oleh
3faktor yang berperan yaitu kekuatan mendorong janin keluar (power ), yangmeliputi
his (kekuatan uterus), kontraksi otot dinding perut, dan kontraksidiafragma. Faktor
lain adalah faktor janin (passanger), faktor jalan lahir (passage) dan faktor penolong
serta faktor psikis (Mochtar, 1998)
Apabila semua faktor ini dalam keadaan baik, sehat dan seimbang, makaproses
persalinan akan berlangsung dengan baik. Namun apabila salah satu darifaktor
tersebut mengalami kelainan, misalnya keadaan yang menyebabkan histidak
adekuat, kelainan pada bayi, kelainan jalan lahir, kelainan penolongataupun
gangguan psikis maka persalinan tidak dapat berjalan secara baik.Persalinan yang
mengalami kesulitan untuk berjalan spontan normal jugadipengaruhi berbagai faktor
yang kompleks, misalnya ketidaktahuan akanbahaya persalinan, keterampilan yang
kurang, sarana yang tidak memadai,masih tebalnya kepercayaan pada dukun serta
rendahnya pendidikan danrendahnya keadaan sosial ekonomi rakyat (Kusumawati,
2006)
Partus lama masih merupakan suatu masalah di Indonesia. Berdasar hasil
Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SKDI) tahun 2002-2003dilaporkan
bahwa dari seluruh persalinan, kejadian persalinan lama adalahsebesar 31%,
perdarahan berlebihan terjadi pada 7% persalinan, dan angkakejadian infeksi sebesar
5%. Sementara ibu yang tidak mengalami komplikasiselama persalinan adalah
sebesar 64%. Berdasar survei ini, maka pelayanankesehatan ibu di Indonesia masih
perlu peningkatan pelayanan dan harus dibenahi dengan berbagai pendekatan
(Kusumawati, 2006)

1
BAB II
TINJAUAN TEORI

1. PENGERTIAN
Partus kasep merupakan satu fase akhir dari suatu persalinan yang telah
berlangsung lama dan tidak mengalami kemajuan sehingga timbul komplikasi
pada ibu, janin atau keduanya. Persalinan normal rata-rata berlangsung tidak lebih
dari 24 jam dihitung dari awal pembukaan sampai lahirnya anak. Apabila terjadi
perpanjangan dari fase laten (pada primipara 20 jam, multipara 14 jam) dan fase
aktif (pada primipara 1,2 cm per jam dan 1,5 cm perjam pada multipara) atau kala
pengeluaran (primipara 2 jam dan multipara 1 jam), maka kemungkinan dapat
terjadi partus kasep.

2. ETIOLOGI
Penyebab partus kasep multikompleks, yang berhubungan dengan pengawasan
pada waktu hamil dan penatalaksanaan pertolongan persalinan. Penyebab
kemacetan dapat terjadi karena:

1) Passanger

 Kelainan Letak Janin

Letak dan presentasi janin dalam rahim merupakan salah satu faktor
penting yang berpengaruh terhadap proses persalinan, menurut Manuaba
(1998) 95% persalinan terjadi dengan letak belakang kepala. Mekanisme
persalinan merupakan suatu proses dimana kepala janin berusaha
meloloskan diri dari ruang pelvik dengan menyesuaikan ukuran kepala
janin dengan ukuran pelvik melalui proses sinklitismus, sinklitismus
posterior, sinklitismus anterior,fleksi maksimal, rotasi internal, ekstensi,
ekspulsi, rotasi eksternal dan ekspulsi total, namun pada beberapa kasus
proses ini tidak berlangsung dengan sempurna, karena adanya kelainan
letak dan presentasi sehingga proses tersebut pada umumnya berlangsung
lama, akibat ukuran dan posisi kepala janin selain presentasi belakang
yang tidak sesuai dengan ukuran rongga panggul (Wiknjosastro, 2002).

Kelainan letak dan presentasi / posisi tersebut antara lain :

2
(1) Posisi Oksipitalis Posterior Persisten.

Pada letak belakang kepala biasanya ubun-ubun kecil akan memutar ke


depan dengan sendirinya dan janin lahir secara spontan. Kadang-kadang
UUK tidak berputar ke depan, tetapi tetap berada di belakang, yang disebut
Positio Occiput Posterior Persistens. Dalam menghadapi persalinan
dimana UUK terdapat di belakang, kita harus sabar, sebab rotasi kedepan
kadang-kadang baru terjadi didasar pangggul. Dalam hal ini persalinan
akan menjadi lebih lama dan dapat terjadi perlukaan pada perinium.
(Mochtar, 1998).

(2) Presentasi Belakang Kepala Oksiput Melintang

Adalah keadaan dimana kepala sudah masuk panggul sedangkan ubun-


ubun masih disamping, terjadi karena putaran paksi terlambat sehingga
persalinan berlangsung lama.(Mochtar, 1998).

(3) Presentasi Puncak Kepala

Adalah keadaan dimana puncak kepala merupakan bagian terendah, hal ini
terjadi apabila derajat defleksinya ringan. Pada umumnya presentasi
puncak kepala merupakan kedudukan sementara yang kemudian berubah
menjadi presentasi belakang kepala. Mekanisme persalinannya hampir
sama dengan posisi oksipitalis posterior persistens, sehingga keduanya
sering kali dikacaukan satu dengan yang lainnya.

Perbedaannya ialah : pada presentasi puncak kepala tidak terjadi fleksi


kepala yang

maksimal, sedangkan lingkaran kepala yang melalui jalan lahir adalah


sirkumferensia frontooksipitalis dengan titik perputaran yang berada
dibawah symfisis ialah glabella (Wiknjosastro,2002).

(4) Presentasi Dahi

3
Adalah keadaan dimana kedudukan kepala berada diantara fleksi
maksimal dan defleksi maksimal, sehingga dah merupakan bagian
terendah. Pada umumnya presentasi dahi ini merupakan kedudukan yang
bersifat sementara dan sebagian besar akan berubah menjadi presentasi
muka dan presentasi belakang kepala. Komplikasi yang bisa terjadi pada
presentasi dahi adalah partus kasep, robekan hebat dan ruptur uteri,
sedangkan pada anak mortalitas tinggi, saat memimpin persalinan harus
diobservasi apakah dapat lahir spontan, bila ada indikasi dan syarat
terpenuhi lakukan ekstrasi forsep atau vacum, bila ada indikasi lakukan
sectio caesaria (Wiknjosastro,2002).

(5) Presentasi Muka

Adalah letak kepala tengadah (defleksi) sehingga bagian kepala yang


terletak paling rendah ialah muka. Letak ini merupakan letak defleksi
paling maksimal, jadi oksiput dan pungggung berhubungan rapat, muka
terlihat kebawah, jadi seperti orang menjolok mangga (Mochtar, 1998).
Menurut Wiknjosastro (2002) pada umumnya penyebab presentasi muka
adalah keadaan-keadaan yang menekan terjadinya defleksi kepala atau
keadaan-keadaan yang menghalani terjadinya fleksi kepala. Oleh karena
itu presentasi muka dapat ditemukan pada panggul sempit atau pada janin
besar. Multiparitas dan perut gantung juga merupakan faktor yang
memudahkan terjadinya presentasi muka. Selain itu kelainan janin seperti
anosefalus dan tumor dileher bagian depan dapat mengakibatkan
presentasi muka. Kadang-kadang presentasi muka juga dapat terjadi pada
kematian janin intrauterin, akibat otot-otot janin yang telah kehilangan
tonusnya. Persalinan muka dapat berlangsung tanpa kesalahan karena
kepala masuk panggul dengan sirkumferensia trachelo perietal yang hanya
sedikit lebih besar dari sub oksipito bregmatika, tetapi kesulitan persalinan
terjadi karena kesempitan panggul dan janin besar, selain itu muka tidak
dapat melakukan dilatasi serviks secara sempurna. Kira-kira 10% keadaan

4
ini dagu berada dibelakang dan menetap, janin cukup bulan tidak mungkin
lahir pervaginam, kecuali janin mati, kesulitan kelahiran disebabkan
kepala sudah berada dalam defleksi maksimal dan tidak mungkin
menambah defleksinya lagi sehingga kepala dan badan terjepit dalam
panggul dan persalinan tidak akan maju. Tetapi persalinandapat dilakukan
dengan vacum ekstraksi, forcep atau sectio caesaria.

(6) Presentasi Rangkap/ganda

Adalah keadaan dimana disamping kepala janin didalam rongga panggul


dijumpai tangan, lengan atau kaki atau keadaan dimana disamping bokong
janin dijumpai lengan (Wiknjosastro, 2002). Presentasi rangkap atau
ganda adalah bagian kecil menumbung disamping bagian besar janin dan
bersama-sama memasuki panggul, sehingga ukuran yang akan melalui
jalan lahir menjadi besar dan tidak sesuai dengan ukuran pintu bawah
panggul (Manuaba, 1998).

(7) Letak Sungsang

Adalah janin letaknya memanjang (membujur) dalam rahim, kepala berada


di fundus dan bokong berada dibawah, sehingga bagian bokong yang lunak
tidak dapat menekan dengan keras pada serviks untuk melakukan dilatasi,
karena itu persalinan lebih lama dan mudah terkena infeksi, pada janin bisa
terjadi asfiksia. Faktor yang memegang peranan terjadinya presentasi
bokong diantaranya multiparitas, hamil kembar, hidramnion, hidrosefalus,
plasenta previa dan panggul sempit (Wiknjosastro, 2002).

(8) Letak Lintang

Adalah bila sumbu memanjang janin jadi menyilang sumbu memnajang


ibu secara tegak lurus atau mendekati 90°, pada keadaan ini persalinan
tidak dapat berjalan spontan karena ukuran letak janin yang melintang dan

5
ukuran terbesar tidak bisa melalui jalan lahir, kecuali pada anak kecil
(prematur) atau anak yang sudah mati dan menjadi lembek, keadaan ini
dapatberakibat pada terjadinya ruptur uteri, partus lama, KPD dan sudah
terjadi infeksi, pada anak trauma partus, hipoksia, prolaps tali pusat dan
KPD (Cuningham, 1995).

(9) Kehamilan Ganda

Pada kehamilan ganda sering terjadi kesalahan presentasi dan posisi kedua
janin, sehingga proses persalinan berlangsung lama. Beberapa kombinasi
posisi yang sering dijumpai adalah kedua janin dalam letak membujur,
letak membujur presentasi bokong, letak lintang dan presentasi bokong
dan lain-lain.

(10) Janin besar atau ada kelainan kongenital

Prosses persalinan merupakan proses mekanik, dimana suatu benda


didorong keluar melalui ruang panggul oleh suatu tenaga. Benda yang
didorong adalah janin dan akan didorong melalui ruang pelvik, sehingga
kesesuaian antara besar janin dan rongga panggul sangat berpengaruh pada
proses persalinan disebut imbang foto pelviks, yang menentukan imbang
foto pelviks adalah kepala. Besar kepala janin dapat diukur sebelum partus
atau waktu partus. Besar kepala janin rata-rata tergantung dari besarnya
janin, oleh karena itu sebagai ukuran digunakan berat badan janin. Ada
beberapa perkiraan berat badan janin (Mochtar, 1998)

(a) Ukuran kehamilan dan taksiran persalinan (rumus neagle)

(b) Berat badan ditaksir melalui palpasi kepala pada abdomen (butuh
pengalaman lama)

(c) Perhitungan menurut Mac Donald

(d) Rumus Johnson – Thaushack

2) Passage

6
a) Kelainan-Kelainan Panggul

Panggul merupakan salah satu bagian yang penting dan mempengaruhi


proses persalinan disebut faktor passage. Berbagai kelainan panggul dapat
mengakibatkan persalinan berlangsung lama antara lain: kelainan bentuk
panggul dan kelainan ukuran panggul baik ukuran panggul luar maupun
ukuran panggul dalam.

b) CPD (Cepalo Pelvik Disproportion)

Cepalo Pelvik Disproportion bisa terjadi akibat pelvis sempit dengan


ukuran kepala janin normal atau pelvis normal dengan janin besar atau
kombinasi antara janin besar dengan pelvis sempit. CPD tidak bisa
didiagnosa sebelum usia kehamilan tersebut dimana kepala bayi belum
mencapai ukuran lahir normal. Beberapa predisposisi faktor resiko
meliputi ibu bertubuh kecil dengan kecurigaan bayi besar, DM, atau
makrosomia (Chapman, 2006)

c) Ketuban Pecah Dini

Ketuban Pecah Dini adalah keadaan pecahnya selaput ketuban sebelum


persalinan. Dalam keadaan normal, selaput ketuban pecah dalam proses
persalinan. Komplikasi yang timbul akibat Ketuban Pecah Dini
bergantung pada usia kehamilan. Dapat terjadi infeksi maternal ataupun
neonatal, persalinan prematur, hipoksia karena kompresi tali pusat,
deformitas janin, meningkatnya insiden seksio sesarea atau gagalnya
persalinan normal.(Sarwono, 2008).

3) Power

a) Kelainan His

Faktor power atau his dan kekuatan yang mendorong janin keluar adalah
faktor yang sangat penting dalam proses persalinan, his yang tidak normal
baik kekuatan maupun sifatnya dapat menghambat kelancaran persalinan.
Beberapa bentuk kelainan his yang dapat terjadi pada persalinan adalah :

7
(1) Inersia Uteri

Inersia uteri adalah kelainan his yang kekuatannya tidak adekuat untuk
melakukan pembukaan serviks atau mendorong janin keluar. Sifat his
biasa yaitu kontraksi dari fundus lebih kuat dan lebih dulu dari bagian lain
dan peranan fundus tetap menonjol, tetapi kekuatannya lemah,
frekwensinya jarang dan durasinya lebih singkat, dibagi menjadi :

(a) Inersia Uteri Primer

Terjadi pada awal fase laten, sejak permulaan his tidak kuat,hal
ini harus dibedakan dengan his pendahuluan yang juga lemah dan
kadang menjadi hilang (fase labour).

(b) Inersia Uteri Sekunder

Terjadi pada fase aktif atau kala I dan II. Pada permulaan his baik,
kuat dan teratur tapi dalam keadaan lebih lanjut terjadi inersia
uteri, his menjadi lemah kembali. Diagnosa inersia uteri
memerlukan pengalaman dan pengawasan yang teliti terhadap
persalinan. Pada fase laten diagnosis akan lebih sulit, tetapi bila
sebelumnya telah ada his yang kuat dan lama, maka diagnosis
inersia uteri sekunder akan lebih mudah,. Inersia uteri
menyebabkan persalinan berlangsung lama dengan akibat-
akibatnya terhadap ibu (Manuaba, 1998)

b) Incoordinate uterine action

Adalah kelainan his pada persalinan berupa perubahan sifat his yang
berubah-ubah, tidak ada koordinasi dan sinkronisasi antar bagian atas,
bagian tengah dan bawah, sehingga his tidak efisien mengadakan

8
pembukaan serviks apalagi dalam pengeluaran janin, sehingga dapat
menyebabkan persalinan tidak maju (Cuningham, 2002)

c) Primitua

Partus kasep sering dijumpai pada kehamilan dengan umur lebih dari 35
tahun (Depkes, 2001). Umur lebih dari 35 tahun merupakan salah satu
penyebab dari berbagai komplikasi seperti kelainan his, yang berakibat
pada persalinan lama dan persalinan kasep (Manuaba, 1998)

d) Grandemiltipara Dan Perut Gantung

Pada grandemultipara sering didapatkan perut gantung, akibat regangan


uterus yang berulang-ulang karena kehamilan dan longgarnya ligamentum
yang memfiksasi uterus, sehingga uterus menjadi jatuh ke depan, disebut
perut gantung. Perut gantung dapat mengakibatkan terjadinya gangguan
his karenaposisi uterus yang menggantung ke depan sehingga
bagianbawah janin tidak dapat menekan dan berhubungan langsung

serta rapat dengan segmen bawah rahim. Akhirnya partus dapat


berlangsung lama (Mochtar, 1998).

e) Usia

Usia ibu merupakan salah satu faktor resiko yang berhubungan dengan
kualitas kehamilan atau kesiapan ibu dalam reproduksi. Menurut
Wiknyosastro, 2002 menyatakan bahwa faktor ibu yang memperbesar

9
resiko kematian perinatal adalah pada ibu dengan umur lebih tua. Menurut
Mochtar, 1998 kelompok umur kurang dari 20 tahun dan lebih dari 35
tahun merupakan kelompok berisiko dan kelompok umur 20 sampai 35
tahun merupakan kelompok umur yang aman. Usia kurang dari 20 tahun
alat-alat reproduksi belum masak sehingga sering timbul komplikasi
persalinan. Umur lebih dari 35 tahun berhubungan dengan mulainya
terjadi regenerasi sel-sel tubuh terutama dalam hal ini adalah endometrium
akibat usia biologis jaringan dan adanya penyakit. Ibu hamil pada usia 36
tahun meskipun mental dan sosial ekonomi lebih mantap tapi fisik dan alat
reproduksinya sudah mengalami kemunduran, serviks menjadi kaku untuk

berdilatasi. Primipara dengan usia agak lanjut , kekakuan serviks yang


berlebihan dapat menjadi penyebab distosia dan persalinan lama
(Cuningham, 2001). Ibu primitua yaitu primigravida yang berumur diatas
35 tahun sering ditemui perinium yang kaku dan tidak elastis, hal tersebut
akan menghambat persalinan kala II dan dapat meningkatkan resiko
terhadap janin. Menurut Manuaba, usia reproduksi sehat adalah 20 tahun
sampai 35 tahun. Faktor umur disebut-sebut sebagai penyebab dan
predisposisi terjadinya berbagai komplikasi yang terjadi pada kehamilan
dan persalinan, antara lain penyebab kelainan his, atonia uteri, plasenta
previa,dan lain-lain (Wiknjosastro, 2002)

f) Paritas

Paritas adalah jumlah kehamilan dan persalinan yang telah mencapai batas
viabilitas tanpa memperhatikan jumlah anak apakah tunggal atau multipel.
Paritas adalah jumlah kehamilan dimana bayi yang dilahirkan mampu
hidup diluar kandungan.

Pembagian paritas terdiri dari:

10
(1) Primipara : bila seorang wanita pernah melahirkan satu kali janin
viabel, tanpa mengingat janinnya apakah hidup atau mati pada saat
lahir, juga ibu yang sedang in partu untuk anak 1

(2) Multipara : bila seorang wanita telah melahirkan dua kali sampai
empat kali janin yang mencapai batas viabel

(3) Grandemultipara : adalah wanita yang melahirkan lima orang anak


atau lebih Persalinan lama terutama pada primi biasanya berkenaan
dengan belum atau kurangnya persiapan dan perhatian dalam
menghadapi persalinan Pada grandemultipara sering didapatkan perut
gantung, akibat regangan uterus yang berulang-ulang karena
kehamilan dan longgarnya ligamentum yang memfiksasi uterus,
sehingga uterus menjadi jatuh ke depan, disebut perut gantung. Perut
gantung dapat mengakibatkan terjadinya gangguan his karena posisi
uterus yang megantung ke depan sehingga bagian bawah janin tidak
dapat menekan dan berhubungan langsung serta rapat dengan segmen
bawah rahim. Akhirnya partus dapat berlangsung lama
(Mochtar,1998).

3. PATOFISIOLOGI
Persalinan normal rata-rata berlangsung tidak lebih dari 24 jam dihitung awal
pembukaan sampai lahirnya anak. Apabila terjadi perpanjangan dari fase laten
(primi 20 jam, multi 14jam) dan fase aktif (primi 1,2 cm per jam, multi 1,5 cm per
jam) atau kala pengeluaran (primi 2 jam dan multi 1 jam), maka kemungkinan
akan timbul partus kasep.

Partus yang lama, apabila tidak segera diakhiri, akan menimbulkan:

11
 Kelelahan ibu. Karena mengejan terus, sedangkan intake kalori
biasanya kurang.

 Dehidrasi dan gangguan keseimbangan asam basa/elektrolit karena


intake cairan kurang.
 Infeksi rahim; terjadi bila ketuban pecah lama, sehingga terjadi
infeksi rahim yang dipermudah karena adanya manipulasi penolong
yang kurang steril.
 Perlukaan jalan lahir; terjadi karena adanya disproporsi kepala
panggul juga manipulasi dan dorongan dari penolong.
 Gawat janin sampai kematian janin karena asfiksia dalam rahim.

4. KLASIFIKASI
Harry Oxorn dan Willian R. Forte (1996) mengklasifikasikan partus lama menjadi
beberapa fase, yaitu :
1. Fase laten yang memanjang

Fase laten yang melampaui waktu 20 jam pada primigravida atau waktu 14
jam pada multipara merupakan keadaan abnormal. Sebab-sebab fase laten
yang panjang mencakup :

a. Serviks belum matang pada awal persalinan


b. Posisi janin abnormal
c. Disproporsi fetopelvik
d. Persalinan disfungsional
e. Pemberian sedatif yang berlebihan
Serviks yang belum matang hanya memperpanjang fase laten, dan
kebanyakan serviks akan membuka secara normal begitu terjadi pendataran.
Sekalipun fase laten berlangsung lebih dari 20 jam, banyak pasien mencapai
dilatasi serviks yang normal ketika fase aktif mulai. Meskipun fase laten itu
menjemukan, tapi fase ini tidak berbahaya bagi ibu atau pun anak.

2. Fase aktif yang memanjang pada primigravida

12
Para primigravida, fase aktif yang lebih panjang dari 12 jam merupakan
keadaan abnormal, yang lebih penting daripada panjangnya fase ini adalah
kecepatan dilatasi serviks. Pemanjangan fase aktif menyertai :
a. Malposisi janin
b. Disproporsi fetopelvik
c. Penggunaan sedatif dan analgesik secara sembrono
d. Ketuban pecah sebelum dimulainya persalinan
Keadaan ini diikuti oleh peningkatan kelahiran dengan forceps tengah,
secsio caesarea dan cedera atau kematian janin. Periode aktif yang
memanjang dapat dibagi menjadi dua kelompok klinis yang utama, yaitu
kelompok yang masih menunjukkan kemajuan persalinan sekalipun dilatasi
servik berlangsung lambat dan kelompok yang benar-benar mengalami
penghentian dilatasi serviks.

3. Fase aktif yang memanjang pada multiparas


Fase aktif pada multipara yang berlangsung lebih dari 6 jam (rata-rata 2,5
jam) dan laju dilatasi serviks yang kurang dari 1,5 cm per jam merupakan
keadaan abnormal. Meskipun partus lama pada multipara lebih jarang
dijumpai dibandingkan dengan primigravida, namum karena ketidakacuhan
dan perasaan aman yang palsu, keadaan tersebut bisa mengakibatkan
malapetaka.
Kelahiran normal yang terjadi di waktu lampau tidak berarti bahwa
kelahiran berikutnya pasti normal kembali. Pengamatan yang cermat, upaya
menghindari kelahiran pervaginam yang traumatik dan pertimbangan secsio
caesarea merupakan tindakan penting dalam penatalaksanaan permasalahan
ini. Berikut ini ciri-ciri partus lama pada multipara :
a. Insedensinya kurang dari 1%
b. Mortalitas perinatalnya lebih tinggi dibandingkan pada primigravida
dengan partus lama
c. Jumlah bayi besar bermakna
d. Malpresentasi menimbulkan permasalahan

13
e. Prolapsus funiculi merupakan komplikasi
f. Perdarahan postpartum berbahaya
g. Rupture uteri terjadi pada grande multipara
h. Sebagian besar kelahirannya berlangsung spontan pervaginam
i. Ekstraksi forceps tengah lebih sering dilakukan
j. Angka secsio caesarea tinggi, sekitar 25%.

5. DIAGNOSIS
Diagnosis Persalinan Lama (Menurut Prof. Dr. dr. Gulardi Hanifa Winkjosastro,
SPOG, 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal)
Tanda dan Gejala Klinis Diagnosis :

 Pembukaan serviks tidak didapatkan kontraksi uterus .


 Pembukaan serviks tidak melewati 4 cm sesudah 8 jam inpartu dengan his
yang teratur.
 Fase laten memanjang .
 Pembukaan servik melewati garis waspada partograf.
 Fase aktif memanjang .
Frekuensi dan lamanya kontraksi kurang dari 3 kontraksi per 10 menit dan
kurang dari 40 detik Inersia uteri .
 Pembukaan servik dan turunnya bagian janin yang dipresentasi tidak maju,
sedangkan his baik Disproporsi sefalopelvik .
 Pembukaan serviks dan turunnya bagian janin yang dipresentasi tidak maju
dengan caput, terdapat moulase hebat, edema serviks, tanda rupture uteri
imminens, fetal dan maternal distress Obstruksi kepala
 Kelainan presentasi (selain serviks dengan oksiput anterior) Malpresentasi
atau malposisi
 Pembukaan serviks lengkap, ibu ingin mengedan, tetapi tak ada kemajuan
penurunan Kala II lama

14
6. PROGNOSIS

Meskipun letak lintang dapat diubah menjadi presentasi kepala, tetapi


kelainan-kelainan yang menyebabkan letak lintang, misalnya panggul sempit,
tumor panggul dan plasenta previa, masih tetap dapat menimbulkan kelainan
pada persalinan. Faktor-faktor yang mempengaruhi kematian ibu dan janin pada
letak lintang, disamping kemungkinan terjadinya letak lintang kasep dan ruptura
uteri, juga sering akibat adanya tali pusat menumbung serta trauma akibat versi
ekstraksi untuk mengeluarkan janin.
Prognosis pada kehamilan letak lintang sangat dipengaruhi oleh
riwayat pemeriksaan kehamilan, kecepatan penegakkan diagnosa dan sarana-
prasarana kesehatan yang ada. Semakin lambat diagnosa letak lintang
ditegakkan, maka kemungkinan bayi akan tetap berada dalam posisi lintang
pada saat persalinan akan semakin besar. Sebagai perbandingan jika diagnosa
dibuat pada UK 20-25 minggu, ± 2,6 % akan tetap pada posisi lintang dan jika
diagnosa dibuat pada UK 36-40 minggu, ± 11,8 % akan tetap pada posisi lintang
. Di negara dengan sarana-prasarana yang sudah maju, angka kematian ibu dan
janin pada kasus letak lintang sudah cukup rendah. Namun, pada negara
tertinggal, berbagai komplikasi masih terjadi akibat tidak adanya fasilitas seksio
sesaria.

7. PENATALAKSANAAN
Menurut Harry Oxorn dan Willian R. Forte (1996), penatalaksanaan partus lama
antara lain :

1. Pencegahan

a. Persiapan kelahiran bayi dan perawatan prenatal yang baik akan


mengurangi insidensi partus lama.
b. Persalinan tidak boleh diinduksi atau dipaksakan kalau serviks belum
matang. Servik yang matang adalah servik yang panjangnya kurang dari
1,27 cm (0,5 inci), sudah mengalami pendataran, terbuka sehingga bisa
dimasuki sedikitnya satu jari dan lunak serta bisa dilebarkan.

2. Tindakan suportif

15
a. Selama persalinan, semangat pasien harus didukung. Kita harus
membesarkan hatinya dengan menghindari kata-kata yang dapat
menimbulkan kekhawatiran dalam diri pasien.
b. Intake cairan sedikitnya 2500 ml per hari. Pada semua partus lama, intake
cairan sebanyak ini di pertahankan melalui pemberian infus larutan
glukosa. Dehidrasi, dengan tanda adanya acetone dalam urine, harus
dicegah
c. Makanan yang dimakan dalam proses persalinan tidak akan tercerna
dengan baik. Makanan ini akan tertinggal dalam lambung sehingga
menimbulkan bahaya muntah dan aspirasi. Karena waktu itu, pada
persalinan yang berlangsung lama di pasang infus untuk pemberian
kalori.
d. Pengosongan kandung kemih dan usus harus memadai. Kandung kemih
dan rectum yang penuh tidak saja menimbulkan perasaan lebih mudah
cidera dibanding dalam keadaan kosong.
e. Meskipun wanita yang berada dalam proses persalinan, harus
diistirahatkan dengan pemberian sedatif dan rasa nyerinya diredakan
dengan pemberian analgetik, namun semua preparat ini harus digunakan
dengan bijaksana. Narcosis dalam jumlah yang berlebihan dapat
mengganggu kontraksi dan membahayakan bayinya.
f. Pemeriksaan rectal atau vaginal harus dikerjakan dengan frekuensi
sekecil mungkin. Pemeriksaan ini menyakiti pasien dan meningkatkan
resiko infeksi. Setiap pemeriksaan harus dilakukan dengan maksud yang
jelas.
g. Apabila hasil-hasil pemeriksaan menunjukkan adanya kemajuan dan
kelahiran diperkirakan terjadi dalam jangka waktu yang layak serta tidak
terdapat gawat janin ataupun ibu, tetapi suportif diberikan dan persalinan
dibiarkan berlangsung secara spontan.

3. Perawatan pendahuluan

16
Penatalaksanaan penderita dengan partus lama adalah sebagai berikut :

a. Suntikan Cortone acetate 100-200 mg intramuskular


b. Penisilin prokain : 1 juta IU intramuskular
c. Streptomisin 1 gr intramuskular
d. Infus cairan :

1) Larutan garam fisiologis

2) Larutan glukose 5-100% pada janin pertama : 1 liter/jam

e. Istirahat 1 jam untuk observasi, kecuali bila keadaan mengharuskan


untuk segera bertindak

4. Pertolongan

Dapat dilakukan partus spontan, ekstraksi vakum, ekstraksi forsep, manual


aid pada letak sungsang, embriotomi bila janin meninggal, seksio sesarea
dan lain-lain.

17
BAB III
MENEJEMEN ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN
MATERNAL DAN NEONATAL

1. S : subyektif

 Umur ibu / suami :Untuk mengetahui apakah umur ibu menentukan


diagnose kehamilan terlalu muda <16 tahun atau terlalu tua >35 tahun
lebih maka lebih banyak resikonya. Wanita kurang dari 16 tahun
pinggulnya belum cukup pertumbuhannya, sehingga menyebabkan
kesulitan untuk melahirkan. Wanita yang umurnya lebih dari 35 tahun,
badannya mungkin bisa kecapaian dan kurang lentur. Wanita sudah
berumur 40 tahun, ada kemungkinan ada kelambanan jiwanya
(Pusdiknakes, 2000; 143) Umur lebih dari 35 tahun merupakan salah satu
penyebab dari berbagai komplikasi seperti kelainan his, yang berakibat
pada persalinan lama dan persalinan kasep (Manuaba, 1998)
 Riwayat Kesehatan Yang Lalu :
Diabetes Melitus : dapat menyebabkan komplikasi bayi besar , dan
terjadinya CPD Cepalo Pelvik Disproportion bisa terjadi akibat pelvis
sempit dengan ukuran kepala janin normal atau pelvis normal dengan janin
besar atau kombinasi antara janin besar dengan pelvis sempit. dan luka
sulit sembuh (pada tindakan episiotomi). (Kebidanan Oxford, 2012)

 Status perkawinan : Untuk pertama kali menikah < 18 tahun, pinggulnya


belum cukup pertumbuhannya sehingga jika hamil berisiko terjadinya
partus kasep. Umur lebih dari 35 tahun merupakan salah satu penyebab
dari berbagai komplikasi seperti kelainan his, yang berakibat pada
persalinan lama dan persalinan kasep (Manuaba, 1998)
 Riwayat Kehamilan : Untuk mengetahui ada gangguan seperti muntah-
muntah, hipertensi, dan perdarahan pada saat hamil. Kehamilan keberapa
saat ini, apakah beresiko atau tidak terutama pada grandemultipara sering

18
didapatkan perut gantung, akibat regangan uterus yang berulang-ulang
karena kehamilan dan longgarnya ligamentum yang memfiksasi uterus,
sehingga uterus menjadi jatuh ke depan, disebut perut gantung. Perut
gantung dapat mengakibatkan terjadinya gangguan his karena posisi uterus
yang megantung ke depan sehingga bagian bawah janin tidak dapat
menekan dan berhubungan langsung serta rapat dengan segmen bawah
rahim. Akhirnya partus dapat berlangsung lama (Mochtar,1998). Untuk
mengetahui adakah riwayat kehamilan ganda atau tidak yang juga salah
satu penyebab partus kasep .
 Riwayat Persalinan: Cara persalinan (apakah menggunakan tenaga ibu
atau dengan bantuan alat), cara persalinan yang lalu dapat memberikan
gambaran mengenai ukuran panggul ibu.
 Ukuran janin (berat janin, panjang, lingkar kepala ), ukuran janin yang
kecil dapat meningkatkan resiko presentasi puncak kepala dibanding
ukuran janin normal.
 Usia kehamilan saat persalinan, dapat memberikan gambaran ukuran
panggul ibu. Pada ibu yang kelahiran sebelumnya pervaginam dengan
anak prematur tetap perlu dilakukan pengukuran ukuran panggul luar jika
ada indikasi.

2. O : objektif
 BB : Berat Ibu semasa hamil harus bertambah rata-rata 0,3 – 0,5 kg per
minggu. Bila dikaitkan dengan umur kehamilan, kenaikan berat badan
selam hamil muda ± 1 kg, selanjutnya tiap trimester (II dan III) masing-
masing bertambah 5 kg. Pada akhir kehamilan berat badan meningkat,
maka perlu difikirkan adanya resiko bengkak, kehamilan kembar, atau
anak besar.
 Tinggi Badan : Tinggi badan dibawah 145cm mengindikasikan panggul
sempit.
Pemeriksaan panggul luar: untuk mengetahui adanya kesempitan panggul.

- Distantia spinarum: Jarak anatara spina iliaca anterior superior kiri dan
kanan, normalnya 23-26 cm.

19
- Diatantia Cristarum : Jarak terjauh antara crista iliaca kanan dan kiri,
normalnya 26-29 cm.
- Conjugata externa (baundeloque) : jarak antara pinggir atas simfisis dan
ujung processus spinosus ruas tulang lumbal ke-V, nomalnya 18-20.
- Ukuran lingkar panggul : dari pinggir atas simfisis kepertengahan antara
spina iliaca anterior superior dan trocahanter mayor sepihak dan kembali di
pihak yang lain, normalnya 80-90 cm
- Panggul merupakan salah satu bagian yang penting dan mempengaruhi
proses persalinan disebut faktor passage. Berbagai kelainan panggul dapat
mengakibatkan persalinan berlangsung lama antara lain: kelainan bentuk
panggul dan kelainan ukuran panggul baik ukuran panggul luar maupun
ukuran panggul dalam.

3. A : analisa

Diagnosis Aktual : G_ P____ Ab__ UK…..minggu T/H/I, presentasi kepala,


dengan partus kasep

Masalah Aktual :
 Ibu merasa sedikit panik terjadi pengeluaran pervaginam lendir bercampur
darah.
 Ibu merasa kenceng kenceng semakin sering
 Ibu merasa kesakitan pada perut bagian bawah menjalar sampai kepinggang
., sudah di kompres hangat dan sudah di lakukan perpindahan posisi saat
tidur atau duduk tidak berkurang sama sekali
Diagnose Potensial :

Bagi ibu :

a. Kenaikan pada insidensi atonia uteri


b. Laserasi
c. Perdarahan

20
d. Infeksi
e. kelelahan ibu dan shock
f. Angka kelahiran dengan tindakan yang tinggi semakin memperburuk
bahaya bagi ibu.

Bagi Janin :

a. Asfiksia akibat partus lama itu sendiri


b. Trauma cerebri yang disebabkan oleh penekanan pada kepala janin
c. Cedera akibat tindakan ekstraksi dan rotasi dengan forceps yang sulit
d. Pecahnya ketuban lama sebelum kelahiran. Keadaan ini mengakibatkan
terinfeksinya cairan ketuban dan selanjutnya dapat membawa infeksi
paru-paru serta infeksi sistemik pada janin.

Masalah Potensial :
 Aktivitas ibu terganggu dan terjadinya ketakutan setelah kepanikan
 Rasa sakit yang semakin besar
 Ibu semakin keras berfikir berdampak kepada janin bisa mengakibatkan
terjadi FETAL DISTRESS
Kebutuhan Segera :
1. Beri dukungan pada ibu
2. Intake cairan sedikitnya 2500 ml per hari. Pada semua partus lama,
intake cairan sebanyak ini di pertahankan melalui pemberian infus
larutan glukosa. Dehidrasi, dengan tanda adanya acetone dalam urine,
harus dicegah
3. Rujuk ibu .
4. Jelaskan pada ibu dan keluarga tentang keadaan yang terjadi sekarang
dan kemungkinan yang akan datang
5. Libatkan keluarga dalam dukungan psikologis ibu
6. Observasi TTV

4. P : penatalaksanaan

21
Kolaborasi :
Melakukan kolaborasi dengan dokter spesialis ObGyn .

Rujukan :
Lakukan persiapkan rujukan untuk mengatasi keadaan gawat darurat dengan
prinsip BAKSO KUDA

- Bidan : memantau keadaan pasien selama perjalanan merujuk, menjelaskan


keadaan pasien pada pihak rumah sakit saat tiba di tempat rujukan jika
dibutuhkan.
- Alat : partus set dan hecting set, untuk persiapan jika ibu melahirkan di
perjalanan. Tabung oksigen dan infus set.
- Keluarga : untuk mendampingi ibu selama perjalanan merujuk, dan apabila
bidan memerlukan melakukan tindakan dapat mendapat persetujuan dengan
cepat.
- Surat : petugas di tempat rujukan, dapat segera mengambil tindakan berdasarkan
informasi dalam surat rujukan tersebut.
- Obat : oksitosin, infus RL terpasang di ekstremitas atas kiri pasien dengan
tetesan 20tpm, cairan infus cadangan RL atau RD (Ringer Dextrose) dengan
jumlah disesuaikan jarak rujukan, terpasang oksigen 4-6 liter/menit.
- Kendaraan : kendaraan perlu dipersiapkan untuk mengantar ibu ketempat
rujukan tepat waktu, dan aman.
- Uang : diperlukan untuk persiapan jika harus dilakukan tindakan yang
membutuhkan biaya di tempat rujukan, seperti sectio cecarea.
- Darah : membawa serta pendonor saat rujukan, untuk persiapan jika ibu
membutuhkan tranfusi darah.

22
BAB IV
PEMBAHASAN

Partus kasep merupakan satu fase akhir dari suatu persalinan yang telah berlangsung
lama dan tidak mengalami kemajuan sehingga timbul komplikasi pada ibu, janin atau
keduanya.

Apabila terjadi perpanjangan dari fase laten (pada primipara 20 jam, multipara 14 jam)
dan fase aktif (pada primipara 1,2 cm per jam dan 1,5 cm perjam pada multipara) atau
kala pengeluaran (primipara 2 jam dan multipara 1 jam), maka kemungkinan dapat
terjadi partus kasep. .
Penyebab pa rtus kas ep mul tikompleks

Data subyektif yang terfokus pada partus kasep yaitu meliputi : usia, riwayat kesehtan
yang lalu (diabetes), status perkawinan, riwayat kehamilan, riwayat persalinan, ukuran
janin, usia kehamilan saat persalinan.

Dari data subyektif yang didapatkan dari pasien kita bisa mulai mengidentifikasi apakah
ibu hamil tersebut berisiko atau tidak. Kemudain kita juga bisa memperkuat identifikasi
melalui data obyektif yang dilakukan dengan pemeriksaan pada ibu hamil.

Data yang terfokus pada ibu dengan partus kasep yaitu meliputi : berat badan, tinggi
badan, ukuran panggul.

Jika kita sudah dapat mengidentifikasi bahwa pasien berisiko pada partus kasep, atau pada
saat ibu dalam kala II tapi sampai terjadi komplikasi maka kita bisa membuat hasil analis
sebagai berikut:

 Beri dukungan pada ibu


 Intake cairan sedikitnya 2500 ml per hari. Pada semua partus lama, intake cairan
sebanyak ini di pertahankan melalui pemberian infus larutan glukosa. Dehidrasi,
dengan tanda adanya acetone dalam urine, harus dicegah.
 Observasi TTV
 Jelaskan pada ibu dan keluarga tentang keadaan yang terjadi sekarang dan
kemungkinan yang akan datang
 Libatkan keluarga dalam dukungan psikologis ibu

23
 Rujuk ibu .
Kolaborasi :
Melakukan kolaborasi dengan dokter spesialis ObGyn .

Rujukan :
Lakukan persiapkan rujukan untuk mengatasi keadaan gawat darurat dengan
prinsip BAKSO KUDA (Bidan, Alat, Keluarga, Surat, Obat, Kendaraan, Uang,
Darah)

24
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa partus lama disebut juga dengan
partus kasep dan partus terlantar. Partus lama adalah persalinan yang berlangsung lebih
dari 24 jam pada primi, dan lebih dari 18 jam pada multi. Bila persalinan berlangsung
lama, dapat menimbulkan komplikasi- komplikasi baik pada terhadap ibu maupun
terhadap anak. Dan dapat meningkatkan angka kematian ibu dan anak.
Adapun gejala dari partus lama ini yang berdampak pada ibu adalah ibu mengalami
gelisah,letih,suhu badan meningkat,berkeringat,nadi cepat, pernafasan cepat, dan
meteorismus. Di daerah lokal sering dijumpai lingkaran Bandle tinggi, edema vulva
,edema serviks, cairan ketuban berbau, terdapat mekonium. Dan pada bayi adalah denyut
jantung janin cepat/hebat/tidak teratur, bahkan negatif. Air ketuban terdapat mekonium,
kental kehijauan, berbau. Caput sucsadaneum yang besar. Moulage kepala yang hebat,
kematian janin dalam kandungan (KJDK) ,Kematian janin intra partal (KJIP).
B. Saran
Semoga makalah ini di harapkan bermanfaat bagi pembaca dan kami menyadari
bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna. Maka dari itu kami mengharapkan kritik dan
saran membangun demi perbaikan makalah kami selanjutnya.

25
DAFTAR PUSTAKA

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.2013. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di


Fasilitas Kesehatan Dasar Dan Rujukan. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia

Kriebs, Jan M dan Gegor, Carolyn L. 2010. Varney’s Pocket Midwife. Jakarta: EGC.

Medforth, Janet. 2012. Kebidanan Oxford: dari Bidan untuk bidan. Jakarta: EGC.

Prawirohardjo, Sarwono. 2010. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal


dan Neonatal. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Rukiyah, Ai Yeyeh.2010.ASUHAN KEBIDANAN IV (Patologi Kebidanan).Jakarta : TIM

Leveno J, Kenneth.2012.Obstetrin Williams paduan ringkas.Jakarta : EGC

26

Anda mungkin juga menyukai