Anda di halaman 1dari 6

Analisis masalah

a. Bagaimana mekanisme muntah non proyektil? - Kiki, Najmi

Muntah adalah suatu refleks kompleks yang diperantarai oleh pusat muntah di medula
oblongata otak. Implus-implus aferen berjalan ke pusat muntah sebagai aferen vagus dan
simpatis. Impuls-impuls aferen berasal dari lambung atau deudonum dan muncul sebagai
respon terhadap distensi berlebihan atau iritasi, atau kadang-kadang sebagai respons terhadap
rangsangan kimiawi oleh emetik (bahan yang menyebabkan muntah), misalnya pekak,
hipoksia dan nyeri juga dapat merangsang muntah melalui pengaktivan pusat muntah..

Timbul gerakan Mendorong isi usus Duodenum


Iritasi traktus
antiperistaltik kembali ke & lambung
gastrointestinal
sampai sejauh duodenum & menjadi
ileum lambung sangat
meregang
Rangsangan emetik

Saraf afferent vagal Saraf simpatis

Pusat muntah pada postrema


m.oblongata di dasar ventrikel
Secara anatomis keempat
Impuls motorik ke GIT atas (lewat saraf cranial V,
berdekatan dengan
VII, IX, X, XII) & ke otot diafragma dan abdomen
traktus solitarius (melalui saraf spinalis)
(pusat salviasi)

 Bernafas dalam
hipersalivasi  Naiknya tulang lidah & laring
untuk menarik sfingter
esophagus atas supaya
terbuka
 Penutupan glottis
 Pengangkatan palatum mole
untuk menutup nares
posterior

Kontraksi yang kuat ke bawah diafragma bersama dengan


rangsangan kontraksi semua otot dinding abdomen

Memeras perut, tekanan intragastrik sampai ke batas


yang tinggi

Sfingter esophagus bawah relaksasi


muntah secara lengkap
b. Mengindikasikan apa “muntah tidak menyemprot”? – Kiki, Najmi
Muntah non proyektil mengindikasikan bahwa tidak terjadi peningkatan tekanan
intrakranial.

c. Bagaimana penatalaksanaan awal untuk dehidrasi? (diberikan cairan apa, apakah


air putih cukup?) – Kiki, Najmi
Tatalaksana diare dehidrasi berat
 Terapi rehidrasi parenteral -> digunakan cairan Ringer Laktat dengan dosis
100 ml/kgBB. Cara pemberiannya untuk <1 tahun 1 jam pertama 30 cc/kgBB,
dilanjutkan 5 jam berikutnya 70 cc/kgBB. >1 tahun ½ jam pertama 30
cc/kgBB dilanjutkan 2 ½ jam berikutnya 70 cc/kg BB. Tatalaksana di RSMH
adalah 120 cc x BB dalam 4 jam.
 Diberi oralit selama pemberian cairan intravena (5 ml/kgBB/jam), dilakukan
untuk memberi tambahan basa dan kalium yang mungkin tidak dapat disuplai
dengan cukup dengan pemberian cairan intravena.
 ASI dan makanan tetap diteruskan sesuai umur anak dengan menu yang sama
pada waktu anak sehat untuk mencegah kehilangan BB serta pengganti nutrisi
yang hilang.
 Zinc diberikan selama 10-14 hari berturut-turut meskipun anak telah sembuh
dari diare. Karena zinc dapat mengurangi lama dan beratnya diare serta dapat
mengembalikan nafsu makan.
Dosis :
<6 bulan : 10 mg (1/2 tablet) perhari
>6 bulan : 20 mg (1 tablet) perhari
Pada bayi dapat dilarutkan dengan air matang, ASI ,atau oralit.
 Pasang kateter untuk mengontrol input dan output.

d. Mengapa urinasi yang keluar lebih sedikit dibanding biasanya? – Najmi, Kiki

Jumlah urin menjadi lebih sedikit dari biasanya karena adanya muntah dan
diare yang menyebabkan dehidrasi. Mekanismenya diawali dengan adanya
infeksi dari rotavirus di sel-sel vili usus. Pada saat virus ini menginfeksi, maka
akan terangsang proses muntah. Akibatnya cairan banyak terbuang, dan sedikit
yang diserap. Dengan begitu tubuh akan mengkompensasi dengan merangsang
sekresi ADH untuk meretensi air dan garam di tubuh dan juga merangsang pusat
haus untuk meningkatkan minum air. Kemudian ketika aliran darah yang rendah
sampai ke ginjal, maka ginjal akan mengkompensasi dengan sistem RAA (Renin
Angiotensin Aldosteron) sehingga terjadilah vasokonstriksi dan peningkatan
reabsorpsi air dan garam, dan juga mengurangi filtrasi di ginjal. Namun pada saat
ini cairan tubuh masih cukup, sehingga walaupun sekresi urin dikurangi, tetap
tidak terlalu tinggi pengurangannya, hanya seperti mekanisme fisiologis biasa.
Kemudian 3 hari yang lalu terjadi terjadilah diare karena vili usus sudah rusak
dan sudah mulai mengganggu proses penyerapan dan sekresi cairan. Akibatnya
vili yang rusak digantikan dengan sel-sel kuboid dan kripta imatur, vili menjadi
atrofi dan sekresi menjadi lebih banyak daripada absorpsi. Dengan banyaknya
makanan yang tidak terserap, maka osmolaritas di lumen semakin tinggi,
sehingga air dan elektrolit di CES akan berpindah ke lumen usus. Dengan
demikian maka tekanan osmotik di usus akan semakin tinggi.
Dengan adanya gangguan absorpsi zat makanan dan adanya peningkatan
sekresi cairan di usus halus ditambah dengan muntah, maka cairan tubuh akan
semakin berkurang, namun sebelumnya tubuh masih bisa mengkompensasi,
karena walaupun ia sudah mengalami diare 3 hari yang lalu, urinnya belum
berkurang.
Selama 4 hari ini ia meminum air yang banyak, namun ketika air masuk ke
usus yang terjadi adalah air banyak terbuang karena gangguan penyerapan, dan
air yang masuk ke plasma darah tidak memperbaiki keadaan karena tidak
diimbangi dengan elektrolit. Ketika air ada di plasma darah maka tubuh akan
langsung mempertahankan keseimbangan CIS dan CES, maka ketika ditambah
air di CES, untuk menyamai osmolaritas dengan CIS akan terjadi perpindahan air
dari CES ke CIS. Kemudian diare masih terjadi sehingga cairan di CES akan
tetap dibuang ke lumen usus. Akibatnya cairan di CES akan tetap rendah.
Sehingga penambahan air saja tanpa elektrolit tidak adekuat, dan justru
meningkatkan cairan di CIS yang dapat berkomplikasi edema dan lisis sel.
Intinya cairan di tubuhnya akan tetap sedikit dan tetap merangsang tubuh
untuk meretensi garam dan air agar tetap cukup. Akibat mekanisme yang terus
berlangsung seperti ini, lama-lama maka air dan elektrolit di CES sangat sedikit,
karena air dan elektrolit terus terbuang akibat diare, dan air terus berpindah ke
CIS. Dehidrasi akan semakin berat, dan urin akan semakin sedikit, dan 8 jam
yang lalu baru Nampak pengurangan yang signifikan.

Learningg issue

DEHIDRASI

Dehidrasi dalam artian klinis adalah tubuh kekurangan air beserta elektrolit-elektrolitnya.

Klasifikasi dehidrasi berdasarkan MTBS (manajemen terpadu balita sakit)

Terdapat dua atau lebih dari tanda- tanda berikut ;

 Letargis atau tidak sadar


 Mata cekung DEHIDRASI BERAT
 Tidak bisa minum atau malas minum
 Cubitan kulit perut kembalinya sangat lambat
Terdapat dua atau lebih dari tanda- tanda berikut ;

 Gelisah, rewel/ marah


 Mata cekung DEHIDRASI
 Haus, minum dengan lahap RINGAN/SEDANG
 Cubitan kulit perut kembalinya lambat
Tidak cukup tanda- tanda untuk diklasifikasikan TANPA DEHIDRASI
sebagai dehidrasi berat atau ringan/ sedang

Derajat dehidrasi seseorang berdasarkan defisit berat badan, dapat digolongkan sebagai
berikut:

A. Dehidrasi ringan ( defisit <5 % BB)


Kedaan umum sadar baik, rasa haus +, sirkulasi darah nadi normal, penapasan biasa,
mata agak cekung, turgor biasa, kencing biasa.
B. Dehidrasi sedang ( defisit 5-10 % BB )
Keadaan umum gelisah, rasa haus ++, sirkulasi darah nadi cepat (120-140),
pernapasan agak cepat, mata cekung, turgor agak berkurang, kencing sedikit.
C. Dehidrasi berat ( defisit >10 % BB)
Keadaan umum apatis/koma, rasa haus +++, sirkulas darah nadi cepat ( >140),
pernapasan Kussmaul (cepat dan dalam), mata cekung sekali, turgor kurang sekali,
kencing tidak ada.

Penentuan derajat dehidrasi juga bisa ditentukan melalui berat jenis plasma dan pengukuran
Central Vena Pressure:

 Dehidrasi berat : BJ plasma 1,032-1,040


 Dehidrasi sedang : BJ plasma 1,028-1,032
 Dehidrasi ringan : BJ plasma 1,025-1,028

Pengukuran Central Vena Pressure (CVP)

Bila CVP +4 s/d +11 cmH2O : normal

Syok atau dehidrasi maka CVP kurang dari +4 cmH2O


Tatalaksana Dehidrasi berat pada anak

Anda mungkin juga menyukai