Anda di halaman 1dari 6

LAPORAN KEGIATAN

KEGIATAN EKSTERNAL PUSKESMAS

Kegiatan : Home Visit

Tempat : Komplek Bumi Puspiptek Asri

Tanggal : Kamis, 2-11-2017

A. Deskripsi Kegiataan
Pada hari ini, selepas pelayanan di puskesmas kami melakukan kegiatan Home
Visit ke rumah pasien. Pasien yang akan kami kunjungi adalah seorang pengidap
skizofrenia yang dikatakan dikurung oleh keluarganya karena sering mengamuk.
Kunjungan pertama ini dilaksanakan untuk melakukan observasi atas keadaan pasien
dan lingkungannya. Ketika sampai dirumah pasien, kami menyapa dan memohon izin
untuk dapat masuk dan mewawancara pasien serta keluarga. Keluarga menyambut kami
dan mempersilakan kami masuk. Dirumah tersebut terdapat anggota keluarga yaitu
bapak pasien, ibu pasien yang merupakan ibu tirinya, dan kakak laki-laki dari pasien.
Dari luar, ruamh pasien tampak kecil namun terawat. Disekitar rumah hanya
tanah kosong dengan rumput ilalang. Terlihat cat tembok diluar rumah terawat dan
tidak kumuh. Didalam rumah, setelah bapak pasien menyetujui dan mempersilakan
kami untuk masuk ke semua ruangan yang ada, kami melihat-lihat ke semua sisi. Dari
depan ketika kami masuk terdapat ruang tamu yang sekaligus dijadikan ruang rekreasi
karena disana terdapat tv satu-satunya milik keluarga pasien. Diruangan tersebut juga
terdapat kasur dan sebuah kipas. Dari ruangan tersebut terdapat akses ke ruang tengah
yang menyambungkan ke kamar mandi, dapur dan kamar tidur. Terdapat sebuah tempat
yang dijadikan kurungan oleh keluarga untuk mengurung pasien disamping dapur.
Ketika bertemu dengan pasien, kami melihat pasien tampak tidak kooperatif
ketika diajak berkomunikasi. Pasien tampak memakai kemeja dan celana panjang.
Kebersihan diri pasien tampak kurang terawat. Pasien tampak gaduh gelisah ketika
kami datang. Sesuai petunjuk dr. Ayu yang merupakan dokter puskesmas yang
memegang pasien-pasien jiwa, pasien dapat diberikan Haloperidol bila gaduh delisah.
Kami melakukan informed consent kepada keluarga untuk melakukan injeksi

1
haloperidol pada pasien dan kegunaannya. Walau tampak ragu namun keluarga pun
setuju dan kami pun mencoba untuk menyuntikkan obat dibantu dengan bantuan
keluarga untuk memegangi pasien. Setelah beberapa saat pasien menjadi lebih tenang
kami mencoba menanyakan nya dan dia merasa sering ditertawakan oleh seorang
perempuan. Dari tilikannya sendiri, pasien tidak merasa dirinya mengalami gangguan
atau adanya hendaya dan merasa dirinya normal saja. Dia merasa sehat dan tidak tahu
mengapa dia sampai harus dikurung. Kami sedikit kesulitan menggali pasien setelah itu
sehingga kami menyudahi wawancara.
Kegitana kami lanjutkan dengan alloanamnesis dengan keluarga pasien. Kami
membagi kelompok kami menjadi dua untuk mewawancara kakak pasien dan
orangtuanya secara paralel agar lebih efisien. Saya dan dua orang teman mendapat
bagian mewawancarai kakak laki-laki pasien. Dari kakak pasien diceritakan bahwa dulu
pasien tinggal di sukabumi dengan ibu kandungnya karena merasa tidak betah dengan
ibu tirinya yang dirasa hubungannya tidak harmonis dengannya. Ketika kakak pasien
pulang ke sukabumi kakak pasien melihat kondisi pasien yang aneh dimana pasien
tampak menutup diri dan tidak bergairah. Menurut ibunya, pasien sudah mengalami
perubahan seperti itu untuk beberapa lama. Kakaknya mengaktakan bahwa pasien
menjadi seperti itu karena dipaksa oleh bapak tirinya untuk bekerja, namun pasien tidak
kunjung menemukan pekerjaan. Setelah itu pasien kembali tinggal dirumah bapak
kandungnya di tangerang. Ketika inilah pasien mulai sering melihat penampakan yang
mengganggunya dan juga kesurupan. Keluarga membawa pasien ke dukun karena
merasa ini adalah gangguan masalah gaib, namun tidak kunjung sembuh. Kader
masyarakat yang mengetahui keadaan ini sudah menyarankan keluarga sejak lebih dari
sebulan untuk membawanya ke dokter untuk diobati karena curiga gangguan pasien
merupakan gangguan jiwa namun keluarga belum mau membawanya hingga pada
minggu ini ayah pasien datang ke puskesmas untuk mengkonsultasikan anaknya.
Keluarga masih merasa takut akan stigma masyarakat akan keluarganya yang dianggap
“gila” sehingga saya terangkan bahwa gangguan ini dapat dikontrol bila ditangani
dengan baik. Setelah selesai wawancara, kami pun pamit. Pada kunjungan kedua,
kedatangan kami ditolak karena kondisi kesehatan orang tua pasien yang sedang tidak
sehat.

2
B. Diagnosis Holistik
Aspek Personal
Pasien dilaporkan ke dokter karena sering mengamuk dan melihat sosok yang tidak ada.
Pasien merasa dirinya tidak sakit atau mengalami gangguan kejiwaan apapun.
Aspek Klinis
Diagnosis Kerja
 Skizofrenia Paranoid

Aspek Faktor Intrinsik

Pasien Laki-laki, 25 tahun, seorang pengangguran, dikurung dirumahnya

Aspek Faktor Eksternal

Keluarga tidak mau membawa pasien ke dokter

Aspek Skala Fungsional

Derajat 1

C. Refleksi Diri

Pada kegiatan ini saya mempelajari bagaimana menangani pasien gangguan


jiwa. Ketika datang saya berusaha sesopan mungkin meminta izin kepada orang tua
pasien untuk melakukan wawancara dan dokumentasi. Kami memperkenalkan diri
terlebih dahulu dan memberi tahu tujuan kedatangan kami. Ketika masuk, saya dan
teman-teman melepas sepatu agar rumah tidak kotor. Ketika dilakukan anamnesis, saya
mencoba berempati sebaik mungkin tanpa menghakimi atau menyalahkan. Saya
mencoba berkomunikasi dengan pasien namun karena pasien gaduh gelisah sehingga
saya kesulitan melakukan anamnesis. Pada kakak pasien, saya berusaha memberikan
saran-saran seperti memberitahu bahwa adiknya mengalami gangguan kejiwaan dan
menyarankan untuk membawa adiknya ke fasilitas kesehatan agar dapat dilakukan
assessment lebih lanjut.

Menurut saya, saya sudah baik dalam berempati dan menerangkan tentang
penyakitnya kepada keluarga pasien. Saya pun mencoba untuk membantu
menyingkirkan ketakutan keluarga atas stigma masyarakat terhadap penyakit jiwa yang
membuat malu keluarga Saya menerangkan bahwa penyakit ini sebenarnya dapat
ditangani dan pasien dapat berfungsi secara sosial kembali seperti sedia kala apabila

3
mendapat penanganan medis dan mau untuk rutin berobat. Kami pun berusaha
meyakinkan bahwa pengurungan atau pemasungan orang dengan gangguan jiwa tidak
akan memecahkan masalahnya. Hal ini untuk membantu mensukseskan program
pemerintah yaitu Indonesia Bebas Pasung 2019.

Kekurangan saya adalah dalam menghadapi langsung pasien. Saya masih


canggung dan kurang dapat menguasai cara-cara pendekatan anamnesis pada pasien
gangguan jiwa terutama pada pasien gaduh gelisah sehingga bagi saya sendiri
autoanamnesis yang dilakukan kepada pasien terasa kurang efektif. Selain itu, karena
badan saya yang besar dan terkadang tindakan saya yang terlalu terburu-buru membuat
barang-barang dirumah pasien tersenggol sehingga sedikit membuat kegaduhan dan
membuat tidak enak dengan keluarga pasien. Perlu lebih banyak belajar lagi dan lebih
tenang dalam bersikap.

Sesuai teori, kami sudah melaksanakan salah satu tahap penilaian pasien
skizofrenia sesuai rekomendasi Stahl et al yaitu wawancara kerabat terdekat pasien dan
menjembatani agar terbentuk kerjasama antara keluarga pasien dan tenaga kesehatan
untuk terapi.1 Menurut DSM-5, pasien sudah dapat didiagnosis sebagai skizofrenia
paranoid karena terdapat halusinasi dan waham yang berlangsung selama lebih dari 1
bulan dan menyebabkan disfungsi sosial.2

Dari kasus ini, saya mempelajari bahwa penanganan pasieen gangguan


kejiwaan membutuhkan pendekatan multifaktorial. Tidak seperti penyakit lain yang
lebih banyak terfokus pada aspek farmakologis atau biologis saja, gangguan kejiwaan
membutuhkan dukungan aspek biologis, psikologis, sosial, dan ekonomi agar tercipta
tatalaksana yang paripurna dan efektif. Edukasi perlu diberikan tidak hanya kepada
pasien, namun juga kepada keluarga dan masyarakat. Pengobatan farmakologis
membutuhkan dukungan controlling dari keluarga atau kerabat sekitar sebagai
pengawas minum obat agar pengobatan dapat berjalan dengan terkendali dan agar dapat
segera melakukan tindakan pada gejala akut ketika pasien kambuh.

Referensi

1. Stahl et al. Case Studies: Stahl’s Essential Psychopharmacology. Cambridge Press.


2011.
2. American Psychiatric Association. Diagnostic and Statistical Manual of Mental
Disorders. 2013. Fifth Edition.

4
Dokumentasi

5
Feedback Pembimbing Puskesmas

Feedback Pembimbing Kampus

Nama Mahasiswa Adichita Khaira

Dr. Hj. Ratna Asih, MSi


Nama Pembimbing
Dr. Fika Ekayanti, M.Med.Ed

Anda mungkin juga menyukai