Anda di halaman 1dari 12

2.1.

Definisi Kepribadian
Kepribadian dapat didefinisikan sebagai totalitas dari ciri perilaku dan emosi yang merupakan
karakter atau ciri seseorang dalam kehidupan sehari-hari dalam kondisi yang biasa. Sifatnya stabil dan
dapat diramalkan. Kepribadian meliputi segala, corak perilaku manusia yang terhimpun dalam dirinya,
dan yang digunakan untuk bereaksi serta menyesuaikan dirinya terhadap rangsang baik yang datang dari
lingkungannya (“dunia luarnya”) maupun yang berasal dari dirinya sendiri (“dunia dalamnya”), sehingga
corak perilakunya itu merupakan suatu kesatuan fungsional yang khas bagi manusia itu. Kepribadian
berkembang menuju ke kematangan badani, emosional, intelektual, sosial, kultural dan spiritual.
Perkembangan ini dipengaruhi oleh faktor-faktor badani (keturunan, susunan saraf, hormonal,
imunologis), emosional (mekanisme penyesuaian diri) sosial (hubungan antar manusia, adat-istiadat,
kultural) dan spiritual (kpercayaan) serta intelektual (taraf intelegensi).10
2.2. Pembentuk Kepribadian
Mengenai pengalaman-pengalaman yang ikut membentuk kepribadian, dapat dibedakan dalam
dua golongan :
a. Pengalaman yang umum, yaitu yang dialami oleh tiap-tiap individu dalam kebudayaan tertentu.
Pengalaman ini erat hubungannnya dengan fungsi dan peranan seseorang dalam masyarakat. Misalnya
sebagai laki-laki atau perempuan seseorang mempunya hak dan kewajiban tertentu. Beberapa dari
peran itu dipilih sendiri oleh orang yang bersangkutan tetapi masih terikat pada norma-norma
masyarakat, misalnya jabatan atau pekerjaan. Meskipun demikian, kepribadian seseorang tidak dapat
sepenuhnya diramalkan atau dikenali hanya berdasarkan pengetahuan tentang strukur kebudayaan
dimana orang itu hidup. Hal ini disebabkan karena :
1. Pengaruh kebudayaan terhadap seseorang tidaklah sama karena medianya (orang tua, saudara,
media massa, dll) tidaklah sama pula pada setiap orang.
2. Tiap individu mempunyai pengalaman-pengalaman yang khusus, yang terjadi pada dirinya
sendiri.
b. Pengalaman yang khusus, yaitu khusus yang dialami individu sendiri. Pengalaman ini pada status dan
peran orang yang bersangkutan dalam masyarakat.
Pengalaman-pengalaman yang umum maupun khusus diatas memberi pengaruh yang berbeda-beda pada
tiap individu itupun merencanakan pengalaman-pengalaman tersebut secara berbeda-beda pula sampai
akhirnya ia membentuk dalam dirinya suatu struktur kepribadian yang tetap (permanen). Proses integrasi
pengalaman-pengalaman ke dalam kepribadian yang makin lama makin dewasa disebut proses
pembentukan identitas diri. Proses pembentukan identitas diri harus melalui berbagai tingkatan. Salah
satu tingkatan yang harus dilalui adalah identifikasi, yaitu dorongan untk menjadi identik (sama) dengan
orang lain, misalnya dengan ayah, ibu, kakak, guru, dsb. Pada masa remaja tahap identifikasi ini
menyabakan kebingungan dan kekaburan akan peran sosial, karena remaja-remaja cenderung
mengidentifikasikan dirinya dengan beberapa tokoh sekaligus, misalnya dengan ayahnya, bintang film
kesayangannnya, tokoh politik favoritnya, dsb. Jika kekaburan akan peranan sosial ini tidak dapat
dihapuskan sampai remaja itu menjadi dewasa, maka besar kemungkinannya ia akan menderita
gangguan-gangguanan kejiwaan pada masa dewasanya. Karena itu penting sakali diusahakan agar remaja
dapat menentukan sendiri idenitas dirinya dan berangsur-angsur melepaskan identifikasinya terhadap
orang-orang lain untuk akhirnya menjadi dirinya sendiri.6
2.3. Definisi Gangguan Kepribadian
Gangguan kepribadian (Aksis II pada DSM-IV) merupakan suatu ciri kepribadian yang menetap, kronis
dapat terjadi pada hampir semua keadaan, menyimpang secara jelas dari norma-norma budaya dan
maladaptif serta menyebabkan fungsi kehidupan yang buruk, tidak fleksibel dan biasanya terjadi pada
akhir masa remaja atau pada masa awal dewasa. Hal ini disebabkan pada usia ini masalah-masalah
kepribadian sering bermunculan begitu luas dan kompleks.6
Gangguan kepribadian khas (F60 PPDGJ-III) adalah suatu gangguan berat dalam konstitusi
karakteriologis dan kecenderungan perilaku dari seseorang, biasanya meliputi beberapa bidang dari
kepribadian, dan hampir selalu berhubungan dengan kesulitan pribadi dan sosial.8
Orang yang menderita gangguan kepribadian mempunyai sifat-sifat kepribadian yang sangat kaku dan
sulit menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitarnya. Akibatnya ia akan mengalami “kerusakan” berat
dalam hubungan sosialnya atau dalam bidang pekerjaannya atau dirinya terasa sangat menderita. Gejala-
gejala dari orang dengan gangguan kepribadian biasanya alloplastik. Artinya orang dengan gangguan
kepribadian akan berusaha merubah lingkungannya untuk disesuaikan dengan keinginannya. Selain itu,
gejala-gejalanya juga egosintonik, artinya orang dengan gangguan kepribadian dapat menerima dengan
baik gejala-gejalanya. Umumnya orang dengan gangguan kepribadian menolak bantuan secara psikiatrik.6
2.4. Etiologi
a. Faktor Genetika
Salah satu buktinya berasal dari penelitian gangguan psikiatrik pada 15.000 pasangan kembar di
Amerika Serikat. Diantara kembar monozigotik, angka kesesuaian untuk gangguan kepribadian adalah
beberapa kali lebih tinggi dibandingkan kembar dizigotik. Selain itu menurut suatu penelitian, tentang
penilaian multiple kepribadian dan temperament, minat okupasional dan waktu luang, dan sikap sosial,
kembar monozigotik yang dibesarkan terpisah adalah kira-kira sama dengan kembar monozigotik yang
dibesarkan bersama-sama.
b. Faktor Temperamental
Faktor temperamental yang diidentifikasi pada masa anak-anak mungkin berhubungan dengan
gangguan kepribadian pada masa dewasa. Contohnya, anak-anak yang secara temperamental ketakutan
mungkin mengalami kepribadian menghindar.
c. Faktor Biologis
 Hormon. Orang yang menunjukkan sifat impulsive seringkali juga menunukkan peningkatan kadar
testosterone, 17-estradiol dan esterone.
 Neurotransmitter. Aktivasi dopaminergik dan serotoninergik. Peningkatkan kadar serotonin dengan
obat seretonergik tertentu seperti fluoxetine dapat menghasilkan perubahan dramatik pada beberapa
karakteristik kepribadian. Serotonin menurunkan depresi, impulsivitas.
 Elektrofisiologi. Perubahan konduktansi elektrik pada elektro ensefalogram telah ditemukaan pada
beberaapa pasien dengan gangguan kepribadian, paling sering pada tipe antisosial dan ambang,
dimana ditemukan aktivitas gelombang lambat.
d. Faktor Psikoanalitik
Sigmund Freud menyatakan bahwa sifat kepribadian berhubungan dengan fiksasi pada salah satu
stadium perkembangan psikoseksual. Selanjutnya Wielhelm Rich mengajukan istilah ‘Character armor’
untuk menggambarkan gaya defensif karakteristik yang digunakan seseorang untuk melindungi dirinya
sendiri dari impuls internal dan dari kecemasan interpersonal dalam hubungan yang bermakna.
e. Interaksi antara faktor temperamen dengan faktor lingkungan
Berdasarkan hasil observasi jangka panjang sejak bayi, Stella Chess dan Alexander Thomas
mengemukakan teori Goodness of fit yaitu beberapa jenis gangguan kepribadian adalah hasil interaksi
dari ketidakcocokan antara temperamen seorang anak dengan cara mendidik anak.
f. Faktor lingkungan dan budaya
Lingkungan dan budaya yang bersifat keras, tidak toleran dan agresif sering menanamkan dasar-dasar
paranoid dan antisosial.6
2.5. Kriteria Diagnostik
a. Sikap dan perilaku yang amat tidak serasi yang biasanya meliputi beberapa bidang fungsi, misalnya
afek, kesadaran, pengendalian impuls, cara memandang dan berpikir, serta gaya yang berhubungan
dengan orang lain.
b. Pola perilaku abnormal berlangsung lama, berjangka panjang, dan tidak terbatas pada episode
penyakit jiwa.
c. Pola perilaku abnormalnya pervasif (mendalam) dan jelas maladaptif terhadap berbagai keadaan
pribadi dan sosial yang luas.
d. Manifestasi di atas selalu muncul pada masa kanak atau remaja dan berlanjut sampai usia dewasa.
e. Gangguan ini menyebabkan penderitaan pribadi (personal distress) cukup berarti, tetapi baru menjadi
nyata setelah perjalanan yang lanjut.
f. Gangguan ini biasanya, tetapi tidak selalu, berkaitan secara bermakna dengan masalah-masalah
dalm pekerjaan dan kinerja sosial.
Untuk mendiagnosis berbagai subtipe, bukti nyata dibutuhkan paling sedikit tiga dari ciri perilaku diatas.
Gejala Umum Gangguan Kepribadian
Individu dengan gangguan kepribadian sarat dengan berbagai pengalaman konflik dan
ketidakstabilan dalam beberapa aspek dalam kehidupan mereka. Gejala secara umum gangguan
kepribadian berdasarkan kriteria dalam setiap kategori yang ada. Secara umum gangguan ini
klasifikasikan berdasarkan :
a. Pengalaman dan perilaku individu yang menyimpang dari sosial expectation. Penyimpangan pola
tersebut pada satu atau lebih:
 Cara berpikir (kognisi) termasuk perubahan persepsi dan interpretasi terhadap dirinya, orang lain
dan waktu.
 Afeksi (respon emosional terhadap terhadap diri sendiri, labil, intensitas dan cakupan).
 Fungsi-fungsi interpersonal.
 Kontrol terhadap impuls.
b. Gangguan-gangguan tersebut bersifat menetap dalam diri pribadi individu dan berpengaruh pada
situasi sosial.
c. Gangguan kepribadian yang terbentuk berhubungan erat dengan pembentukan distress atau
memburuknya hubungan sosial, permasalahan kerja atau fungsi-fungsi sosial penting lainnya.
d. Pola gangguan bersifat stabil dengan durasi lama dan gangguan tersebut dapat muncul dan memuncak
menjelang memasuki dewasa dan tidak terbatas pada episode penyakit jiwa.
e. Gangguan pola kepribadian tidak disebabkan oleh efek-efek psikologis yang muncul yang disebabkan
oleh kondisi medis seperti luka di kepala.
Ganguan kepribadian khas adalah suatu gangguan dalam konstitusi karakteriologis dan
kecenderungan perilaku dari individu, biasanya meliputi bebarapa bidang dari kepribadian dan hampir
selalu berhubungan dengan kekacauan pribadi dan sosial. Gangguan kepribadian tidak didiagnosa pada
pada individu yang berusia dibawah 18 tahun, dengan pertimbangan bahwa pada usia dibawah 18 tahun
sedang mengalami pertumbuhan dan perkembangan pada remaja awal, bila pun adanya gejala-gejala
tertentu yang tampak, maka gejala tersebut menetap setidaknya 1 tahun lamanya, namun tidak semua
gejala yang ada dapat didiagnosa sebagai bentuk gangguan kepribadian.5
2.6. Faktor Resiko
Meskipun penyebab gangguan kepribadian umumnya tidak diketahui secara jelas, faktor-faktor
tertentu tanpaknya meningkatkan resiko berkembang atau memicu terjadinya gangguan kepribadian,
diantaranya :
a. Riwayat keluarga dengan gangguan kepribadian atau penyakit mental lainnya.
b. Status sosial ekonomi rendah
c. Pelecehan verbal, fisik dan seksual selama masa kanak-kanak
d. Diabaikan selama masa kanak-kanak
e. Kehidupan keluarga yang tidak stabil dan kacau selama masa kanak-kanak.
f. Kehilangan orang tua karena proses kematian atau perceraian yang traumatik selam masa kanak-
kanak.3,5
2.7. Resiko Gangguan Kepribadian
Individu yang tidak segera melakukan pengobatan, gangguan kepribadian dapat berdampak pada :
a. Isolasi sosial, kehilangan sahabat-sahabat terdekat yang disebabkan ketidak mampuan untuk
menjalani hubungan yang sehat, rasa malu yang disebabkan putusnya hubungan dengan masyarakat.
b. Bunuh diri, melukai diri sendiri sering terjadi pada individu yang mengalami gangguan kepribadian
ambang dan cluster.
c. Ketergantungan pada alkohol dan obat-obatan.
d. Depresi, kecemasan dan gangguan makan.
e. Perilaku berbahaya yang dapat merusak diri sendiri. Penderita gangguan kepribadian ambang
berpotensi melakukan tindakan berbahaya, tanpa perhitungan seperti terlibat pada seks bebas beresiko
atau terlibat dalam perjudian. Pada gangguan kepribadian dependen beresiko mengalami pelecehan
seksual, emosional, atau kekerasan fisik karena individu ini hanya mengutamakan pada bertahan
hubungan semata (bergantung pada orang tersebut).
f. Kekerasan atau bahkan pembunuhan. Perilaku agresif pada gangguan kepribadian paranoid dan
antisosial.
g. Tindakan kriminal. Gangguan kepribadian antisosial mempunyai resiko lebih besar melakukan
tindakan kriminal. Hal ini dapat mengakibatkan diri bersangkutan dipenjara.
h. Gangguan simtom yang ada dapat menjadi lebih buruk dikemudian hari bila tidak mendapatkan
perawatan secara baik. 3
2.8. Klasifikasi dan Penjelasannya
Gangguan kepribadian digolongkan menjadi tiga kelompok dalam DSM-IV, yaitu :
a. Kelompok A (odd/eccentric cluster)
Terdiri dari gangguan kepribadian paranoid, skizoid, dan schizotypal. Individu dalam kelompok ini
menampilkan perilaku yang aneh dan eksentrik.
b. Kelompok B (dramatic/erratic cluster)
Terdiri dari gangguan kepribadian antisosial, borderline, histrionik dan narsistik. Individu dalam
kelompok ini menampilkan perilaku yang dramatik atau berlebih-lebihan.
c. Kelompok C (anxious/fearful cluster)
Terdiri dari gangguan kepribadian avoidant, dependent dan obsessive-compulsive, individu dalam
kelompok ini menampilkan perilaku cemas dan ketakutan.7
Pada pedoman penggolongan diagnosis gangguan jiwa ke III (PPDGJ-III) gangguan kepribadian khas
dibagi menjadi :
F60 Gangguan kepribadian khas
F60.0 Gangguan kepribadian paranoid
F60.1 Gangguan kepribadian skizoid
F60.2 Gangguan kepribadian disossional
F60.3 Gangguan kepribadian emosional tak stabil
.30 Tipe impulsif
.31 Tipe ambang
F60.4 Gangguan kepribadian histrionik
F60.5 Gangguan kepribadian anankastik
F60.6 Gangguan kepribadian cemas (menghindar)
F60.7 Gangguan kepribadian dependen
F60.8 Gangguan kepribadian khas lainnya
F60.9 Gangguan kepribadian YTT
a. Gangguan Kepribadian Paranoid
Ganguan kepribadian paranoid ditandai dengan ketidakpercayaan terhadap orang lain bahwa orang
lain berniat buruk kepadanya, berniat pervasif, awitan dewasa muda, nyata dalam berbagai konteks. 9
Pasien dengan gangguan kepribadian paranoid mempunyai kecurigaan terus-menerus dan berlebihan
bahwa orang disekitarnya memilki motif jahat. Mereka menolak bertangguang jawab atas perasaan
mereka sendiri dan melemparkan tanggung jawab pada orang lain. Mereka sering kali bersikap
bermusuhan, mudah tersinggung dan marah.5
Menurut teori psikodinamika, gangguan ini merupakan mekanisme pertahanan ego proyeksi, orang
tersebut melihat orang lain mempunyai motif merusak dan negatif, bukan dirinya. Ada kecenderungan
untuk membanggakan dirinya sendiri karena menganggap dirinya mampu berfikir secara rasional dan
objektif, padahal sebenarnya tidak. Dalam situasisosial, orang dengan kepribadian paranoid mungkin
tampak sibuk dan efisisen, tetapi mereka seringkali menciptakan ketakutan dan konflik bagi orang lain.
Dan berdasarkan teori kognitif- behavioral, orang dengan gangguan ini akan selalu dalam keadaan
waspada, karena tidak mampu membedakan antara orang yang membahayakan dan yang tidak.3,5
Para penderita gangguan kepribadian paranoid cenderung tidak memiliki kemampuan untuk menyatakan
perasaan negatif yang mereka miliki terhadap orang lain, selain itu mereka pada umumnya juga tidak
kehilangan hubungan dengan dunia nyata, dengan kata lain berada dalam kesadaran saat mengalami
kecurigaan yang mereka alami walau secara berlebihan. Penderita akan merasa sangat tidak nyaman
untuk berada bersama orang lain, walaupun di dalam lingkungan tersebut merupakan lingkungan yang
hangat dan ramah. Dimana dan bersama siapa saja mereka akan memiliki perasaan ketakutan akan
dikhianati dan dimanfaatkan oleh orang lain.2
Gangguan kepribadian paranoid juga dapat disebabkan oleh pengalaman masa kecil yang buruk
ditambah dengan keadaan lingkungan yang dirasa mengancam. Pola asuh dari orang tua yang cenderung
tidak menumbuhkan rasa percaya antara anak dengan orang lain juga dapat menjadi penyebab dari
berkembangnya gangguan ini.4
Pedoman diagnosis :
a) Kepekaan berlebihan terhadap kegagalan dan penolakan.
b) Kecurigaan dan kecenderungan yang mendalam untuk mendistorsikan pengalaman dengan
menyalahartikan tindakan orang lain yang netral atau bersahabat sebagai suatu sikap permusuhan dan
penghinaan.
c) Kecenderungan untuk tetap menyimpan dendam, misalnya menolak untuk memaafkan suatu
penghinaan dan luka hati masa kecil.
d) Perasaan bermusuhan dan ngotot tentang hak pribadi tanpa memperhatikan situasi yang ada (actual
situation).
e) Kecurigaan yang berulang, tanpa dasar (justication), tentang kesetiaan seksual dari pasangannya.
f) Kecenderungan untuk merasa dirinya penting secara belebihan, yang bermanifestasi dalam sikap yang
selalu merujuk ke diri sendiri (self referential attitude).
g) Preekupasi dengan penjelasan-penjelasan yang bersekongkol dan tidak substantif dari suatu peristiwa,
baik yang menyangkut diri pasien maupun dunia pada umumnya.
Untuk diagnosis diatas dibutuhkan paling sedikit 3 dari diatas.8
b. Gangguan Kepribadian Skizoid
Gangguan kepribadian skizoid ditandai dengan tidak adanya keinginan dan tidak menikmati
hubungan sosial, mereka tidak memiliki teman dekat. Orang dengan gangguan ini tampak tidak
menarik karena tidak memiliki kehangatan terhadap orang lain dan cenderung untuk menjauhkan diri.
Jarang sekali memiliki emosi yang kuat, tidak tertarik pada seks dan aktivitas-aktivitas yang
menyenangkan. Mereka mungkin menjalani kehidupan mereka sendiri dan hubungan dengan orang lain
sangat kecil. Riwayat kehidupan orang tersebut mencerminkan minat sendirian dan pada keberhasilan
pekerjaan yang tidak kompetitif dan sepi yang sukar ditoleransi oleh orang lain. Kehidupan seksual
mereka mungkin hanya semata-mata dalam fantasi, dan mereka mungkin menunda kematangan
seksualitas tanpa batas waktu tertentu. Mampu menanamkan sejumlah besar energi afektif dalam minat
yang bukan manusia, seperti matematika dan astronomi, dan mereka mungkin sangat tertarik pada
binatang. Walaupun terlihat mengucilkan diri, tapi pada suatu waktu ada kemungkinan orang tersebut
mampu menyusun, mengembangkan dan memberikan suatu gagasan yang asli dan kreatif.10
Pedoman diagnostik :
a. Aktivitas yang memberikan kebahagiaan; biasanya hanya sedikit saja.
b. Emosi dingin, afek datar an tidak perduli (detachment).
c. Kurang mampu untuk mengekspresikan kehangatan, kelembutan atau kemarahan terhadap orang lain.
d. Ketidakpedulian yang nyata terhadap pujian atau kecaman.
e. Kurang tertarik untuk menjalin pengalaman seksual dengan orang lain (dengan memperhitungkan
umurnya).
f. Hampir selalu memilih aktivitas yang menyendiri.
g. Preokupasi dengan fantasi dan introspeksi yang berlebihan.
h. Tidak mempunyai teman dekat atau hubungan pribadi yang akrab (kalau ada hanya satu) dan tidak ada
keinginan untuk mempunyai hubungan seperti itu.
i. Sangat sensitif terhadap norma dan kebiasaan sosial yang belaku.
Untuk diagnosis dibutuhkan paling sedikit 3 dari diatas.8
a. Gangguan Kepribadian Dissosial (Antisosial)
Gangguan kepribadian antisosial ditandai oleh tindakan antisosial atau kriminal. Gangguan ini
lebih pada ketidakmampuan untuk mematuhi norma sosial yang melibatkan banyak aspek perkembangan
remaja dan dewasa pasien. Gangguan ini muncul sebelum usia 15 tahun yang ditandai dengan perilaku
nakal, lari dari rumah, sering berbohong, mencuri, membakar, atau merusak dengan cara lain. Pola
tindakan ini berlanjut hingga dewasa yang ditandai dengan tidak memiliki tanggung jawab, bekerja tidak
konsisten, melawan hukum, agresif, gegabah, impulsif, dan gagal dalam merencanakan sesuatu. Pasien
umunya tidak memiliki rasa malu, miskin emosi baik emosi positif maupun negatif dan memanipulasi
orang lain untuk mencapai tujuannya. Kurang mengalami kecemasan sehingga tidak belajar dari
kesalahannya. Karena tidak memiliki emosi positif, ia menjadi orang yang tidak memiliki tanggung jawab
terhadap orang lain.10 Menurut teori biologis, gangguan ini disebabkan beberapa faktor, yaitu :
a. Kelebihan kromosom Y (laki-laki),menyebabkan pola XYY bukan XY yang normal pada kromoson
23 tetapi teori ini tidak diterima.
b. Testosteron menjadi penyebab agresivitas laki-laki.
c. Adanya keabnormalan pada otak
d. Karena kurang belajar dan perhatian yang neuropsikologis,
e. Faktor keturunan.
Sedangkan menurut teori psikologis, gangguan ini disebabkan oleh :
a. Kondisi keluarga yang disharmoni dan ketidak konsistenan dalam pengasuhan anak.
b. Orang tua yang terlalu permisif dan kurang memperhatikan perilaku anak yang tidak benar.
c. Orang tua yang tidak menunjukkan afeksi.
d. Pendidikan yang didapat kurang memadai.
e. Adanya pendapat bahwa antisosial datang dari semua kelas sosial yang ayahnya antisosial.
Juga adanya penelitian korelasional yang menunjukkan bahwa banyak pasien dengan antisosial
yang depresif dan cemas. Hanya saja belum ditemukan apakah itu penyebab atau dampak dari gangguan
Pedoman diagnostik :
a. Bersikap tidak peduli dengan persaan orang lain.
b. Sikap yang amat tidak bertanggung jawab dan menetap dan tidak peduli terhadap norma, peraturan
dan kewajiban sosial.
c. Tidak mampu mempertahankan hubungan agar tetap berlansung lama, meskipun tidak ada kesulitan
untuk mengembangkannya.
d. Mudah menjadi frustasi dan bertindak agresif, termasuk tindak kekerasan.
e. Tidak mampu untuk menerima kesalahan dan belajar dari pengalaman, terutama dari hukuman.
f. Sangat cenderung menyalahkan orang lain, atau menawarkan rasionalisasi yang dapat diterima,
untuk perilaku yang telah membawa pasien dalam konflik sosial.8
b. Gangguan Kepribadian Emosional Tak Stabil
Individu dengan kepribadian ini memperhatikan sifat yang lain dari perilakunya sehari-hari, yaitu
ledakan-ledakan amarah agresivitas terhadap stres yang kecil saja tanpa mempertimbangkan akibatnya.
Segera sesudahnya penyesalan akan kejadian itu tatapi hanya sebentar. Pada waktu kejadian itu ia tidak
dapat menguasai dirinya, sebab mungkin karena ledakan afektif terjadi disorganisasi pada persepsi,
penilaian, dan pemikirannya. Emosinya sangat tidak stabil. Terdapat dua varian khas yang berkaitan
dengan impulsivitas dan kurangnya kontrol diri yaitu :
1. Tipe impulsive
Ciri khas yang dominan adalah ketidakstabilan emosional dan kekurangan pengendalian impuls
(dorongan hati). Ledakan kekerasan perilaku menganca lazim terjadi, khususnya sebagai tanggapan
terhadap kritik orang lain.
2. Tipe ambang
Ciri khas ketidakstabilan emosional yaitu gambaran diri pasien, tujuan dan preferensi internalnya
(termasuk seksual) sering kali tidak jelas atau terganggu. Biasanya terdapat perasaan kosong yang kronis.
Kecenderungan terlibat dalam pergaulan yang erat dan tidak stabil dapat menyebabkan krisis emosional
yang berulang dan mungkin disertai dengan usaha yang berlebihan untuk menghindarkan dirinya
ditinggalkan dan serangkaian ancaman bunuh diri atau tindakan membahayakan diri (meskipun hal ini
dapat terjadi tanpa pencetus yang nyata).10
Pedoman diagnostik
a. Terdapat kecendeungan yang mencolok untuk bertindak secara impulsif tanpa mempertimbangkan
konsekuensinya bersamaan dengan ketidak stabilan emosional.
b. Dua varian yang khas adalah berkaitan dengan impulsivitas dan kekurangan pengendalian diri.8
Menurut DSM-IV diagnosis gangguan kepribadian ambang dapat dibuat pada masa dewasa awal jika
pasien menunjukkan sekurangnya lima dari kriteria berikut:
1. Usaha mati-matian untuk menghindari ketinggalan yang nyata atau khayalan. Catatan: tidak termasuk
perilaku bunuh diri atau mutilasi diri pada criteria 5.
2. Pola hubungna inter personal yang tidak stabil dan kuat yang ditandai oleh perubahan antar ekstrem
idealisasi dan devaluasi.
3. Gangguan identitas: citra diri atau perasaan diri sendiri yang tidak stabil secara jelas dan persisten.
4. Impulsivitas pada sekurang-kurangnya dua bidang yang potensial membahayakan diri sendiri
(misalnya seks bebas, penyalahgunaan zat). Catatan tidak termasuk criteria 5.
5. Perilaku, isyarat, atau ancaman bunuh diri yang berulang kali atau perilaku mutilasi diri.
6. Ketidakstabilan afektif karena reaktivitas mood yang jelas (misalnya, disforia, iritabilitas, atau
kecemasan biasanya berlangsung beberapa jam dan jarang lebih dari beberapa hari)
7. Perasaan kekosongan yang kronis.
8. Kemarahan yang kuat dan tidak pada tempatnya atau kesulitan dalam mengendalikan kemarahan
(misalnya, sering menunjukkan sikap marah terus-menerus, perkelahian fisik berulang kali).
9. Ide paranoid yang transien dan berhubungan dengan stress atau gejala disosiatif yang parah.6
c. Gangguan Kepribadian Histrionik
Gangguan kepribadian histrionik ditandai oleh perilaku yang bermacam-macam, dramatik,
ekstovert pada orang yang meluap-luap dan emosional, seringkali terdapat ketidakmampuan
untuk mempertahankan hubungan yang mendalam dan berlangsung lama. Pasien dengan gangguan
kepribadian hitrionik menunjukkan perilaku mencari perhatian yang tinggi. Mereka cenderung
memperbesar pikiran dan perasaan mereka, membuat segalanya terdengar lebih penting dibandingkan
kenyataannya. Perilaku menggoda sering ditemukan baik pada pria maupun wanita. Pada kenyataannya,
pasien histrionik mungkin memiliki disfungsi psikoseksual, wanita mungkin anorgasmik dan pria
cenderung mengalami impotent. Mereka mungkin mengeluarkan impuls seksual mereka untuk
menentramkan diri mereka dan untuk menunjukkan bahwa mereka menarik bagi jenis kelamin yang lain.
Kebutuhan mereka akan ketentraman tidak ada habisnya. Ditinjau dari teori psikoanalisa, gangguan ini
dapat muncul karena adanya parental seductiveness khususnya ayah terhadap anak perempuan. Orang tua
yang mengatakan bahwa seks adalah sesuatu yang kotor tapi tidak sesuai dengan perilaku yang
Pedoman diagnostik
a. Ekspresi emosi yang dibuat-buat (self-dramatization) seperti bersandiwara (theatricality) yang
dibesar-besarkan (exaggerated).
b. Bersifat sugestif, mudah dipengaruhi oleh orang lain atau keadaan.
c. Afek datar dan labil.
d. Terus-menerus mencari kepuasaan (excitement), penghargaan dari orang lain dan aktivitas dimana
pasien menjadi pusat perhatian.
e. Penampilan atau perilaku “merangsang” yang tidak memadai.
f. Terlalu mementingkan daya tarik fisik.
Untuk diagnosis dibutuhkan paling sedikit 3 dari diatas.8
d. Gangguan Kepribadian Anankastik
Gangguan kepribadian anakastik disebut juga gangguan kepribadian Obsesif kompulsif. Orang
dengan gangguan kepribadian obsesif kompulsif terlalu berfokus pada ketertiban dan kesempurnaan
(perfeksionis dan infleksibilitas yang pervasif). Mereka harus melakukan segala sesuatu dengan benar dan
hal ini sering mengganggu produktivitas mereka. Mereka cenderung terjebak dalam rincian dan
kehilangan gambaran yang lebih besar. Mereka menetapkan standar yang tinggi dan tidak masuk akal
untuk diri mereka sendiri dan orang lain, dan cenderung sangat kritis terhadap orang lain. Mereka
menghindari bekerja di tim, percaya orang lain terlalu ceroboh atau tidak kompeten. Mereka menghindar
membuat keputusan karena mereka takut membuat kesalahan dan jarang bermurah hati menganai waktu
dan uang. Mereka sering mengalami kesulitan mengekspresikan emosi, kaku, terlalu fokus pada sesuatu
yang detail dan pengabdian yang berlebihan dalam bekerja. Pasien dengan ganguan kepribadian histrionik
menanggapi kritik secara buruk atau tampak acuh tak acuh terhadap kritik. Persahabatan mereka sering
rapuh karena mereka tidak mampu menunjukkan empati dan berpura-pura simpati hanya untuk mencapai
kepentingan mereka sendiri.7,10
Pedoman diagnostik :
a. Perasaan ragu dan hati-hati yang berlebihan.
b. Keterpakuan pada rincian, peraturan, daftar, perintah, organisasi atau jadwal.
c. Perfeksionisme yang menghambat penyelesaian tugas.
d. Ketelitian yang berlebihan, terlalu hati-hati dan kecenderungan yang tidak semestinya pada
produktifitas sampai mengabaikan kepuasan dan hubungan interpersonal.
e. Keterpakuan dan keterikatan yang berlebihan pada kebiasaan sosial.
f. Kaku dan keras kepala.
g. Pemaksa yang tak beralasan agar orang lain mengikiti persis caranya mengerjakan sesuatu, atau
keenggangan yang ak beralasan untuk mengizinkan orang lain mengerjakan sesuatu.
h. Mencampuradukkan pikiran atau dorongan yang bersifat memaksa atau yang tidak disukai.
Untuk diagnosis dibutuhkan paling sedikit 3 dari diatas.8
e. Gangguan Kepribadiann Cemas (Menghindar)
Orang dengan gangguan kepribadian menghindar menunjukkan kepekaan yang ekstrim terhadap
penolakan, yang dapat menyebabkan penarikan diri dari kehidupan sosial. Sebenarnya mereka tidak
asosial karena menunjukkan keinginan yang kuat untuk berteman tetapi mereka malu, mereka
memerlukan jaminan yang kuat dan penerimaan tanpa kritik yang tidak lazim. Orang dengan gangguan
ini menginginkan hubungan dengan orang lain yang hangat dan aman tetapi kerena perasaan ketakutan
mereka akan penolakan mereka mudah sekali keliru dalam mengartikan komentar orang lain, seringkali
komentar dari orang lain dianggap sebagai suatu penghinaan atau ejekan. Saat berbicara dengan
seseorang, mereka mengekspresikan ketidakpastian dan tidak memiliki kepercayaandiri dan mungkin
berbicara dalam cara yang merendahkan diri sendiri. Pada umumnya sifat dari orang dengan gangguan
kepribadian menghindar adalah seorang yang pemalu. Menurut teori kognitif behavioral, pasien sangat
sensitive terhadap penolakan karena adanya pengalaman masa kanak-kanak,misalnya : karena mendapat
kritik yang pedas dari orang tua.6
Pedoman diagnostik :
a. Perasaan tegang dan takut yang menetap dan pervasive.
b. Merasa dirinya tak mampu, tidak menarik atau lebih rendah daripada orang lain.
c. Kekhawatiran yang berlebihan terhadap kritik dan penolakan dalam situasi sosial.
d. Keenganan untuk terlibat dengan orang kecuali merasa yakin akan disukai.
e. Pembatasan gaya hidup karena alasan keamanan fisik.
f. Menghindari aktivitas sosial atau pekerjaan yang banyak melibatkan kontak interpersonal karena
dikritik, tidak didukung atau ditolak.
Untuk diagnosis dibutuhkan paling sedikit 3 dari diatas.8
f. Gangguan Kepribadian Dependen
Orang dengan gangguan kepribadian dependen, menempatkan kebutuhan mereka sendiri dibawah
kebutuhan orang lain. Mereka meminta orang lain untuk mengambil tanggung jawab untuk masalah besar
dalam kehidupan mereka, tidak memiliki kepercayaan diri dan mungkin mengalami rasa tidak nyaman
yang kuat jika sedang sendirian. Gangguan kepribadian dependen ditandai oleh ketergantungan yang
pervasif dan perilaku patuh. Orang dengan gangguan ini tidak mampu untuk mengambil keputusan
tanpa nasehat dan pertimbangan yang banyak dari orang lain. Pesimisme, keraguan diri, pasivitas, dan
ketakutan untuk mengekspresikan perasaan seksual dan agresif menandai perilaku gangguan kepribadian
dependen. Menurut teori psikodinamika, gangguan ini timbul karena adanya regresi atau fiksasi pada
masa oral karena orang tua yang sangat melindungi atau orang tua yang mengabaikan kebutuhan
anaknya.7
Pedoman diagnostik
a. Mendorong atau membiarkan orang lain untuk mengambil sebagian besar keputusan penting bagi
dirinya.
b. Meletakkan kebutuhan sendiri lebih rendah daripada orang lain pada siapa ia bergantung dan kerelaan
yang tidak semestinya terhadap keinginan mereka.
c. Keenganan untuk mengajukan tuntutan yang layak kepada orang pada siapa ia bergantung.
d. Perasaan tidak enak atau tidak berdaya apabila sendirian, karena ketakutan yang dibesar-besarkan
tentang ketidak mampuan mengurus sendiri.
e. Terpaku pada ketakutan akan ditinggalkan oleh orang yang dekat dengannya dan ditinggalkan agar
mengurus diri sendiri.
f. Keterbatasan kemampuan untuk membuat keputusan sehari-hari tanpa mendapat nasihat yang
berlebihan dan diyakinkan oleh orang lain.
Untuk diagnosa dibutuhkan paling sedikit 3 dari diatas.8
g. Gangguan Kepribadian Khas Lainnya
Gangguan Kepribadian Narsistik
Orang dengan kepribadian narsistik ditandai oleh meningkatnya rasa kepentingan dan perasaan
kebesaran yang unik. Mereka menganggap dirinya sebagai orang yang khusus dan penting. Mereka
menanggapi kritik secara buruk dan mungkin menjadi marah sekali jika adaorang yang berani mengkritik
mereka, atau mereka mungkin tampak sama sekali acuh tak acuh terhadap kritik. Yang mencolok adalah
perasaan akan kebesaran nama mereka. Persahabatan mereka rapuh dan mereka dapat menyebabkan
orang lain marah karena mereka menolak mematuhi aturan perilaku konvensional. Mereka tidak mampu
menunjukkan empati, dan mereka berpura-pura simpati hanya untuk mencapai kepentingan mereka
sendiri. Pasien memiliki harga diri yang rapuh dan rentan terhadap depresi. Kesulitan
interpersonal, penolakan, kehilangan dan masalah pekerjaan adalah stress-stress yang sering
dihasilkan oleh pasien dengan narsistik karena perilakunya. Menurut pandangan psikoanalitik tradisonal,
gangguan histrionok dan narsistik merupakan variensi histeria. Dan bila dilihat dari sudut pandang
psikoanalisis yang kognitif, kedua gangguan ini (gangguan histrionik dan gangguan narsistik) adalah
akibat dari ketidakmampuan memfokuskan diri pada yang detail atau yang khusus, jadi dalam memahami
situasi dan problem dilakukan secara global.6
Pedoman diagnostik
1. Memiliki rasa kepentingan diri yang besar (misalnya, pencapaian dan bakatyang dilebih-lebihkan,
berharap terkenal sebagai superior tanpa usaha yang sepadan).
2. Preokupasi dengan khayalan akan keberhasilan, kekuatan, kecerdasan, kecantikan atau cinta ideal
yang tidak terbatas.
3. Yakin bahwa ia adalah “khusus” dan unik dan dapat dimengerti hanya oleh, atau harus berhubungan
dengan, orang lain (atau institusi) yang khusus atau memiliki status tinggi.
4. Membutuhkan kebanggaan yang berlebihan.
5. Memiliki perasaan bernama besar, yaitu, harapan yang tidak beralasan akan perlakuan khusus atau
kepatuhan otomatis sesuai harapannya.
6. Eksploitatif secara interpersonal, yaitu, mengambil keuntungan dari orang lain untuk mencapai
tujuannya sendiri.
7. Tidak memiliki empati: tidak mau mengenali atau mengetahui perasaan dan kebutuhan orang lain.
8. Sering merasa iri dengan orang lain atau yakin bahwa orang lain iri kepada dirinya.
9. Menunjukkan perilaku atau sikap yang congkak dan sombong.9
h. Gangguan Kepribadian Yang Tidak Tergolongkan
Katagori ini adalah untuk gangguan-gangguan fungsi kepribadian yang tidak memenuhi kriteria untuk
gangguan kepribadian spesifik. Contohnya adalah adanya ciri-ciri lebih dari satu gangguan kepribadian
spesitik yang tidak memenuhi kriteria lengkap untuk salah satu gangguan kepribadian (kepribadian
campuran) tetapi bersama-sama menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis atau gangguan
dalam satu atau lebih fungsi penting (misalnya, sosial atau pekerjaan). Kategori ini juga dapat digunakan
jika klinis menganggap bahwa suatu gangguan kepribadian spesifik yang tidak dimasukkan kedalam
klasifikasi ini adalah sesuai. Contohnya adalah gangguan kepribadian pasif-agresif dan gangguan
kepribadian depresif.6
Gangguan Kepribadian Pasif-Agresif
Orang dengan gangguan kepribadian pasif-agresif ditandai oleh obstruksionisme (senang
menghalang-halangi), menunda-nunda, sikap keras kepala dan tidak efisien. Perilaku tersebut adalah
manifestasi dari agresi yang mendasari, yang diekspresikan secara pasif. Pasien gangguan kepribadian
pasif-agresif secara karakteristik adalah suka menunda-nunda, tidak menerima permintaan untuk kinerja
yang optimal, tidak bersedia meminta maaf, dan cenderung untuk mencari kesalahan pada diri orang lain
walaupun pada orang tempat mereka bergantung, tetapi mereka menolak untuk melepaskan mereka
sendiri dari hubungan ketergantungan. Mereka biasanya tidak memiliki ketegasan tentang kebutuhan dan
harapan mereka. Orang dengan gangguan ini tidak memiliki kepercayaan pada diri sendiri dan biasanya
pesimistik akan masa depan. Mereka memendam rasa amarah dan permusuhan yang diekspresikan
dengan cara tidak langsung tapi menggunakan cara yang menyakitkan. Tidak sensitive terhadap kritik dan
selalu menganggap dirinya benar. Dari sudut kognitif-behavioral, pasif-agresif berkembang dari
kepercayaan bahwa ekspresi terbuka dan kemarahan adalah berbahaya. Menuntut orang lain harus tahu
apa yang diinginkan, tanpa ia memintanya.5,6
Gangguan klinis :
Karakteristik pasien gangguan kepribadian pasif agresif adalah:
1. Menunda-nunda, tidak menerima permintaan untuk kinerja yang optimal, meminta maaf untuk
keterlambatan dan mencari kesalahan pada diri orang lain pada siapa mereka tergantung, mereka
menolak untuk melepaskan diri mereka sendiri dar iketergantungan.
2. Tidak memeiliki ketegasan dan tidak lansung tentang kebutuhan dan harapan mereka.
3. Tidak dapat menjawab pertanyaan yang diperlukan tentang apa yang diharapakan oleh mereka
dan mungkin menjadi cemas bila dipaksa untuk melakukannya
4. Berusaha untuk memanipulasi dirinya sendiri kedalam posisi tergantung, tetapi prilaku mereka yang
pasif dan merendahkan diri sering kali dialami orang lain sebagaihukuman atau manipulasi.7
Kriteria Riset Gangguan Kepribadian Pasif- Agresif
a. Pola perpasif sikap negatifistik dan resistensi pasif terhadap tuntutan akan kinerja yang adekuat,
dimulai pada masa dewasa awal dan tampak dalam berbagai konteks, seperti yang ditunjukkan oleh
empat (atau lebih) berikut:
1. Secara pasif menolak memenuhi tugas sosial dan pekerjaan rutin.
2. Mengeluh tidak dimengerti dan tidak dihargai oleh orang lain.
3. Cemberut dan argumentatif.
4. Tanpa alasan mengkritik dan mencemooh atasan.
5. Menunjukkan rasa cemburu dan kebencian terhadap mereka yang tampaknya lebih beruntung.
6. Suara yang diperkeras dan keluhan terus-menerus atas ketidak beruntungan dirinya
7. Berganti-ganti antara tantangan permusuhan dan perasaan dosa
b. Tidak terjadi semata-mata selama episode depresif berat dan tidak diterangkan lebih baik oleh
gangguan distimik.7
Gangguan Kepribadian Depresif
Orang dengan gangguan kepribadian depresif adalah orang yang pesimistik, anhedonik, terikat pada
kewajiban, meragukan diri sendiri dan tidak gembira secara kronis. Penyebab gangguan kepribadian
depresif tidak diketahui, tetapi faktor yang terlibat dalam gangguan distimik dan gangguan depresif berat
mungkin bekerja. Teori psikologis melihat adanya kehilangan pada awal kehidupan, pengasuhan orang
tua yang buruk, super ego yang menghukum, dan perasaan ekstrim. Deskripsi klasik tentang kepribadian
depresif diajukantahun 1963 oleh Arthur Noyes dan Laurence Kolb, “ Mereka merasakan
kegembiraan kehidupan yang normal tapi hanya sedikit, dan cenderung kesepian dan serius, tampak
sedih, patuh, pesimistik dan rendah diri. Mereka rentan untuk mengekspresikan penyesalandan perasaan
ketidakberdayaan dan putus asa. Mereka seringkali teliti, perfeksionistik, sangat berhati-hati, asyik
dengan pekerjaan, merasa bertanggung jawab dengan tajam, dan mudah berkecil hati di kondisi yang
baru. Mereka ketakutan akan celaan, cenderung menderitadalam kesepian dan kemungkinan mudah
menangis, walaupun biasanya tidak di hadapan orang lain. Suatu kecenderungan untuk merasa ragu-ragu,
tidak dapat mengambil keputusandan berhati-hati menghianati perasaan ketidak amanan yang melekat.
Terdapat 7 kelompok sifat depresif :
1. Tenang introvert, pasif, tidak sombong;
2. Bermuram durja, pesimistik,serius, dan tidak dapat merasakan kegembiraan;
3. Mengkritik diri sendiri, menyalahkan dirisendiri, dan menghina diri sendiri;
4. Bersifat ragu-ragu, kritik orang lain, sukar untuk memaafkan;
5. Berhati-hati, bertanggung jawab dan disiplin diri;
6. Memikirkan hal yang sedih dan merasa cemas;
7. Asyik dengan peristiwa negatif, perasaantidak berdaya dankelemahan pribadi.7
Gangguan distimik adalah gangguan mood yang ditandai oleh fluktuasi besar dalam mood
dibandingkan yang ditemukan pada gangguan kepribadian depresif. Gangguan kepribadian depresif
adalah kronis dan seumur hidup, sedangkan gangguan distimik adalah episodic, dapat terjadi pada setiap
waktu, dan biasanya memiliki stressor pencetus. Kepribadian depresif dapat dianggap sebagai spektrum
kondisi afektif dimana gangguan distimik dan gangguan depresif memiliki varian yang lebih parah.
Pasien gangguan kepribadian menghindar adalah introvert dan tergantung tetapi cenderung lebih merasa
cemas daripada depresi, dibandingkan orang dengan kepribadian depresif.6
Gangguan Kepribadian Sodomasokistik
Gangguan ini bukan merupakan diagnosis resmi dalam DSM IV atau spendiksnya, tetapi dapat
didiagnosis sebagai gangguan kepribadian yang tidak diklasifikasikan. Sadisme (berasal dari nama
seorang penulis di abad ke-18 yaitu Marquis de Sade, yang menulis tentang orang yang mengalami
kenikmatan seksual saat menyiksa orang lain) adalah keinginan untuk menyebabkan rasa sakit pada orang
lain baik secara penyiksaan seksual atau fisik atau penyiksaan psikologi pada umumnya. Sigmund Freud
percaya bahwa pasien sadisme untuk mencegah kecemasan kastrasi dan mampu untuk melakukan kepada
orang lain apa yang mereka takutkan akan terjadi pada diri mereka. Sedangkan masokisme
(namamengikuti Leopold von Sacher-Masoch, seorang penulis novel yang berasal dari Austria abadke-19)
adalah pencapaian pemuasan seksual dengan menyiksa diri sendiri. Pada umumnya, yang dinamakan
penderita masokisme moral mencari penghinaan dan kegagalan, bukannya sakit fisik. Menurut Sigmund
Freud, kemampuan penderita masokisme untuk mencapai orgasme terganggu oleh kecemasan dan
perasaan bersalah tentang seks dan perasaan tersebut dihilangkan oleh penderitaan dan hukuman pada diri
mereka sendiri. Pengamatan klinis menyatakan bahwa elemen perilaku sadisme dan masokisme biasanya
ditemukan pada orang yang sama.6
Gangguan kepribadian sadistik
Orang dengan kepribadian sadistik menunjukkan pola kekejaman yang perpasif, merendahkan
dan prilaku agresif, yang dimulai sejak masa anak-anak dan diarahkan kepada orang lain. Kekejaman atau
kekerasan fisik digunakan untuk menyebabkan sakit pada orang lain dan bukan untuk mencapai tujuan
lain. Orang dengan gangguan ini kemungkinan menghina atau merendahkan orang dihadapan orang lain
dan biasanya telah mengancam atau menghukum orang lain dengan kasar yang tidak lazimnya, terutama
anak-anak. Pada PPDGJ III termasuk F 65.5 yaitu suatu preferensi terhadap aktivitas seksual yang
meliputi pengikatan atau menimbulkan rasa sakit atau penghinaan. Jika individu lebih suka menjadi
resepien dari peransangan demikian, maka disebut masokisme, jika sebagai pelaku disebut sadisme, baik
sadisme maupun masokisme timulasi sadomasokistik berderajat ringan biasanya digunakan
untuk meningkatkan aktivitas seksual yang sebetulnya normal. Kategori ini hanya digunakan apabila
aktivitas sadomakistik merupakan sumber ransangan yang terpenting untuk pemuasan seksual. 6
DAFTAR PUSTAKA

1. Willy F. Maramis dan Albert A. Maramis. 2009. Catatan ilmu kedokteran jiwa. Edisi 2. Pusat
penertibitan dan percetakan UNAIR. Surabaya.
2. Sylvia D. Elvira dan Gitayanti Hadisukanto. 2010. Buku Ajar Psikiatri. Badan Penerbit FK UI.
Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai