Oleh:
Pembimbing:
dr. Siska Trisanti, SpM
1
STATUS PASIEN SHORT CASE
1. Identitas Pasien
Nama :Tn. AS
Umur : 51 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Jalan Sersan KKO Badarudin Lr. Aman SE
Pekerjaan : Pedagang
Agama : Islam
Status : Menikah
No. RM : 233261
2. Anamnesis
a. Keluhan Utama
Mata kiri nyeri dan pandangan kabur sejak 1 minggu yang lalu.
Sejak 6 hari lalu, pasien mengeluh mata kiri terasa nyeri. Nyeri
dirasakan terus menerus, sakit kepala (+), mual (-), muntah (-). Pasien juga
mengeluh pandangan kabur. Pandangan kabur muncul secara tiba-tiba pada pagi
hari. Pasien juga melihat cahaya yang berpendar disekitar lampu atau benda
yang terang. Pandangan seperti melihat pada terowongan (+), silau (+),
seperti melihat asap (-). Pasien juga mengeluh mata kiri merah, mata berair
(+), kotoran mata (-), rasa mengganjal pada mata (-), gatal (-), kesulitan
membuka kelopak mata (-). Pasien kemudian berobat ke RSKMM
Palembang.
2
Riwayat hipertensi (+) sejak 2 tahun lalu, tidak rutin minum obat
Riwayat keluhan yang sama sebelumnya disangkal
3. Pemeriksaan Fisik
a. Status Generalis
Keadaan umum : Tampak sakit ringan
Kesadaran : Compos mentis
Tekanan darah : 160/80 mmHg
Nadi : 100 kali/menit, reguler, isi dan tegangan cukup
Frekuensi napas : 20 kali/menit
Suhu : 36,4 oC
Status Gizi : Baik
3
b. Status Oftalmologikus
KBM Ortoforia
GBM
4
4. Pemeriksaan Penunjang
1. Gonioscopy OS
2. Perimetri Humphrey OS
5. Diagnosis Banding
1. Glaukoma primer akut OS
2. Uveitis anterior OS
6. Diagnosis Kerja
Glaukoma primer akut OS
7. Tatalaksana
1. Informed consent dan KIE
Menjelaskan kepada pasien bahwa keluhan yang terjadi akibat peningkatan
tekanan pada bola mata.
Menjelaskan kepada pasien tentang rencana pengobatan dan pemeriksaan
yang akan dilakukan.
2. Non Farmakologi
Kontrol ulang
Evaluasi TIO, visus dan lapangan pandang.
3. Farmakologi
Asetazolamide tab 3 x 500 mg
Timolol maleat ED 0,5% 2 x 1 tetes OS
Pilocarpin ED 2% 4 x 1 tetes OS
KSR 1x1 tab PO
Rujuk ke spesialis Mata
8. Prognosis
Okuli Sinistra
Ad vitam : bonam
Ad fungsionam : dubia ad bonam
Ad sanationam : bonam
5
BAB IV
ANALISIS KASUS
Pasien datang dengan keluhan utama mata kiri nyeri dan pandangan kabur sejak 6 hari
yang lalu. Dari anamnesis didapatkan sejak 6 hari lalu, pasien mengeluh mata kiri terasa
nyeri. Nyeri dirasakan terus menerus, sakit kepala (+), mual (-), muntah (-). Pasien juga
mengeluh pandangan kabur. Pandangan kabur muncul secara tiba-tiba pada pagi hari. Pasien
juga melihat cahaya yang berpendar disekitar lampu atau benda yang terang. Pandangan
seperti melihat pada terowongan (+), silau (+), seperti melihat asap (-). Pasien juga mengeluh
mata kiri merah, mata berair (+), kotoran mata (-), rasa mengganjal pada mata (-), gatal (-),
kesulitan membuka kelopak mata (-). Pasien kemudian berobat ke RSKMM Palembang.
Dari pemeriksaan fisik didapatkan kesadaran kompos mentis, tekanan darah 160/ 80
mmHg, nadi 100x/menit, RR: 20x/menit, dan suhu 36,4◦C. Sedangkan untuk pemeriksaan
oftalmologi didapatkan VOD 6/9 ph 6/6, VOS 6/30 ph (-). TIOD dalam batas normal, namun
TIOS 59,1 mmHg. Konjungtiva mata kanan terdapat injeksi konjungtiva dan mata kiri
didapatkan mix injeksi. Kornea OD jernih, tetapi kornea OS edema. Bilik mata depan mata
kanan sedang dan mata kiri dangkal. Ukuran pupil mata kiri midriasis dengan ukuran
diameter 7 mm. Pada pemeriksaan segmen posterior didapatkan, refleks fundus kedua mata
(+), papil OS didapatkan gambaran bulat, berbatas tegas, warna merah (normal), cup disc
ratio 0,5 dan perbandingan arteri vena 2:3. Papil OD masih dalam batas normal. Kontur
pembuluh darah pada kedua mata baik.
Dari anamnesis didapatkan keluhan berupa mata merah dengan penurunan visus. Dari
gejala yang dikeluhkan tersebut didapatkan petunjuk yaitu mata merah visus turun
mendadak, dengan kemungkinan diagnosis banding berupa glaukoma akut, uveitis anterior,
ulkus kornea, dan trauma. Menyingkirkan satu per satu diagnosis banding tersebut dapat
dilakukan dengan anamnesis dan pemeriksaan status oftalmologi.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan VOS 6/30 ph (-) dengan tekanan TIOS 59,1
mmHg. Terdapat mix injeksi, kornea edema dengan keadaan pupil mid-dilatasi. Pada uveitis
anterior yang paling dikeluhkan ialah fotofobia dengan nyeri yang lebih kurang dibandingkan
glaukoma akut. Penurunan visus pada mata yang terkena biasanya sedikit bahkan bisa
normal. Tekanan intraokuler bisa normal ataupun meningkat. Terdapat injeksi silier yang
lebih dalam dan kornea yang keruh karena edema. Ditemukan cell dan flare pada bilik mata
6
depan. Namun iris dalam keadaan miosis (mengecil). Sehingga diagnosis uveitis anterior
dapat disingkirkan.
Ulkus kornea ditandai dengan pandangan kabur, nyeri, adanya sekret mukopurulen
injeksi silier, mata berair disertai dengan adanya defek bergaung pada kornea (biasanya
berupa bintik putih pada kornea sesuai dengan lokasi ulkusnya). Pada pasien ini tidak
didapatkan defek bergaung pada kornea (bintik putih) sehingga diagnosis ini dapat di
singkirkan.
Trauma dapat menyebabkan mata merah dan visus yang menurun dengan mendadak,
keluhan yang dirasakan juga dapat berupa nyeri pada bola mata, sakit kepala, mual muntah,
silau bila kornea terkena. Namun diagnosis ini dapat disingkirkan dengan melakukan
anamnesis menanyakan ada tidak trauma sebelumnya. Dan pada kasus ini riwayat trauma
sebelumnya disangkal.
Berdasarkan uraian diatas dapat diambil kesimpulan diagnosis yang mungkin adalah
glaukoma akut. Glaukoma ditegakkan dengan adanya kerusakan saraf optik, adanya defek
lapangan pandang dan peningkatan tekanan intraokuler. Pasien mengeluh pandangan kabur,
pandangan seperti melihat pada terowongan, silau, juga melihat cahaya yang berpendar
disekitar lampu atau benda yang terang. Hal ini menandakan adanya defek pada lapangan
pandang pasien. Kemudian pada pemeriksaan oftalmologi didapatkan nilai TIOS dengan
tonometer Schiotz yaitu 59,1 mmHg dan pemeriksaan dengan fundus didapatkan papil OS
didapatkan gambaran bulat, berbatas tegas, warna merah (normal), cupp disc ratio 0,5 dan
perbandingan arteri vena 2:3 hal ini menandakan sudah adanya kerusakan saraf optik pada
mata kiri pasien.
Pasien ini mengalami glaukoma akut yang merupakan salah satu glaukoma sudut
tertutup primer. Glaukoma sudut tertutup primer terjadi pada mata dengan predisposisi
anatomis tanpa disertai kelainan lain. Peningkatan tekanan intraokuler terjadi karena
sumbatan aliran aqueous akibat adanya oklusi anyaman trabekular oleh iris perifer. Glaukoma
sudut tertutup akut (glaukoma akut) terjadi disebabkan oleh penutupan sudut bilik mata
depan yang mendadak oleh iris perifer. Hal ini menghambat aliran keluar aqueous dan
tekanan intraokuler meningkat dengan cepat, nyeri pada mata yang mendapat serangan yang
berlangsung beberapa jam dan hilang setelah tidur sebentar. Melihat pelangi (halo) sekitar
lampu dan keadaan ini merupakan stadium prodormal yang disebabkan adanya kerusakan
epitel dan edema kornea, cahaya yang diterima seolah-olah dipantulkan kembali sehingga
membentuk lingkaran cahaya yang mengelilingi lapang pandang pasien atau disebut dengan
halo vision.
7
Perlu dilakukan beberapa pemeriksaan penunjang, seperti Pemeriksaan perimetri
humprey dilakukan untuk melihat defek lapang pandang yang terjadi akibat glaukoma yang
diderita. Pemeriksaan gonioskopi dilakukan untuk menentukan secara pasti jenis glaukoma
(sudut terbuka/sudut tertutup) dengan melihat kondisi sudut bilik mata depan.
Prinsip dari pengobatan glaukoma akut yaitu untuk mengurangi produksi aqueous
humor dan meningkatkan sekresi dari aqueous humor sehingga dapat menurunkan tekanan
intraokuler sesegera mungkin. Pada pasien ini diberikan topikal timolol yang merupakan
golongan beta blocker yang bekerja menurunkan TIO dengan cara menginhibisi produksi
aqueous humor. Onset kerja dari beta blocker ini terhadap produksi aqueous humor mulai
satu jam setelah pemberian sampai empat minggu setelah pengobatan. Asetazolamid
termasuk golongan karbonik anhidrase yang bekerja menurunkan produksi aqueous humor
secara langsung dengan mengantagoniskan aktifitas dari epitel siliar karbonik anhidrase
sehingga menurunkan produksi humor akueous dan menurunkan TIO. Pemberian KSR pada
pasien ini untuk mengatasi efek samping dari asetazolamid yang menyebabkan hipokalemia
sehingga perlu diberikan suplemen kalium. Pilocarpin eye drop adalah obat golongan miotik
kuat (parasimpatomimetik) yang digunakan pada glaukoma akut sudut tertutup. Iridotomi
diindikasikan untuk pasien-pasien dengan kegagalan terapi medikamentosa, pasien dengan
tingkat kepatuhan yang rendah, serta pada pasien glaukoma dengan penurunan tajam
penglihatan yang parah atau cupping disc yang ekstensif.
Glaukoma merupakan penyakit yang dapat menyebabkan kebutaan. Jika di tatalaksana
dengan cepat maka morbiditas penyakit dapat menurun. Pada pasien ini mempunyai
prognosis pada mata kiri berupa dubia ad bonam. Oleh karena itu perlu dilakukan kontrol
ulang berupa pemeriksaan visus, TIO dan lapang pandang.
8
Lampiran Foto