PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Partus kasep adalah suatu persalinan yang mengalami kemacetan
danberlangsung lama sehingga timbul komplikasi pada anak, komplikasi pada
ibu,atau didapatkan adanya infeksi intrauterin. Proses persalinan dipengaruhi oleh
3faktor yang berperan yaitu kekuatan mendorong janin keluar (power ), yangmeliputi
his (kekuatan uterus), kontraksi otot dinding perut, dan kontraksidiafragma. Faktor
lain adalah faktor janin (passanger), faktor jalan lahir (passage) dan faktor penolong
serta faktor psikis (Mochtar, 1998)
Apabila semua faktor ini dalam keadaan baik, sehat dan seimbang, makaproses
persalinan akan berlangsung dengan baik. Namun apabila salah satu darifaktor
tersebut mengalami kelainan, misalnya keadaan yang menyebabkan histidak
adekuat, kelainan pada bayi, kelainan jalan lahir, kelainan penolongataupun
gangguan psikis maka persalinan tidak dapat berjalan secara baik.Persalinan yang
mengalami kesulitan untuk berjalan spontan normal jugadipengaruhi berbagai faktor
yang kompleks, misalnya ketidaktahuan akanbahaya persalinan, keterampilan yang
kurang, sarana yang tidak memadai,masih tebalnya kepercayaan pada dukun serta
rendahnya pendidikan danrendahnya keadaan sosial ekonomi rakyat (Kusumawati,
2006)
Partus lama masih merupakan suatu masalah di Indonesia. Berdasar hasil
Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SKDI) tahun 2002-2003dilaporkan
bahwa dari seluruh persalinan, kejadian persalinan lama adalahsebesar 31%,
perdarahan berlebihan terjadi pada 7% persalinan, dan angkakejadian infeksi sebesar
5%. Sementara ibu yang tidak mengalami komplikasiselama persalinan adalah
sebesar 64%. Berdasar survei ini, maka pelayanankesehatan ibu di Indonesia masih
perlu peningkatan pelayanan dan harus dibenahi dengan berbagai pendekatan
(Kusumawati, 2006)
1
BAB II
TINJAUAN TEORI
1. PENGERTIAN
Partus kasep merupakan satu fase akhir dari suatu persalinan yang telah
berlangsung lama dan tidak mengalami kemajuan sehingga timbul komplikasi
pada ibu, janin atau keduanya. Persalinan normal rata-rata berlangsung tidak lebih
dari 24 jam dihitung dari awal pembukaan sampai lahirnya anak. Apabila terjadi
perpanjangan dari fase laten (pada primipara 20 jam, multipara 14 jam) dan fase
aktif (pada primipara 1,2 cm per jam dan 1,5 cm perjam pada multipara) atau kala
pengeluaran (primipara 2 jam dan multipara 1 jam), maka kemungkinan dapat
terjadi partus kasep.
2. ETIOLOGI
Penyebab partus kasep multikompleks, yang berhubungan dengan pengawasan
pada waktu hamil dan penatalaksanaan pertolongan persalinan. Penyebab
kemacetan dapat terjadi karena:
1) Passanger
Letak dan presentasi janin dalam rahim merupakan salah satu faktor
penting yang berpengaruh terhadap proses persalinan, menurut Manuaba
(1998) 95% persalinan terjadi dengan letak belakang kepala. Mekanisme
persalinan merupakan suatu proses dimana kepala janin berusaha
meloloskan diri dari ruang pelvik dengan menyesuaikan ukuran kepala
janin dengan ukuran pelvik melalui proses sinklitismus, sinklitismus
posterior, sinklitismus anterior,fleksi maksimal, rotasi internal, ekstensi,
ekspulsi, rotasi eksternal dan ekspulsi total, namun pada beberapa kasus
proses ini tidak berlangsung dengan sempurna, karena adanya kelainan
letak dan presentasi sehingga proses tersebut pada umumnya berlangsung
lama, akibat ukuran dan posisi kepala janin selain presentasi belakang
yang tidak sesuai dengan ukuran rongga panggul (Wiknjosastro, 2002).
2
(1) Posisi Oksipitalis Posterior Persisten.
Adalah keadaan dimana puncak kepala merupakan bagian terendah, hal ini
terjadi apabila derajat defleksinya ringan. Pada umumnya presentasi
puncak kepala merupakan kedudukan sementara yang kemudian berubah
menjadi presentasi belakang kepala. Mekanisme persalinannya hampir
sama dengan posisi oksipitalis posterior persistens, sehingga keduanya
sering kali dikacaukan satu dengan yang lainnya.
3
Adalah keadaan dimana kedudukan kepala berada diantara fleksi
maksimal dan defleksi maksimal, sehingga dah merupakan bagian
terendah. Pada umumnya presentasi dahi ini merupakan kedudukan yang
bersifat sementara dan sebagian besar akan berubah menjadi presentasi
muka dan presentasi belakang kepala. Komplikasi yang bisa terjadi pada
presentasi dahi adalah partus kasep, robekan hebat dan ruptur uteri,
sedangkan pada anak mortalitas tinggi, saat memimpin persalinan harus
diobservasi apakah dapat lahir spontan, bila ada indikasi dan syarat
terpenuhi lakukan ekstrasi forsep atau vacum, bila ada indikasi lakukan
sectio caesaria (Wiknjosastro,2002).
4
ini dagu berada dibelakang dan menetap, janin cukup bulan tidak mungkin
lahir pervaginam, kecuali janin mati, kesulitan kelahiran disebabkan
kepala sudah berada dalam defleksi maksimal dan tidak mungkin
menambah defleksinya lagi sehingga kepala dan badan terjepit dalam
panggul dan persalinan tidak akan maju. Tetapi persalinandapat dilakukan
dengan vacum ekstraksi, forcep atau sectio caesaria.
5
ukuran terbesar tidak bisa melalui jalan lahir, kecuali pada anak kecil
(prematur) atau anak yang sudah mati dan menjadi lembek, keadaan ini
dapatberakibat pada terjadinya ruptur uteri, partus lama, KPD dan sudah
terjadi infeksi, pada anak trauma partus, hipoksia, prolaps tali pusat dan
KPD (Cuningham, 1995).
Pada kehamilan ganda sering terjadi kesalahan presentasi dan posisi kedua
janin, sehingga proses persalinan berlangsung lama. Beberapa kombinasi
posisi yang sering dijumpai adalah kedua janin dalam letak membujur,
letak membujur presentasi bokong, letak lintang dan presentasi bokong
dan lain-lain.
(b) Berat badan ditaksir melalui palpasi kepala pada abdomen (butuh
pengalaman lama)
2) Passage
6
a) Kelainan-Kelainan Panggul
3) Power
a) Kelainan His
Faktor power atau his dan kekuatan yang mendorong janin keluar adalah
faktor yang sangat penting dalam proses persalinan, his yang tidak normal
baik kekuatan maupun sifatnya dapat menghambat kelancaran persalinan.
Beberapa bentuk kelainan his yang dapat terjadi pada persalinan adalah :
7
(1) Inersia Uteri
Inersia uteri adalah kelainan his yang kekuatannya tidak adekuat untuk
melakukan pembukaan serviks atau mendorong janin keluar. Sifat his
biasa yaitu kontraksi dari fundus lebih kuat dan lebih dulu dari bagian lain
dan peranan fundus tetap menonjol, tetapi kekuatannya lemah,
frekwensinya jarang dan durasinya lebih singkat, dibagi menjadi :
Terjadi pada awal fase laten, sejak permulaan his tidak kuat,hal
ini harus dibedakan dengan his pendahuluan yang juga lemah dan
kadang menjadi hilang (fase labour).
Terjadi pada fase aktif atau kala I dan II. Pada permulaan his baik,
kuat dan teratur tapi dalam keadaan lebih lanjut terjadi inersia
uteri, his menjadi lemah kembali. Diagnosa inersia uteri
memerlukan pengalaman dan pengawasan yang teliti terhadap
persalinan. Pada fase laten diagnosis akan lebih sulit, tetapi bila
sebelumnya telah ada his yang kuat dan lama, maka diagnosis
inersia uteri sekunder akan lebih mudah,. Inersia uteri
menyebabkan persalinan berlangsung lama dengan akibat-
akibatnya terhadap ibu (Manuaba, 1998)
Adalah kelainan his pada persalinan berupa perubahan sifat his yang
berubah-ubah, tidak ada koordinasi dan sinkronisasi antar bagian atas,
bagian tengah dan bawah, sehingga his tidak efisien mengadakan
8
pembukaan serviks apalagi dalam pengeluaran janin, sehingga dapat
menyebabkan persalinan tidak maju (Cuningham, 2002)
c) Primitua
Partus kasep sering dijumpai pada kehamilan dengan umur lebih dari 35
tahun (Depkes, 2001). Umur lebih dari 35 tahun merupakan salah satu
penyebab dari berbagai komplikasi seperti kelainan his, yang berakibat
pada persalinan lama dan persalinan kasep (Manuaba, 1998)
e) Usia
Usia ibu merupakan salah satu faktor resiko yang berhubungan dengan
kualitas kehamilan atau kesiapan ibu dalam reproduksi. Menurut
Wiknyosastro, 2002 menyatakan bahwa faktor ibu yang memperbesar
9
resiko kematian perinatal adalah pada ibu dengan umur lebih tua. Menurut
Mochtar, 1998 kelompok umur kurang dari 20 tahun dan lebih dari 35
tahun merupakan kelompok berisiko dan kelompok umur 20 sampai 35
tahun merupakan kelompok umur yang aman. Usia kurang dari 20 tahun
alat-alat reproduksi belum masak sehingga sering timbul komplikasi
persalinan. Umur lebih dari 35 tahun berhubungan dengan mulainya
terjadi regenerasi sel-sel tubuh terutama dalam hal ini adalah endometrium
akibat usia biologis jaringan dan adanya penyakit. Ibu hamil pada usia 36
tahun meskipun mental dan sosial ekonomi lebih mantap tapi fisik dan alat
reproduksinya sudah mengalami kemunduran, serviks menjadi kaku untuk
f) Paritas
Paritas adalah jumlah kehamilan dan persalinan yang telah mencapai batas
viabilitas tanpa memperhatikan jumlah anak apakah tunggal atau multipel.
Paritas adalah jumlah kehamilan dimana bayi yang dilahirkan mampu
hidup diluar kandungan.
10
(1) Primipara : bila seorang wanita pernah melahirkan satu kali janin
viabel, tanpa mengingat janinnya apakah hidup atau mati pada saat
lahir, juga ibu yang sedang in partu untuk anak 1
(2) Multipara : bila seorang wanita telah melahirkan dua kali sampai
empat kali janin yang mencapai batas viabel
3. PATOFISIOLOGI
Persalinan normal rata-rata berlangsung tidak lebih dari 24 jam dihitung awal
pembukaan sampai lahirnya anak. Apabila terjadi perpanjangan dari fase laten
(primi 20 jam, multi 14jam) dan fase aktif (primi 1,2 cm per jam, multi 1,5 cm per
jam) atau kala pengeluaran (primi 2 jam dan multi 1 jam), maka kemungkinan
akan timbul partus kasep.
11
Kelelahan ibu. Karena mengejan terus, sedangkan intake kalori
biasanya kurang.
4. KLASIFIKASI
Harry Oxorn dan Willian R. Forte (1996) mengklasifikasikan partus lama menjadi
beberapa fase, yaitu :
1. Fase laten yang memanjang
Fase laten yang melampaui waktu 20 jam pada primigravida atau waktu 14
jam pada multipara merupakan keadaan abnormal. Sebab-sebab fase laten
yang panjang mencakup :
12
Para primigravida, fase aktif yang lebih panjang dari 12 jam merupakan
keadaan abnormal, yang lebih penting daripada panjangnya fase ini adalah
kecepatan dilatasi serviks. Pemanjangan fase aktif menyertai :
a. Malposisi janin
b. Disproporsi fetopelvik
c. Penggunaan sedatif dan analgesik secara sembrono
d. Ketuban pecah sebelum dimulainya persalinan
Keadaan ini diikuti oleh peningkatan kelahiran dengan forceps tengah,
secsio caesarea dan cedera atau kematian janin. Periode aktif yang
memanjang dapat dibagi menjadi dua kelompok klinis yang utama, yaitu
kelompok yang masih menunjukkan kemajuan persalinan sekalipun dilatasi
servik berlangsung lambat dan kelompok yang benar-benar mengalami
penghentian dilatasi serviks.
13
e. Prolapsus funiculi merupakan komplikasi
f. Perdarahan postpartum berbahaya
g. Rupture uteri terjadi pada grande multipara
h. Sebagian besar kelahirannya berlangsung spontan pervaginam
i. Ekstraksi forceps tengah lebih sering dilakukan
j. Angka secsio caesarea tinggi, sekitar 25%.
5. DIAGNOSIS
Diagnosis Persalinan Lama (Menurut Prof. Dr. dr. Gulardi Hanifa Winkjosastro,
SPOG, 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal)
Tanda dan Gejala Klinis Diagnosis :
14
6. PROGNOSIS
7. PENATALAKSANAAN
Menurut Harry Oxorn dan Willian R. Forte (1996), penatalaksanaan partus lama
antara lain :
1. Pencegahan
2. Tindakan suportif
15
a. Selama persalinan, semangat pasien harus didukung. Kita harus
membesarkan hatinya dengan menghindari kata-kata yang dapat
menimbulkan kekhawatiran dalam diri pasien.
b. Intake cairan sedikitnya 2500 ml per hari. Pada semua partus lama, intake
cairan sebanyak ini di pertahankan melalui pemberian infus larutan
glukosa. Dehidrasi, dengan tanda adanya acetone dalam urine, harus
dicegah
c. Makanan yang dimakan dalam proses persalinan tidak akan tercerna
dengan baik. Makanan ini akan tertinggal dalam lambung sehingga
menimbulkan bahaya muntah dan aspirasi. Karena waktu itu, pada
persalinan yang berlangsung lama di pasang infus untuk pemberian
kalori.
d. Pengosongan kandung kemih dan usus harus memadai. Kandung kemih
dan rectum yang penuh tidak saja menimbulkan perasaan lebih mudah
cidera dibanding dalam keadaan kosong.
e. Meskipun wanita yang berada dalam proses persalinan, harus
diistirahatkan dengan pemberian sedatif dan rasa nyerinya diredakan
dengan pemberian analgetik, namun semua preparat ini harus digunakan
dengan bijaksana. Narcosis dalam jumlah yang berlebihan dapat
mengganggu kontraksi dan membahayakan bayinya.
f. Pemeriksaan rectal atau vaginal harus dikerjakan dengan frekuensi
sekecil mungkin. Pemeriksaan ini menyakiti pasien dan meningkatkan
resiko infeksi. Setiap pemeriksaan harus dilakukan dengan maksud yang
jelas.
g. Apabila hasil-hasil pemeriksaan menunjukkan adanya kemajuan dan
kelahiran diperkirakan terjadi dalam jangka waktu yang layak serta tidak
terdapat gawat janin ataupun ibu, tetapi suportif diberikan dan persalinan
dibiarkan berlangsung secara spontan.
3. Perawatan pendahuluan
16
Penatalaksanaan penderita dengan partus lama adalah sebagai berikut :
4. Pertolongan
17
BAB III
MENEJEMEN ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN
MATERNAL DAN NEONATAL
1. S : subyektif
18
didapatkan perut gantung, akibat regangan uterus yang berulang-ulang
karena kehamilan dan longgarnya ligamentum yang memfiksasi uterus,
sehingga uterus menjadi jatuh ke depan, disebut perut gantung. Perut
gantung dapat mengakibatkan terjadinya gangguan his karena posisi uterus
yang megantung ke depan sehingga bagian bawah janin tidak dapat
menekan dan berhubungan langsung serta rapat dengan segmen bawah
rahim. Akhirnya partus dapat berlangsung lama (Mochtar,1998). Untuk
mengetahui adakah riwayat kehamilan ganda atau tidak yang juga salah
satu penyebab partus kasep .
Riwayat Persalinan: Cara persalinan (apakah menggunakan tenaga ibu
atau dengan bantuan alat), cara persalinan yang lalu dapat memberikan
gambaran mengenai ukuran panggul ibu.
Ukuran janin (berat janin, panjang, lingkar kepala ), ukuran janin yang
kecil dapat meningkatkan resiko presentasi puncak kepala dibanding
ukuran janin normal.
Usia kehamilan saat persalinan, dapat memberikan gambaran ukuran
panggul ibu. Pada ibu yang kelahiran sebelumnya pervaginam dengan
anak prematur tetap perlu dilakukan pengukuran ukuran panggul luar jika
ada indikasi.
2. O : objektif
BB : Berat Ibu semasa hamil harus bertambah rata-rata 0,3 – 0,5 kg per
minggu. Bila dikaitkan dengan umur kehamilan, kenaikan berat badan
selam hamil muda ± 1 kg, selanjutnya tiap trimester (II dan III) masing-
masing bertambah 5 kg. Pada akhir kehamilan berat badan meningkat,
maka perlu difikirkan adanya resiko bengkak, kehamilan kembar, atau
anak besar.
Tinggi Badan : Tinggi badan dibawah 145cm mengindikasikan panggul
sempit.
Pemeriksaan panggul luar: untuk mengetahui adanya kesempitan panggul.
- Distantia spinarum: Jarak anatara spina iliaca anterior superior kiri dan
kanan, normalnya 23-26 cm.
19
- Diatantia Cristarum : Jarak terjauh antara crista iliaca kanan dan kiri,
normalnya 26-29 cm.
- Conjugata externa (baundeloque) : jarak antara pinggir atas simfisis dan
ujung processus spinosus ruas tulang lumbal ke-V, nomalnya 18-20.
- Ukuran lingkar panggul : dari pinggir atas simfisis kepertengahan antara
spina iliaca anterior superior dan trocahanter mayor sepihak dan kembali di
pihak yang lain, normalnya 80-90 cm
- Panggul merupakan salah satu bagian yang penting dan mempengaruhi
proses persalinan disebut faktor passage. Berbagai kelainan panggul dapat
mengakibatkan persalinan berlangsung lama antara lain: kelainan bentuk
panggul dan kelainan ukuran panggul baik ukuran panggul luar maupun
ukuran panggul dalam.
3. A : analisa
Masalah Aktual :
Ibu merasa sedikit panik terjadi pengeluaran pervaginam lendir bercampur
darah.
Ibu merasa kenceng kenceng semakin sering
Ibu merasa kesakitan pada perut bagian bawah menjalar sampai kepinggang
., sudah di kompres hangat dan sudah di lakukan perpindahan posisi saat
tidur atau duduk tidak berkurang sama sekali
Diagnose Potensial :
Bagi ibu :
20
d. Infeksi
e. kelelahan ibu dan shock
f. Angka kelahiran dengan tindakan yang tinggi semakin memperburuk
bahaya bagi ibu.
Bagi Janin :
Masalah Potensial :
Aktivitas ibu terganggu dan terjadinya ketakutan setelah kepanikan
Rasa sakit yang semakin besar
Ibu semakin keras berfikir berdampak kepada janin bisa mengakibatkan
terjadi FETAL DISTRESS
Kebutuhan Segera :
1. Beri dukungan pada ibu
2. Intake cairan sedikitnya 2500 ml per hari. Pada semua partus lama,
intake cairan sebanyak ini di pertahankan melalui pemberian infus
larutan glukosa. Dehidrasi, dengan tanda adanya acetone dalam urine,
harus dicegah
3. Rujuk ibu .
4. Jelaskan pada ibu dan keluarga tentang keadaan yang terjadi sekarang
dan kemungkinan yang akan datang
5. Libatkan keluarga dalam dukungan psikologis ibu
6. Observasi TTV
4. P : penatalaksanaan
21
Kolaborasi :
Melakukan kolaborasi dengan dokter spesialis ObGyn .
Rujukan :
Lakukan persiapkan rujukan untuk mengatasi keadaan gawat darurat dengan
prinsip BAKSO KUDA
22
BAB IV
PEMBAHASAN
Partus kasep merupakan satu fase akhir dari suatu persalinan yang telah berlangsung
lama dan tidak mengalami kemajuan sehingga timbul komplikasi pada ibu, janin atau
keduanya.
Apabila terjadi perpanjangan dari fase laten (pada primipara 20 jam, multipara 14 jam)
dan fase aktif (pada primipara 1,2 cm per jam dan 1,5 cm perjam pada multipara) atau
kala pengeluaran (primipara 2 jam dan multipara 1 jam), maka kemungkinan dapat
terjadi partus kasep. .
Penyebab pa rtus kas ep mul tikompleks
Data subyektif yang terfokus pada partus kasep yaitu meliputi : usia, riwayat kesehtan
yang lalu (diabetes), status perkawinan, riwayat kehamilan, riwayat persalinan, ukuran
janin, usia kehamilan saat persalinan.
Dari data subyektif yang didapatkan dari pasien kita bisa mulai mengidentifikasi apakah
ibu hamil tersebut berisiko atau tidak. Kemudain kita juga bisa memperkuat identifikasi
melalui data obyektif yang dilakukan dengan pemeriksaan pada ibu hamil.
Data yang terfokus pada ibu dengan partus kasep yaitu meliputi : berat badan, tinggi
badan, ukuran panggul.
Jika kita sudah dapat mengidentifikasi bahwa pasien berisiko pada partus kasep, atau pada
saat ibu dalam kala II tapi sampai terjadi komplikasi maka kita bisa membuat hasil analis
sebagai berikut:
23
Rujuk ibu .
Kolaborasi :
Melakukan kolaborasi dengan dokter spesialis ObGyn .
Rujukan :
Lakukan persiapkan rujukan untuk mengatasi keadaan gawat darurat dengan
prinsip BAKSO KUDA (Bidan, Alat, Keluarga, Surat, Obat, Kendaraan, Uang,
Darah)
24
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa partus lama disebut juga dengan
partus kasep dan partus terlantar. Partus lama adalah persalinan yang berlangsung lebih
dari 24 jam pada primi, dan lebih dari 18 jam pada multi. Bila persalinan berlangsung
lama, dapat menimbulkan komplikasi- komplikasi baik pada terhadap ibu maupun
terhadap anak. Dan dapat meningkatkan angka kematian ibu dan anak.
Adapun gejala dari partus lama ini yang berdampak pada ibu adalah ibu mengalami
gelisah,letih,suhu badan meningkat,berkeringat,nadi cepat, pernafasan cepat, dan
meteorismus. Di daerah lokal sering dijumpai lingkaran Bandle tinggi, edema vulva
,edema serviks, cairan ketuban berbau, terdapat mekonium. Dan pada bayi adalah denyut
jantung janin cepat/hebat/tidak teratur, bahkan negatif. Air ketuban terdapat mekonium,
kental kehijauan, berbau. Caput sucsadaneum yang besar. Moulage kepala yang hebat,
kematian janin dalam kandungan (KJDK) ,Kematian janin intra partal (KJIP).
B. Saran
Semoga makalah ini di harapkan bermanfaat bagi pembaca dan kami menyadari
bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna. Maka dari itu kami mengharapkan kritik dan
saran membangun demi perbaikan makalah kami selanjutnya.
25
DAFTAR PUSTAKA
Kriebs, Jan M dan Gegor, Carolyn L. 2010. Varney’s Pocket Midwife. Jakarta: EGC.
Medforth, Janet. 2012. Kebidanan Oxford: dari Bidan untuk bidan. Jakarta: EGC.
26