Anda di halaman 1dari 4

KASUS POSISI KOMPETISI CONTRACT DRAFTING DIPONEGORO LAW FAIR 2016

Salah satu tujuan Negara yang tercantum dalam pembukaan UUD NRI 1945 adalah
memajukan kesejahteraan umum, dengan dijabarkan pula melalui Pasal 33 yang menekankan
prinsip demokrasi ekonomi sebagai dasar perekonomian nasional. Sehingga dalam demokrasi
ekonomi, kepentingan rakyat kecil menjadi perhatian pemerintah. Salah satu caranya adalah
dengan mendukung upaya pengembangan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) demi mencapai
kesejahteraan umum.

Kegiatan Usaha Kecil dan Menengah diselenggarakan dengan landasan Undang-Undang


Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah. Melalui Undang-undang ini
pemerintah tak hanya dapat membantu dan mengembangkan usaha mikro, kecil, dan menengah,
namun juga membuka kesempatan kerja, meningkatkan pendapatan, serta memberdayakan
sumber daya yang Indonesia miliki.

Salah satu sektor UKM yang tengah marak di Indonesia saat ini adalah usaha-usaha
perintis yang bergerak di bidang digital atau e-commerce. Munculnya Undang-Undang Nomor 7
Tahun 2014 tentang Perdagangan memang telah menyebutkan mengenai e-commerce meskipun
belum diatur secara komprehensif.

Dalam mengelola usaha berbasis online terutama bagi perusahaan-perusahaan perintis,


kendala dalam permodalan nampaknya masih menjadi isu utama. Perusahaan perintis dinilai
sebagai perusahaan yang memiliki resiko tinggi bagi para pemilik modal terlebih perusahaan-
perusahaan perintis yang bergerak dalam bidang perdagangan melalui sistem elektronik.
Pengaturan dalam UU Nomor 7 Tahun 2014 tentang Perdagangan tidak memberikan proteksi
bagi pemilik perusahaan. Sehingga seringkali beberapa perusahaan perintis dalam perdagangan
melalui sistem elektronik tidak dapat mengembangkan usahanya secara optimal.
Hal tersebut dialami pula oleh Purnama Pakarti Situmorang dan beberapa temannya,
mereka memulai usaha perintis (start-up) dari ide membantu petani yang kerap mengalami
kesulitan dalam memasarkan hasil panennya. Mereka mendirikan sebuah usaha untuk membina
para petani dari pengadaan sarana produksi pertanian, jadwal bertani, hingga penjualan hasil
panen. Dalam penjualan hasil panen inilah mereka menghubungkan produk tersebut kepada
konsumen melalui dunia digital berupa aplikasi Cultivature Store yang berbasis android. Hasil
panen dijual di sebuah marketplace B2B yang kemudian menyalurkannya ke hotel, restoran,
maupun katering.

Untuk mengembangkan usaha tersebut ke dalam bentuk perseroan terbatas yang


kemudian akan dinamai PT. Cultivature, setidaknya Purnama dan kawan-kawan membutuhkan
sekitar Rp. 10.000.000.000,-. Dana yang sudah terkumpul dari pemilik perusahaan saat ini adalah:

NO. NAMA JUMLAH MODAL


1 Purnama Pakarti Situmorang Rp. 1.250.000.000
2 Ernama Aulia Rp. 1.200.000.000
3 Sandra Nugraha Rp. 1.050.000.000
4 Ridho Parikesit Rp. 1.000.000.000

Terinspirasi dari trend pembiayaan start-up digital (e-commerce) di awal tahun 2014 yang
sukses bekerja sama dengan perusahaan modal ventura, Purnama mencoba mengajukan
proposalnya (pitch deck) ke salah satu perusahaan modal ventura di Semarang, PT. Star Ventures.

Melihat appraisal result Cultivature, PT. Star Venture sesungguhnya menaruh minat
untuk memberikan pembiayaan. Namun, karena besarnya dana, PT. Star Ventures mengajak PT.
West Venture melakukan sindikasi dengan PT. Star Ventures sebagai lead investor. PT. West
Venture sendiri merupakan perusahaan modal ventura lokal dengan kepemilikan saham asing.

Nantinya, bentuk penyertaan modal terhadap PT. Cultivature tersebut dapat dipilih
melalui bentuk modal saham (equity) atau partisipasi terbatas / bagi hasil (profit sharing). Kedua
perusahaan modal ventura sepakat membiayai kebutuhan dana yang masih diperlukan PT.
Cultivature tersebut, dengan ketentuan :

a. Pembiayaan yang akan diberikan untuk pembentukan PT.Cultivature yaitu PT. Star
Ventures sebesar 30% dan PT. West Venture 70%.
b. Apabila penyertaan modal dengan pola bagi hasil maka penyertaan dilakukan secara
bertahap sebanyak 5 kali selama perjanjian ini berlangsung, dengan penyertaan awal
sebesar 50%.
c. Apabila penyertaan modal dengan pola bagi hasil maka pembagian keuntungan
antara PPU dengan PMV disepakati 40 : 60.
d. Apabila skema yang dipilih adalah penyertaan saham, maka dari modal yang diberikan
akan dikonversi menjadi saham dimana harga per lembar saham Rp. 7000,- dimana
PT. West Venture juga ingin diposisikan sebagai pemegang saham bersama-sama
dengan PT. Star Ventures sekalipun PT. West Venture tidak bertindak sebagai lead
sindikasi.

Selain itu mengenai management perusahaan, PT. Star Ventures ingin menempatkan satu
orang warga negara Indonesia dari PT. Star Ventures dan satu orang warga negara asing asal
Amerika dari PT. West Venture. Hal ini guna mengembangkan dan memperluas pasar untuk
ekspor ke luar negeri.

Perjanjian kerjasama ini akan berakhir dalam kurun waktu 10 tahun sejak mulai berlakunya pada
tahun 2016.

Meskipun demikian, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam membuat
perjanjian pembiayaan:

1. Dalam menentukan bentuk pembiayaan, perhatikan pula proyeksi laba/rugi dari


perusahaan pasangan usaha.
2. Apakah perlu ada penilaian dari appraisal independent terhadap jaminan dalam
skema pembiayaan tersebut?
3. Bagaimana hak dan tanggung jawab masing-masing perusahaan?
4. Bagaimana bentuk mitigasi resiko yang dapat dilakukan terhadap PT. Cultivature
dalam hal :
- Membatasi tindakan-tindakan RUPS Pasangan Usaha yang dapat merugikan PMV
- Mengantisipasi kegagalan PT. Cultivature selama waktu perjanjian.
- Mengantisipasi tindakan wanprestasi dari PT. Cultivature
5. Apakah Star Ventures dapat mensyaratkan jaminan kepada pasangan usahanya? bila
skema yang Bagaimana pengaturannya?
6. Bagaimana pengakhiran dan pembatalan kerjasama tersebut?

Buatlah rancangan perjanjian kerjasama pembiayaan Star Ventures dengan Cultivature


beserta lampirannya, Saudara dapat mengembangkan hal-hal yang dirasa perlu dalam perjanjian
sesuai kreativitas masing-masing yang akan ditandatangani pada 29 Oktober 2016!

Anda mungkin juga menyukai