Anda di halaman 1dari 2

Penggunaan narkoba yang semakin meluas di berbagai kalangan masyarakat dewasa ini tampaknya

masih belum teridentifikasi secara komprehensif. Walaupun upaya upaya penanggulangan udah mulai
bermunculan disana sini, tapi data mengenai seberapa luas penyebarannya di masyarakat, siapa aja
yang terlibat, faktor-faktor apa saja yang berpengaruh terhadap permasalahan itu, serta dampak yang
ditimbulkan dan sebagainya masih belum tersedia baik itu di instansi-instansi resmi maupun yang
bergerak dalam bidang penanggulangan narkoba. Dulu kita pikir antara narkoba dan AIDS nggak ada
hubungannya. Eh ternyata sekarang bukti menunjukkan bahwa kasus AIDS yang disebabkan karena
Narkotika meningkat drastic, terutama dikalangan remaja.
Saat ini di dunia diperkirakan hampir lebih dari 30 juta orang hidup dengan HIV/AIDS dan sebagian besar
ada di negara-negara sedang berkembang. Oleh karenanya tidak mengherankan apabila AIDS saat ini
menjadi penyebab yang paling utama dari kematian yang terjadi. WHO memperkirakan perkembangan
HIV/AIDS setiap harinya terjadi sekitar 14.000 kasus baru atau setiap detiknya akan ada 9 kasus.
Sementara itu di Indonesia jumlah orang yang hidup dengan HIV/AIDS yang diketahui sebanyak 1283
kasus, termasuk tambahan pada bulan Juni 2000 kemarin sebanyak 26 kasus yang terdiri dari 8 kasus
AIDS dan 18 kasus HIV positif. Dari jumlah kasus-kasus diketahui, diperkirakan sekitar 52.000 orang
dewasa dan anak-anak telah hidup dengan HIV/AIDS, mengerikan bukan ?
Di beberapa negara, pengguna napza (narkotika, alkohol, psikotropika dan zat adiktif ) melalui jarum
suntik atau lebih sering dikenal dengan Injecting Drug Use (IDU) atau obat yang disuntikkan menjadi
sebuah tren baru yang menjadi pemicu kasus-kasus HIV/AIDS seperti di Malaysia, Vietnam, Thailand
termasuk Indonesia. IDU mempunyai kaitan yang erat dengan HIV/AIDS manakala obat disuntikkan
dengan menggunakan media atau jarum suntik yang telah terkontaminasi dengan virus sehingga virus
dapat dengan mudah ditularkan daripada cara-cara penularan yang lain. Selain itu, ada kecenderungan
di kalangan IDU memiliki perilaku seksual yang beresiko tinggi.
Dengan kondisi seperti itu, jelas akan menjadi pemicu yang mengkhawatirkan terhadap kasus-kasus di
sebuah daerah. Kondisi seperti ini pun ternyata sudah menjangkau kalangan IDU’s di Indonesia. Hal ini
dibuktikan dengan banyaknya kasus HIV/AIDS yang disebabkan oleh Idu yaitu dari 1283 kasus
HIV/AIDS, 60 diantaranya disebabkan oleh IDU. Gambaran yang cukup mengejutkan barangkali bisa
dilihat pada perkembangan 6 bulan terakhir sampai dengan bulan Juni 2000 ini, di mana dari 240 kasus
baru, 37 kasus diantaranya adalah IDU. Seperti pengalaman negara-negara lain, perkembangan kasus
HIV/AIDS pada IDU ini diperkirakan bisa mencapai 40 persen.
Pertanyaannya, mengapa remaja memakai napza? Ada banyak alasan mengapa remaja menggunakan
napza, kebanyakan karena masalah emosional/psikis yaitu untuk mengurangi kecemasan, melupakan
permasalahan yang sedang dihadapi (melarikan diri dari masalah), mengatasi kesepian, untuk relaks,
dan masih banyak alasan lainnya. Namun ada juga yang menggunakan napza karena awalnya adalah
coba-coba kemudian akhirnya ketagihan karena efek ‘enak’ yang didapatkan oleh remaja setelah
mengkonsumsi napza. Menurut seorang ahli, ada 6 faktor ( yang dapat berdiri sendiri atau bergabung
satu sama lain ) untuk menjelaskan mengapa seseorang bisa menjadi penyalahguna napza sedangkan
yang lain tidak, yaitu : (1) Kebutuhan untuk menekan frustasi dan dorongan agresif, ketidakmampuan
menunda kepuasan, (2) Tidak ada identifikasi seksual yang jelas, (3) Kurang kesadaran dan upaya untuk
mencapai tujuan-tujuan yang bisa diterima secara sosial, (4) Menggunakan perilaku yang menyerempet
bahaya untuk menunjukkan kemampuan diri, (5) Menekan rasa bosan
Memang pada akhirnya permasalahan penyalahgunaan napza ini akan bergantung pada faktor diri
remaja selain juga pengaruh lingkungan di sekitarnya ataupun tekanan dari teman sebayanya.
Menggunakan narkotika melalui jarum suntik tidak hanya mangakibatkan tertularnya virus HIV/AIDS saja
akan tetapi juga beberapa penyakit lain yang ditularkan melalui darah misalnya hepatitis B, hepatitis C,
sipilis, ataupun malaria. Ternyata memang banyak resiko yang ditawarkan oleh penggunaan jarum suntik
pada diri remaja.
Kemudian apa yang bisa dilakukan untuk mencegah semakin maraknya kasus penyalahgunaan napza di
lingkungan remaja, khususnya yang menggunakan jarum suntik ? Hal-hal yang bisa dilakukan untuk
mencegah terinfeksinya HIV/AIDS melalui jarum suntik adalah:
Pertama, melakukan program pencegahan dengan melalui KIE ( komunikasi, edukasi, & informasi ).
Misalnya dengan melalui ceramah, seminar, media seperti buklet, leaflet, poster, sticker, buletin ataupun
majalah / koran
Kedua, melakukan program penurunan resiko. Selain pencegahan, maka perlu juga dilakukan program-
program yang secara langsung ditujukan pada para IDU’s misalnya dengan penyediaan jarum suntik
steril, memberikan penyuluhan kepada mereka dan partner seks mereka agar mereka menyadari resiko-
resiko perilakunya dalam kaitannya dengan HIV/AIDS, menyediakan pelayanan konseling bagi para
IDU’s maupun bagi IDU’s yang sudah hidup dengan HIV/AIDS, menyediakan pelayanan kesehatan dan
juga menyediakan kondom. Memang program penurunan resiko ini cukup dilematis, di satu pihak itu
memberikan kesan bahwa program ini justru melegalkan penyalahgunaan napza ataupun hubungan
seks, namun di pihak lain ini merupakan sebuah strategi yang cukup efektif khususnya bagi remaja yang
sudah aktif menggunakan napza, maupun yang sudah seksual aktif. Hal yang perlu diingat adalah bahwa
kondisi remaja itu berbeda-beda, ada yang perilakunya tidak / kurang beresiko namun ada pula remaja
yang perilakunya beresiko tinggi, dan tentu saja hal ini harus disikapi dengan metode yang berbeda
sesuai dengan karakteristiknya.
Ketiga, melakukan program outreach dan pendidik teman sebaya
Remaja biasanya lebih dekat dengan teman sebayanya dibandingkan dengan orangtua ataupun gurunya
sehingga apabila ada permasalahan maka mereka lebih suka untuk datang ke temannya baik untuk
menceritakan maupun meminta solusi atas permasalahan yang dialaminya. Dengan adanya program
pendidik teman sebaya ini maka remaja akan menjadi narasumber bagi remaja lainnya.
Keempat, melalui rehabilitasi. Bagi remaja yang sudah ketagihan dan pengkonsumsi berat narkoba maka
tidak ada jalan lagi kecuali ‘disembuhkan’ dengan cara rehabilitasi baik secara medis, psikis ( spiritual )
dan cara-cara yang lainnya.
Masa remaja memanglah masa yang indah, penuh dengan petualangan, sekaligus penuh dengan resiko,
termasuk ketagihan obat-obatan terlarang. Hai remaja akankah kamu menyia-nyiakan masa mudamu
dengan hal yang akan mengubur masa depanmu dan cita-citamu

Sumber https://ian43.wordpress.com/2011/03/13/hubungan-napza-dengan-hiv-aids/

Anda mungkin juga menyukai