Anda di halaman 1dari 11

PENGELOLAAN SUMBER DAYA ALAM HUTAN

NAMA : Ida BagusWhisnuSaputra

NIM : 2015 3300 112


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sumber daya hutan merupakan berkah yang tak ternilai harganya bagi semua aktor biologis
disekitarnya. Salah satu sumber daya alam yang begitu potensial dan merupakan tumpuan bagi
keberlangsungan hidup suatu insan biologis adalah hutan. Hutan merupakan rumah dan sekaligus
bank yang mensuplay kebutuhan hidup mendasar dari aktor biologis yang ada didalamnya
termasuk manusia (masyarakat).
Selama ini perhatian khusus terhadap nilai pentingnya keberadaan hutan bagi masyarakat sangat
kurang. Hutan selalu identik dengan bank-hidup yang mampu memberikan keuntungan dan
kepuasan ekonomi diantaranya dalam bentuk uang tunai. Hal ini sangat mencolok dalam
perubahan pola kehidupan masyarakat sekitar hutan. Contoh kasus dibeberapa masyarakat
Kampung sekitar Kabupaten Kaimana. Masyarakat di sebagian besar kampung di Kaimana ini
hidup bergantung pada hasil alam (hutan dan perairan). Berdasarkan hasil analisis proporsi
pendapatan dari penghidupan setahun rumah tangga di beberapa kampung di Kaimana. Diketahui
bahwa sekitar 50 % sumber penghidupannya berasal dari hasil hutan. Hutan memberikan
kontribusi besar baik untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari rumah tangga atau sumber
penghasilan dalam bentuk uang tunai. Masyarakat secara teknis sudah mampu untuk
memanfaatkan hasil hutan baik hasil hutan kayu maupun hasil hutan bukan kayu.
Kondisi ekonomi yang terus mengalami perubahan dari waktu ke waktu mendorong laju
perubahan pola hidup masyarakat yang semakin cepat pula. Kebutuhan akan uang manjadi faktor
pendorong krusial dalam pemanfaatan sumber daya huta. Namun sangat disayangkan bahwa
perubahan-perubahan diatas tidak diseimbangkan dengan kemampuan manajemen hasil dan
manajemen usaha rumah tangga yang baik.

B. Rumusan Masalah
Untuk memberikan arah, penulis bermaksud membuat suatu perumusan masalah sesuai
dengan arah yang menjadi tujuan dan sasaran penulisan dalam makalah ini. Perumusan masalah
menurut istilahnya terdiri atas dua kata yaitu rumusan yang berarti ringkasan atau kependekan,
dan masalah yang berarti pernyataan yang menunjukkan jarak antara rencana dengan
pelaksanaan, antara harapan dengan kenyataan. Perumusan masalah dalam makalah ini berisikan
antara lain :

1. Apakah pengertian Sumber Daya Hutan?


2. Apa sajakah fungsi dan formasi Hutan?
3. Apa sajakah penyebab Kerusakan Hutan?
4. Bagaimanakah bentuk penanggulangan kerusakan Hutan secara umum?
5. Bentuk program dan kegiatan dalam rangka pelestarian Hutan.
BAB II
SUMBER DAYA HUTAN

A. Pengertian Sumber Daya Hutan


Sumber daya alam adalah sesuatu yang dapat dimanfaatkan untuk berbagai kepentingan dan
kebutuhan hidup manusia agar hidup lebih sejahtera yang ada di sekitar alam lingkungan hidup
kita. Sumber daya alam bisa terdapat di mana saja seperti di dalam tanah, air, permukaan tanah,
udara, dan lain sebagainya. Contoh dasar sumber daya alam seperti barang tambang, sinar
matahari, tumbuhan, hewan dan banyak lagi lainnya.

1. Sumber daya alam berdasarkan jenis :


- sumber daya alam hayati / biotik adalah sumber daya alam yang berasal dari makhluk
hidup. contoh : tumbuhan, hewan, mikro organisme, dan lain-lain.
- sumber daya alam non hayati / abiotik adalah sumber daya alam yang berasal dari
benda mati. contoh : bahan tambang, air, udara, batuan, dan lain-lain.

2. Sumber daya alam berdasarkan sifat pembaharuan :


- sumber daya alam yang dapat diperbaharui / renewable yaitu sumber daya alam yang
dapat digunakan berulang-ulang kali dan dapat dilestarikan. contoh : air, tumbuh-tumbuhan,
hewan, hasil hutan, dan lain-lain
- sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui / non renewable ialah sumber daya
alam yang tidak dapat di daur ulang atau bersifat hanya dapat digunakan sekali saja atau tidak
dapat dilestarikan serta dapat punah. contoh : minyak bumi, batubara, timah, gas alam.
- Sumber daya alam yang tidak terbatas jumlahnya / unlimited contoh : sinar matahari,
arus air laut, udara, dan lain lain.

3. Sumber daya alam berdasarkan kegunaan atau penggunaannya


- sumber daya alam penghasil bahan baku adalah sumber daya alam yang dapat
digunakan untuk menghasilkan benda atau barang lain sehingga nilai gunanya akan menjadi
lebih tinggi.
contoh : hasil hutan, barang tambang, hasil pertanian, dan lain-lain
- sumber daya alam penghasil energi adalah sumber daya alam yang dapat menghasilkan
atau memproduksi energi demi kepentingan umat manusia di muka bumi.
misalnya : ombak, panas bumi, arus air sungai, sinar matahari, minyak bumi, gas bumi, dan lain
sebagainya.

Hutan adalah sebuah kawasan yang ditumbuhi dengan lebat oleh pepohonan dan tumbuhan
lainnya. Kawasan-kawasan semacam ini terdapat di wilayah-wilayah yang luas di dunia dan
berfungsi sebagai penampung karbon dioksida (carbon dioxide sink), habitat hewan, modulator
arus hidrologika, serta pelestari tanah, dan merupakan salah satu aspek biosfer Bumi yang paling
penting.
Hutan adalah bentuk kehidupan yang tersebar di seluruh dunia. Kita dapat menemukan hutan
baik di daerah tropis maupun daerah beriklim dingin, di dataran rendah maupun di pegunungan,
di pulau kecil maupun di benua besar.
Hutan merupakan suatu kumpulan tumbuhan dan juga tanaman, terutama pepohonan atau
tumbuhan berkayu lain, yang menempati daerah yang cukup luas.

B. Fungsi dan Formasi Hutan


1. Fungsi Hutan
Hutan bagi manusia mempunyai dua fungsi pokok, yaitu fungsi ekologis dan fungsi
ekonomis. yaitu sebagai berikut :

1. Sebagai fungsi ekologis, hutan menghisap karbon dari udara dan mengembalikan oksigen
(O2) kepada manusia. Hutan melakukan penyaringan udara yang kotor akibat pencemaran
kendaraan bermotor, pabrik - pabrik, usaha - usaha pertambangan, aktivitas rumah tangga
masyarakat, maka hilangnya hutan berarti bumi tidak memiliki keseimbangan untuk
mempertahankan keseimbangan atas tersedianya oksigen yang sangat dibutuhkan oleh mahluk
hidup dalam melaksanakan proses respirasi ( pernapasan ). Hal ini juga dapat mengakibatkan
udara di bumi menjadi semakin panas karena begitu banyaknya bahan pencemar yang
menyelimuti bumi dan mengurung hawa panas bumi untuk dipantulkan lagi ke bumi ( efek
rumah kaca ). hutan sebagai tempat hidup berbagai macam tumbuh - tumbuhan, hewan dan jasad
renik lainnya. semua bahan yang dimakan berasal dari flora dan fauna yang plasma nutfahnya
berkembang di hutan. semua obat yang menyembuhkan penyakit berasal dari bahan hasil plasma
nutfah hutan.

2. Sebagai fungsi ekonomis, manusia telah memanfaatkan hutan dari generasi ke generasi.
Pemanfaatan yang dikenal manusia dari hutan adalah pengambilan hasil hutan, terutama kayu.
Pengambilan mulai dari kayu ramin, meranti, ulin sampai dengan kayu bakar dimanfaatkan
manusia baik untuk keperluan sendiri ataupun sebagai penghasil devisa negara. Bahkan bagi
masyarakat tertentu hutan adalah seluruh kehidupannya sebagai tempat tinggal dan tempat
mencari nafkah.
Hutan sebagai suatu ekosistem tidak hanya menyimpan sumberdaya alam berupa kayu, tetapi
masih banyak potensi non kayu yang dapat diambil manfaatnya oleh masyarakat melalui
budidaya tanaman pertanian pada lahan hutan. Sebagai fungsi ekosistem hutan sangat berperan
dalam berbagai hal seperti penyedia sumber air, penghasil oksigen, tempat hidup berjuta flora
dan fauna, dan peran penyeimbang lingkungan, serta mencegah timbulnya pemanasan global.
Sebagai fungsi penyedia air bagi kehidupan hutan merupakan salah satu kawasan yang sangat
penting, hal ini dikarenakan hutan adalah tempat bertumbuhnya berjuta tanaman.
• Mencegah erosi; dengan adanya hutan, air hujan tidak langsung jatuh ke permukaan tanah, dan
dapat diserap oleh akar tanaman.
• Sumber ekonomi; melalui penyediaan kayu, getah, bunga, hewan, dan sebagainya.
• Sumber plasma nutfah; keanekaragaman hewan dan tumbuhan di hutan memungkinkan
diperolehnya keanekaragaman gen.
Menjaga keseimbangan air di musim hujan dan musim kemarau. Dengan terbentuknya
humus di hutan, tanah menjadi gembur. Tanah yang gembur mampu menahan air hujan sehingga
meresap ke dalam tanah, resapan air akan ditahan oleh akar-akar pohon. Dengan demikian, di
musim hujan air tidak berlebihan, sedangkan di musim kemarau, danau, sungai, sumur dan
sebagainya tidak kekurangan air.

2. Formasi Hutan

Rimbawan berusaha menggolong-golongkan hutan sesuai dengan ketampakan khas masing-


masing. Tujuannya untuk memudahkan manusia dalam mengenali sifat khas hutan. Dengan
mengenali betul-betul sifat sebuah hutan, kita akan memperlakukan hutan secara lebih tepat
sehingga hutan dapat lestari, bahkan terus berkembang.
Ada berbagai jenis hutan. Formasi jenis-jenis hutan ini pun bermacam-macam pula. Misalnya:

a. Menurut asal

Kita mengenal hutan yang berasal dari biji, tunas, serta campuran antara biji dan tunas.
Hutan yang berasal dari biji disebut juga ‘hutan tinggi’ karena pepohonan yang tumbuh dari biji
cenderung menjadi lebih tinggi dan dapat mencapai umur lebih lanjut. Hutan yang berasal dari
tunas disebut ‘hutan rendah’ dengan alasan sebaliknya. Hutan campuran, oleh karenanya, disebut
‘hutan sedang’.
Penggolongan lain menurut asal adalah hutan perawan (hutan primer) dan hutan sekunder.
Hutan perawan merupakan hutan yang masih asli dan belum pernah dibuka oleh manusia. Hutan
sekunder adalah hutan yang tumbuh kembali secara alami setelah ditebang atau kerusakan yang
cukup luas. Akibatnya, pepohonan di hutan sekunder sering terlihat lebih pendek dan kecil.
Namun jika dibiarkan tanpa gangguan untuk waktu yang panjang, kita akan sulit membedakan
hutan sekunder dari hutan primer. Di bawah kondisi yang sesuai, hutan sekunder akan dapat
pulih menjadi hutan primer setelah berusia ratusan tahun.
b. Menurut cara permudaan (tumbuh kembali)

Hutan dapat dibedakan sebagai hutan dengan permudaan alami, permudaan buatan, dan
permudaan campuran. Hutan dengan permudaan alami berarti bunga pohon diserbuk dan biji
pohon tersebar bukan oleh manusia, melainkan oleh angin, air, atau hewan. Hutan dengan
permudaan buatan berarti manusia sengaja menyerbukkan bunga serta menyebar biji untuk
menumbuhkan kembali hutan. Hutan dengan permudaan campuran berarti campuran kedua jenis
sebelumnya.
Di daerah beriklim sedang, perbungaan terjadi dalam waktu singkat, sering tidak
berlangsung setiap tahun, dan penyerbukannya lebih banyak melalui angin. Di daerah tropis,
perbungaan terjadi hampir sepanjang tahun dan hampir setiap tahun. Sebagai pengecualian,
perbungaan pohon-pohon dipterocarp (meranti) di Kalimantan dan Sumatera terjadi secara
berkala. Pada tahun tertentu, hutan meranti berbunga secara berbarengan, tetapi pada tahun-tahun
berikutnya meranti sama sekali tidak berbunga. Musim bunga hutan meranti merupakan
kesempatan emas untuk melihat biji-biji meranti yang memiliki sepasang sayap melayang-layang
terbawa angin.

c. Menurut susunan jenis

Berdasarkan susunan jenisnya, kita mengenal hutan sejenis dan hutan campuran. Hutan
sejenis, atau hutan murni, memiliki pepohonan yang sebagian besar berasal dari satu jenis,
walaupun ini tidak berarti hanya ada satu jenis itu. Hutan sejenis dapat tumbuh secara alami baik
karena sifat iklim dan tanah yang sulit maupun karena jenis pohon tertentu lebih agresif.
Misalnya, hutan tusam (pinus) di Aceh dan Kerinci terbentuk karena kebakaran hutan yang luas
pernah terjadi dan hanya tusam jenis pohon yang bertahan hidup. Hutan sejenis dapat juga
merupakan hutan buatan, yaitu hanya satu atau sedikit jenis pohon utama yang sengaja ditanam
seperti itu oleh manusia, seperti dilakukan di lahan-lahan HTI (hutan tanaman industri).
Penggolongan lain berdasarkan pada susunan jenis adalah hutan daun jarum (konifer) dan hutan
daun lebar. Hutan daun jarum (seperti hutan cemara) umumnya terdapat di daerah beriklim
dingin, sedangkan hutan daun lebar (seperti hutan meranti) biasa ditemui di daerah tropis.

d. Menurut umur’

Kita dapat membedakan hutan sebagai hutan seumur (kira-kira berumur sama) dan hutan
tidak seumur. Hutan alam atau hutan permudaan alam biasanya merupakan hutan tidak seumur.
Hutan tanaman boleh jadi hutan seumur atau hutan tidak seumur.
e. Berdasarkan letak geografisnya:

• hutan tropika, yakni hutan-hutan di daerah khatulistiwa


• hutan temperate, hutan-hutan di daerah empat musim (antara garis lintang 23,5º - 66º).
• hutan boreal, hutan-hutan di daerah lingkar kutub.

f. Berdasarkan sifat-sifat musimannya:

• hutan hujan (rainforest), dengan banyak musim hujan.


• hutan selalu hijau (evergreen forest)
• hutan musim atau hutan gugur daun (deciduous forest)
• hutan sabana (savannah forest), di tempat-tempat yang musim kemaraunya panjang. Dll.

3. Penyebab Kerusakan Hutan

Hal-hal yang sering menjadi penyebab kebakaran hutan antara lain sebagai berikut :
a. Musim kemarau yang sangat panjang.
b. Meninggalkan bekas api unggun yang membara di hutan.
c. Pembuatan arang di hutan.
d. Membuang puntung rokok sembarangan di hutan.

Sementara itu, selain kebakaran hutan Sumber-sumber kerusakan hutan lainnya adalah :
1. Alih fungsi dan penyerobotan kawasan hutan
2. Bencana alam misalnya kebakaran, letusan gunung berapi, angin dan sebagainya
3. Penebangan (legal) yang berlebihan dan penebangan ilegal
4. Hama dan penyakit

4. Penanggulangan Kerusakan Hutan secara Umum

Sementara ilegal logging terus berjalan. Jadi mau tidak mau kita harus menanam dan tidak
menebangi hutan alam. Permasalahan yang sering kita hadapi sekarang ini adalah adanya
berbagai kepentingan yang ingin memanfaatkan sumberdaya lahan dan hutan yang ada di
Indonesia. Adanya Otonomi daerah, yang masing-masing daerah ingin memanfaatkan
sumberdaya yang ada seoptimal mungkin. Disisi lain, kerusakan lingkungan tidak bisa
dihindarkan, akibat dampak pemanfaatan sumberdaya alam tanpa mengindahkan aspek
kelestariannya. Untuk itu, salah satu upaya dalam mengatasi masalah-masalah diatas adalah
dengan cara antara lain dengan :
a. Rehabilitasi lahan melalui berbagai cara, antara lain dengan : Reboisasi, penghijauan,
penanaman kembali dengan tanaman perkebunan, tanaman pertanian, reklamasi lahan pada lahan
bekas tambang, dll.

b. Koordinasi dengan berbagai stackholder dalam merancang pemanfaatan sumberdaya


alam, secara arief, tanpa meninggalkan aspek kelestarian

c. Membuat skala prioritas dalam menyelesaikan permasalahan yang ada.


Salah satu cara yang mungkin bisa dijadikan opsi dalam rangka rehabilitasi lahan kritis terutama
yang berbenturan dengan berbagai masalah khususnya masyarakat adalah antara lain dengan
penerapan aplikasi silvikultur. Karena dengan penerapan aplikasi silvikultur akan bisa mewadai
berbagai kepentingan yang berkait dengan rehabilitasi lahan kritis.
Lahan kritis diklasifikasikan menjadi dua yaitu :
1. lahan ktitis di daratan, misalnya : lahan bekas tambang, lehan bekas illegal logging, dan
lahan tandus dan gundul

2. lahan kritis di kawasan perairan, misalnya : hamparan pasir dipantai dan degradasi
kawasam hutan payau.

Dalam mengeksploitasi sumber daya tumbuhan, khususnya hutan, perlu memperhatikan


hal-hal sebagai berikut.

• Tidak melakukan penebangan pohon di hutan dengan semena-mena (tebang habis).


• Penebangan kayu di hutan dilaksanakan dengan terencana dengan sistem tebang pilih
(penebangan selektif). Artinya, pohon yang ditebang adalah pohon yang sudah tua dengan
ukuran tertentu yang telah ditentukan.
• Cara penebangannya pun harus dilaksanakan sedemikian rupa sehingga tidak merusak pohon-
pohon muda di sekitarnya.
• Melakukan reboisasi (reforestasi), yaitu menghutankan kembali hutan yang sudah terlanjur
rusak.
• Melaksanakan aforestasi, yaitu menghutankan daerah yang bukan hutan untuk mengganti
daerah hutan yang digunakan untuk keperluan lain.
• Mencegah kebakaran hutan. Kerusakan hutan yang paling besar dan sangat merugikan adalah
kebakaran hutan. Diperlukan waktu yang lama untuk mengembalikannya menjadi hutan kembali.
Pemadaman kebakaran hutan dapat dilakukan dengan dua cara seperti berikut ini :
a. Secara langsung dilakukan pada api kecil dengan penyemprotan air.
b. Secara tidak langsung pada api yang telah terlanjur besar, yaitu melokalisasi api dengan
membakar daerah sekitar kebakaran, dan mengarahkan api ke pusat pembakaran. Biasanya
dimulai dari daerah yang menghambat jalannya api, seperti: sungai, danau, jalan, dan puncak
bukit.
Untuk mengatasi kebakaran hutan diperlukan hal-hal berikut ini.
a. Menara pengamat yang tinggi dan alat telekomunikasi.
b. Patroli hutan untuk mengantisipasi kemungkinan kebakaran.
c. Sistem transportasi mobil pemadam kebakaran yang siap digunakan.

5. Program dan Kegiatan dalam Rangka

Pelestarian Sumber Daya Alam Hutan


Menurut Eva Wolenberg (1999), penggunaan hasil hutan perlu mempertimbangkan
kondisi dampak ekologi, finansial dan sosial. Pemeliharaan dan pemanfaatan hasil hutan
merupakan penyesuaian terhadap situasi demikian dalam kerangka 3 pola hubungan antara usaha
hasil hutan dengan pasar, kemudian hutan dengan ekonomi masyarakat kampung.
Istilah usaha yang bercetak tebal pada gambar sebelumnya mengandung pengertian interpretasi
secara luas tentang aktifitas pemanfaatan hasil hutan kayu dan bukan kayu yang direncanakan
dengan maksud menyediakan keuntungan ekonomi, baik berupa uang tunai atau dalam bentuk
yang lain.
Oleh karena hutan merupakan sumber daya krusial sehingga dalam pemanfaatan dan
penggunaannya dibutuhkan suatu system manajemen yang mantap. System manajemen ini
diperlukan suatu perencanaan yang matang sebelum menjalankan usaha kehutanan. Pemantapan
sistem manajemen mencakup pembentukan lembaga pengelola hasil hutan, serta rencana
manajemen selanjutnya.
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

1. Hutan adalah sebuah kawasan yang ditumbuhi dengan lebat oleh pepohonan dan tumbuhan
lainnya. Kawasan-kawasan semacam ini terdapat di wilayah-wilayah yang luas di dunia dan
berfungsi sebagai penampung karbon dioksida (carbon dioxide sink), habitat hewan, modulator
arus hidrologika, serta pelestari tanah, dan merupakan salah satu aspek biosfer Bumi yang paling
penting.

2. Sebagai fungsi ekosistem hutan sangat berperan dalam berbagai hal seperti penyedia
sumber air, penghasil oksigen, tempat hidup berjuta flora dan fauna, dan peran penyeimbang
lingkungan, serta mencegah timbulnya pemanasan global.

3. Rimbawan berusaha menggolong-golongkan hutan sesuai dengan ketampakan khas


masing-masing. Tujuannya untuk memudahkan manusia dalam mengenali sifat khas hutan.
Dengan mengenali betul-betul sifat sebuah hutan, kita akan memperlakukan hutan secara lebih
tepat sehingga hutan dapat lestari, bahkan terus berkembang.

4. Hal-hal yang sering menjadi penyebab kebakaran hutan antara lain sebagai berikut :
a. Musim kemarau yang sangat panjang.
b. Meninggalkan bekas api unggun yang membara di hutan.
c. Pembuatan arang di hutan.
d. Membuang puntung rokok sembarangan di hutan.

B. SARAN

Sementara ilegal logging terus berjalan. Jadi mau tidak mau kita harus menanam dan tidak
menebangi hutan alam. Permasalahan yang sering kita hadapi sekarang ini adalah adanya
berbagai kepentingan yang ingin memanfaatkan sumberdaya lahan dan hutan yang ada di
Indonesia. Adanya Otonomi daerah, yang masing-masing daerah ingin memanfaatkan
sumberdaya yang ada seoptimal mungkin. Disisi lain, kerusakan lingkungan tidak bisa
dihindarkan, akibat dampak pemanfaatan sumberdaya alam tanpa mengindahkan aspek
kelestariannya.

Anda mungkin juga menyukai