Anda di halaman 1dari 4

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Inflamasi adalah respon protektif tubuh terhadap agen yang mengganggu

fungsi tubuh. Inflamasi akut ditandai dengan tanda klasik: nyeri (dolor),

panas (kalor), kemerahan (rubor), bengkak (oedema), dan hilangnya fungsi

(fungsiolesa) (Stankov, 2012). Proses penting respon inflamasi adalah

mengaktifkan leukosit sebagai mekanisme pertahanan tubuh untuk

menghilangkan agen berbahaya. Pengaktifan leukosit ini dapat menyebabkan

kerusakan jaringan normal dan memperpanjang waktu inflamasi karena

leukosit mensekresi Reactive Oxygen Species (ROS) yang merupakan radikal

bebas (Mitchell et al, 2013).

Inflamasi akut diperankan oleh beberapa komponen, terutama sel

polymorphonuclear (PMN) seperti neutrofil, eosinofil, basofil. Sel neutrofil

keluar pertama kali dari pembuluh darah menuju ke jaringan cedera dengan

cara diapedesis dan berperan penting pada proses inflamasi akut sehingga

dapat dijadikan marker (petanda inflamasi) yang dapat diukur dengan

menggunakan mikroskop cahaya perbesaran 400x (Mohan, 2015).

Penatalaksanaan inflamasi di Indonesia banyak menggunakan obat

golongan Non Steroid Anti Inflamatory Drugs (NSAID). Obat – obat tersebut

dapat diperoleh dengan mudah tanpa resep dokter, sehingga pemakaiannya

sering kali tidak mendapatkan pengawasan medis (Wilmana, 2012). Telah

banyak dikembangkan penelitian mengenai NSAID hingga mempunyai

aktivitas menghambat enzim cyclooxygenase (COX) dengan kekuatan dan

1
2

selektivitas yang berbeda, namun efek samping penggunaan obat ini masih

sering muncul. Penghambatan enzim COX-1 oleh NSAID sering

menyebabkan tukak peptik yang kadang disertai anemia sekunder karena

perdarahan saluran cerna. NSAID penghambat COX-2 dikembangkan agar

dapat menghindari efek samping pada saluran cerna, namun banyak

dilaporkan bahwa penggunaan obat penghambat COX-2 ini meningkatkan

resiko kardiovaskuler berupa serangan jantung dan stroke akibat

atherothrombotic vascular event (Andrea, 2016).

Masyarakat cenderung untuk mencari obat herbal dalam menangani

masalah kesehatan, karena lebih aman dan efek samping yang minimal

(Sampurno, 2013). WHO juga merekomendasikan penggunaan obat herbal

dalam pemeliharaan kesehatan masyarakat, pencegahan, dan pengobatan

penyakit (WHO, 2014).

Apel merupakan tanaman yang banyak dikonsumsi masyarakat

Indonesia. Berdasarkan Oxygen Radical Absorbance Capacity assay

(ORAC), apel adalah buah dengan kandungan antioksidan tertinggi sebesar

4250 µmol/100 g (David, 2010). Konsumsi apel dapat menurunkan resiko

penyakit kardiovaskular, disfungsi pernafasan, diabetes, obesitas, terutama

inflamasi (Pozo et al., 2011). Penelitian sebelumnya menyatakan bahwa kulit

apel terbukti efektif dalam pencegahan dan penanganan pada inflamatory

bowel disease dan supresi pro-inflamatory cytokine (Denis et al, 2013 ;

Farzaei, 2015 ; Jung et al, 2009). Apel varietas fuji memiliki kandungan

ursolic acid dan polyphenol tertinggi dibanding apel varietas lain (Boyer et

al, 2004). Kandungan tersebut paling banyak terdapat pada kulit dibanding
3

dengan whole fruit maupun daging buah (Vieira et al, 2015). Ursolic acid dan

polyphenol dapat mengurangi produksi pro-inflamatory cytokine sehingga

akan mengurangi gejala inflamasi, menghambat secara selektif COX-2 yang

berperan pada jalur inflamasi, dan menurunkan influx leukosit dengan

menghambat leukotrien B4 (Mueller et al, 2013 ; Denis et al, 2013).

Berbeda dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Denis et al,

2013, yang meneliti ekstrak kulit apel terhadap inflammatory bowel disease,

penelitian ini perlu dilakukan untuk mengetahui aktifitas antiinflamasi ekstrak

kulit apel varietas fuji (Malus domestica) terutama dalam hal pengaruhnya

terhadap jumlah sel radang PMN pada inflamasi akut.

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana pengaruh ekstrak kulit apel varietas fuji (Malus domestica)

terhadap jumlah sel radang PMN plantar pedis tikus putih jantan (Rattus

norvegicus) yang diinduksi karagenan ?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui pengaruh ekstrak kulit apel verietas fuji (Malus

domestica) terhadap jumlah sel radang PMN plantar pedis tikus putih

jantan (Rattus norvegicus) yang diinduksi karagenan.

1.3.2 Tujuan Khusus

a. Mengetahui jumlah sel radang PMN pada plantar pedis tikus putih

jantan (Rattus norvegicus) yang diinduksi karagenan dan diberi

ekstrak kulit apel varietas fuji (Malus domestica).


4

b. Mengetahui dosis efektif ekstrak kulit apel varietas fuji (Malus

domestica) sebagai antiinflamasi dalam mencegah kenaikan jumlah

sel radang PMN pada plantar pedis tikus putih akibat induksi

karagenan 1 %.

1.4 Manfaat Penelitan

1.4.1 Manfaat Akademis

a. Menambah informasi ilmiah tentang manfaat ekstrak kulit apel

varietas Fuji (Malus domestica) sebagai antiinflamasi alami.

b. Sebagai dasar untuk penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan

antiinflamasi dengan menggunakan herbal.

1.4.2 Manfaat Masyarakat

Masyarakat dapat memanfaatkan kulit apel varietas fuji (Malus

domestica) sebagai obat herbal untuk menurunkan respon inflamasi,

sehingga tidak membuang kulit apel dengan sia-sia.

1.4.3. Manfaat Klinis

Memberikan informasi bahwa kulit apel varietas fuji (Malus

domestica) dapat berfungsi sebagai antiinflamasi tanpa atau dengan

efek samping minimal jika dibandingkan dengan obat-obat

antiinflamasi sintetik lainnya.

Anda mungkin juga menyukai