Anda di halaman 1dari 11

EKSEKUSI HAK MILIK ATAS RUMAH MELALUI LELANG

EKSEKUTORIAL

OBER GOKLAS SIHITE (150200419)


Fakultas Hukum, Universitas Sumatera Utara
Jalan Universitas No. 4 Kampus USU, Medan 20155, Indonesia
Tel/Fax : 082165719284 Email: Obersihite@yahoo.com

ABSTRAK
Setiap orang pasti mendambakan memiliki rumah sendiri. Secara umum, rumah dapat
diartikan sebagai tempat untuk berlindung atau bernaung dari pengaruh keadaan alam
sekitarnya ( Hujan, Matahari, dll ) Serta merupakan tempat beristirahat setelah bertugas untuk
memenuhi kebutuhan sehari- hari. Rumah juga dapat sebagai investasi dimasa depan
dikarenakan nilai jual rumah yang terus meningkat seiring waktu dan juga dapat sebagai
penunjuk status sosial seseorang.
Peralihan Hak Milik atas rumah melalui Lelang memang bukan lagi hal yang asing
kita dengar karena praktik ini sudah banyak dilakukan. Hal yang dibahas dalam penelitian ini
adalah bagaimana sebenarnya praktik lelang tersebut dilakukan. Apa saja kelebihan dan
kelemahan Lelang eksekutorial tersebut. Apakah kedudukan si eksekutor lebih besar
kedudukannya dibanding dengan yang orang yang dieksekusi hak miliknya atau dengan kata
lain adilkah cara seperti ini?
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian Hukum Normatif
dengan tipe penelitian deskriptif. Data yang digunakana adalah data sekunder. Pengumpulan
data dilakukan dengan studi pustaka dan studi pustaka dan data yang terkumpul dianalisis
secara kualitatif.
Tujuan lelang adalah untuk menjual barang secepat mungkin tanpa memperhatikan
barang yang dijual. Penjual pada dasarnya memerlukan jasa promosi, menawarkan, dan
mengirimkan barang, namun hal ini tidak dapat dilakukan oleh Kantor Lelang Negara karena
adanya keterbatasan-keterbatasan tertentu.

Latar Belakang
Hak Milik adalah hak turun temurun, terkuat dan terpenuh yang dapat dipunyai orang
atas tanah dengan mengingat ketentuan pasa 6 UUPA. Hak Milik dikatakan hak yang turun
temurunk karena hak milik dapat diwariskan oleh pemegang hak kepada ahli warisnya. Hak
milik sebagai hak yang terkuat berarti hak tersebut tidak mudah hapus dan mudah
dipertahankan terhadap gangguan orang lain. Terpenuh berarti hak milik memberikan
wewenang paling luas dibandingkan hak-hak lain. Ini berarti hak milik dapat menjadi induk
dari hak-hak lainnya1Hak milik dapat diberikan kepada; warga negara Indonesia, badanbadan
hukum yang ditetapkan pemerintah, misalnya Bank Pemerintah, Badan Keagamaan, dan
Badan Sosial yang ditunjuk pemerintah
Kata lelang merupakan terjemahan dari bahasa Inggris, auction yang berasal dari
bahasa latin augere/auctus yang artinya meningkat (augment/to increase). Tak ada seorang
pun yang secara pasti mengetahui kapan pertama kali lelang dilaksanakan. Namun dapat
dipastikan bahwa penjualan secara lelang telah dilakukan ratusan tahun sebelum masehi.
Herodotus menulis bahwa sekitar 500 tahun Sebelum Masehi (SM), bangsa Yunani setiap
tahun telah sering melakukan wedding auction, yaitu lelang anak perempuan dewasa untuk
dijadikan sebagai istri. Pada masa itu, seorang anak perempuan tidak boleh dijual selain
dengan cara lelang. Sistem penawaran lelang dilakukan secara descending, yaitu dimulai dari
harga tertinggi dan dilanjutkan dengan penawaran harga yang semakin menurun sampai salah
seorang penawar ditetapkan sebagai pembeli, dengan catatan harga penawaran tersebut paling
sedikit sama dengan harga minimum (limit) yang ditetapkan oleh penjual. Pada wedding
auction ini, perempuan yang berwajah menarik akan memperoleh banyak penawaran dengan
harga tinggi. Sementara perempuan yang kurang menarik seringkali harus menambahkan mas
kawin atau menawarkan barang berharga kepada peserta agar bersedia mengajukan
penawaran sesuai dengan nilai limit sehingga dapat terjual lelang.2
Di Indonesia, sejarah Kelembagaan Lelang sudah cukup lama dikenal yaitu adanya
peraturan lelang (Vendu Reglement Staatblad tahun 1908 nomor 189) yang sampai saat ini
masih berlaku meskipun merupakan bentukan pemerintah Hindia Belanda. Peraturan
dimaksud tepatnya mulai diundangkan pada tangaal 1 April 1908. Untuk mengakomodir
kebutuhan masyarakat atau perkembangan ekonomi dan perkembangan hukum, pemerintah
harus berupaya melakukan terobosan atau regulasi dibidang lelang. Deregulasi dimaksud
antara lain adalah dimungkinkannya balai lelang swasta yang menangani khusus lelang
sukarela untuk terlibat dalam kegiatan lelang3

1
UU No. 5 Tahun 1960 ttg UUPA
2
Wahyu Hidayat, “ Sejarah Lelang Dunia ” diakses dari www.djkn.kemenkeu.go.id/2013/artikel/sejarah-lelang
3
Ibid
Lelang atas Rumah biasanya dilakukan oleh BANK. Pada dasarnya, kreditur (dalam
hal ini Bank) sebagai pemegang jaminan kebendaan mempunyai hak untuk mengeksekusi
barang jaminan untuk dijual secara lelang guna pembayaran utang debitur jika debitur lalai
melaksanakan kewajibannya berdasarkan perjanjian kredit atau biasa disebut dengan
wanprestasi.

Permasalahan
1.Apakah yang mendasari lelang eksekutorial tersebut ?
2. Untuk apakah Lelang diadakan ?

Metodologi
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian Hukum Normatif dengan tipe
penelitian deskriptif. Data yang digunakana adalah data sekunder. Pengumpulan data
dilakukan dengan studi pustaka dan studi pustaka dan data yang terkumpul dianalisis secara
kualitatif.

Pembahasan
Lelang adalah penjualan barang yang terbuka untuk umum dengan penawaran harga secara
tertulis dan/atau lisan yang semakin meningkat atau menurun untuk mencapai harga tertinggi,
yang didahului dengan Pengumuman Lelang.4

Pada dasarnya terdapat beberapa jenis Lelang, yaitu sebagai berikut:


a. Lelang Eksekusi adalah lelang untuk melaksanakan putusan atau penetapan pengadilan,
dokumen-dokumen yang dipersamakan dengan itu, dan/atau melaksanakan ketentuan dalam
peraturan perundang-undangan.
b. Lelang Non Eksekusi Wajib adalah lelang untuk melaksanakan penjualan barang yang
oleh peraturan perundang-undangan diharuskan dijual secara lelang.
c. Lelang Non Eksekusi Sukarela adalah lelang atas barang milik swasta, perseorangan atau
badan hukum/ badan usaha yang dilelang secara sukarela.5

4
Pasal 1 angka 1 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 27/PMK.06/2016 tentang Petunjuk Pelaksanaan Lelang
(“Permenkeu 27/2016”)
5
Ibid
Menurut Pasal 1313 KUH Perdata Perjanjian adalah Perbuatan dengan mana satu orang
atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih. Dari peristiwa ini,
timbullah suatu hubungan hukum antara dua orang atau lebih yang disebut Perikatan yang di
6
dalamya terdapat hak dan kewajiban masing-masing pihak. Dalam hal ini pihak yang
dimaksud adalah pihak yang menerima jaminan dan pemberi jaminan. Lelang terjadi sebagai
akibat salah satu pihak tidak menepati janji sesuai apa yang telah dipernjanjikan.

Pengertian kelalaian atau wanprestasi ada beberapa macam, yang meliputi:


1. Tidak melaksanakan isi perjanjian sebagaimana disanggupinya
2. Melaksanakan isi perjanjian namun tidak sebagaimana dijanjikan
3. Melaksanakan isi perjanjian namun terlambat
4. Melakukan sesuatu yang menurut perjanjian tidak boleh dilakukannya

Definisi Hak Tanggungan dapat ditemukan di Pasal 1 angka 1 di dalam UU No. 4


Tahun 1996, yaitu : “Hak Tanggungan atas tanah beserta benda-benda yang berkaitan dengan
tanah, yang selanjutnya disebut Hak Tanggungan, adalah hak jaminan yang dibebankan pada
hak atas tanah sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang
Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria, berikut atau tidak berikut benda-benda lain yang
merupakan satu kesatuan dengan tanah itu, untuk pelunasan hutang tertentu, yang
memberikan kedudukan yang diutamakan kepada kreditur tertentu terhadap krediturkreditur
lain”

Pada dasarnya, sebagaimana dikatakan dalam Pasal 6 Undang-Undang No. 4 Tahun


1996 tentang Hak Tanggungan Atas Tanah Beserta Benda-Benda Yang Berkaitan Dengan
Tanah (“UU Hak Tanggungan”), apabila debitor cidera janji, pemegang Hak Tanggungan
pertama mempunyai hak untuk menjual obyek Hak Tanggungan atas kekuasaan sendiri
melalui pelelangan umum serta mengambil pelunasan piutangnya dari hasil penjualan
tersebut.
Kata “jaminan” dalam peraturan perundang-undangan dapat dijumpai dalam Pasal 1131 KUH
Perdata dan Penjelasan Pasal 8 UU No. 10 Tahun 1998, namun dalam kedua peraturan
tersebut tidak menjelaskan apa yang dimaksud dengan jaminan. Meskipun demikian dari
ketentuan diatas dapat diketahui, bahwa jaminan erat hubungannya dengan masalah utang.

6
KUHPERDATA PASAL 1313
Bisaanya dalam perjanjian pinjam-meminjam uang, pihak kreditur meminta kepada debitur
agar menyediakan jaminan berupa sejumlah harta kekayaan untuk kepentingan pelunasan
utang, apabila setelah jangka waktu yang diperjanjikan ternyata debitur tidak melunasinya.7
Masalah jaminan dalam praktik perbankan ini sangat penting artinya terutama yang
berhubungan dengan kredit yang dilepas kepada nasabahnya. Dalam ketentuan Pasal 8 UU
No. 10 Tahun 1998 dinyatakan bahwa dalam memberikan kredit atau pembiayaan
berdasarkan prinsip syariah, bank umum wajib mempunyai keyakinan berdasarkan analisis
yang mendalam atas itikad dan kemampuan serta kesanggupan Nasabah Debitur untuk
melunasi utangnya atau mengembalikan pembiayaan dimaksud sesuai yang diperjanjikan.
Pasal 8 UU No. 10 Tahun 1998 mengemukakan bahwa berdasarkan analisis yang mendalam
atas itikad dan kemampuan serta kesanggupan Nasabah Debitur untuk melunasi utangnya
atau mengembalikan pembiayaan tersebut sesuai yang diperjanjikan itulah yang diartikan
sebagai Jaminan Kredit. 25 Selanjutnya Pasal 8 UU No. 10 Tahun 1998 menyatakan bahwa
untuk memperoleh keyakinan, sebelum memberikan kredit, bank harus melakukan penilaian
analisis terhadap watak, kemampuan, modal, agunan dan prospek usaha dari debitur. Dari
Pasal 8 tersebut dapat disimpulkan bahwa agunan itu hanya salah satu unsure dari jaminan
kredit. Bahkan dijelaskan pula bahwa bila berdasarkan unsure-unsur yang lain Bank telah
memperoleh keyakinan atas kemampuan debitur untuk mengembalikan utangnya, agunan
yang diserahkan hanya dapat berupa barang, proyek, atau hak tagih yang dibiayai dengan
kredit yang bersangkutan.
Kredit menurut Pasal 1 angka 2 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang
Perbankan sebagai-mana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998
tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan adalah:
“penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetuju-
an atau kesepakatan pinjam meminjam antara Bank dengan pihak lain yang mewajibkan
pihak peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah
bunga”. Pemberian kredit oleh lembaga keuangan kepada masyarakat akan diikuti dengan
suatu hubungan hukum dalam bentuk perjanjian berupa perjanjian kredit. Perjanjian
merupakan kesepakatan antara dua orang atau dua pihak, mengenai hal-hal pokok yang
menjadi objek dari perjanjian. Jadi, berdasarkan ketentuan Undang-Undang Hak Tanggungan
ini dimungkinkan adanya tanah dan bangunan, ataupun tanaman atau hasil karya yang
terdapat diatas tanah itu untuk dijaminkan terpisah dari tanahnya. Hal ini terjadi apabila

7
Gatot Supramono, Perbankan dan Masalah Kredit ( Jakarta: Djambatan, 1995) Hlm. 56
kepemilikan antara tanah dan bangunan, tanaman atau hasil karya tersebut tidak dimiliki oleh
satu orang. Kesimpulan secara jelas mengenai apa itu Hak Tanggungan adalah suatu hak
kebendaan yang harus dibuat dengan akta otentik dan didaftarkan serta bersifat assessoir dan
eksekutorial, yang diberikan oleh debitur kepada kreditur sebagai jaminan atas pembayaran
utang-utangnya yang berobjekan tanah dengan atau tanpa segala sesuatu yang ada diatas
tanah tersebut, yang memberikan hak prioritas bagi pemegangnya untuk mendapat
pembayaran utang terlebih dahulu daripada kreditur lainnya meskipun tidak harus yang
mendapat pertama, yang dapat dieksekusi melalui pelelangan umum atau bawah tangan atas
tagihantagihan dari kreditur pemegang hak tanggungan, dan yang mengikuti benda objek
jaminan ke manapun objek hak tanggungan tersebut dialihkan .
Pelelangan objek Hak Tanggungan erat kaitannya dengan wanprestasi dari debitur
terhadap kreditur. Wanprestasi yang dimaksud yaitu di dalam perjanjian kredit yang diikuti
dengan Hak Tanggungan, debitur sudah tidak mampu lagi atau tidak adanya itikad baik untuk
membayar kewajibannya kepada kreditur, sehingga barang jaminan yang di bebankan hak
tanggungan dijual kepada pihak lain untuk melunasi kewajiban debitur terhadap kreditur
(biasanya dengan proses lelang jaminan). Pada dasarnya ada banyak sebab terkait peralihan
hak atas tanah beberapa diantaranya yaitu:
1. Peralihan hak atas tanah karena pewarisan tanpa wasiat; dan
2. Peralihan hak atas tanah karena pemindahan hak, salah satu bentuk
pemindahan haknya bisa melalui proses jual beli, karena perbuatan hukum
pemindahan hak atas tanah yang bersangkutan sengaja dialihkan kepada pihak
lain8

Hak Tanggungan memberikan kedudukan yang diutamakan kepada kreditor


pemegang hak tanggungan terhadap kreditor-kreditor lain. Jika debitor cidera janji, kreditor
pemegang Hak Tanggungan berhak menjual melalui pelelangan umum tanah yang dijadikan
jaminan menurut peraturan perundang-undangan yang bersangkutan, dengan hak mendahului
daripada kreditor-kreditor yang lain. Kedudukan diutamakan tersebut sudah barang tentu
tidak mengurangi preferensi piutang-piutang Negara menurut ketentuan-ketentuan hukum
yang berlaku. Apabila debitor cidera janji, maka berdasarkan hak pemegang Hak
Tanggungan pertama untuk menjual obyek Hak Tanggungan sebagaimana, atau title
eksekutorial yang terdapat dalam sertipikat Hak Tanggungan sebagaimana dimaksud dalam

8
Begiyama Fahmi Zaki “KEPASTIAN HUKUM DALAM PELELANGAN OBJEK HAK TANGGUNGAN SECARA
ONLINE”. Vol 10 No.2, April-Juni 2016,373.
Pasal 14 ayat (2), obyek Hak Tanggungan dijual melalui pelelangan umum menurut cara
yang ditentukan dalam peraturan perundangundangan untuk pelunasan piutang pemegang
Hak Tanggungan dengan hak mendahului daripada kreditor-kreditor lainnya. Eksekusi
jaminan hak tanggungan pada dasarnya merupakan langkah terakhir yang dilakukan kreditor
selaku penerima hak tanggungan apabila debitor selaku pemberi hak tanggungan cidera
janaji. Eksekusi jaminan hak tanggungan baru bisa dilaksanakan, apabila debitor benar-benar
telah tidak mampu memenuhi kewajibannya membayar angsuran kredit atau hutang atau
pinjaman kepada kreditor berdasarkan perjanjian kredit atau perjanjian hutang atau perjanjian
pinjaman yang telah disepakati bersama. Pada posisi demikian, kreditor dalam melaksanakan
eksekusi jaminan hak tanggungan harus tunduk pada ketentuan Undang-Undang Nomor 4
Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan atas Tanah Beserta Benda-Benda yang Berkaitan
dengan Tanah. Pemberian Hak Tanggungan. Pemberian Hak Tanggungan dilakukan dengan
pembuatan Akta pemberian Hak Tanggungan oleh PPAT sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku9

Fungsi lelang ada 2, yaitu fungsi privat dan fungsi publik :10
1. Fungsi privat
Fungsi privat dalam lelang yaitu sebagai sarana transaksi jual beli barang yang memperlancar
arus lalu lintas perdagangan barang, karena lelang merupakan suatu instrumen pasar yang
mengakomodir keinginan pasar dalam melakukan jual beli. Perjanjian jual beli yang diatur
dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata kurang dapat mengakomodir kebutuhan dalam
perekonomian seharihari contohnya kebutuhan untuk menjual secara khusus yang terkait
dengan sengketa-sengketa atau eksekusi, serta kebutuhan untuk melakukan transaksi secara
cepat, efisien, transparan, dapat dipertanggung jawabkan dan memiliki kepastian.
Perekonomian pada umumnya membutuhkan sarana penjualan secara cepat dan efisien,
terutama di negara maju.
2. Fungsi publik dalam lelang adalah :
a. Mendukung Law Enforcement (penegakan hukum) di bidang Hukum Perdata,
Hukum Pidana, Hukum Perpajakan, dan yang lainnya, yaitu sebagai bagian dari
pelaksanaan eksekusi suatu putusan

9
C.S.T Kansil dan Chritine S.T. Kansil, Pokok-Pokok Hukum Hak Tanggungan Atas Tanah (Jakarta: Pustaka Sinar
Harapan, 1997), hlm. 32
10
Adwin Tista, Perkembangan Sistem Lelang di Indonesia Vol 5 No 10, Juli-Desember 2013,55
b. Mendukung tertib administrasi dan efisiensi pengelolaan dan pengurusan aset yang
dimiliki atau dikuasai oleh Negara.
c. Mengumpulkan atau mengamankan penerimaan uang Negara dalam bentuk Bea
Lelang, Biaya Administrasi, PPh Pasal 25, dan BPHTB. Dalam hal ini lelang
membantu pemasukkan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP). Setiap lelang yang
dilakukan harus dipungut Bea Lelang. Lelang juga membantu penerimaan pajak
karena penjualan atas tanah dan/atau bangunan wajib dikenakan PPh 5% dan BPHTB
(Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan) 5%.

Dalam prakteknya, pada lelang eksekusi akan sering sekali timbul permasalahan
dimana tereksekusi akan menolak untuk menyerahkan sertifikat asli hak atas tanah yang akan
dilelang. Namun, hal tersebut tidak menjadi halangan untuk dilaksanakannya lelang. Dalam
hal sertifikat tersebut tidak diserahkan kepada pembeli lelang eksekusi, maka bukti untuk
pendaftaran tanah tersebut adalah surat keterangan dari Kepala Kantor Lelang, yang berisi
tentang alasan tidak diserahkannya sertifikat tersebut kepada pembeli lelang. Dalam hal tanah
yang menjadi objek lelang tersebut belum terdaftar, maka yang dokumen yang digunakan
sehubungan dengan pendaftaran peralihan hak tersebut adalah surat keterangan dari Kepala
Desa/Kelurahan, yang menyatakan tentang penguasaan hak atas tanah, dan surat keterangan
mengenai tanah tersebut. Pemegang Hak Tanggungan dapat langsung datang dan meminta
kepada Kepala Kantor Lelang untuk melakukan pelelangan atas Objek Hak Tanggungan yang
bersangkutan.11
Metode Lelang Eksekusi berdasarkan UU Hak Tanggungan dan UU Fidusia ialah
melalui Parate Eksekusi, dimana Parate Eksekusi tersebut dilaksanakan berdasarkan titel
eksekutorial yang terdapat dalam Sertipikat Hak Tanggungan maupun Sertifikat Jaminan
Fidusia menurut tata cara yang ditentukan dalam peraturan perundang-undangan. Pada
dasarnya Metode Lelang Eksekusi tersebut memiliki prinsip yaitu proses Lelang Eksekusi
tanpa campur tangan Pengadilan. Dalam hal ini yaitu eksekusi dilakukan tanpa perintah
eksekusi dari Ketua Pengadilan Negeri (fiat eksekusi).

11
Henny Tanuwidjaja, Pranata Hukum Jaminan Utang dan Sejarah Lembaga Hukum Notariat ( Bandung: PT
Refika Aditama), hlm 36
Prosedur atas Lelang Eksekusi tersebut adalah sebagai berikut:
a. Pra Lelang
1) Pengajuan permohonan tertulis perihal eksekusi kepada Kepala Kantor Pelayanan
Kekayaan Negara dan Lelang (“KPKNL”), yang merupakan instansi pemerintah yang berada
di bawah Direktorat Jenderal Kekayaan Negara pada Kementerian Keuangan. Dalam hal ini
Bank juga dapat meminta menggunakan jasa Pra Lelang dari Balai Lelang Swasta12
2) KPKNL/Balai Lelang Swasta akan melakukan pemeriksaan kelengkapan dokumen
lelang, yaitu termasuk namun tidak terbatas pada Perjanjian Kredit, Sertipikat Hak
Tanggungan, Bukti perincian utang jumlah debitur, bukti peringatan wanprestasi kepada
debitur, bukti kepemilikan hak, bukti pemberitahuan pelelangan kepada debitur;
3) Setelah dokumen tersebut di atas dianggap lengkap, maka KPKNL akan mengeluarkan
penetapan jadwal lelang secara tertulis kepada Bank;
4) Bank melakukan Pengumuman Lelang.

 Jika barang yang dilelang adalah barang tidak bergerak atau barang tidak bergerak
yang dijual bersama-sama dengan barang bergerak, maka pengumuman dilakukan
sebanyak 2 kali, berselang 15 hari. Pengumuman pertama dapat dilakukan melalui
pengumuman tempelan yang dapat dibaca oleh umum atau melalui surat kabar harian.
Tetapi pengumuman kedua harus dilakukan melalui surat kabar harian dan dilakukan
14 hari sebelum pelaksanaan lelang,13

 Jika barang yang dilelang adalah barang bergerak, pengumuman dilakukan 1 (satu)
kali melalui surat kabar harian paling singkat 6 (enam) hari kalender sebelum
pelaksanaan lelang14, kecuali Lelang Eksekusi Benda Sitaan Pasal 45 Kitab Undang-
Undang Hukum Pidana berupa:
a) barang yang lekas rusak/busuk atau yang membahayakan atau jika biaya
penyimpanan barang tersebut terlalu tinggi, dapat dilakukan kurang dari 6 (enam)
hari kalender tetapi tidak boleh kurang dari 2 (dua) hari kerja; dan
b) ikan dan sejenisnya hasil tindak pidana perikanan dapat dilakukan kurang dari 6
(enam) hari kalender tetapi tidak boleh kurang dari 1 (satu) hari kalender.

12
Pasal 1 angka 1 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 27/PMK.06/2016 tentang Petunjuk Pelaksanaan Lelang
(“Permenkeu 27/2016”)

13
Pasal 54 ayat (1) Permenkeu 27/2016
14
Pasal 54 ayat (2) Permenkeu 27/2016
5) Bank melakukan pemberitahuan lelang kepada debitur

b. Pelaksanaan Pelelangan
Apabila terdapat potensi keberatan/penolakan atau bahkan gugatan dari debitur/
tereksekusi, maka Bank pada prakteknya akan mengupayakan alternatif pelaksanaan lelang
dengan fiat eksekusi dari Ketua Pengadilan Negeri. Dimana Pengadilan Negeri akan
menyampaikan aanmaning kepada debitur agar debitur datang menghadap pada hari yang
ditentukan dan melaksanakan kewajibannya pada Bank, apabila aanmaning tidak dipatuhi
oleh debitur, maka Pengadilan Negeri akan melakukan sita eksekusi atas jaminan debitur
tersebut.

Kesimpulan

Pada dasarnya lelang eksekutorial terjadi karena pihak debitur lalai akan perjanjian
yang telah disepakati ataupun kredit oleh debitur macet. Berdasarkan kesimpulan yang kami
dapat, maka kami dapat menarik simpulan bahwa Penyelesaian Kredit macet memiliki
beberapa alternatif penyelesaian seperti yang dijelaskan pada Undang-Undang Hak
Tanggungan Nomor 4 Tahun 1996 yaitu Penjualan dibawah tangan, Parate Eksekusi dan Fiat
Pengadilan. Cara yang dianggap mudah oleh bank dalam menyelesaiakan kredit macet ialah
menggunakan Parate Eksekusi, karena lelang eksekusi dapat dilakukan tanpa persetujuan
Debitur.
Apabila terdapat potensi keberatan/penolakan atau bahkan gugatan dari debitur/
tereksekusi, maka Bank pada prakteknya akan mengupayakan alternatif pelaksanaan lelang
dengan fiat eksekusi dari Ketua Pengadilan Negeri. Dimana Pengadilan Negeri akan
menyampaikan aanmaning kepada debitur agar debitur datang menghadap pada hari yang
ditentukan dan melaksanakan kewajibannya pada Bank, apabila aanmaning tidak dipatuhi
oleh debitur, maka Pengadilan Negeri akan melakukan sita eksekusi atas jaminan debitur
tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku

Kansil C.S.T dan Chritine S.T. Kansil, Pokok-Pokok Hukum Hak Tanggungan Atas Tanah
Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1997

Supramono Gatot,2009 Perbankan dan Masalah Kredit, Jakarta: Rineka Cipta


Tanuwidjaja Henny, Pranata Hukum Jaminan Utang dan Sejarah Lembaga Hukum Notariat
Bandung: PT Refika Aditama

B. Jurnal

Adwin Tista, Juli 2013 Perkembangan Sistem Lelang di Indonesia, Al-adl, Vol 5 No 10,
http://www.neliti.com > journals >al-adl

Begiyama Fahmi Zaki, April 2016 Kepasrian Hukum Dalam Pelelangan Objek Hak
Tanggungan SecaraOnline Vol 10 No.2 http://jurnal.fh.unila.ac.id/index.php/fiat

C. Peraturan Perundang-Undangan

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

UU No.5 Tahun 1960 tentang Undang-Undang Pokok Agraria

UU No. 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan atas tanah beserta benda yang berkaitan
dengan tanah

UU No. 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara Yang Bersih dan Bebas dari
Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme

PMK Nomor 27/PMK.06/2016 tentang Petunjuk Pelaksanaan Lelang

D. Website

www.djkn.kemenkeu.go.id/2013/artikel/sejarah-lelang

Anda mungkin juga menyukai