PENDAHULUAN
1
Salah satu upaya yang bisa dilakukan untuk mengatasi tingginya angka
kematian ibu tersebut adalah dengan melakukan pemeriksaan antenatal yang
teratur oleh ibu hamil, karena sesungguhnya kematian ibu tidak perlu terjadi
karena lebih dari 80% kematian ibu sebenarnya dapat dicegah.9,10 Keteraturan
PAN dapat ditunjukkan melalui frekuensi kunjungan, ternyata hal ini menjadi
masalah karena tidak semua ibu hamil memeriksakan kehamilannya secara rutin
terutama ibu hamil normal sehingga kelainan yang timbul dalam kehamilan tidak
dapat terdeteksi sedini mungkin. Ada beberapa faktor yang menjadi penyebab ibu
hamil kurang patuh dalam melakukan PAN secara teratur dan tepat waktu antara
lain: kurangnya pengetahuan ibu hamil tentang PAN, kesibukan, tingkat sosial
ekonomi yang rendah, dukungan suami yang kurang, kurangnya kemudahan
untuk pelayanan maternal, asuhan medik yang kurang baik, kurangnya tenaga
terlatih dan obat penyelamat jiwa.11
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.2 Epidemiologi
Angka kematian maternal di Indonesia masih cukup tinggi. Menurut hasil
SDKI tahun 1994 hingga tahun 2007 memang terjadi penurunan angka kematian
maternal dari 390 per 100.000 kelahiran hidup menurun hingga 228 per 100.000
kelahiran hidup. Meskipun demikian hal tersebut masih cukup tinggi di level
ASEAN dan masih jauh dari target MDG’s yaitu 102 per 100.000 kelahiran hidup.
Terlebih sangat disayangkan bahwa menurut SDKI 2012 angka kematian maternal
melonjak menjadi 359 per 100.000 kelahiran hidup.14,15,16
3
2.1.3 Klasifikasi Kematian Maternal
Kematian maternal dibagi menjadi penyebab obstetri langsung dan tidak
langsung.8
a. Kematian obstetri langsung, yaitu kematian yang timbul sebagai akibat
komplikasi kehamilan, persalinan dan nifas, yang disebabkan oleh
tindakan, kelalaian, ketidaktepatan penanganan, atau dari rangkaian
peristiwa yang timbul dari keadaan-keadaan diatas.12,18 Berdasarkan
laporan rutin PWS tahun 2007, penyebab langsung kematian ibu adalah
perdarahan (39%), eklampsia (20%), infeksi (7%), dan lain-lain.
b. Kematian obstetri tidak langsung, yaitu kematian yang diakibatkan oleh
penyakit yang sudah diderita sebelum kehamilan atau persalinan atau
penyakit yang timbul selama kehamilan yang tidak berkaitan dengan
penyebab obstetri langsung, akan tetapi diperburuk oleh pengaruh
fisiologik akibat kehamilan, sehingga keadaan penderita menjadi semakin
buruk.12,18
4
2.1.4 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kematian Maternal
Depkes RI membagi faktor-faktor yang mempengaruhi kematian maternal
sebagai berikut:
a. Faktor Medik
1) Faktor empat “terlalu”:
- Usia ibu pada waktu hamil terlalu muda (kurang dari 20 tahun)
- Usia ibu pada waktu hamil terlalu tua (lebih dari 35 tahun)
- Jumlah anak terlalu banyak (lebih dari 4 orang)
- Jarak antar kehamilan terlalu dekat (kurang dari 2 tahun)
2) Komplikasi kehamilan, persalinan, dan nifas yang merupakan
penyebab langsung kematian maternal, yaitu:
- Perdarahan pervaginam
- Infeksi
- Keracunan kehamilan
- Komplikasi akibat partus lama
- Trauma persalinan
3) Beberapa keadaan dan gangguan yang memperburuk derajat
kesehatan ibu selama hamil, antara lain:
- Kekurangan gizi dan anemia
- Kegiatan fisik berat selama kehamilan
5
c. Faktor Pelayanan Kesehatan
1) Belum mantapnya jangkauan pelayanan KIA dan penanganan
kelompok berisiko.
2) Masih rendahnya cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga
kesehatan.
3) Masih seringnya pertolongan persalinan yang dilakukan di rumah,
oleh dukun bayi yang tidak mengetahui tanda-tanda bahaya.
b. Determinan Antara
- Status kesehatan ibu.
- Status reproduksi.
- Akses terhadap pelayanan kesehatan.18
- Perilaku penggunaan fasilitas pelayanan kesehatan.18
6
2.2 Kematian Perinatal
2.2.1 Definisi Kematian Perinatal
Kematian perinatal adalah kematian janin dan bayi pada periode
perinatal. Periode perinatal dimulai dari usia kehamilan 28 minggu sampai
dengan 7 hari pertama setelah kelahiran. Yang termasuk dalam kategori
kematian perinatal ini adalah kematian janin sesudah masa kehamilan lebih
dari 28 minggu (late fetal death); kelahiran mati (stillbirth) yang merupakan
kelahiran hasil konsepsi dalam keadaan mati yang telah mencapai usia
kehamilan 28 minggu; dan kematian neonatal dini yaitu kematian bayi dalam 7
hari pertama kehidupannya.17
7
2.3 Pemeriksaan Antenatal
Kematian maternal dan perinatal merupakan salah satu indikator derajat
kesehatan masyarakat. Berbagai upaya telah dilakukan untuk menekan angka
kematian maternal dan perinatal. Pada tahun 1987, untuk pertama kalinya
diadakan konferensi internasional yang membahas kematian maternal dan
perinatal di Nairobi, Kenya. Dari situ diadakan konferensi-konferensi
internasional lanjutan hingga konferensi yang terakhir yaitu The Millenium
Summit in 2000, dimana semua anggota PBB berkomitmen pada Millenium
Development Goals (MDGs) yang salah satunya berkomitmen pada kesehatan ibu
dan anak. Guna menurunkan angka kematian maternal dan perinatal, diperlukan
suatu deteksi dini terhadap risiko yang kemungkinan akan dialami pada ibu hamil,
yaitu dengan mengetahui faktor-faktor dan keadaan lain yang dapat menyebabkan
morbiditas maupun mortilitas pada masa-masa rawan. Dengan mengetahui faktor-
faktor risiko tersebut, dapat dilakukan tindakan baik promotif, preventif, kuratif,
dan rehabilitatif untuk menolong ibu dan bayi terutama pada kasus kehamilan
risiko tinggi. Deteksi dini tersebut dapat dilakukan dengan pemeriksaan kesehatan
ibu selama masa kehamilannya atau yang disebut pemeriksaan antenatal.
Di Indonesia, Departemen Kesehatan telah mengeluarkan kebijakan dalam
rangka menurunkan angka kematian maternal dan perinatal yang mengacu pada
intervensi strategis “Empat Pilar Safe Mother Hood” yaitu; 1) Keluarga
berencana, 2) Pelayanan antenatal, 3) Persalinan yang aman, 4) Pelayanan
obstetric essensial. Pilar yang kedua yaitu pelayanan antenatal yang tujuan
utamanya mencegah komplikasi obstetri dan memastikan bahwa komplikasi
dideteksi sedini mungkin serta ditangani secara memadai.3
8
berhasil sehingga didirikanlah sebuah klinik pranatal pertama kali pada tahun
1911.
9
2.3.4 Tujuan Pemeriksaan Antenatal
Baru dalam setengah abad ini diadakan pengawasan wanita hamil secara
teratur dan tertentu. Dengan usaha itu ternyata angka mortalitas serta morbiditas
ibu dan bayi jelas menurun.
Tujuan pengawasan wanita hamil ialah menyiapkan ia sebaik-baiknya fisik
dan mental, serta menyelamatkan ibu dan anak dalam kehamilan, persalinan dan
masa nifas, sehingga keadaan postpartum mereka sehat dan normal, tidak hanya
fisik akan tetapi juga mental. Ini berarti dalam pemeriksaan antenatal harus
diusahakan agar :17
a. Wanita hamil sampai akhir kehamilan sekurang kurangnya harus sama
sehatnya atau lebih sehat;
b. Adanya kelainan fisik atau psikologik harus ditemukan dini dan diobati,
c. Wanita melahirkan tanpa kesulitan dan bayi yang dilahirkan sehat pula
fisik dan mental.
10
- Kedua, banyak wanita yang diidentifikasi “berisiko tinggi” tidak pernah
mengalami komplikasi, sementara wanita “berisiko rendah” sering kali
mengalami komplikasi.
11
Dari penelitian yang dilakukan WHO pada beberapa negara berkembang,
didapatkan angka kematian ibu yang tidak berbeda antara basic component ANC
dibandingkan dengan standart ANC (12-17 kali kunjungan antenatal).
Pada setiap kunjungan antenatal, perlu didapatkan informasi yang sangat
penting:
a. Trimester pertama sebelum minggu ke 14
- Membangun hubungan saling percaya antara petugas kesehatan dan ibu
hamil.
- Mendeteksi masalah dan menanganinya.
- Melakukan tindakan pencegahan seperti tetanus neonatorum, anemia
kekurangan zat besi, penggunaan praktek tradisional yang merugikan.
- Memulai persiapan kelahiran bayi dan kesiapan untuk menghadapi
komplikasi.
- Mendorong perilaku yang sehat (gizi, latihan dan kebersihan, istirahat dan
sebagainya).
b. Trimester kedua sebelum minggu ke 28
Sama seperti diatas, ditambah kewaspadaan khusus mengenai
preeklampsia (menanyakan kepada ibu tentang gejala – gejala
preeklamsia, pantau tekanan darah, evaluasi edema)
c. Trimester ketiga antara minggu 28-36
Sama seperti diatas, ditambah palpasi abdominal untuk mengetahui apakah
ada kehamilan ganda.
d. Trimester ketiga setelah 36 minggu
Sama seperti diatas, ditambah deteksi letak bayi yang tidak normal, atau
kondisi abnormal lainnya.
12
2.3.7 Standar Pelayanan Antenatal Menurut WHO
Pada tahun 2001, WHO menetapkan the new role model of antenatal care.
Pada rancangan pelayanan antenatal ini wanita hamil dibagi menjadi 2 kelompok,
kelompok pertama yang memenuhi syarat untuk mendapatkan komponen dasar
pelayanan antenatal (K1-K4) dan kelompok kedua yang memerlukan penanganan
khusus terkait dengan kondisi kesehatan ibu dan adanya faktor risiko.
13
Gambar 2. Form Klasifikasi WHO
14
Gambar 3. Komponen dasar pemeriksaan antenatal model baru WHO
15
2.3.8 Standar Pelayanan Antenatal Menurut Departemen Kesehatan
Memberikan pelayanan kepada ibu hamil minimal 4 kali, 1 kali pada
trimester I, 1 kali pada trimester II, dan 2 kali pada trimester III. Pelayanan
meliputi aspek ibu, aspek janin, dan aspek sosial sehingga dapat mendeteksi
secara dini dan dapat memberikan intervensi secara cepat dan tepat.
16
Pemeriksaan Fisik Umum
Pemeriksaan fisik umum pada kunjungan antenatal pertama
meliputi :
- Keadaan umum ibu, keadaan gizi, kelainan bentuk badan dan
kesadaran
- Adakah anemia, sianosis, ikterus atau dispneu
- Keadaan jantung, paru, periksa suhu badan, tekanan darah, denyut
nadi dan pernapasan
- Tekanan darah
- Edema
- Tinggi badan dan berat badan
- Refleks
Pemeriksaan Kebidanan
- Diagnosis kehamilan17
Beberapa dan tanda kehamilan yang mungkin mengindikasikan
kehamilan dini, antara lain : berhentinya haid, perubahan mukus
serviks, perubahan payudara, mukosa vagina, perubahan kulit,
perubahan uterus, dan selain dari gejala dan tanda kehamilan, dapat
dideteksi adanya hormon human chorionic gonadotropin (hCG)
dalam darah dan urin ibu.
- Palpasi
Palpasi digunakan untuk menentukan usia kehamilan dan
letak anak dalam rahim.
Pengukuran TFU (Tinggi Fundus Uteri) dilakukan secara
rutin dengan tujuan mendeteksi secara dini terhadap berat badan
janin. Indikator pertumbuhan berat janin intrauterin, tinggi fundus
uteri dapat juga mendeteksi secara dini terhadap terjadinya mola
hidatidosa, janin ganda atau hidramnion yang ketiganya dapat
mempengaruhi terjadinya kematian maternal.
17
Pada kehamilan 8 minggu uterus terus membesar sebesar
telur bebek, dan pada kehamilan 12 minggu kira-kira sebesar telur
angsa. Pada saat ini fundus uteri telah dapat diraba dari luar, di atas
simfisis. Pada kehamilan 16 minggu besar uterus kira-kira sebesar
kepala bayi atau sebesar tinju orang dewasa. Dari luar fundus uteri
kira-kira terletak di antara setengah jarak pusat ke simfisis.17,25,36
Pemeriksaan Leopold
Pasien berbaring telentang, kepala dan bahu sedikit lebih
tinggi dengan memakai bantal. Pemeriksa berdiri di sebelah kanan
ibu hamil. Setelah wanita hamil yang akan diperiksa berbaring,
perhatikan terlebih dahulu apakah uterus berkontraksi. Jika
berkontraksi maka harus ditunggu terlebih dahulu. Dinding perut
juga harus lemas agar pemeriksaan dapat dilakukan dengan teliti.
18
Untuk ini maka tungkai ditekuk pada pangkal paha dan lutut
kemudian dilakukan palpasi bimanual pada abdomen. Palpasi
abdomen menentukan: besar dan konsistensi rahim; bagian janin,
letak, presentasi; gerakan janin; kontraksi rahim Braxton Hicks dan
his.
Terdapat berbagai macam cara palpasi namun yang sering
di pakai adalah menurut Leopold karena telah hampir mencakup
semuanya.
Pemeriksaan Leopold I
Tujuan pemeriksaan ini adalah untuk menentukan tinggi fundus
uteri dan bagian janin yang berada pada fundus uteri.
o Pemeriksa menghadap ke bagian kepala ibu.
o Letakkan sisi lateral telunjuk kiri pada puncak fundus uteri
untuk menentukan tinggi fundus.
o Letakkan ujung telapak tangan kiri dan kanan pada fundus
uteri dan rasakan bagian janin yang ada pada bagian fundus
dengan jalan menekan secara lembut dan menggeser telapak
tangan kiri dan kanan secara bergantian.
o Bila kepala, maka akan teraba bulat dan keras, sedangkan
bokong tidak bulat dan lunak.
Pemeriksaan Leopold II
Untuk menentukan bagian janin yang berada pada kedua sisi
uterus, pada letak lintang tentukan di mana kepala janin.
o Pemeriksa menghadap ke kepala pasien, letakkan telapak
tangan kiri pada dinding perut lateral kanan dan telapak tangan
kanan pada dinding perut lateral kiri ibu secara sejajar dan
pada ketinggian yang sama.
o Mulai dari bagian atas tekan secara bergantian atau bersamaan
(simultan) telapak tangan tangan kiri dan kanan kemudian
geser ke arah bawah dan rasakan adanya bagian yang rata dan
memanjang (punggung) atau bagian-bagian kecil (ekstremitas).
19
Pemeriksaan Leopold III
Untuk menentukan bagian janin apa yang berada pada bagian
bawah dan apakah bagian terbawah tersebut masih sudah terfiksasi
atau masih dapat digoyangkan.
o Posisi pemeriksa pada sisi kanan ibu
o Letakkan ujung jari tangan kiri pada dimdimg lateral kiri bawah,
telapak tangan kanan pada dinding lateral kanan bawah
o Tekan secara lembut bergantian untuk menentukan bagian
terbawah janin
Pemeriksaan Leopold IV
Untuk menentukan bagian terbawah janin serta mengetahui berapa
bagian kepala telah masuk ke dalam pintu atas panggul.
o Pemeriksa menghadap ke bagian kaki ibu
o Letakkan kedua ujung jari tangan pada tepi atas simfisis,
rapatkan semua jari untuk meraba dinding bawah uterus
o Perhatikan sudut yang dibentuk oleh jari-jari apakah konvergen
atau divergen
o Pindahkan ibu jari dan telunjuk kiri pada bagian terbawah janin
umtuk memfiksasi bagian tersebut kearah pintu atas panggul
o Letakkan jari-jari tangan kanan diantara tangan kiri dan simfisis
untuk menilai seberapa jauh bagian terbawah janin masuk pintu
atas panggul
20
- Auskultasi
Dapat digunakan Laennec atau Doppler untuk mendengarkan bunyi
jantung janin. Bunyi jantung normal 120-160 kali per menit.18
- Pemeriksaan dalam
Pemeriksaan dalam dilakukan pada saat kunjungan pertama
pemeriksaan antenatal pada hamil muda dan sekali lagi pada
kehamilan trimester III untuk menentukan keadaan panggul.
Pemeriksaan ini bukan merupakan pemeriksaan rutin dalam
pelayanan antenatal, prosedur ini harus dihindari pada kehamilan
dengan riwayat keguguran, kelahiran prematur atau gejala
perdarahan per vaginam, dan adanya nyeri perut.17
Pemeriksaan Penunjang
- Pemeriksaan laboratorium yang diperlukan yaitu pemeriksaan
darah dan pemeriksaan urin. Pemeriksaan darah terutama untuk
mengetahui golongan darah dan kadar hemoglobin untuk
menentukan ada tidaknya tanda-tanda anemia. Tes urin dilakukan
dengan metode tes dipstick multipel untuk mendeteksi adanya
infeksi saluran kemih dan tes proteinuria jika wanita mempunyai
riwayat hipertensi, preeclampsia atau eklampsia pada kehamilan
sebelumnya.18
- Pemakaian ultrasonografi digunakan untuk menilai beberapa situasi
klinik tertentu seperti menentukan apakah janin hidup atau tidak,
memperkirakan usia kehamilan (jika dilakukan sebelum usia
kehamilan 22 minggu), menentukan bentuk pertumbuhan janin,
menentukan lokasi plasenta, memastikan kemungkinan kehamilan
kembar, menilai volume cairan amnion pada keadaan
polihidramnion atau oligohidramnion, menentukan posisi janin, dan
mungkin menilai malformasi janin.
Penggunaan ultrasonografi sebagai bagian dari pemeriksaan
intensif sangat bermanfaat bagi kehamilan resiko tinggi, tetapi
21
pemeriksaan ini tidak dianjurkan sebagai pemeriksaan rutin pada
kehamilan sehat normal. American College of Obstetricians and
Gynecologists (2009) menyimpulkan bahwa pada pasien berisiko
rendah dokter tidak wajib melakukan sonografi tanpa indikasi
spesifik, tetapi jika pasien meminta sonografi maka permintaan
mereka layak dipenuhi.
c. Aspek Sosial
Kunjungan antenatal memberi kesempatan bagi petugas kesehatan
untuk memberikan informasi kesehatan esensial bagi ibu hamil dan
keluarganya termasuk rencana persalinan (dimana, penolong, dana,
pendamping dan sebagainya) dan cara merawat bayi karena tidak semua ibu
hamil dan keluarganya mendapat pendidikan dan konseling kesehatan yang
memadai tentang kesehatan reproduksi.17
22
Institut of medicine menganjurkan penambahan berat badan 11,5 sampai 16
kg bagi wanita dengan indeks massa tubuh (IMT) sebelum hamil normal.
- Kalori
Jumlah kalori yang diperlukan bagi ibu hamil untuk setiap harinya adalah
2500 kalori.
- Protein
Jumlah protein yang diperlukan oleh ibu hamil adalah 85 gram per hari.
- Kalsium
Kebutuhan kalsium ibu hamil adalah 1,5 gram per hari.
- Zat besi
Untuk menjaga konsentrasi hemoglobin yang normal, diperlukan asupan zat
besi bagi ibu hamil dengan jumlah 30 mg/hari terutama setelah trimester
kedua.
- Asam folat
Jumlah asam folat yang dibutuhkan oleh ibu hamil adalah 400 mikrogram
per hari. Kekurangan asam folat dapat menyebabkan anemia megaloblastik
pada ibu hamil.
23
BAB III
KESIMPULAN
Pemeriksaan antenatal adalah pemeriksaan yang sistematik dan teliti pada ibu
hamil serta perkembangan / pertumbuhan janin dalam kandungannya.
Tujuan pemeriksaan antenatal adalah untuk menjaga agar ibu sehat selama
masa kehamilan, persalinan, dan nifas serta mengusahakan bayi yang
dilahirkan sehat, memantau kemungkinan adanya risiko-risiko kehamilan,
dan merencanakan penatalaksanaan yang optimal terhadap kehamilan risiko
tinggi serta menurunkan morbiditas dan mortalitas ibu.
24