Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN KASUS

* Pendidikan Profesi Dokter / G1A216100 / Agustus 2018


** Preseptor

HIPERTENSI GRADE I
*Ririn Octarina, S.Ked, **dr. Nuriyah, M.Biomed

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER


BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
PUSKESMAS TAHTUL YAMAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JAMBI
2018

1
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN KASUS

HIPERTENSI GRADE I

Oleh:

Ririn Octarina, S.Ked


G1A216100

Sebagai salah satu tugas program pendidikan profesi dokter


Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Jambi
2018

Jambi, Agustus 2018

Preseptor,

dr. Nuriyah, M.Biomed

2
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
laporan kasus yang berjudul “Hipertensi Grade I” sebagai kelengkapan
persyaratan dalam mengikuti Pendidikan Profesi Dokter Bagian Ilmu Kesehatan
Masyarakat di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Jambi.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada dr. Nuriyah, M.Biomed yang
telah meluangkan waktu dan pikirannya sebagai pembimbing sehingga penulis
dapat menyelesaikan laporan ini.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak sangat diharapkan.
Selanjutnya, penulis berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat dan menambah
ilmu bagi para pembaca.

Jambi, Agustus 2018

Penulis

3
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ................................................................... i


KATA PENGANTAR ........................................................................... ii
DAFTAR ISI ....................................................................................... iii
BAB I STATUS PASIEN ....................................................................... 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................ 9
BAB III ANALISA KASUS ................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 19
LAMPIRAN ............................................................................................ 20

4
BAB I
STATUS PASIEN
I. PASIEN
1. Identitas Pasien
Nama : Ny. A
Umur : 48 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Pendidikan : SD
Alamat : RT 04 Tahtul Yaman

2. Latar Belakang Sosial-Ekonomi-Demografi-Lingkungan Keluarga


a. Status perkawinan : Menikah
b. Jumlah anak : 2 orang
c. Saudara : anak ke 2 dari lima bersaudara
d. Status ekonomi keluarga : cukup
e. KB yang diikuti : KB suntik
f. Kondisi rumah :
Rumah semi permanen dengan ukuran ± 8 x 10 m2. Pasien tinggal
di Rumah panggung berlantai kayu dan beratap genteng. Memiliki 1 ruang
tamu yang menyatu dengan ruang keluarga dan ruang makan, 1 kamar tidur,
1 dapur dan 1 kamar mandi. Sumber air dari PDAM. Kamar mandi
menggunakan wc jongkok. Kondisi rumah lembab dan kurang pencahayaan
karena ventilasi yang kurang.
g. Kondisi lingkungan sekitar rumah
Lingkungan sekitar rumah tidak begitu padat, pasien tidak memiliki
pekarangan rumah yang luas

3. Aspek Perilaku dan Psikologis dalam Keluarga


Pasien mempunyai suami dan mempunyai 2 orang anak. Pasien juga tinggal
bersama ibu pasien. Semua anak pasien laki-laki, anak pertama umur 27 tahun

5
dan anak kedua umur 20 tahun. Keharmonisan keluarga pasien biasa-biasa saja.
Tidak ada masalah dalam hubungan satu sama lain.

4. Keluhan Utama
Sakit kepala sejak + 3 hari sebelum datang ke Puskesmas.

5. Riwayat Penyakit Sekarang :


Pasien datang ke dengan keluhan sakit kepala sejak + 3 hari yang lalu,
sakit kepala hilang timbul. Sebelumnya pasien memang sering merasakan
keluhan yang sama. Nyeri kepala dirasakan di seluruh kepala, dalam sehari
bisa timbul > 3 kali, lebih berat jika pasien kecapaian atau stress. Keluhan
ini membuat kepala pasien terasa berat dan menjalar hingga ke leher. Selain
nyeri kepala, selama seminggu belakangan ini pasien merasa lehernya
sering tegang atau kaku dan sulit tidur. Pusing berputar (-). Demam(-),
pandangan kabur (-), muntah (-), nyeri dada (-), sesak nafas (-), BAK
normal, BAB normal .Pasien sudah membeli obat di warung (bodrex),
keluhan dirasakan sedikit berkurang namun kembali sakit kepala.

6. Riwayat Penyakit Dahulu


 Riwayat mengalami keluhan serupa sebelumnya (-)
 Riwayat hipertensi disangkal
 Riwayat diabetes melitus disangkal.
 Riwayat stroke disangkal.

7. Riwayat penyakit keluarga


 Keluarga yang mengalami keluhan serupa (-)
 Riwayat hipertensi disangkal
 Riwayat diabetes melitus disangkal.

8. Riwayat Makan, Alergi dan Perilaku Kesehatan

6
 Riwayat pola makan tidak teratur dan cukup sering makan makanan
bersantan diakui pasien.
 Riwayat alergi makanan dan obat-obatan tidak ada
 Riwayat merokok dan minum alkohol disangkal.
 Pasien jarang berolahraga dan kurang tidur

9. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : tampak sakit ringan
Kesadaran : compos mentis
Tanda vital :
TD : 140/90 mmHg
Nadi : 87 x permenit
RR : 18 x permenit
Suhu : 36,80C
BB : 60 kg
TB : 156 cm
IMT : 24,69 (overweight)
Kepala :
Mata : Konjunctiva anemis (-/-). Sklera ikterik (-/-). Pupil
isokor. Refleks cahaya (+/+)
THT : Tidak ada kelainan
Leher : Pembesaran KGB (-), pembesaran tiroid (-)

Pulmo :
Pemeriksaan Kanan Kiri
Inspeksi Simetris Simetris
Palpasi Stem fremitus normal Stem fremitus normal
Perkusi Sonor Sonor
Auskultasi Vesikuler (+) Vesikuler (+)
Wheezing (-), rhonki (-) Wheezing (-), rhonki (-)

7
Jantung :
Inspeksi Ictus cordis tidak terlihat.
Palpasi Ictus cordis teraba di ICS IV linea midclavicula kiri, tidak
kuat angkat.
Perkusi Batas-batas jantung :
Atas : ICS II linea parasternalis kiri
Kanan : ICS IV linea sternalis kanan
Kiri : ICS IV linea midclavicula kiri
Auskultasi BJ I/II regular, murmur (-), gallop (-)

Abdomen :
Inspeksi Cembung, massa (-), jaringan parut (-), bekas operasi (-)
Palpasi Nyeri tekan (-), defans musculer (-), hepatomegali (-),
splenomegali (-), nyeri ketok costovertebra (-/-)
Perkusi Timpani
Auskultasi Bising usus (+) normal

Ekstremitas Superior : akral hangat, edema (-/-)


Ekstremitas Inferior : akral hangat, edema (-/-)

10. Pemeriksaan penunjang


-
11. Diagnosa Kerja
Hipertensi Grade I

12. Diagnosa Banding


-

13. Manajemen
a. Promotif

8
 Mengatur pola makan yang benar, makan makanan yang rendah garam.
 Lakukan olah raga secara teratur.
 Mengkonsumsi obat secara rutin.
 Menerangkan kepada pasien tentang bahayanya penyakit hipertensi dan
komplikasinya.
b. Preventif
 Menyarankan agar pasien menjaga pola makannya dengan diet rendah
garam, rendah lemak dan tinggi serat
 Menyarankan agar pasien banyak banyak berolahraga.
 Menyarankan agar pasien teratur minum obat dan memeriksakan tekanan
darahnya ke puskesmas secara berkala.
 Menyarankan untuk mengurangi beban pikiran.
c. Kuratif
Non farmakologi
 Edukasi mengenai panyakit, faktor penyebab/pencetus dan
pengobatannya.
 Istirahat
 Diet rendah garam, rendah lemak dan tinggi serat.

Farmakologi
 Amlodipine 5 mg 3 x 1 tab sehari

Obat tradisional
Ramuan Hipertensi
Bahan : Orthosiphon stamineus (Kumis Kucing)
Cara : rebus 50 gram daun kumis kucing menggunakan 2
gelas air selama lima belas menit, kemudian disaring.
Aturan : Diminum 1 gelas sehari, setiap pagi har
d. Disability Limitation

9
Jelaskan pada pasien bahwa hipertensi itu merupakan penyakit yang
berbahaya bila dibiarkan, hipertensi bila dibiarkan dapat menyebabkan
pembuluh darah menjadi kaku lama-kelamaan bisa tersumbat bahkan bisa pecah
sehingga dapat menyebabkan stroke bahkan kematian, sehingga pasien harus
tetap mengkonsumsi obat antihipertensinya secara rutin dan teratur, serta tetap
control ke Puskesmas bila obat habis.
e. Rehabilitatif
Memantau tekanan darah pasien secara rutin. Hal ini dilakukan dengan kerja
sama dari pasien tersebut dengan mengikuti saran dokter untuk datang secara
berkala

Resep puskesmas Resep ilmiah 1

Dinas Kesehatan Kota Jambi Dinas Kesehatan Kota Jambi


Puskesmas Tahtul Yaman Puskesmas Tahtul Yaman
Pelayangan, Sebrang Pelayangan, Sebrang
dr. Ririn Octarina dr. Ririn Octarina
SIP. 24061995 SIP. 24061995
STR. 19952406 STR. 19952406
Tanggal : Tanggal :

Resep ilmiah 2 Resep ilmiah 3

Pro : Pro :
Umur : Umur :
BB : BB :
Alamat
Dinas: Kesehatan Kota Jambi Alamat
Dinas: Kesehatan Kota Jambi
Puskesmas Tahtul Yaman Puskesmas Tahtul Yaman
Pelayangan, Sebrang Pelayangan, Sebrang
dr. Ririn Octarina dr. Ririn Octarina
SIP. 24061995 SIP. 24061995
STR. 19952406 STR. 19952406
Tanggal : Tanggal :

10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Hipertensi adalah keadaan tekanan darah yang sama atau melebihi 140
mmHg sistolik dan sama atau melebihi 90mmHg diastolik pada seseorang yang
tidak sedang mengkomsumsi obat antihipertensi.1 Hipertensi sering disebut sebagai
the silent disease karena penderita umumnya tidak mengetahui dirinya mengidap
hipertensi sebelum memeriksakan tekanan darahnya.1
Hipertensi yang lama atau berat dapat menimbulkan komplikasi berupa
kerusakan organ pada jantung, otak, ginjal, mata dan pembuluh darh perifer.1
Hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya didefinisikan sebagai
hipertensi esensial. Beberapa penulis memilih istilah hipertensi primer, untuk
membedakan dengan hipertensi sekunder (diketahui penyebabnya).1,2

2.2 Epidemiologi
Hipertensi merupakan salah satu penyakit utama didunia, mengenai hamper
50 juta orang di amerika serikat dan hamper 1 miliar orang diseluruh dunia.
Meningkatnya populasi usia lanjut, maka jumlah pasien hipertensi juga bertambah.
Lebih dari separuh orang berusia di atas 65 tahun menderita hipertensi.
Pengendalian tekanan darah penderita hipertensi hanya mencapai 34 % dari seluruh
penderita hipertensi.2,3

2.3 Etiologi
Berdasarkan penyebabnya, hipertensi dibagi menjadi 2 golongan, yaitu :3
1. Hipertensi essensial atau hipertensi primer yang tidak diketahui
penyebabnya, disebut juga hipertensi idiopatik. Terdapat sekitr 90% kasus.
Banyak faktor yang mempengaruhinya,seperti genetic, lingkungan,
hiperaktivitas susunan saraf simpatis, system rennin-angiotensin, defek
dalam eksresi Na, peningkatan Na dan Ca intraseluler dan faktor-faktor
yang meningkatkan resiko seperti obesitas, alcohol, merokok serta

9
polisitemia.
2. Hipertensi sekunder. Terdapat sekitar 5 % kasus. Penyebab spesifiknya
diketahui, seperti penggunaan estrogen, penyakit ginjal, hipertensi vascular
renal, hiperaldosteronisme primer, sindroma cushing, feokromasitoma,
koarktasio aorta, hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan,
pemakaian obat-obatan seperti pil KB, kortikosteroid, simpatomimetik
amin (efedrin, fenilefrin, fenilpropanolamin, amfetamin), siklosporin dan
eritropoitin dan lain-lain.

2.4 Faktor – Faktor Risiko


Hipertensi disebabkan oleh faktor-faktor yang dapat dimodifikasi atau
dikendalikan serta faktor yang tidak dapat dimodifikasi.1,2,3
a. Faktor yang tidak dapat dimodifikasi atau dikendalikan
1. Genetik.
2. Umur
3. Jenis Kelamin
4. Etnis
5. Penyakit Ginjal
6. Obat-obataan
7. Preeklampsi pada kehamilan
8. Keracunan timbal akut
b. Faktor yang dapat dimodifikasi atau dikendalikan
1. Stress
2. Obesitas
3. Nutrisi
4. Merokok
5. Kurang olahraga

2.5 Patofisiologi
Mekanisme terjadinya hipertensi adalah melalui terbentuknya angiotensin
II dari angiotensin I oleh angiotensin I converting enzyme (ACE). ACE memegang

10
peran fisiologis penting dalam mengatur tekanan darah. Darah mengandung
angiotensinogen yang diproduksi di hati. Selanjutnya oleh hormon, renin
(diproduksi oleh ginjal) akan diubah menjadi angiotensin I. Oleh ACE yang
terdapat di paru-paru, angiotensin I diubah menjadi angiotensin II. Angiotensin II
inilah yang memiliki peranan kunci dalam menaikkan tekanan darah melalui dua
aksi utama.1,3
Aksi pertama adalah meningkatkan sekresi hormon antidiuretik (ADH) dan
rasa haus. ADH diproduksi di hipotalamus (kelenjar pituitari) dan bekerja pada
ginjal untuk mengatur osmolalitas dan volume urin. Dengan meningkatnya ADH,
sangat sedikit urin yang diekskresikan ke luar tubuh (antidiuresis), sehingga
menjadi pekat dan tinggi osmolalitasnya. Untuk mengencerkannya, volume cairan
ekstraseluler akan ditingkatkan dengan cara menarik cairan dari bagian intraseluler.
Akibatnya, volume darah meningkat yang pada akhirnya akan meningkatkan
tekanan darah.1,3
Aksi kedua adalah menstimulasi sekresi aldosteron dari korteks adrenal.
Aldosteron merupakan hormon steroid yang memiliki peranan penting pada ginjal.
Untuk mengatur volume cairan ekstraseluler, aldosteron akan mengurangi ekskresi
NaCl (garam) dengan cara mereabsorpsinya dari tubulus ginjal. Naiknya
konsentrasi NaCl akan diencerkan kembali dengan cara meningkatkan volume
cairan ekstraseluler yang pada gilirannya akan meningkatkan volume dan tekanan
darah.1,3
Patogenesis dari hipertensi esensial merupakan multifaktorial dan sangat
komplek. Faktor-faktor tersebut merubah fungsi tekanan darah terhadap perfusi
jaringan yang adekuat meliputi mediator hormon, aktivitas vaskuler, volume
sirkulasi darah, kaliber vaskuler, viskositas darah, curah jantung, elastisitas
pembuluh darah dan stimulasi neural. Patogenesis hipertensi esensial dapat dipicu
oleh beberapa faktor meliputi faktor genetik, asupan garam dalam diet, tingkat
stress dapat berinteraksi untuk memunculkan gejala hipertensi.1,3
Perjalanan penyakit hipertensi esensial berkembang dari hipertensi yang
kadang- kadang muncul menjadi hipertensi yang persisten. Setelah periode
asimtomatik yang lama, hipertensi persisten berkembang menjadi hipertensi

11
dengan komplikasi, dimana kerusakan organ target di aorta dan arteri kecil, jantung,
ginjal, retina dan susunan saraf pusat. Progresifitas hipertensi dimulai dari
prehipertensi pada pasien umur 10-30 tahun (dengan meningkatnya curah jantung)
kemudian menjadi hipertensi dini pada pasien umur 20-40 tahun (dimana tahanan
perifer meningkat) kemudian menjadi hipertensi pada umur 30-50 tahun dan
akhirnya menjadi hipertensi dengan komplikasi pada usia 40-60 tahun.1,3

2.6 Gejala Klinis


Hipertensi diduga dapat berkembang menjadi masalah kesehatan yang
lebih serius dan bahkan dapat menyebabkan kematian. Seringkali hipertensi
disebut sebagai silent killer karena dua hal, yaitu:1,2,3,4,5
 Hipertensi sulit disadari oleh seseorang karena hipertensi tidak
memilikigejala khusus. Gejala ringan seperti pusing, gelisah, mimisan, dan
sakit kepala biasanya jarang berhubungan langsung dengan hipertensi.
Hipertensi dapat diketahui dengan mengukur tekanan darah secara teratur.
 Penderita hipertensi, apabila tidak ditangani dengan baik, akan

12
mempunyairisiko besar untuk meninggal karena komplikasi kardiovaskular
seperti stroke,serangan jantung, gagal jantung, dan gagal ginjal

Pada sebagian besar penderita, hipertensi tidak menimbulkan gejala;


meskipun secara tidak sengaja beberapa gejala terjadi bersamaan dan
dipercaya berhubungan dengan tekanan darah tinggi (padahal sesungguhnya
tidak). berikut beberapa gejala hipertensi :
 Sakit kepala
 Kelelahan
 Mual
 Muntah
 Sesak nafas
 Gelisah
 Pandangan menjadi kabur yang terjadi karena adanya kerusakan pada
otak,mata, jantung dan ginjal.
 Sering buang air kecil terutama di malam hari
 Telinga berdenging.

Kadang penderita hipertensi berat mengalami penurunan kesadaran dan


bahkan koma karena terjadi pembengkakan otak. Keadaan ini disebut
ensefalopati hipertensif, yang memerlukan penanganan segera.

2.7 Diagnosis
Diagnosis krisis hipertensi harus ditegakkan sedini mungkin, karena hasil
terapi tergantung kepada tindakan yang cepat dan tepat. Tidak perlu menunggu
hasil pemeriksaan yang menyeluruh walaupun dengan data-data yang minimal kita
sudah dapat mendiagnosis suatu krisis hipertensi.3,5
Anamnesis
a. Riwayat hipertensi, lama dan beratnya.
b. Obat anti hipertensi yang digunakan dan kepatuhannya.
c. Usia, sering pada usia 30 – 70 tahun.

13
d. Gejala sistem syaraf ( sakit kepala, pusing, perubahan mental, ansietas ).
e. Gejala sistem ginjal ( gross hematuri, jumlah u rin berkurang )
f. Gejala sistem kardiovascular (adanya payah jantung, kongestif dan oedem paru,
nyeri dada).
g. Riwayat penyakit glomerulonefrosis, pyelonefritis.
h. Riwayat kehamilan, tanda- tanda eklampsi.

Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan fisik dilakukan pengukuran tekanan darah di kedua
lengan, mencari kerusakan organ sasaran (retinopati, gangguan neurologi, payah
jantung kongestif, diseksi aorta). Palpasi denyut nadi di keempat ekstremitas.
Auskultasi untuk mendengar ada atau tidak bruit pembuluh darah besar, bising
jantung dan ronki paru. Perlu dibedakan komplikasi krisis hipertensi dengan
kegawatan neurologi ataupun payah jantung, kongestif dan oedema paru. Perlu
dicari penyakit penyerta lain seperti penyakit jantung koroner.5
Batasan hipertensi ditetapkan dan dikenal dengan ketetapan JNC VII (The
Seventh Report of The Joint National Committee on Prevention, Detection,
Evaluation and Treatment of Hight Blood Pressure). Ketetapan ini juga telah
disepakati Badan Kesehatan Dunia (WHO), organisasi hipertensi International
(ISH), maupun organisasi hipertensi regional, termasuk Indonesia (InaSH).3

Tabel 1. Klasifikasi Tekanan Darah Pada Dewasa menurut JNC VII

Kategori Tekanan Darah Sistolik Tekanan Darah Diastolik

Normal < 120 mmHg (dan) < 80 mmHg

Pre-hipertensi 120-139 mmHg (atau) 80-89 mmHg

Stadium 1 140-159 mmHg (atau) 90-99 mmHg

Stadium 2 >= 160 mmHg (atau) >= 100 mmHg

Pemeriksaan penunjang

14
 Pemeriksaan laboratorium awal : urinalisis, Hb, Ht, ureum, kreatinin, gula
darah dan elektrolit.
 Pemeriksaan penunjang: elektrokardiografi, foto thoraks.
 Pemeriksaan penunjang lain bila memungkinkan: CT scan kepala,
ekokardiogram, ultrasonogram.

2.8 Penatalaksanaan
1. Terapi nonfarmakologi
Menerapkan gaya hidup sehat bagi setiap orang untuk mencegah tekanan
darah tinggi dan merupakan bagian yang penting dalam penanganan hipertensi.
Semua pasien dengan prehipertensi dan hipertensi harus melakukan perubahan
gaya hidup. Modifikasi gaya hidup yang penting yang terlihat menurunkan tekanan
darah adalah:1,3,4,5
• mengurangi berat badan untuk individu yang obes atau gemuk;
• mengadopsi pola makan DASH (Dietary Approach to Stop Hypertension)
yang kaya akan kalium dan kalsium; diet rendah natrium; aktifitas fisik.
• Mengurangi rokok

2.Terapi farmakologi
Kebanyakan pasien dengan hipertensi memerlukan dua atau lebih obat
antihipertensi untuk mencapai target tekanan darah yang diinginkan. Penambahan
obat kedua dari kelas yang berbeda dimulai apabila pemakaian obat tunggal dengan
dosis lazim gagal mencapai target tekanan darah. Apabila tekanan darah melebihi
20/10 mm Hg diatas target, dapat dipertimbangkan untuk memulai terapi dengan
dua obat. Yang harus diperhatikan adalah resiko untuk hipotensi ortostatik,
terutama pada pasien-pasien dengan diabetes, disfungsi autonomik,dan lansia.1,2,3,4

Diuretik

15
Diuretik membantu ginjal membuang garam dan air, yang akan
mengurangi volume cairan di seluruh tubuh sehingga menurunkan tekanan darah.
Diuretik juga menyebabkan pelebaran pembuluh darah. Diuretik menyebabkan
hilangnya kalium melalui air kemih, sehingga kadang diberikan tambahan kalium
atau obat penahan kalium.

Penghambat adrenergik
Terdiri dari alfa-blocker, beta-blocker dan alfa-beta-blocker labetalol, yang
menghambat efek sistem saraf simpatis.Sistem saraf simpatis adalah sistem saraf
yang dengan segera akan memberikan respon terhadap stres, dengan cara
meningkatkan tekanan darah.Yang paling sering digunakan adalah beta-blocker,
yang efektif diberikan kepada: - penderita usia muda- penderita yang pernah
mengalami serangan jantung- penderita dengan denyut jantung yang cepat- angina
pektoris (nyeri dada)- sakit kepala migren.

Angiotensin converting enzyme inhibitor


Menyebabkan penurunan tekanan darah dengan cara melebarkan arteri.
Obat ini efektif diberikan kepada:- orang kulit putih- usia muda- penderita gagal
jantung - penderita dengan protein dalam air kemihnya yang disebabkan oleh
penyakit ginjal menahun atau penyakit ginjal diabetik- pria yang menderita
impotensi sebagai efek samping dari obat yang lain. Angiotensin-II-
bloker menyebabkan penurunan tekanan darah dengan suatu mekanisme
yang mirip dengan ACE-inhibitor.

Algoritma untuk evaluasi Krisis Hipertensi

16
parameter Hipertensi urgency Hipertensi
Biasa Mendesak emergency
Tekanan darah >180/110 >180/110 >220/140
Gejala Sakit kepala, Sakit kepala Sesak nafas,
kecemasan, sering hebat, sesak nafas nyeri dada,
kali tanpa gejala nokturia,
disarthria,
kelemahan,
kesadaran
menurun
Pemeriksaan Tidak ada Kerusakan organ Enselopati,
kerusakan organ target, muncul edema paru,
target, tidak ada klinis penyakit insufisiensi
penyakit kardiovaskuler, ginjal, iskemia
kardiovaskuler stabil jantung
Terapi Awasi 1-3 jam, Awasi 3-6 jam, Pasang jalur IV,
memulai atau obat oral periksa
teruskan obat oral, berjangka kerja laboratorium
naikkan dosis pendek standar, terapi
obat IV
Rencana Periksa ulang Periksa ulang Rawat ruangan
dalam 3 hari dalam 24 jam ICU

17
Tabel obat hipertensi parenteral
Obat Dosis Efek/ lama Perhatian Khusus
kerja
Sodium 0,25-10mg Langsung/2- Mula, muntah, penggunaan
nittroprusside /kg/ menit 3 menit jangka panjang dapat
sebagai infuse setelah infus menyebabkan keracunan
IV tiosianat,methemoglobinemia,
asidosis, keracunan sianida
Nitrogliserin 500-1000mg 2-5 menit/5- Sakit kepala,takikardi,
sebagai infuse 10 menit muntah, methemoglobinuria,
IV membutuhkan system
pengiriman khusus karena
obat mengikat pipa PVS
Nicardipine 5-15mg/jam 1-5 Takikardi, mual, muntah,
sebagai infuse menit/15-30 sakit kepala, peningkatan
iV menit tekanan intra cranial,
hipotensi
Klonidin 150ug, 6 amp 30-60 Enselopati dengan gangguan
per 250 cc min/24 jam koroner
glukosa 5 %
mikrodrip
diltiazem 5- 1-5 min/15- Takikardi, mula, mntah, sakit
15ug/kg/menit 30 min kepala, peningkatan tekanan
sebagai infuse intracranial, hipotensi
IV

2.9 Komplikasi
Hipertensi merupakan faktor resiko utama untuk terjadinya penyakit
jantung, gagal jantung kongesif, stroke, gangguan penglihatan dan penyakit ginjal.
Tekanan darah yang tinggi umumnya meningkatkan resiko terjadinya komplikasi

18
tersebut. Hipertensi yang tidak diobati akan mempengaruhi semua sistem organ dan
akhirnya memperpendek harapan hidup sebesar 10-20 tahun. 3
Mortalitas pada pasien hipertensi lebih cepat apabila penyakitnya tidak
terkontrol dan telah menimbulkan komplikasi ke beberapa organ vital. Sebab
kematian yang sering terjadi adalah penyakit jantung dengan atau tanpa disertai
stroke dan gagal ginjal. Dengan pendekatan sistem organ dapat diketahui
komplikasi yang mungkin terjadi akibat hipertensi, yaitu:3
No. Sistem organ Komplikasi

1. Jantung Infark miokard, Angina pectoris, Gagal jantung


kongestif
2. System saraf pusat Stroke, Ensefalopati hipertensif

3. Ginjal Gagal ginjal kronis

4. Mata Retinopati hipertensif

5. Pembuluh darah perifer Penyakit pembuluh darah perifer

Komplikasi yang terjadi pada hipertensi ringan dan sedang mengenai mata,
ginjal, jantung dan otak. Pada mata berupa perdarahan retina, gangguan penglihatan
sampai dengan kebutaan. Gagal jantung merupakan kelainan yang sering
ditemukan pada hipertensi berat selain kelainan koroner dan miokard. Pada otak
sering terjadi perdarahan yang disebabkan oleh pecahnya mikroaneurisma yang
dapat mengakibakan kematian.3
Kelainan lain yang dapat terjadi adalah proses tromboemboli dan serangan
iskemia otak sementara (Transient Ischemic Attack/TIA). Gagal ginjal sering
dijumpai sebagai komplikasi hipertensi yang lama dan pada proses akut seperti
pada hipertensi maligna.3

19
BAB III
ANALISA KASUS

a. Hubungan diagnosis penyakit dengan keadaan rumah dan lingkungan


sekitar
Dari hasil anamnesis didapatkan Pasien Ny.A, 48 tahun datang ke dengan
keluhan sakit kepala sejak + 2 hari yang lalu, sakit kepala hilang timbul.
Sebelumnya pasien memang sering merasakan keluhan yang sama. Nyeri
kepala dirasakan diseluruh kepala, dalam sehari bisa timbul > 3 kali, lebih
berat jika pasien kecapaian atau stress. Keluhan ini membuat kepala pasien
terasa berat dan menjalar hingga ke leher. Selain nyeri kepala, selama
seminggu belakangan ini pasien merasa lehernya sering tegang atau kaku dan
sulit tidur. Pusing berputar (-). Demam (+), pandangan kabur (-), muntah (-),
nyeri dada (-), sesak nafas (-), BAK normal, BAB normal. Pada pemeriksaan
fisik didapatkan TD 140/ 90. Dari anamnesis, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang, akhirnya didapatkan diagnosa penyakit yang diderita
pasien yaitu Hipertensi grade I.
Jika dilihat dari keadaan rumah, keadaan rumah os dinilai cukup baik
Rumah panggung berlantai kayu dan beratap seng. Memiliki ruang tamu
yang menyatu dengan ruang keluarga dan ruang makan, 1 kamar tidur, 1
dapur dan 1 kamar mandi. Sumber air dari PDAM. Kamar mandi
menggunakan wc jongkok. Kondisi rumah lembab dan kurang pencahayaan
karena ventilasi yang kurang. Disini tidak terdapat hubungan antara kondisi
rumah dengan penyakit yang diderita pasien.

b. Hubungan diagnosis dengan keadaan keluarga dan hubungan keluarga


Pasien mempunyai suami dan mempunyai 2 orang anak. Pasien juga tinggal
bersama ibu pasien. Semua anak pasien laki-laki, anak pertama umur 27 tahun
dan anak kedua umur 20 tahun. Keharmonisan keluarga pasien biasa-biasa
saja. Tidak ada masalah dalam hubungan satu sama lain.

20
Didalam hubungan diagnosis dan aspek psikologis dikeluarga tidak ada
hubungannya dengan penyakit pasien, karena didalam keluarga pasien
berhubungan baik dengan anak anaknya

c. Hubungan diagnosis dengan perilaku kesehatan dalam keluarga dan


lingkungan sekitar
Perilaku kesehatan pasien dalam hal mengatur gaya hidup pasien dalam
keluarga dianggap berhubungan terhadap penyakit yang dialami pasien.
Perilaku kesehatan pasien tergolong tidak baik, hal ini tergambar dari
kebiasaan pola makan dan pola hidup yang tidak sehat seperti :
1. Pasien mengaku cukup sering hari ini makan makanan bersantan
2. Pasien juga sangat jarang berolah raga dan kurang tidur.
Bila dilihat dari keadaan perilaku kesehatan pasien maka jelas ada
hubungannya dengan penyakit yang dialami oleh pasien karena hal-hal tersebut
merupakan faktor resiko dari hipertensi
Terdapat hubungan antara perilaku kesehatan dalam keluarga dengan
penyakit yang diderita pasien.

d. Analisis kemungkinan faktor risiko atau etiologi penyakit pada pasien


Penyebab hipertensi terbagi 2 yaitu hipertensi esensial dan hipertensi
sekunder. Pada pasien ini penyebab hipertensi tidak diketahui atau sering
disebut hipertensi esensial. Dimana hipertensi ini dialami sekitar 90% kasus.
Adapun faktor yang menimbulkan penyakit hipertensi pada pasien ini terdiri
dari 2 faktor yakni faktor yang dapat dimodifikasi dan faktor yang tidak dapat
dimodifikasi. Dimana faktor yang tidak dapat dimodifikasi adalah faktor umur,
sedangkan faktor yang dapat dimodifikasi adalah gaya hidup yang kurang
sehat. Seperti tidak mengatur pola makan dengan benar serta kurangnya
berolahraga.

21
e. Analisis untuk mengurangi menghindari factor memperberat dan
penularan penyakit :
Untuk menghindari faktor yang memperberat yaitu dengan memodifikasi
gaya hidup yang sehat seperti mengatur pola makan dengan benar, hindari
makan yang mengandung kolesterol seperti makanan bersantan, hindari stres,
olah raga yang teratur. Selain itu pasien juga kontrol teratur, periksa tekanan
darah secara rutin serta mengkonsumsi obat yang teratur.

RENCANA PROMOSI DAN PENDIDIKAN KESEHATAN KEPADA


PASIEN DAN KEPADA KELUARGA
Menjelaskan kepada pasien tentang penyakitnya, faktor risiko, dan
bagaimana mengatasinya.

RENCANA EDUKASI PENYAKIT KEPADA PASIEN DAN KEPADA


KELUARGA
 Menjelaskan kepada pasien bahwa penyakit ini tidak diketahui
penyebabnya.
 Namum ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhinya:
- faktor yang tidak dapat dimodifikasi yaitu faktor umur.
- faktor yang dapat dimodifikasi yaitu gaya hidup
Faktor gaya hidup merupakan faktor yang dapat dimodifikasi seperti
olah raga yang cukup, berfikir positif, hindari stres dan mengatur pola
makanan dengan benar yakni makan makanan yang rendah kolesterol, diet
rendah garam.

ANJURAN-ANJURAN PROMOSI KESEHATAN PENTING YANG DAPAT


MEMBERI SEMANGAT/MEMPERCEPAT PENYEMBUHAN PADA
PASIEN
Pasien diberi nasehat bahwa hipertensi itu merupakan penyakit yang
berbahaya bila dibiarkan. Hipertensi bila dibiarkan dapat menyebabkan pembuluh

22
darah menjadi kaku dan bisa tersumbat bahkan bisa pecah sehingga dapat
menyebabkan komplikasi seperti stroke bahkan kematian.
Oleh karena itu pasien dianjurkan :
 Mengatur pola makan yang benar, makan makanan yang rendah kolesterol,
diet rendah garam atau menggunakan garam untuk hipertensi.
 Lakukan olah raga secara teratur.
 Tidak merokok dan jauhkan diri dari asap rokok
 Mengkonsumsi obat secara rutin.
 Jika klinis memberat, segera di bawa ke Rumah Sakit untuk pemeriksaan
lebih lanjut.

23
DAFTAR PUSTAKA

1. Hirlan. 2006. Hipertensi, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Edisi IV.
Jakarta : Balai Penerbit FKUI.
2. Yogiantoro M. Hipertensi Esensial dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam
Jilid I Edisi IV. Jakarta: FK UI. 2006.

3. Kaplan Norman M. Hipertensive Crisis. In : Flynn T Joseph. Kaplan clinical


hypertensive. 9 ed. Williams Wilkins, 2006. Chapter 8.

4. Kumar V, Abbas AK, Fausto N. Hypertensive Vascular Disease. Dalam:


Robin and Cotran Pathologic Basis of Disease, 7th edition. Philadelpia:
Elsevier Saunders, 2005.p 528-529.

24
LAMPIRAN

25

Anda mungkin juga menyukai