Anda di halaman 1dari 3

Lembaran Baru

By : Charina / XII IA 2

Teng, teng, teng....

Itu bunyi bel sekolah yang paling sempurna. Waktu telah menunjukkan pukul
17.30 WITA. Matahari hampir tenggelam dan hanya menyisakan warna jingga di
langit. Sore ini terasa begitu sempurna untuk kunikmati bersama sahabat-sahabatku,
Ira Valeria, Eka, dan Angel. Walaupun kami beda kelas tapi kami selalu akrab dan
kompak, tak pernah sehari pun kami lewatkan untuk saling bertemu atau sekedar
saling mengejek satu sama lain. Ketika sedang asyik besenda gurau kami dikejutkan
oleh suara “aduh, Smansa kalah ka?”, “hihh, mereka tidak sportif”, “benar. Masa
Smansa bisa kalah”, “tidak masalah kalau kita kalah, yang namanya pertandingan pasti
harus ada yang menang dan ada yang kalah. Intinya kita sudah berjuang.” dari
sekelompok siswa yang baru saja masuk dari gerbang sekolah dan langsung bergosip
tentang kekalahan SMANSA FC dalam pertandingan Futsal sore ini. Ternyata mereka
adalah teman-temanku dari XII ilmu Alam 3 yang bolos les sore hanya untuk
menonton pertandingan Futsal Kesebelasan SMANSA. Kebetulan juga mereka les
Penjas sore ini. Memeng (panggilan kesayangan untuk Ira) langsung menarik lenganku
dan menyeretku untuk bergabung bersama sekelompok siswa tadi dan dengan pasrah
aku menurutinya. Kami saling berargumen tentang kekalahan SMANSA FC dan dengan
ikhlas hati menerima kenyataan ini, walaupun sebagian dari mereka sebenarnya sangat
tidak ikhlas. Memang benar kata orang, waktu adalah penguasa kehidupan. Baru 10
menit kami bercerita waktu telah menunjukkan pukul 17. 40 WITA. Hari semakin
gelap dan warna jingga di langit berubah menjadi agak kehitaman, walaupun suasana
kota masih sangat ramai oleh suara para siswa yang baru selesai les sore, menonton
pertandingan dan yang tak terlewatkan suara bising lalu lalang kendaraan yang
melintasi jalan raya.

Matahari benar-benar telah hilang dan itu tentu saja menuntutku untuk segera
kembali ke rumah. Aku segera berpamitan dengan sahabat-sahabatku karena banyak hal
harus kulakukan di rumah yang tentu berkaitan dengan tugas sekolah yang tak pernah
usai. Ketika keluar dari gerbang sekolah, ada yang memanggilku dan mengajakku untuk
pulang bersama. Yup, dia adalah seseorang yang mungkin tak pernah kuhiraukan
perasaannya selama ini, orang yang kuanggap sebagai partner pulang sekolah karena
rumah kami berdekatan. Aku menjadi teman sekelasnya beberapa bulan yang lalu, sejak
aku pindah dari kelas lamaku. Kami terlihat cukup akrab sore ini, tertawa bersama
dan seperti biasa menanyakan tugas satu sama lain. Mungkin sore ini sangat
membahagiakan untukku tapi sangat menegangkan untuknya. Tepat beberapa detik
sebelum kami menyebrangi jalan, Dia menyatakan perasaannya padaku. Seketika
jantungku hampir berhenti berdetak dan aku hanya terpaku menatap aspal jalanan.
Aku, Nina, orang yang selalu bersikap tidak peduli tapi selalu memperhatikanmu tanpa
sepengetahuanmu. Kita memang sering diganggu oleh teman-teman, itu mungkin
karena kita sering pulang bersama. Aku tak tahu jawaban apa yang harus kuberikan,
sehingga dengan spontan aku bertanya, “menurutmu aku harus menjawab apa?” dan
kamu menatapku sambil berkata, “mungkin kamu akan menjawab tidak” tapi beberapa
detik kemudian aku membantah perkataanmu dan dengan tegas mengatakan, “Ya, iya,
jawabannya iya.” Entah sadar ataupun tidak tapi aku sudah mengatakan beberapa
kata itu, dan itu artinya hubungan kita lebih dari sekedar teman. Hari ini, tepat saat
kita menyebrang, sehari sebelum ulang tahun mama, untuk pertama kalinya aku
memiliki seorang boyfriend. Itu adalah suatu momen yang tak bisa kulupakan.
Sesampainya di rumah, dalam benakku selalu terngiang kalimat yang kau ucapkan
ketika menyatakan perasaanmu padaku. Memang ini bukan pertama kalinya aku
mendapat pengakuan dari seorang teman cowok, tapi ini pertama kalinya aku mau
menerima perasaan seseorang, setelah sekian lama aku menyukai orang lain yang dalam
hematku tak pernah sedikitpun membalas perasaanku. Entah karena Ia tidak peduli
atau karena Ia hanya ingin menutupi perasaannya saja. Aku tahu mungkin kau telah
memendam perasaanmu sejak lama, entah kapan waktu yang pas untuk
menggambarkan pernyataan ini. Nadi, kau adalah orang pertama yang sanggup
membuatku membuka hatiku kembali dan memberi kesempatan kepada orang lain
untuk menyukaiku, karena sejujurnya aku bukan tipe wanita yang mudah bergaul dan
menerima orang begitu saja. Mungkin kau berhasil membuatku menyukaimu dengan
segala perhatian yang kau berikan untukku. Aku tidak ingin berjanji untuk selalu
menemanimu selamanya, tapi aku hanya ingin kita saling menjaga kepercayaan dan
melukis setiap perjalanan hidup kita saat ini dan mungkin juga nanti dengan warna
warni kita masing-masing yang ada dalam suatu canvas yang tak ternilai harganya
yaitu Hati.
Tentang Bintang

Oleh : Charina/ XII IA 2

Bintang

Dulu aku sangat memujamu

Ku kagumi setiap filisofi tentangmu

Entah kenapa aku ingin melihatmu setiap saat

Bahkan disaat mataku tertutup

Aku masih mengingat bayang-bayangmu

Bintang

Bersinarlah selalu untukku

Berdansalah bersamaku malam ini

Hiasi gelap dunia mimpiku

Jangan biarkan bintang lain manggangguku

Tapi, jadikan aku bintang yang sama sepertimu

Bintang

Kutitipkan rinduku pada sinarmu

Agar dimanapun dia

Dibelahan bumi manapun

Ketika melihat sinarmu

Dapat merasakan rinduku

Anda mungkin juga menyukai