Downloadfile 7
Downloadfile 7
54
B. Pengalaman paling berkesan selama Live in
Selama proses Live in berlangsung pengalaman yang paling membuat saya
berkesan adalah ketika saya harus bangun mulai dari jam 23.00 WIB untuk
membantu Bapak dan Ibu Wartono membeli sayur di pasar Mangga Dua. Saat
berada di pasar saya merasa sangat excited karena saya melihat banyak sayur
mayur yang masih segar, ikan yang masih segar, dan banyak hal lain yang
terlihat segar dan berkualitas bagus. Saya terus mengikuti Ibu Wartono selama
berbelanja di pasar Ibu Wartono sangat baik beliau mengajarkan saya banyak
hal terutama dalam memilih sayur-sayur yang segar, cabe yang bagus, dan
masih banyak lagi. Selama ini yang saya tahu adalah bila memang ingin ke
pasar harus pagi tapi tidak pernah terpikirkan oleh saya akan ke pasar dari
malam hingga pagi hari. Hal lain yang membuat saya berkesan adalah
mencoba berjualan sayur untuk pertama kalinya dan mendapatkan betapa
menyenangkannya saat berjualan walaupun saya merasa mengantuk karena
harus terjaga dari malam hingga pagi hari.
55
bertanya atau membiarkan Ibu Wartono yang menangani pembeli. Terkadang
saya pun bingung saat pembeli berbicara menggunakan bahasa jawa yang
tidak saya pahami, sehingga lagi-lagi saya akan membiarkan Ibu Wartono
yang melayaninya.
E. Refleksi Diri
Pertama kali melakukan Live in saya mendapatkan banyak pengalaman
dan pelajaran tentang banyak hal khususnya mengenai kehidupan. Sebelum
melakukan Live in saya dan teman-teman mensurvey tempat yang akan kami
jadikan tempat Live in dan kami menemukan tempat di Kedung Baruk RW
02. Hari pertama saya melakukan Live in bertepatan dengan diadakannya
tirakatan untuk menyambut HUT RI ke-71 di Kedung Baruk. Saya sangat
senang dengan warga Kedung Baruk yang ramah dan menerima kedatangan
kami dengan baik. Mereka juga menyambut kedatangan saya dan teman-
teman dengan sangat menyenangkan. Bahkan saya dapat merasakan
kehidupan warga di Kedung Baruk sangat dekat atau Guyub.
Hari selanjutnya saya mengikuti kegiatan Bapak dan Ibu Wartono yang
menjadi penjual sayur. Hal yang saya rasakan saat pertama kali mengikuti
kegiatan ini adalah sangat excited karena jujur saya dari awal memang ingin
sekali mengetahui kehidupan seorang penjual sayur. Walaupun saya
56
mengalami sedikit kesulitan karena harus mengikuti kegiatan Bapak dan Ibu
Wartono mulai dari jam 11 malam untuk membeli sayur (kulakan) di pasar
mangga dua, lalu saya membantu membungkusi belanjaan yang sudah di beli
dan kemudian di jual lagi. Namun, hal ini tidak menyurutkan semangat saya
dalam membantu Bapak dan Ibu Wartono.
Hari berikutnya pun saya sudah mulai terbiasa dengan angin malam saat
mengikuti kegiatan Bapak dan Ibu Wartono. Bukan hanya itu saat di pasar
ketika orang-orang yang berjualan menanyakan kepada Ibu Baria tentang saya
Ibu selalu menjawab kalo saya adalah anaknya, contohnya saja saat membeli
tomat penjual tomat menanyakan tentang saya kepada Ibu Baria dan Ibu
Bariang menjawab” Ini anak saya cantik ya? Namanya juga anak saya”, ini
membuat saya merasa Ibu sudah menerima kehadiran saya dalam membantu
Ibu berkegiatan. Saya juga merasa Ibu sudah mulai percaya dengan saya
karena ibu sudah mulai membiarkan saya membantu beliau bila beliau
mengalami sedikit kesusahan saat berbelanja maupun saat berjualan. Hal ini
dibuktikan dengan Ibu membiarkan saya melayani pembeli di warung Ibu dan
membiarkan saya menjaga warungnya. Ibu juga sudah mulai bercerita tentang
kehidupannya dengan bapak selama ini.
Saat saya membantu Bapak dan Ibu Wartono berjualan saya mempelajari
satu hal mereka selalu melayani orang-orang dengan ramah dan hal yang
selalu keluar dari mulut Bapak dan Ibu Wartono adalah bersyukur. Banyak
orang yang datang membeli sayur maupun ikan dan daging sering berhutang
kepada Ibu, namun yang membuat saya kagum adalah Ibu tidak pernah
mempermasalahkan hutang orang-orang ke Ibu dan Bapak. Pernah suatu
ketika saat saya sedang membantu Bapak Wartono memilih sayur kacang
panjang untuk dibuat sayur asem ada tetangga yang datang membeli sayur sup
dan bumbu masakan namun tetanggan tersebut hanya berkata “ bayarnya nanti
ya bu”. Saat itu saya memperhatikan bagaimana reaksi Bapak dan Ibu
Wartono namun yang terlihat hanya sebuah “anggukan kepala dan senyuman.
Ibu pun berkata kepada saya “sudah biasa seperti ini mbak, saya tidak mau
menagih karena saya tidak suka seperti itu kalau memang rezeki pasti ya balik
57
ke saya mbak. Mereka justru selalu mengatakan kepada saya “rezeki itu sudah
di atur Yang Maha Kuasa, jadi tidak perlu takut yang baiknya dilakukan
adalah selalu bersyukur karena masih bisa hidup dan berjualan”. Tidak pernah
luput rasa syukur atas nikmat yang diberikan membuat saya tidak pernah
berhenti kagum kepada Bapak dan Ibu Wartono.
Pengalaman yang luar biasa bersama bapak dan ibu Wartono menjadi
pelajaran yang berharga yang saya dapat. Mulai dari semangat ibu dan bapak
wartono saat bangun malam hingga pagi dan dilanjutkan sampe sore hari
membuat saya selalu kagum pada kerja keras mereka. Tidak pernah ada kata
“mengeluh” dalam kehidupan bapak dan ibu Wartono, mereka selalu
mengajarkan saya untuk ikhlas dengan segala sesuatunya. Berpikian positif
adalah kunci bapak dan ibu Wartono dalam berjualan. Banyak cerita yang
saya dapati dari kehidupan bapak dan ibu Wartono dari mulai seringnya
orang-orang datang untuk berhutang dan sedikit yang membayar hutang
mereka, mulai dari orang-orang yang iri dengan jualan bapak dan ibu Wartono
hingga kesulitan mereka saat belum melakukan profesi menjadi tukang
penjual sayur. Saya selalu melihat ketulusan mereka dalam membantu orang-
orang disekitar yang mengalami kesulitan baik materi maupun hal lainnya.
Hingga saat ini saya masih beberapa kali datang untuk sekedar berkunjung ke
keluarga bapak dan ibu Wartono.
58
JURNAL HARIAN
59
sangat ramah, kami juga
berkenalan dengan
pengurus Taman Baca
Masyarakat (TBM), yaitu
Bunda Ani. Selesai acara
tasyakuran saya dan teman-
teman saya kembali
berkumpul di rumah Pak
RW . di tempat Pak RW
kami berkumpul dan
melakukan rapat untuk
mempersiapkan Pensi dan
acara jalan sehat.
Rabu, 17- 19.00 – - Mengikuti rapat Selesai salat isya saya dan
08-2016 22.00 besarnya Bapak dan Ibu teman-teman kelompok
RW bersama Kartar saya sudah berkumpul di
mengenai lomba dan rumah Bu RW untuk
pentas seni mendiskusikan acara Pensi
- Pembagian daerah dan dan jalan sehat. Dalam
mata pencaharian rapat ini Pak RW juga
peserta Live in oleh Bu meminta saya dan teman-
RW teman saya untuk
membantu lomba-lomba
yang diadakan sekaligus
menjadi panita lomba yang
diadakan. Sebenarnya
dalam rapat ini saya merasa
kesal dengan Bu RW karena
tidak menepati janjinya
untuk menentukan tempat
yang nantinya saya dan
teman kelompok akan
melakukan Live in. Saya
merasa Bu RW terlalu
memaksa saya dn teman
kelompok untuk fokus pada
acara tersebut. Saya dan
teman-teman juga dijadikan
panitia untuk acara Pensi.
60
anak yang rajin datang
untuk membaca. Bukan
hanya itu saya juga ikut
membantu anak-anak
tersebut menyusun buku di
rak buku yang sudah
disediakan. Setelah selesai
di TBM saya dan teman
kelompok melakukan
pengenalan dengan orang-
orang yang berada di TPA
yang nantinya akan menjadi
tempat saya melakukan
Live in.
61
meninggalkan barang
belanjaan karena akan
diambil oleh Bapak
Wartono atau akan di kirim
oleh penjualnya ke mobil.
Setelah selesai berbelanja
saya beserta ibu dan bapak
kembali ke Kedung Baruk.
Saya membantu Bapak dan
Ibu Wartono menyusun dan
membungkus barang
dagangan yang akan di jual
nanti, sambil sesekali saya
menguap karena
mengantuk. Namun, hal ini
tidak menjadi masalah
karena baik Bapak dan Ibu
Wartono sering mengajak
saya berbicara yang
terkadang diselingi oleh
candaan Bapak Wartono.
Selesai menyusun barang
dagangan tidak lama
kemudian ada pembeli yang
datang untuk berbelanja
dan begitu selanjutnya
banyak pembeli yang
datang untuk berbelanja.
Saat sudah selesai
membantu Bapak dan Ibu
wartono saya memutuskan
untuk beristirahat dan
kembali ke rumah.
Minggu, 08.00- -Membantu Bapak dan Hari ini saya datang dari
21-08- 15.00 Ibu Wartono berjualan pagi karena tadi malamnya
2016 - Saya kembali saya tidak dapat mengikuti
mengikuti Bapak dan Bapak dan Ibu Wartono
Ibu Wartono kulakan di kulakan di pasar. Hari ini
pasar. cukup menyita waktu
Bapak dan Ibu karena
banyak pembeli yang
datang untuk membeli
dagangan Bapak dan Ibu
Wartono. Ibu pun sudah
mulai membiarkan saya
melayani para pembeli yang
datang walaupun sering Ibu
harus membantu saya
62
karena saya belum
memahami sistem
penjualannya. Beberapa kali
saat saya melayani pembeli,
banyak dari pembeli yang
mengatakan bahwa orang
yang jualan cantik. Baik
Bapak dan Ibu selalu
23.00- tersenyum sambil
00.00 Saya kembali mengikuti membalas “namanya juga
Bapak dan Ibu Wartono anak saya”. Hal ini
kulakan di pasar membuat saya merasa
diterima dan disayang oleh
Bapak dan Ibu wartono.
Setelah pagi sampe sore
hari saya membantu Bapak
dan Ibu Wartono berjualan,
malamnya saya kembali
mengikuti Bapak dan Ibu
wartono untuk kulakan di
pasar Mangga Dua.
Kamis, 25- 12.00- -Membantu Bapak dan Hari ini terlihat Ibu
08-2016 17.00 Ibu Wartono Wartono sedang melayani
berjualan,membersihka tetangga nya yang lagi
n tempat jualan dan berbelanja di warung. Saat
membantu memilih melihat kedatangan saya
63
sayur untuk di jual. Ibu wartono langsung
tersenyum sambil berkata
“akhirnya anakku datang
juga” hal ini yang membuat
saya merasa tambah
menyayangi keluarga ini.
Setelah beberapa lama saya
melayani pembeli yang
datang ,Bapak Wartono pun
memanggil saya seraya
berkata”nduk tolong bantu
bapak memilih sayur
kacang panjang yang masih
bagus. Saya pun ikut
membantu Bapak memilih
kacang panjang yang masih
layak dijual agar dapat
dibungkus dan dijual
kembali. Setelah saya
selesai membantu Bapak
saya pun membersihkan
warung jualan bapak dan
ibu agar terlihat rapi dan
bersih. Karena sudah sore
hari saya pun memtuskan
untuk berpamitan pulang
kepada Bapak dan ibu
wartono. Mereka berkata
kepada saya untuk berhati-
hati dijalan dan jangan lupa
datang kembali. Saya pun
sangat senang karena
Bapak dan Ibu Wartono
begitu sayang dan
memperhatikan saya.
Sabtu, 27- 17.00- - Membantu Bapak dan Hari ini saat saya datang
08-2016 22.00 Ibu Wartono di toko Bapak dan Ibu Wartono
- Menjadi panita Pentas menyambut saya dengan
seni senyuman. Ibu juga
berbincang-bincang dengan
saya sambil sesekali
melontarkan candaan.
Beberapa kali ada pembeli
datang saya langsung
membantu ibu melayani
pembeli.
Setelah selesai membantu
Ibu saya berpamitan
64
kepada Ibu dan bapak
Wartono karena harus
mengikuti kegiatan
kepanitian. Dalam acara
Pentas Seni ini saya merasa
senang sekaligus bingung,
senang karena dapat
menyaksikan acara yang
menampilkan keterampilan
anak-anak mulai usia dini
sampai remaja awal.
Bingungn karena walaupun
menjadi panita saya dan
teman kelompok tidak tahu
harus membantu apa
karena semua suda di
lakukan oleh kawan-kawan
karang taruna. Walaupun
begitu acara dapat
terselesaikan dengan
sukses dan tanpa masalah
apapun.
Sabtu,03- 16.00- -Saya datang ke rumah Hari ini saya datang sambil
09-2016 17.30 keluarga Bapak membawakan sedikit oleh-
Wartono untuk oleh kepada keluarga Bapak
65
melakukan follow up, Wartono,seperti yang sudah
sekaligus untuk saya duga mereka sedikit
berpamitan karena menolak karena merasa
sudah berakhirnya saya tidak perlu repot-
proses Live in repot. Setelah itu saya pun
berbincang-bincang dengan
keluarga Bapak wartono
sekaligus melakukan follow
up.
Saya pun akhirnya
berpamitan kepada
keluarga Bapak Wartono
walaupun saya merasa
sedih namun Bapak
wartono mengingatkan
saya untuk sering-sering
main ke Kedung Baruk.
66
67
BAGIAN II. INTERVENSI
68
BAGIAN II. INTERVENSI
69
pembelinya berhutang. Namun Pak Wartono tidak pernah mengeluh dengan rejeki
yang sudah didapatkan. Pak Wartono percaya rezeki sudah diatur oleh Yang Maha
Kuasa, sehingga hutang dari pembeli yang tidak dibayarkan tidak akan membuat
usahanya bangkrut, justru Pak Wartono dan Ibu Baria yakin rezeki mereka akan
semakin lancar.
Selanjutnya dari subjek lainnya, yaitu Bu Tini. Bu Tini sudah lima tahun
berprofesi sebagai pengerajin tempe dan menjualnya sendiri di pasar. Dalam
menjalani kehidupannya Bu Tini memiliki rasa syukur yang cukup tinggi dan juga
bekerja dengan sepenuh hati. Beliau tidak pernah mengeluh jika jualannya tidak
habis. Beliau tidak merasa ada permasalahan dalam hidupnya, Bu Tini percaya
bahwa Tuhan telah membagi rezeki masing-masing pada hamba-Nya.
Pada keluarga Pak Ngadimin yang berprofesi sebagai pengerajin tempe,
beliau tidak merasa ada permasalahan maupun beban dalam keluarga maupun
kehidupan beliau. Pak Ngadimin percaya bahwa rejeki sudah diatur oleh Yang
Maha Kuasa. Beliau saat ini sudah merasa bersyukur karena masih diberikan
kesehatan. Namun secara terseirat, Pak Ngadimin masih mengkhawatirkan anak
bungsunya yang baru lulus SMA namun belum berkeinginan untuk bekerja.
Meskipun begitu, beliau tidak terlalu memaksakan kehendaknya terhadap anak.
Menurutnya, jika anak tidak mau untuk apa dipaksakan.
Permasalahan serupa juga dirasakan oleh Ibu Dharwati. Sejeatinya,
terdapat banyak masalah yang tengah dihadapi subjek, akan tetapi, beliau memilih
untuk tidak mmberitahukannya secara gamblang. Beliau memilih untuk
mengungkap syukur sebagai kamuflase terhadap masalahnya. Akan tetapi,
masalah yang secara eksplisit ditunjukan oleh beliau adalah terkait dengan anak
keduanya yang beliau anggap belum sukses dan cenderung menjadi ‘benalu’ pada
keluarga tersebut. Beliau banyak mengutarakan dan membandingkan anak
keduannya, Firdaus dengan sang kakak (Angga) yang telah suskses menjadi
pemborong. Hal ini secara langsung berdampak pada komunikasi antara ibu
dengan anak. Sering terjadi percekcokan kecil yang diselingi dengan sindiran
sindiran bernada bercanda dari ibu kepada anaknya.
70
Permasalahan yang dihadapi Mbak Nita adalah semejak ditinggal suami
adalah dirinya kini harus bekerja di dua tempat agar medapatkan penghasilan
tambahan. Meski pengahsilan yang diperoleh dirasa kurang, Mbak Nita tetap
menerima selagi anak dan dirinya masih bisa menghidupi diri. Jika terpaksa, ia
akan menjual perhiasan yang dimilikinya. Mbak Nita mengaku tidak bisa meminta
uang pada mantan suaminya ketika membutuhkan uang untuk kebutuhan sekolah
anaknya.
Permasalahan-permasalahan di atas menunjukkan ragam kompleksitas
permasalahan yang dihadapi oleh keluarga di lingkungan Kedung Baruk.
Beberapa permasalahan yang bersifat pribadi (komunikasi anatara orangtua dan
anak) cukup sulit untuk diintervensi mengingat posisi kami sebagai orang baru
dilingkungan tersebut, tidak ingin langsung masuk dan pemberikan masukan
masukan yang justru akan menimbulkan masalah yag lebih besar. Selain itu, pada
beberapa subjek terlihat menggunakan rasa syukur sebagai bentuk defense
mechanism terhadap kepasrahan dalam menjalani hidup.
71
kutipan terkait rasa bersyukur. Selain itu, pada subjek diminta untuk mengisi
lembar refleksi harian dan mingguan. Pada refleksi harian dicantumkan mengenai
hal-hal yang dicemaskan dan disyukuri hari ini, serta harapan untuk esok harinya.
Berikut adalah contoh buku saku yang diberikan.
Hal-hal yang saya cemaskan hari Hal-hal yang saya syukuri hari
ini ini
…………………….. ……………………..
…………………..
Buku saku ini diberikan pada tiap-tiap subjek pada tanggal 31 Agustus
2016 lalu. Setelah satu minggu, kami akan mem-follow up tiap-tiap subjek terkait
manfaat buku saku ini.
72
BAGIAN III. PENUTUP
73
BAGIAN III. PENUTUP
III.I. SIMPULAN
Live in telah banyak memberi kesan kepada kelompok kami. Setiap proses
yang kami jalani selama kurang lebih dua minggu, telah banyak memberikan
perspektif baru, serta pengalaman baru yang menantang. kami juga belajar
untuk lebih mudah bersosialisasi dan bergabung di lingkungan yang baru.
Kami belajar skill atau kemampuan baru yang kami tidak sadar sebelumnya
kami miliki. Kami juga belajar untuk menyesuaikan diri dengan keadaan
lingkungan yang baru, sekaligus menggali informasi baru terkait dengan
kehidupan subjek kami.
Subjek kami sangat beragam, tetapi rata rata mereka datang dari kalangan
menengah kebawah dengan latar budaya jawa yang cukup kental.
Permasalahan yang mereka hadapi pun sangat beragam. Akan tetapi, kami
dapat menyimpulkan jika kebanyakan dari permasalahan mereka adalah
permasalahan yang biasa dihadapi oleh masyarakat urban. Banyak dari mereka
yang juga merupakan pendatang yang dulunya berdiam di desa kemudian
melakukan migrasi ke kota. Hal inilah yang kemudian banyak menimbulkan
masalah, karena mereka harus mebiasakan diri dengan lingkungan kota yang
baru.
Akan tetapi, permasalahan yang sekiranya sama pada subjek kami ialah,
kebanyakan dari mereka – meskipun terhimpit dengan keadaan ekonomi serta
permasalahn perkotaan lainnya – mereka tetap merupakan pribadi pribadi
yang mudah menyukuri keadaan dan tidak mengharapkan lebih. Subjek
bersyukur dengan apa yang sudah dimiliki saat ini. Permasalahan seperti
kurangnya waktu bersantai, terdapat pembeli yang berhutang dan tidak
dibayar merupakan hal yang dianggap wajar oleh subjek. permasalahan
tersebut tidak dianggap menjadi suatu masalah yang perlu dipusingkan.
Selain itu, subjek memiliki cara tersendiri dalam memaknai rasa syukurnya.
Rasa bersyukur yang luar biasa iniliah, yang kemudian kami jadikan
sebagai salah satu cara kami untuk melakukan intervensi bersifat akselerasi.
Potensi kebersyukuran itu, berusaha kami kembangkan melalui buku saku
74
bertema ‘memupuk rasa bersyukur’ yang akan kami bagikan kepada setiap
subjek kami. Kedepannya kami berharap, buku tersebut dapat menumbuhkan
lebih banyak rasa bersyukur didalam diri subjek kami.
75
menghubungi warga, kami justru dimintai tolong untuk membantu
menyelenggarakan acara acara untuk perayaan 17-an. Bukannya kami
ingin menolak, akan tetapi, waktu kami justru banyak tersita untuk
menyelenggarakan acara tersebut dibanding terjun untuk ‘live in’
seperti yang diharapkan oleh dosen.
5. Terdapat juga perbedaan kebijakan antara dosen pembimbing maupun
pengetua acara, yang berakibat pada miss komunikasi, ataupun perasaan
tidak adil yang dialami oleh mahasiswa kelompok kami dalam
menyikapi kebijakan tersebut.
76