DI KOTA BIMA
Rahmad Hidayatullah*), DR. Ir. Ria A.A. Soemitro, M.Eng.**), Ir. Sumino, M.MT ***)
Program Magister Teknik Bidang Keahlian Manajemen Aset FTSP ITS
Email : dayatrahmad99@yahoo.com
ABSTRAK
Jaringan jalan cenderung mengalami penurunan kondisi yang diindikasikan dengan terjadinya
kerusakan pada jalan. Program pemeliharaan jalan harus dilakukan oleh pemerintah daerah. Dengan
banyaknya kendala dan permasalahan, seperti keterbatasan anggaran, usulan dari masyarakat yang terus
masuk pada Dinas Pekerjaan Umum, maka diperlukan perencanaan program pemeliharaan jaringan jalan
secara bertahap dengan menentukan urutan prioritas pemeliharaan.
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk menganalisis dan mendapatkan urutan prioritas
pemeliharaan jalan di Kota Bima dengan menggunakan berbagai kriteria. Untuk menentukan urutan prioritas
pemeliharaan jalan digunakan metode Analytical Hierarchy Process (AHP). Dalam penelitian ini dilakukan
pada 47 ruas jalan yang ada di 5 kecamatan di Kota Bima. Kriteria – kriteria yang berpengaruh dalam
penentuan urutan prioritas jalan adalah kriteria teknis jalan, kriteria sosial dan kriteria pelayanan jaringan
jalan. Urutan prioritas ditentukan berdasarkan jumlah bobot gabungan hasil pembobotan antar kecamatan,
kriteria, sub kriteria dan alternatif keputusan ruas jalan.
Berdasarkan metode AHP maka urutan prioritas pemeliharaan jalan di Kota Bima berdasarkan nilai
bobot tertinggi sampai dengan bobot terendah adalah ruas Jalan Bandeng dengan bobot sebesar 0,0779
merupakan prioritas pertama karena memiliki nilai bobot tertinggi. Sedangkan prioritas selanjutnya adalah
ruas Jalan Komplek Terminal Dara dengan bobot 0,0605, ruas Jalan Terminal Dara – Pasar Raya dengan
bobot 0,0566, ruas Jalan Mujair dengan bobot 0,0447, ruas Jalan Rite – Ntobo dengan bobot 0,0407, dan
urutan terakhir adalah ruas Jalan Uswatun Hasanah dengan bobot 0,0025.
1. Pendahuluan
Jalan merupakan infrastrukur yang dibangun oleh pemerintah untuk memperlancar pengembangan daerah.
Jalan adalah aset yang harus dikelola dan difungsikan secara optimal. Pada kenyataannya, jalan akan
mengalami penurunan kondisi yang disebabkan karena kerusakan pada jalan. Maka untuk memperlambat laju
penurunan kondisi dan mempertahankan kondisi jalan pada tingkat yang layak, perlu dilakukan pemeliharaan
dengan baik agar jalan tersebut dapat berfungsi sesuai dengan umur manfaat yang direncanakan.
Kota Bima memiliki peran yang strategis dalam Konstelasi Regional NTB. Dari aspek transportasi darat,
Kota Bima dijadikan sebagai titik asal dan tujuan pergerakan penumpang yang menuju ke kota lainnya di
Propinsi Nusa Tenggara Barat maupun propinsi lainnya. Selain itu juga Kota Bima sebagai daerah lintas arus
pergerakan barang dari arah barat (pulau jawa) yang menuju kearah timur (Propinsi Nusa Tenggara Timur).
Jaringan jalan cenderung mengalami penurunan kondisi yang diindikasikan dengan terjadinya kerusakan
pada jalan. Maka diperlukan penanganan untuk menjaga kondisi jalan agar sesuai dengan umur rencananya.
Program pemeliharaan jalan harus terus dilakukan oleh pemerintah daerah. Dengan banyaknya kendala dan
permasalahan, seperti keterbatasan anggaran, usulan dari masyarakat yang terus masuk pada Dinas Pekerjaan
Umum, maka diperlukan perencanaan program pemeliharaan jaringan jalan secara bertahap dengan
menentukan urutan prioritas pemeliharaan.
Dari kriteria awal tersebut akan diminta pertimbangan dari responden melalui kuisioner tentang kriteria yang
berpengaruh dalam penentuan urutan prioritas penanganan pemeliharaan jalan. Teknik sampling yang
digunakan untuk menentukan responden adalah penentuan berdasarkan pertimbangan tertentu. Pertimbangan
yang digunakan adalah para pejabat yang mempunyai Tugas Pokok dan Fungsi (Tupoksi) yang berkaitan
dengan pembangunan dan perencanaan jalan.
2.2. Proses AHP
Penyusunan model hirarki untuk proses AHP pada penelitian terdiri dari level 1 adalah tujuan utama
penelitian, level kedua adalah kecamatan, Level ketiga adalah kriteria teknis jalan, kriteria sosial, dan
kriteria pelayanan jaringan jalan, pada level keempat merupakan sub kriteria – sub kriteria, seperti kondisi
jalan, hirarki jalan, tingkat pelayanan, jenis pemelharaan, produk unggulan, trayek angkutan, luas wilayah,
jumlah penduduk, fasilitas umum, aksesibilitas, mobilitas, tingkat kecelakaan dan pada level kelima
merupakan urutan prioritas pemeliharaan jalan.
Pembobotan tingkat kepentingan kriteria dengan analisa multi kriteria adalah analisa yang dipakai untuk
menentukan pilihan dengan menggunakan metode penilaian dan pembobotan terhadap kriteria yang
mempengaruhi pengambilan keputusan. Langkah pertama dalam proses AHP yang harus dilakukan adalah
membuat matriks berpasangan, yaitu elemen – elemen dibandingkan berpasangan terhadap kriteria yang telah
ditentukan. Dalam mengisi matriks berpasangan digunakan skala perbandingan berpasangan untuk
menggambarkan relatif pentingnya suatu elemen di atas yang lainnya.
Untuk memperoleh prioritas menyeluruh bagi suatu persoalan keputusan dalam proses AHP dengan matriks
perbandingan berpasangan harus disatukan dengan melakukan pembobotan dan penjumlahan untuk
menghasilkan bilangan tunggal yang menunjukkan prioritas setiap elemen.
Tingkat
Kepentingan Definisi
Setelah diperoleh bobot kriteria dan nilai rasio konsistensi < 0,1, maka langkah selanjutnya adalah merubah
nilai – nilai dari masing – masing kriteria menjadi skala, karena masing – masing nilai mempunyai satuan
yang berbeda, nilai skala diperoleh dengan membuat interval. Setelah diperoleh skala nilai kriteria, maka
langkah selanjutnya adalah mengalikan skala tersebut dengan bobot masing – masing kriteria yang telah
diperoleh dan ditetapkan, kemudian dihasilkan nilai manfaat. Nilai manfaat masing – masing kriteria
dijumlah berdasarkan ruas jalan yang diteliti dan hasilnya disebut nilai prioritas. Kemudian dilakukan
penyusunan prioritas dengan mengurutkan dari ruas jalan yang mempunyai nilai terbesar sampai ruas jalan
yang mempunyai ruas jalan terkecil.
Gambar 2. Model Hirarki Penentuan Urutan Prioritas Pemeliharaan Jalan di Kota Bima
12.00
Jawaban Responden
10.00
STP
8.00 TP
CP
6.00
P
SP
4.00
2.00
-
Ko H T J K Tr Lu J Ju Ak M Ti
n d irar ingk enis om ay as um m
lah ses
ob n
i li t gk a
is i ki at Pe odit ek A W lah ib a tK
Ja Ja P m iU i lay P F ili t s
lan lan el e ng ah end as il as ec
ay ng ku el
an lih a gu tan udu ita s ak
an ra l an k um aa
an Um n
um u m
4. Kesimpulan
Dalam penelitian ini, Pemeliharaan Jalan di Kota Bima menggunakan metode Analytical Hierarchy Procces
(AHP). Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Berdasarkan penilaian dari responden, sub kriteria yang memiliki tingkat kepentingan tertinggi adalah
sub kriteria kondisi jalan dengan skor 86 dan persentase skornya sebesar 90,53%. Sub kriteria urutan
kedua adalah sub kriteria aksesibilitas dengan skor 77 dan persentase skor sebesar 81,05%. Sub kriteria
ketiga adalah tingkat kecelakaan dengan skor 75 dan persentase skornya 78,95%. Sub kriteria keempat
adalah hirarki jalan dan mobilitas dengan skor 72 dan persentase skornya 75,79%. Sub kriteria dengan
kelima adalah fasilitas umum, tingkat pelayanan dan jenis pemeliharaan dengan skor 71 dan persentase
skornya 74,74%.
2. Hasil urutan prioritas pemeliharaan jalan di Kota Bima berdasarkan nilai bobot tertinggi sampai dengan
bobot terendah adalah ruas Jalan Bandeng yang terletak di Kecamatan Rasana’e Barat dengan bobot
sebesar 0,0779 merupakan prioritas pertama karena memiliki nilai bobot tertinggi. Sedangkan prioritas
kedua sampai dengan keempat puluh tujuh beserta bobotnya secara berturut – turut adalah ruas Jalan
Komplek Terminal Dara dengan bobot 0,0605, ruas Jalan Terminal Dara – Pasar Raya dengan bobot
0,0566, ruas Jalan Mujair dengan bobot 0,0447, ruas Jalan Rite – Ntobo dengan bobot 0,0407, ruas Jalan
Rambutan dengan bobot 0,0333, ruas Jalan Mawar dengan bobot 0,0289, ruas Jalan Santi – Soncolela
dengan bobot 0,0276, ruas Jalan Nangka dengan bobot 0,0270, ruas Jalan Sumba dengan bobot 0,0270,
ruas Jalan Kesatria dengan bobot 0,0248, ruas Jalan Ishaka Abdullah dengan bobot 0,0248, ruas Jalan
Umar dengan bobot 0,0247, ruas Jalan Nungga – Toloweri dengan bobot 0,0243, ruas Jalan Bougenvill
dengan bobot 0,0234, ruas Jalan Senggol dengan bobot 0,0228, ruas Jalan Imam Bonjol dengan bobot
0,0223, ruas Jalan Durian dengan bobot 0,0212, ruas Jalan Sukun dengan bobot 0,0211, ruas Jalan
Penana’e – Kendo dengan bobot 0,0209, ruas Jalan Mangga dengan bobot 0,0204, ruas Jalan LLAJ
dengan bobot 0,0198, ruas Jalan Diponegoro dengan bobot 0,0192, ruas Jalan Kodo – Lelamase dengan
bobot 0,0179, ruas Jalan Oi Mbo – Ntonggu dengan bobot 0,0172, ruas Jalan Kompi – Karantina dengan
bobot 0,0167, ruas Jalan Lingkar Terminal Kumbe dengan bobot 0,0165, ruas Jalan Lampe – Kadi
dengan bobot 0,0157, ruas Jalan Garuda dengan bobot 0,0154, ruas Jalan Perintis I dengan bobot 0,0154,
ruas Jalan Komplek Istana dengan bobot 0,0150, ruas Jalan Kodo – Dodu dengan bobot 0,0142, ruas
Jalan Kodo – Nungga dengan bobot 0,0135, ruas Jalan Kepiting dengan bobot 0,0133, ruas Jalan Perintis
II dengan bobot 0,0132, ruas Jalan Mange Maci dengan bobot 0,0128, ruas Jalan Kedo dengan bobot
0,0124, ruas Jalan Tandean dengan bobot 0,0119, ruas Jalan Penggilingan dengan bobot 0,0108, ruas
Jalan BTN Pepabri dengan bobot 0,0105, ruas Jalan Jambu dengan bobot 0,0101, ruas Jalan Monginsidi
dengan bobot 0,0096, ruas Jalan Yos Sudarso dengan bobot 0,0077, ruas Jalan Lumba – lumba II dengan
bobot 0,0049, ruas Jalan Lumba – lumba I dengan bobot 0,0045, ruas Jalan Baba Mbuku dengan bobot
0,0044, ruas Jalan Uswatun Hasanah dengan bobot 0,0025.
Referensi
Departemen Pekerjaan Umum, (1990), Panduan Penentuan Klasifikasi Fungsi Jalan Di Wilayah Perkotaan,
Direktorat Jenderal Bina Marga, Jakarta.
Departemen Pekerjaan Umum, (1990), Tata Cara Penyusunan Program Pemeliharaan Jalan Kota,
Direktorat Jenderal Bina Marga, Jakarta.
Departemen Pekerjaan Umum, (1992), Manual Pemeliharaan Rutin Jalan, Direktorat Jenderal Bina Marga,
Jakarta.
Departemen Pekerjaan Umum, (2005), Teknik Pengelolaan Jalan, Pusat Penelitian dan Pengembangan
Prasarana Transportasi, Jakarta.
Departemen Pekerjaan Umum, (2005), Teknik Pemeliharaan Perkerasan Lentur, Pusat Penelitian dan
Pengembangan Prasarana Transportasi, Jakarta.
Departemen Pekerjaan Umum, (2007), Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 42/PRT/M/2007
tentang Petunjuk Teknis Penggunaan Dana Alokasi Khusus di Bidang Infrastruktur, Jakarta.
Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah, (2001), Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana
Wilayah Nomor 534/KPTS/M/2001 tentang Pedoman Penyusunan Standar Pelayanan Minimal
Bidang Penataan Ruang, Perumahan dan Permukiman dan Pekerjaan Umum, Jakarta
Hardiyatmo, C H, (2009), Pemeliharaan Jalan Raya, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Kosasi S, (2002), Sistem Penunjang Keputusan (Decision Support System) Konsep dan Kerangka Pemodelan
Sistem Penunjang Keputusan Berbasis Teknologi Informasi, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi,
Jakarta.
Pemerintah Rebuplik Indonesia, (1993), Peraturan Pemerintah RI No. 43 Tahun 1993 tentang Prasarana
dan Lalu lintas Jalan, Jakarta.
Pemerintah Rebuplik Indonesia, (2004), Undang - undang RI No. 38 Tahun 2004 tentang Jalan, Jakarta.
Pemerintah Rebuplik Indonesia, (2006), Peraturan pemerintah RI No. 34 Tahun 2006 tentang Jalan, Jakarta.
Saaty, (1993), Pengambilan Keputusan Bagi Para Pemimpin Proses Hirarki Analitik untuk Pengambilan
Keputusan dalam Situasi yang Kompleks, PT. Pustaka Binaman Pressindo, Jakarta.