Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tetrasiklin merupakan antibiotika yang memberi harapan dan sudah terbukti menjadi
salah satu penemuan antibiotika penting. Antibiotik golongan tetrasiklin yang pertama
ditemukan adalah klortetrasiklin yang dihasilkan oleh Streptomycesaureofaciens.
Kemudian ditemukan oksitetrasiklin dari Streptomycesrimosus. Tetrasiklin sendiri
dibuat secara semisintetik dari klortetrasiklin, tetapi juga dapat diperoleh dari
spesies Streptomyces lain.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan golongan tetrasiklin?
2. Apa saja golongan obat tetrasiklin?

1.3 Tujuan Masalah


1. Untuk menjelaskan pengertian golongan tetrasiklin.
2. Untuk menjelaskan golongan obat tetrasiklin.

1
BAB II
PEMBAHASAN

1.1 Pengertian Tetrasiklin


Tetrasiklin merupakan antibiotik spektrum luas yang kegunaannya sudah menurun
karena meningkatnya resistensi bakteri. Namun obat ini tetap merupakan pilihan
untuk infeksi yang disebabkan oleh klamidia (trakoma, psitakosis, salpingitis, uretritis
dan limfogranulomavenereum), riketsia (termasuk Q-fever), brusela (doksisiklin
dengan streptomisin atau rifampisin) dan spiroketa,
Borelliaburgdorferi (Lymedisease). Tetrasiklin juga digunakan pada infeksi saluran
pernafasan dan mikoplasma genital, akne, destructive (refractory) periodontaldisease,
eksaserbasi bronkitis kronis (karena aktivitasnya terhadap Hemophilusinfluenzae), dan
untuk leptospirosis pada pasien yang hipersensitif terhadap penisilin (sebagai
alternatif dari eritromisin).
a) Mekanisme kerja tetrasiklin
Menghambat sintesis protein pada bakteri dengan cara mengganggu fungsi
subunit 30S ribosom.
b) Indikasi tetrasiklin
Tetrasiklin merupakan kelompok antibiotik spektrum luas sebagai obat pilihan
untuk infeksi yang disebabkan oleh klamida (trakoma, psitakosis, salpingits,
uretris, dan limfogranuloma venerum-LGV, riketsia, brucella, dan spirokaeta).
Golongan tetrasiklin juga digunakan untuk infeksi saluran napas dan genital
oleh micoplasma, pada akne (jerawat), penyakit jaringan penyangga gigi ang
deskruktif (periodontal), bronkitis kronik yang kambuh kembali dan
leptopirosis (sebagai alternatif eritromisin bagi penderita yang hipersensitif
dengan penisilin.
c) Kontra indikasi tetrasiklin
Tetrasiklin dideposit di jaringan tulang dan gigi yang sedang tumbuh (terikat
pada kalsium) sehingga menyebabkan pewarnaan dan kadang-kadang
hipoplasia pada gigi. Obat ini tidak boleh diberikan pada anak-anak di bawah
12 tahun, ibu hamil (lampiran 4) dan menyusui (lampiran 5). Tetrasiklin tidak
boleh diberikan pada pasien dengan gangguan fungsi ginjal karena dapat
menyebabkan eksaserbasi penyakit ginjal, kecuali doksisiklin dan minosiklin.
d) Efek samping tetrasiklin
Efek samping dari tetrasiklin adalah mual, muntah, diare (kolitis akibat
antibiotik jarang dilaporkan), disfagia dan iritasi esofagus. Efek samping lain
yang jarang terjadi adalah hepatotoksisitas, pankreatitis, gangguan darah,
fotosensitivitas (terutama dengan demeklosiklin) dan reaksi hipersensitivitas
(ruam, dermatitis eksfoliatif, sindrom Steven-Johnsons, urtikaria, angioedema,
anafilaksis, perikarditis). Sakit kepala dan gangguan penglihatan dapat sebagai
pertanda adanya benignin tracranialhy pertension (terapi
dihentikan). Bulgingfontanelles pada bayi telah dilaporkan.

2
e) Farmakokinetik tetrasiklin
 Absorbsi
Sekitar 30-80% tetrasiklin diserap dalam saluran cerna. Doksisiklin
dan minosiklin diserap lebih dari 90%. Absorpsi sebagian besar
berlangsung di lambung dan usus halus. Adanya makanan dalam
lambung menghambat penyerapan, kecuali minosiklin dan doksisiklin.
Absorpsi dihambat dalam derajat tertentu oleh pH tinggi dan
pembentukan kelat yaitu kompleks tetrasiklin dengan suatu zat lain
yang sukar diserap seperti aluminium hidroksid, garam kalsium dan
magnesium yang biasanya terdapat dalam antasida, dan juga ferum.
Tetrasiklin diberikan sebelum makan atau 2 jam sesudah makan.
 Distribusi
Dalam plasma semua jenis tetrasiklin terikat oleh protein plasma dalam
jumlah yang bervariasi. Dalam cairan cerebrospinal (CSF) kadar
golongan tetrasiklin hanya 10-20% kadar dalam serum. Penetrasi ke
CSF ini tidak tergantung dari adanya meningitis. Penetrasi ke cairan
tubuh lain dan jaringan tubuh cukup baik. Obat golongan ini ditimbun
di hati, limpa dan sumssum tulang serta di sentin dan email gigi yang
belum bererupsi. Golongan tetrasiklin menembus sawar uri dan
terdapat dalam ASI dalam kadar yang relatif tinggi. Dibandingkan
dengan tetrasiklin lainnya, doksisiklin dan minosiklin daya
penetrasinya ke jaringan lebih baik. Distribusi tetrasiklin berlangsung
ke seluruh tubuh kecuali jaringan lemak. Afinitas yang besar terjadi
pada jaringan dengan kecepatan metabolisme dan pertumbuhan yang
cepat seperti hati, tulang, gigi, dan jaringan neoplasma. Dalam jaringan
tulang dan gigi, tetrasiklin akan disimpan dalam bentuk kompleks
kalsium. Tetrasiklin akan membentuk ikatan dengan protein plasma.
Walaupun demikian, lama kerja suatu kelompok senyawa tetrasiklin
ini tidak ditentukan oleh ikatan proteinnya, melainkan ditentukan oleh
sifat-sifat kimia masing-masing senyawa. Tetrasiklin dapat berikatan
dengan protein sebesar 65%. Distribusi dalam plasenta dapat terjadi
dengan mudah karena senyawa tetrasiklin dapat melewati
plasenta. Kadartetrasiklin yang tinggi juga terdapat dalam air susu.
Dalam plasma semua jenis tetrasiklin terikat oleh protein plasma dalam
jumlah yang bervariasi. Pemberian oral 250 mg tetrasiklin,
klortetrasiklin dan oksitetrasiklin tiap 6 jam menghasilkan kadar
sekitar 2.0-2.5 mcg/ml. Masa paruh doksisiklin tidak berubah pada
insufiensi ginjal sehingga obat ini boleh diberikan pada gagal ginjal.
 Metabolisme
Obat golongan tetrasiklin ini tidak dimetbaolisme secara berarti di hati,
sehingga kurang aman pada pasien gagal ginjal.
 Ekskresi
Golongan tetrasiklin diekskresi melalui urin dengan filtrasi glomerolus
dan melalui empedu. Pemberiaan per oral kira-kira 20-55% golongan
tetrasiklin diekskresi melalui urin. Golongan tetrasiklin yang diekskresi
oleh hati ke dalam empedu mencapai kadar 10 kali kadar dalam serum.
Sebagian besar obat yang diekskresi ke dalam lumen usus ini
mengalami sirkulasi enterohepatik; maka obat ini masih terdapat dalam
darah untuk waktu lama setelah terapi dihentikan. Bila terjadi obstruksi
pada saluran empedu atau gangguan faal hati obat ini akan mengalami

3
kumulasi dalam darah. Obat yang tidak diserap diekskresi melalui
tinja.
f) Dosis tetrasiklin
 Infeksi :
250 mg tiap 6 jam, dapat ditingkatkan pada infeksi berat sampai 500
mg setiap 6-8 jam.
 Akne :
500 mg dua kali sehari.
 Uretritis non-gonokokal :
500 mg tiap 6 jam untuk 7-14 hari (21 hari jika setelah pengobatan
pertama infeksi kembali berulang).
g) Interaksi tetrasiklin
 Pengobatan dengan tetrasiklin jangan dikombinasikan dengan penisilin
atau sefalosporin.
 Karbamazepin dan fenitoin menurunkan efektifitas tetrasiklin secara
oral.
 Tetrasiklin akan memperpanjang kerja antikluogulan kumarin,
sehingga proses pembekuan akan tertunda.

1.2 Golongan Obat Tetrasiklin


1. Demeklosiklin
a. Indikasi obat:
Mencegah infeksi antraks, malaria, gangguan sekresi hormon
antidiuretik.
b. Kontra indikasi obat:
Alergi atau hipersentivitas terhadap komponen obat merupakan satu-
satunya kontra indikasi mutlak dari penggunaan obat demeklosiklin
ini.
c. Efek samping obat:
Fotosensitivitas lebih sering terjadi, pernah dilaporkan terjadinya
diabetes insipidus nefrogenik.
d. Dosis obat:
150 mg tiap 6 jam atau 300 mg tiap 12 jam.
e. Farmakokinetik obat:
 Absorbsi:
90% PO dan Cmax-nya (mg/L) tertunda sampai 4-6 jam untuk
mencapai konsentrasi puncak.
 Distibusi:
Volume distribusi 1,3-1,7 L/kg atau total distribusinya 100-
130 L. Hal ini secara tidak langsung menunjukkan konsentrasi
dalam jaringan. Sehingga disimpulkan distribusinya relatif
sulit.
 Metabolisme: hepatik.

4
 Ekskresi:
Diekskresikan oleh ginjal dan melalui ekskresi biller (obat
terkonsentrasi dalam empedu dan diekskresi ke dalam usus
halus).
f. Interaksi obat:
Tetrasiklin mengikat kation, seperti kalsuim, zat besi (bila diberikan
secara oral), dan magnesium, membuatnya tidak larut dan tidak dapat
larut untuk saluran cerna.
2. Doksisiklin
a. Indikasi obat:
Antibiotik spektrum luas pilihan kedua.
b. Kontra indikasi obat:
Penisilin merupakan obat pilihan yang biasa digunakan, termasuk
profilaksis demam rematik. Bila penisilin dikontraindikasikan,
doksisiklin merupakan alternative pada terapi Actinomycosis yang
disebabkan oleh spesies Actinomyces.
c. Efek samping obat:
Anoreksia, kemerahan, dan tinnitus.
d. Dosis obat:
 Dosis lazim dewasa: 200 mg pada hari pertama (diberikan
sebagai dosis tunggal atau 100 mg setiap 12 jam) diikuti
dengan dosis pemeliharaan 100 mg/hari (diberikan sebagai
dosis tunggal atau sebagai dosis 50 mg setiap 12 jam). Untuk
mengatasi infeksi yang lebih berat (terutama infeksi saluran
kemih kronis), 200 mg sehari selama perioda terapi.
 Anak di atas 8 tahun: Dosis yang dianjurkan pada anak BB
kurang dari atau sama dengan 45 kg adalah 4,4 mg/kg bb
(sebagai dosis tunggal atau dosis terbagi dua pada hari
pertama), diikuti dengan 2,2 mg/kg bb (dosis tunggal atau
dosis terbagi dua) pada hari yang berurutan. Pada infeksi yang
lebih berat, bisa hingga 4,4 kg/bb.Anak dengan berat badan
lebih dari 45 kg: sama dengan dosis dewasa.
e. Farmakokinetik obat:
 Absorbsi: 90% PO
 Distribusi: volume distribusi 50 L/kg.
 Metabolisme: hati.
 Ekskresi: melalui urin 40%.
f. Interaksi obat:
 Penisilin, sefalosporin dan aminoglikosida bersifat antagonis
terhadap doksisiklin.
 Fenitoin, fenobarbital dan karbamazepin dapat
mempersingkat masa paruh doksisiklin dalam plasma.

5
3. Minoksiklin
a. Indikasi obat:
Obat pilihan pada infeksi langka seperti kolera atau pes.
b. Kontra indikasi obat: gangguan fungsi ginjal.
c. Efek samping obat:
Sakit kepala dan vertigo (lebih sering pada wanita); dermatitis
eksfoliatif, pigmentasi (kadang-kadang ireversibel), SLE dan
kerusakan hepar.
d. Dosis obat:
100 mg dua kali sehari. Akne: 50 mg dua kali sehari atau 100 mg
sekali sehari selama 6 minggu atau lebih. Gonore: dosis awal 200 mg,
dilanjutkan 100 mg tiap 12 jam selama paling sedikit 4 hari untuk
laki-laki. Untuk wanita perlu lebih lama.
e. Farmakoninetik obat:
 Absorbsi: 90% PO
 Distribusi: volume distibusi 60 L/kg.
 Metabolisme: hati
 Ekskresi: melalui veses, dan istirahat di ginjal.
f. Interaksi obat:
Obat bakteriostatik dapat menganggu tindakan bakterisida penisilin,
disarankan untuk menghindari pemberian obat tetraciklin bersamaan
dengan penisilin.
4. Oksitetrasiklin
a. Indikasi obat:
Pengobatan infeksi karena ricketsia dan klamida, pada saluran nafas,
saluran cerna, kulit dan jaringan lunak dan infeksi karena hubungan
kelamin.
b. Kontra indikasi obat:
Herpes simpleks akut, varisela, infeksi TB pada mata, infeksi jamur,
virus lain pada kornea dan konjungtifa.
c. Efek samping:
Erupsi mobiliformis, urtikaria, dermatitis eksfoliatif, edema
angioneurotik dan reaksi anafilaktik.
d. Dosis obat: 250-500 mg tiap 6 jam.
e. Farmakokinetk obat:
 Absorbsi: 80% PO.
 Distribusi: 1,3-1,7 L/kg.
 Metabolisme: hati.
 Ekskresi: melalui ginjal.
f. Interaksi obat:
Absorbsi tetrasiklin berkurang dengan kation divalen dan trivalen,
seperti aluminium, bismuth, ion kalsium, besi, magnesium, zink, dan
karena penggunaan tetrasiklin dengan antasid, preparat besi, beberapa
makanan seperti susu dan produk susu atau preparat lain yang

6
mengandung kation sebagai bahan aktif atau eksipien dapat
menghailkan konsentrasi serum subterapi antibakteri.
5. Tigeskilin
a. Indikasi obat:
Mencegah komplikasi infeksi kulit, dan komplikasi intra abdominal.
b. Kontra indikasi obat: riwayat hipersensitif.
c. Efek samping obat:
Mual, muntah,diare, nyeri perut, sakit kepala, hipoproteinemia,
peningkatan SGPT dan SGOT, ruam, peningkatan amilase,
peningkatan BUN,phlebitis, dispepsia.
d. Dosis obat:
Dosis awal 100 mg, dilanjutkan dengan dosis 50 mg setiap 12 jam.
Infus intravena tigesiklin sebaiknya diberikan selama kira-kira 30
hingga 60 menit setiap 12 jam. Lama pengobatan untuk komplikasi
kulit atau komplikasi intra abdominal adalah 5 sampai 14 hari. Durasi
pengobatan sebaiknya disesuaikan dengan tingkat keparahan, tempat
infeksi, kondisi klinis pasien dan hasil pemeriksaan bakteri. Pasien
dengan gangguan fungsi hati berat: dosis awal 100 mg dilanjutkan
dengan penyesuaian dosis menjadi 25 mg setiap 12 jam.
e. Farmakokinetik obat:
 Absorbsi: 90% PO
 Distribusi: volume distubusi 7-17 L/kg.
 Metabolisme:
Tigesiklin dimetabolisme melalui glukuronidasi menjadi
konjugat glucuronid dan metabolit N-acetyl-9-
aminominocycline.
 Ekskresi: 59% biller dan 33% ginjal.
f. Interaksi obat:
Penggunaan bersamaan dengan warfarin, monitor waktu protrombin
atau pemeriksaan antikoagulan lain; penggunaan bersamaan dengan
kontrasepsi oral dapat menurunkan kemanfaatan obat kontrasepsi
oral.

7
BAB III
PENUTUP

1.1 Kesimpulan
Tetrasiklin merupakan antibiotika yang memberi harapan dan sudah terbukti menjadi
salah satu penemuan antibiotika penting. Antibiotik golongan tetrasiklin yang pertama
ditemukan adalah klortetrasiklin yang dihasilkan oleh Streptomycesaureofaciens.
Kemudian ditemukan oksitetrasiklin dari Streptomycesrimosus. Tetrasiklin sendiri
dibuat secara semisintetik dari klortetrasiklin, tetapi juga dapat diperoleh dari
spesies Streptomyces lain. Tetrasiklin merupakan antibiotik spektrum luas yang
kegunaannya sudah menurun karena meningkatnya resistensi bakteri. Namun obat ini
tetap merupakan pilihan untuk infeksi yang disebabkan oleh klamidia (trakoma,
psitakosis, salpingitis, uretritis dan limfogranulomavenereum), riketsia (termasuk Q-
fever), brusela (doksisiklin dengan streptomisin atau rifampisin) dan spiroketa,
Borelliaburgdorferi (Lymedisease). Tetrasiklin juga digunakan pada infeksi saluran
pernafasan dan mikoplasma genital, akne, destructive (refractory) periodontaldisease,
eksaserbasi bronkitis kronis (karena aktivitasnya terhadap Hemophilusinfluenzae), dan
untuk leptospirosis pada pasien yang hipersensitif terhadap penisilin (sebagai
alternatif dari eritromisin).

1.2 Saran
Penyusun menyadari, dalam penyusunan makalah ini belum sepenuhnya sempurna.
Untuk itu dapat kiranya memberikan kritik dan saran mengenai makalah ini.
Walaupun demikian penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi kita
semua.

8
DAFTAR PUSTAKA

pionas.pom.go.id
https://id.m.wikipedia.orng
millissehat.web.id
deschacare.com
apotik.mediacastore.com
www.kerjanya.net
https://yosefw.wordpress.com
https://khadijanuralfirdausi.wordpress.com
www.mipa-farmasi.com
https://ithinkeducation.wordpress.com
https://en.m.wikipedia.org
www.drugbank.com
www.antimicrobe.org
https://academic.oup.com

Anda mungkin juga menyukai