Anda di halaman 1dari 23

I.VII.

RIDHA RIZKIAH MUKADAR


A. Pemahaman Saya Tentang Subjek
Subjek saya adalah seorang wanita bernama Ibu Baria, saat ini ibu Baria
berumur 57 tahun. Ibu Baria memiliki suami bernama Bapak Wartono yang
berumur 62 tahun dan memiliki 5 orang anak, namun saat ini anak Bapak dan
Ibu tinggal 4 orang karena anak mereka yang nomer 2 sudah meninggal dunia
di karenakan sakit. Semua anak Bapak dan Ibu wartono sudah menikah dan
sudah memiliki anak. Sebelum menjadi penjual sayur Bapak Wartono pernah
bekerja selama 40 tahun di kedaung. Dari penghasilan selama bekerja di
kedaung Bapak dan Ibu wartono mengaku penghasilan tersebut tidak dapat
memenuhi kebutuhan sehari-hari mereka,sehingga saat bapak Wartono di
PHK dari kedaung beliau akhirnya beralih ke penjual sayur. Sejak menjadi
penjual sayur Bapak dan Ibu Wartono mengaku kehidupan mereka menjadi
lebih baik, mereka bisa memenuhi kehidupan mereka sehari-hari bahkan
menurut Ibu Baria mereka sudah berkecukupan saat ini. Ibu Baria sendiri
adalah seorang wanita penyabar dan penyayang, hal ini terlihat ketika ibu
Baria bercanda dengan cucunya yang bernama Kevin. Begitu pula dengan
Bapak Wartono beliau selalu tersenyum kepada siapa saja, sikap ramah dan
menyenangkan selalu saya rasakan ketika berada di dekat Bapak Wartono.
Bapak Wartono tidak pernah mengeluh, hal ini dibuktikan dengan Ibu Baria
selalu memberikan uang jatah kepada Bapak Wartono sebesar Rp. 100.000
dan beliau tidak pernah sekalipun mengeluh atau marah kepada Ibu Baria.
Bapak dan Ibu Wartono selalu bersyukur terhadap kehidupan mereka yang
sekarang. Baik Bapak maupun Ibu Wartono adalah pekerja keras yang tidak
pernah mengenal kata letih atau menyerah dalam bekerja. Walaupun mereka
harus bekerja dari malam hingga pagi hari dan masih berlanjut sampe sore hari
mereka tidak pernah mengeluh sama sekali. Senyum pun tak pernah lepas dari
wajah Bapak dan Ibu Wartono dalam melayani pembeli yang datang.

54
B. Pengalaman paling berkesan selama Live in
Selama proses Live in berlangsung pengalaman yang paling membuat saya
berkesan adalah ketika saya harus bangun mulai dari jam 23.00 WIB untuk
membantu Bapak dan Ibu Wartono membeli sayur di pasar Mangga Dua. Saat
berada di pasar saya merasa sangat excited karena saya melihat banyak sayur
mayur yang masih segar, ikan yang masih segar, dan banyak hal lain yang
terlihat segar dan berkualitas bagus. Saya terus mengikuti Ibu Wartono selama
berbelanja di pasar Ibu Wartono sangat baik beliau mengajarkan saya banyak
hal terutama dalam memilih sayur-sayur yang segar, cabe yang bagus, dan
masih banyak lagi. Selama ini yang saya tahu adalah bila memang ingin ke
pasar harus pagi tapi tidak pernah terpikirkan oleh saya akan ke pasar dari
malam hingga pagi hari. Hal lain yang membuat saya berkesan adalah
mencoba berjualan sayur untuk pertama kalinya dan mendapatkan betapa
menyenangkannya saat berjualan walaupun saya merasa mengantuk karena
harus terjaga dari malam hingga pagi hari.

C. Hambatan terbesar dalam diri selama Live in


Hambatan terbesar dalam diri saya selama proses Live in ini adalah saat
saya melihat kelompok lain sudah melakukan proses Live in , namun saya dan
teman kelompok belum bisa melakukan Live in karena tidak adanya kepastian
dari Bu RW 02 yang menjanjikan kami tempat untuk melakukan proses Live
in. Hingga pada akhirnya kami pun di bantu oleh teman Karang Taruna
bernama mbak Prita untuk mencari orang-orang yang dapat di follow up
selama proses Live in berlangsung.
Selain itu hambatan terbesar lainnya adalah saat saya harus menjaga
kesehatan saya sambil tetap harus mengikuti kegiatan Bapak dan Ibu Wartono
yang bekerja dari malam sampe sore hari. Hambatan lainnya yaitu saat
membantu Bapak dan Ibu Wartono berjualan sayur saya sering mengantuk
karena harus mulai bekerja malam hingga pagi hari. Bukan hanya itu saya
sering mengalami kebingungan saat menghadapi pembeli yang membeli cabe
seharga Rp. 2000, karena saya tidak mengetahui takarannya saya sering

55
bertanya atau membiarkan Ibu Wartono yang menangani pembeli. Terkadang
saya pun bingung saat pembeli berbicara menggunakan bahasa jawa yang
tidak saya pahami, sehingga lagi-lagi saya akan membiarkan Ibu Wartono
yang melayaninya.

D. Hal yang saya pelajari


Hal yang saya pelajari selama mengikuti kegiatan keluarga ini yaitu Bapak
dan Ibu Wartono adalah orang yang pantang menyerah dan selalu bersyukur
dengan apa yang mereka miliki. Seberat apapun kesulitan yang dihadapi
selama kita selalu berpikir positif jalan kemudahan akan terbuka.
Berpikir positif dan tulus dalam membantu orang disekitar mereka
membuat saya kagum kepada mereka. Bapak Wartono selalu mengingatkan
saya untuk selalu memperbanyak pengalaman hidup dan tidak lupa untuk
selalu mengucap syukur. Ikhlas dan bersabar dalam melakukan segala hal
akan mempermudah kita menjalanin kehidupan.

E. Refleksi Diri
Pertama kali melakukan Live in saya mendapatkan banyak pengalaman
dan pelajaran tentang banyak hal khususnya mengenai kehidupan. Sebelum
melakukan Live in saya dan teman-teman mensurvey tempat yang akan kami
jadikan tempat Live in dan kami menemukan tempat di Kedung Baruk RW
02. Hari pertama saya melakukan Live in bertepatan dengan diadakannya
tirakatan untuk menyambut HUT RI ke-71 di Kedung Baruk. Saya sangat
senang dengan warga Kedung Baruk yang ramah dan menerima kedatangan
kami dengan baik. Mereka juga menyambut kedatangan saya dan teman-
teman dengan sangat menyenangkan. Bahkan saya dapat merasakan
kehidupan warga di Kedung Baruk sangat dekat atau Guyub.
Hari selanjutnya saya mengikuti kegiatan Bapak dan Ibu Wartono yang
menjadi penjual sayur. Hal yang saya rasakan saat pertama kali mengikuti
kegiatan ini adalah sangat excited karena jujur saya dari awal memang ingin
sekali mengetahui kehidupan seorang penjual sayur. Walaupun saya

56
mengalami sedikit kesulitan karena harus mengikuti kegiatan Bapak dan Ibu
Wartono mulai dari jam 11 malam untuk membeli sayur (kulakan) di pasar
mangga dua, lalu saya membantu membungkusi belanjaan yang sudah di beli
dan kemudian di jual lagi. Namun, hal ini tidak menyurutkan semangat saya
dalam membantu Bapak dan Ibu Wartono.
Hari berikutnya pun saya sudah mulai terbiasa dengan angin malam saat
mengikuti kegiatan Bapak dan Ibu Wartono. Bukan hanya itu saat di pasar
ketika orang-orang yang berjualan menanyakan kepada Ibu Baria tentang saya
Ibu selalu menjawab kalo saya adalah anaknya, contohnya saja saat membeli
tomat penjual tomat menanyakan tentang saya kepada Ibu Baria dan Ibu
Bariang menjawab” Ini anak saya cantik ya? Namanya juga anak saya”, ini
membuat saya merasa Ibu sudah menerima kehadiran saya dalam membantu
Ibu berkegiatan. Saya juga merasa Ibu sudah mulai percaya dengan saya
karena ibu sudah mulai membiarkan saya membantu beliau bila beliau
mengalami sedikit kesusahan saat berbelanja maupun saat berjualan. Hal ini
dibuktikan dengan Ibu membiarkan saya melayani pembeli di warung Ibu dan
membiarkan saya menjaga warungnya. Ibu juga sudah mulai bercerita tentang
kehidupannya dengan bapak selama ini.
Saat saya membantu Bapak dan Ibu Wartono berjualan saya mempelajari
satu hal mereka selalu melayani orang-orang dengan ramah dan hal yang
selalu keluar dari mulut Bapak dan Ibu Wartono adalah bersyukur. Banyak
orang yang datang membeli sayur maupun ikan dan daging sering berhutang
kepada Ibu, namun yang membuat saya kagum adalah Ibu tidak pernah
mempermasalahkan hutang orang-orang ke Ibu dan Bapak. Pernah suatu
ketika saat saya sedang membantu Bapak Wartono memilih sayur kacang
panjang untuk dibuat sayur asem ada tetangga yang datang membeli sayur sup
dan bumbu masakan namun tetanggan tersebut hanya berkata “ bayarnya nanti
ya bu”. Saat itu saya memperhatikan bagaimana reaksi Bapak dan Ibu
Wartono namun yang terlihat hanya sebuah “anggukan kepala dan senyuman.
Ibu pun berkata kepada saya “sudah biasa seperti ini mbak, saya tidak mau
menagih karena saya tidak suka seperti itu kalau memang rezeki pasti ya balik

57
ke saya mbak. Mereka justru selalu mengatakan kepada saya “rezeki itu sudah
di atur Yang Maha Kuasa, jadi tidak perlu takut yang baiknya dilakukan
adalah selalu bersyukur karena masih bisa hidup dan berjualan”. Tidak pernah
luput rasa syukur atas nikmat yang diberikan membuat saya tidak pernah
berhenti kagum kepada Bapak dan Ibu Wartono.
Pengalaman yang luar biasa bersama bapak dan ibu Wartono menjadi
pelajaran yang berharga yang saya dapat. Mulai dari semangat ibu dan bapak
wartono saat bangun malam hingga pagi dan dilanjutkan sampe sore hari
membuat saya selalu kagum pada kerja keras mereka. Tidak pernah ada kata
“mengeluh” dalam kehidupan bapak dan ibu Wartono, mereka selalu
mengajarkan saya untuk ikhlas dengan segala sesuatunya. Berpikian positif
adalah kunci bapak dan ibu Wartono dalam berjualan. Banyak cerita yang
saya dapati dari kehidupan bapak dan ibu Wartono dari mulai seringnya
orang-orang datang untuk berhutang dan sedikit yang membayar hutang
mereka, mulai dari orang-orang yang iri dengan jualan bapak dan ibu Wartono
hingga kesulitan mereka saat belum melakukan profesi menjadi tukang
penjual sayur. Saya selalu melihat ketulusan mereka dalam membantu orang-
orang disekitar yang mengalami kesulitan baik materi maupun hal lainnya.
Hingga saat ini saya masih beberapa kali datang untuk sekedar berkunjung ke
keluarga bapak dan ibu Wartono.

58
JURNAL HARIAN

WAKTU KEGIATAN REFLEKSI PRIBADI

Selasa,16- 16.00 – - Mengunjungi rumah Saat saya dan teman-teman


08-2016 24.00 Pak RW kelompok datang, kami
- Berbincang-bincang langsung di sambut dengan
dengan Bu RW terkait Pak RW. Lalu Pak RW
dengan masyarakat menyuruh kami menunggu,
sekitar tidak lama kemudian Bu
-Perkenalan dengan RW datang. Saya dan
kawan” dari karang teman-teman pun
taruna berbincang dengan Bu RW.
- Berkeliling ke rumah” Saya pun menanyakan
warga RW 02 perihal kehidupan
-membantu melakukan masyarakat sekitar. Tidak
persiapan acara hanya itu Bu RW pun
tasyakuran dalam memperkenalkan kami
memperingati HUT RI kepada kawan-kawan dari
ke 71 di RT 05 Karang Taruna. Setelah itu
- Mengikuti acara Bu RW membawa kami
tasyakuran serta mengunjungi tempat
melakukan pendekatan pengerajin tempe dan
dengan warga RT 05 memperkenalkan kami
- Bincang” dengan Bu dengan warga sekitar.
Ani tentang Taman Baca Selesai sholat Isya ada acara
Masyarakat (TBM) tasyakuran untuk
-Mengikuti rapat untuk memperingati HUT RI di
menyusun acara jalan tempat tersebut. Saya dan
sehat dan pentas seni teman-teman diminta
bersama kartar, Bu Ani, bantuannya untuk mengitu
dan Bu RW tasyakuran tersebut. Di
acara tasyakura tersebut
saya dan teman-tean saya
dikenalkan ke Pak RT
sekitar RW 02. Di acara
tasyakuran tersebut saya
dan teman-teman
diperkenalkan kepadan
kawan” karang taruna dari
RT 05, bukan hanya itu
kami juga diperkenalkan
kepada warga RT 05.
Warga RT 05 menyambut
kedatangan kami dengan

59
sangat ramah, kami juga
berkenalan dengan
pengurus Taman Baca
Masyarakat (TBM), yaitu
Bunda Ani. Selesai acara
tasyakuran saya dan teman-
teman saya kembali
berkumpul di rumah Pak
RW . di tempat Pak RW
kami berkumpul dan
melakukan rapat untuk
mempersiapkan Pensi dan
acara jalan sehat.

Rabu, 17- 19.00 – - Mengikuti rapat Selesai salat isya saya dan
08-2016 22.00 besarnya Bapak dan Ibu teman-teman kelompok
RW bersama Kartar saya sudah berkumpul di
mengenai lomba dan rumah Bu RW untuk
pentas seni mendiskusikan acara Pensi
- Pembagian daerah dan dan jalan sehat. Dalam
mata pencaharian rapat ini Pak RW juga
peserta Live in oleh Bu meminta saya dan teman-
RW teman saya untuk
membantu lomba-lomba
yang diadakan sekaligus
menjadi panita lomba yang
diadakan. Sebenarnya
dalam rapat ini saya merasa
kesal dengan Bu RW karena
tidak menepati janjinya
untuk menentukan tempat
yang nantinya saya dan
teman kelompok akan
melakukan Live in. Saya
merasa Bu RW terlalu
memaksa saya dn teman
kelompok untuk fokus pada
acara tersebut. Saya dan
teman-teman juga dijadikan
panitia untuk acara Pensi.

Kamis,18- 15.00 – - Pengenalan dan Saat saya datang lagi-lagi


08-2016 17.00 observasi TBM Bu RW belum menetapkan
- Pengenalan dengan dimana saya dan kelompok
warga yang difollow up saya akan melakukan Live
in. Namun hari ini saya dan
kelompok saya mendatangi
TBM, di TBM saya
berkenalan dengan anak-

60
anak yang rajin datang
untuk membaca. Bukan
hanya itu saya juga ikut
membantu anak-anak
tersebut menyusun buku di
rak buku yang sudah
disediakan. Setelah selesai
di TBM saya dan teman
kelompok melakukan
pengenalan dengan orang-
orang yang berada di TPA
yang nantinya akan menjadi
tempat saya melakukan
Live in.

Jumat,19- 14.00 – - Mencari pekerja di Hari ini saya dan teman


08-2016 15.30 sekeliling RW 02 kelompok saya mencari
- Melakukan pengenalan pekerja yang bisa kami ikuti
dan pendekatan dengan selama proses Live in.
tukang sayur dan Setelah bertanya pada
membuat perjanjian beberapa pedagang
dengan Ibu tukang disekitar situ, akhirnya saya
sayur untuk ikut mendapatkan penjual
memulai kegiatan sayur. Dalam pendekatan
23.00- berbelanja di pasar yang saya ke penjual sayur
00.00 kemudian akan di jual tersebut, baik Ibu penjual
lagi. sayur dan saya sepakat
- Mengikuti Ibu Baria untuk bertemu nanti malam
membeli (kulakan) ke jam 11 untuk membantu
pasar Mangga Dua ibunya membeli (kulakan)
di pasar Mangga dua.
Setelah siang harinya saya
membuat perjanjian dengan
Ibu Baria akhirnya malam
ini saya mulai mengikuti
kegiatan Ibu nya ke pasar.

Sabtu,20- 00.00 – -Membantu Ibu Saat di pasar saya


08-2016 06.00 membeli (kulakan) di mengikuti Ibu membeli
pasar Mangga Dua sayur,daging dan ikan
-Membantu untuk dijual kembali. Di
membungkus jualan pasar Ibu sudah hafal
serta membantu ibu dengan seluk beluk pasar
berjualan sayur dengan sangat baik, bahkan
begitu pula dengan
pedagang-pedagang yang
ada dipasar. Selama
mengikuti ibu saya
mengamati ibu selalu

61
meninggalkan barang
belanjaan karena akan
diambil oleh Bapak
Wartono atau akan di kirim
oleh penjualnya ke mobil.
Setelah selesai berbelanja
saya beserta ibu dan bapak
kembali ke Kedung Baruk.
Saya membantu Bapak dan
Ibu Wartono menyusun dan
membungkus barang
dagangan yang akan di jual
nanti, sambil sesekali saya
menguap karena
mengantuk. Namun, hal ini
tidak menjadi masalah
karena baik Bapak dan Ibu
Wartono sering mengajak
saya berbicara yang
terkadang diselingi oleh
candaan Bapak Wartono.
Selesai menyusun barang
dagangan tidak lama
kemudian ada pembeli yang
datang untuk berbelanja
dan begitu selanjutnya
banyak pembeli yang
datang untuk berbelanja.
Saat sudah selesai
membantu Bapak dan Ibu
wartono saya memutuskan
untuk beristirahat dan
kembali ke rumah.

Minggu, 08.00- -Membantu Bapak dan Hari ini saya datang dari
21-08- 15.00 Ibu Wartono berjualan pagi karena tadi malamnya
2016 - Saya kembali saya tidak dapat mengikuti
mengikuti Bapak dan Bapak dan Ibu Wartono
Ibu Wartono kulakan di kulakan di pasar. Hari ini
pasar. cukup menyita waktu
Bapak dan Ibu karena
banyak pembeli yang
datang untuk membeli
dagangan Bapak dan Ibu
Wartono. Ibu pun sudah
mulai membiarkan saya
melayani para pembeli yang
datang walaupun sering Ibu
harus membantu saya

62
karena saya belum
memahami sistem
penjualannya. Beberapa kali
saat saya melayani pembeli,
banyak dari pembeli yang
mengatakan bahwa orang
yang jualan cantik. Baik
Bapak dan Ibu selalu
23.00- tersenyum sambil
00.00 Saya kembali mengikuti membalas “namanya juga
Bapak dan Ibu Wartono anak saya”. Hal ini
kulakan di pasar membuat saya merasa
diterima dan disayang oleh
Bapak dan Ibu wartono.
Setelah pagi sampe sore
hari saya membantu Bapak
dan Ibu Wartono berjualan,
malamnya saya kembali
mengikuti Bapak dan Ibu
wartono untuk kulakan di
pasar Mangga Dua.

Senin, 22- 00.00- - Kulakan dan Setelah berbelanja di pasar


08-2016 05.00 membantu Manga Dua. Saya kembali ke
membungkus jualan Kedung Baruk dan
membantu Bapak beserta
Ibu Wartono membungkus
dan menyusun dagangan
sekaligus saya juga
membantu berjualan.
Beberapa kali saat sedang
menyusun atau
membungkus barang
dagangan Bapak Wartono
sering mengajak saya
bercanda,sambil diselingi
cerita tentang kehidupan
masyarakat sekitar yang
rata-rata sebagai pendatang
di kedung Baruk. Setelah
selesai berjualan saya
memutuskan kembali ke
rumah untuk beristirahat.

Kamis, 25- 12.00- -Membantu Bapak dan Hari ini terlihat Ibu
08-2016 17.00 Ibu Wartono Wartono sedang melayani
berjualan,membersihka tetangga nya yang lagi
n tempat jualan dan berbelanja di warung. Saat
membantu memilih melihat kedatangan saya

63
sayur untuk di jual. Ibu wartono langsung
tersenyum sambil berkata
“akhirnya anakku datang
juga” hal ini yang membuat
saya merasa tambah
menyayangi keluarga ini.
Setelah beberapa lama saya
melayani pembeli yang
datang ,Bapak Wartono pun
memanggil saya seraya
berkata”nduk tolong bantu
bapak memilih sayur
kacang panjang yang masih
bagus. Saya pun ikut
membantu Bapak memilih
kacang panjang yang masih
layak dijual agar dapat
dibungkus dan dijual
kembali. Setelah saya
selesai membantu Bapak
saya pun membersihkan
warung jualan bapak dan
ibu agar terlihat rapi dan
bersih. Karena sudah sore
hari saya pun memtuskan
untuk berpamitan pulang
kepada Bapak dan ibu
wartono. Mereka berkata
kepada saya untuk berhati-
hati dijalan dan jangan lupa
datang kembali. Saya pun
sangat senang karena
Bapak dan Ibu Wartono
begitu sayang dan
memperhatikan saya.

Sabtu, 27- 17.00- - Membantu Bapak dan Hari ini saat saya datang
08-2016 22.00 Ibu Wartono di toko Bapak dan Ibu Wartono
- Menjadi panita Pentas menyambut saya dengan
seni senyuman. Ibu juga
berbincang-bincang dengan
saya sambil sesekali
melontarkan candaan.
Beberapa kali ada pembeli
datang saya langsung
membantu ibu melayani
pembeli.
Setelah selesai membantu
Ibu saya berpamitan

64
kepada Ibu dan bapak
Wartono karena harus
mengikuti kegiatan
kepanitian. Dalam acara
Pentas Seni ini saya merasa
senang sekaligus bingung,
senang karena dapat
menyaksikan acara yang
menampilkan keterampilan
anak-anak mulai usia dini
sampai remaja awal.
Bingungn karena walaupun
menjadi panita saya dan
teman kelompok tidak tahu
harus membantu apa
karena semua suda di
lakukan oleh kawan-kawan
karang taruna. Walaupun
begitu acara dapat
terselesaikan dengan
sukses dan tanpa masalah
apapun.

Rabu,31- 16.30- Hari saya datang Saat saya datang ke rumah


08-2016 18.00 kembali kerumah Bapak Bapak dan Ibu Wartono
dan Ibu Wartono untuk mereka menyambut saya
memberikan buku saku dengan sangat hangat.
sebagai intervensi yang Setelah saya berbincang-
saya berikan. Selain itu bincang dengan Bapak dan
saya juga menjelaskan Ibu Wartono saya pun
terkait dengan menjelaskan tentang
pengisian buku saku. pengisian buku saku kepada
mereka, walaupun pada
awalnya mereka tidak
terlalu memahami apa yang
saya katakan mengenai
buku saku. Namun
perlahan-lahan mereka
mengertii dan bersedia
melakukan pengisian buku
saku tersebut. Setelah
cukup lama berbincang-
bincang saya pun pamit
pulang kepada keluaraga
Bapak Wartono.

Sabtu,03- 16.00- -Saya datang ke rumah Hari ini saya datang sambil
09-2016 17.30 keluarga Bapak membawakan sedikit oleh-
Wartono untuk oleh kepada keluarga Bapak

65
melakukan follow up, Wartono,seperti yang sudah
sekaligus untuk saya duga mereka sedikit
berpamitan karena menolak karena merasa
sudah berakhirnya saya tidak perlu repot-
proses Live in repot. Setelah itu saya pun
berbincang-bincang dengan
keluarga Bapak wartono
sekaligus melakukan follow
up.
Saya pun akhirnya
berpamitan kepada
keluarga Bapak Wartono
walaupun saya merasa
sedih namun Bapak
wartono mengingatkan
saya untuk sering-sering
main ke Kedung Baruk.

66
67
BAGIAN II. INTERVENSI

68
BAGIAN II. INTERVENSI

II.1. TUJUAN INTERVENSI


A. Identifikasi Masalah dan Potensi
Selama proses Live In, beberapa subjek memiliki permasalahan dan
potensi dalam keluarga yang serupa. Permasalahan yang pertama datang dari
keluarga Pak Bambang atau lebih di kenal dengan Pak Nyo yang bekerja sebagai
tukang sayur keliling. Ia dan keluarga termasuk orang yang memiliki rasa
bersyukur yang cukup tinggi dengan segala yang ia miliki saat ini meskipun
memang dalam berusaha masih ada saja tetangga yang berhutang karena uang
yang mereka bawa saat belanja masih kurang. Namun, hal yang membuat saya
kaget adalah pak Nyo tidak pernah menagih hutang tetangganya tersebut jika
tetangga itu membayar maka pak Nyo akan menerimanya jika tidak ya pak Nyo
akan menganggap itu lunas atau dianggap sebagai amal karena bagi dirinya rejeki
itu sudah ada yang mengatur yang penting kita juga harus selalu bersyukur dan
tidak boleh mengeluh dengan apa yang dijalani saat ini sebab jika kita mengeluh
pasti jalan untuk mencari uang malah dipersulit.
Permasalahan tersebut juga dirasakan oleh keluarga Ibu Arofah. Ibu
Arofah yang memiliki toko kelontong dirumahnya dan suaminya sebagai
pedagang sayur juga tidak luput dari pembeli yang berhutang. Bahkan terkadang
ada pembeli yang mengambil barang dagangan tanpa membayar. Ibu Arofah dan
suami tidak ambil pusing dalam menanggapi pembeli ‘nakal’ tersebut. Beliau
menganggap uang hutang atau barang dagangan yang tidak dibayar tersebut
merupakan amal yang beliau keluarkan. Ibu Arofah sendiri juga tidak pernah
mengeluhkan uang hasil berdagang suaminya. Berapa pun uang yang dihasilkan
suaminya, beliau tetap bersyukur.
Tidak jauh berbeda dengan Pak Nyo dan Ibu Arofah, Pak Wartono dan Ibu
Baria yang juga seorang pedagang sayur tidak luput dari hutang para pembelinya.
Bahkan modal per hari dengan hasil berjualan menjadi tidak sebanding karena

69
pembelinya berhutang. Namun Pak Wartono tidak pernah mengeluh dengan rejeki
yang sudah didapatkan. Pak Wartono percaya rezeki sudah diatur oleh Yang Maha
Kuasa, sehingga hutang dari pembeli yang tidak dibayarkan tidak akan membuat
usahanya bangkrut, justru Pak Wartono dan Ibu Baria yakin rezeki mereka akan
semakin lancar.
Selanjutnya dari subjek lainnya, yaitu Bu Tini. Bu Tini sudah lima tahun
berprofesi sebagai pengerajin tempe dan menjualnya sendiri di pasar. Dalam
menjalani kehidupannya Bu Tini memiliki rasa syukur yang cukup tinggi dan juga
bekerja dengan sepenuh hati. Beliau tidak pernah mengeluh jika jualannya tidak
habis. Beliau tidak merasa ada permasalahan dalam hidupnya, Bu Tini percaya
bahwa Tuhan telah membagi rezeki masing-masing pada hamba-Nya.
Pada keluarga Pak Ngadimin yang berprofesi sebagai pengerajin tempe,
beliau tidak merasa ada permasalahan maupun beban dalam keluarga maupun
kehidupan beliau. Pak Ngadimin percaya bahwa rejeki sudah diatur oleh Yang
Maha Kuasa. Beliau saat ini sudah merasa bersyukur karena masih diberikan
kesehatan. Namun secara terseirat, Pak Ngadimin masih mengkhawatirkan anak
bungsunya yang baru lulus SMA namun belum berkeinginan untuk bekerja.
Meskipun begitu, beliau tidak terlalu memaksakan kehendaknya terhadap anak.
Menurutnya, jika anak tidak mau untuk apa dipaksakan.
Permasalahan serupa juga dirasakan oleh Ibu Dharwati. Sejeatinya,
terdapat banyak masalah yang tengah dihadapi subjek, akan tetapi, beliau memilih
untuk tidak mmberitahukannya secara gamblang. Beliau memilih untuk
mengungkap syukur sebagai kamuflase terhadap masalahnya. Akan tetapi,
masalah yang secara eksplisit ditunjukan oleh beliau adalah terkait dengan anak
keduanya yang beliau anggap belum sukses dan cenderung menjadi ‘benalu’ pada
keluarga tersebut. Beliau banyak mengutarakan dan membandingkan anak
keduannya, Firdaus dengan sang kakak (Angga) yang telah suskses menjadi
pemborong. Hal ini secara langsung berdampak pada komunikasi antara ibu
dengan anak. Sering terjadi percekcokan kecil yang diselingi dengan sindiran
sindiran bernada bercanda dari ibu kepada anaknya.

70
Permasalahan yang dihadapi Mbak Nita adalah semejak ditinggal suami
adalah dirinya kini harus bekerja di dua tempat agar medapatkan penghasilan
tambahan. Meski pengahsilan yang diperoleh dirasa kurang, Mbak Nita tetap
menerima selagi anak dan dirinya masih bisa menghidupi diri. Jika terpaksa, ia
akan menjual perhiasan yang dimilikinya. Mbak Nita mengaku tidak bisa meminta
uang pada mantan suaminya ketika membutuhkan uang untuk kebutuhan sekolah
anaknya.
Permasalahan-permasalahan di atas menunjukkan ragam kompleksitas
permasalahan yang dihadapi oleh keluarga di lingkungan Kedung Baruk.
Beberapa permasalahan yang bersifat pribadi (komunikasi anatara orangtua dan
anak) cukup sulit untuk diintervensi mengingat posisi kami sebagai orang baru
dilingkungan tersebut, tidak ingin langsung masuk dan pemberikan masukan
masukan yang justru akan menimbulkan masalah yag lebih besar. Selain itu, pada
beberapa subjek terlihat menggunakan rasa syukur sebagai bentuk defense
mechanism terhadap kepasrahan dalam menjalani hidup.

B. Tujuan Intervensi serta Target Perilaku


Berdasarkan hal tersebut lah kami berniat untuk meningkatkan rasa syukur
yang ada didalam diri para subjek. Bentuk intervensi yang kami gunakan adalah
psikoedukasi yang nantinya akan berwujud buku saku bertema ‘memupuk rasa
syukur’ yang akan diberikan kepada para subjek kami. Harapannya, rasa
kepasrahan yang dikamuflase menjadi rasa syukur, dapat kami ubah sepenuhnya
menjadi rasa penerimaan yang melahirkan rasa bersyukur. Rasa kebersyukuran
atau gratitude inilah yang akan kami gunakan sebagai intervensi yang sifatnya
akselerasi ataupun meningkatkan rasa bersyukur yang sudah ada dildalam diri
individu yang dapat berdampak pada pengembangan diri

II.II. PROSES INTERVENSI


Bentuk intervensi yang diberikan kepada subjek live ini merupakan
psikoedukasi. Intervensi psikoedukasi yang diberikan berupa buku saku rasa
bersyukur. Di dalam buku saku tersebut diisi dengan penjelasan dan kutipan-

71
kutipan terkait rasa bersyukur. Selain itu, pada subjek diminta untuk mengisi
lembar refleksi harian dan mingguan. Pada refleksi harian dicantumkan mengenai
hal-hal yang dicemaskan dan disyukuri hari ini, serta harapan untuk esok harinya.
Berikut adalah contoh buku saku yang diberikan.

Hari/ tanggal : 21 Agustus 2016

Hal-hal yang saya cemaskan hari Hal-hal yang saya syukuri hari
ini ini

Saya merasa cemas kalau tidak Saya merasa bersyukur karena


dapat beraktifitas karena sedang saya masih hidup dan bernafas
sakit. hingga hari ini.

…………………….. ……………………..

Harapan dan keinginan saya untuk hari esok….

Saya berharap besok sudah sembuh supaya bisa kerja lagi.

…………………..

Buku saku ini diberikan pada tiap-tiap subjek pada tanggal 31 Agustus
2016 lalu. Setelah satu minggu, kami akan mem-follow up tiap-tiap subjek terkait
manfaat buku saku ini.

72
BAGIAN III. PENUTUP

73
BAGIAN III. PENUTUP

III.I. SIMPULAN

Live in telah banyak memberi kesan kepada kelompok kami. Setiap proses
yang kami jalani selama kurang lebih dua minggu, telah banyak memberikan
perspektif baru, serta pengalaman baru yang menantang. kami juga belajar
untuk lebih mudah bersosialisasi dan bergabung di lingkungan yang baru.
Kami belajar skill atau kemampuan baru yang kami tidak sadar sebelumnya
kami miliki. Kami juga belajar untuk menyesuaikan diri dengan keadaan
lingkungan yang baru, sekaligus menggali informasi baru terkait dengan
kehidupan subjek kami.
Subjek kami sangat beragam, tetapi rata rata mereka datang dari kalangan
menengah kebawah dengan latar budaya jawa yang cukup kental.
Permasalahan yang mereka hadapi pun sangat beragam. Akan tetapi, kami
dapat menyimpulkan jika kebanyakan dari permasalahan mereka adalah
permasalahan yang biasa dihadapi oleh masyarakat urban. Banyak dari mereka
yang juga merupakan pendatang yang dulunya berdiam di desa kemudian
melakukan migrasi ke kota. Hal inilah yang kemudian banyak menimbulkan
masalah, karena mereka harus mebiasakan diri dengan lingkungan kota yang
baru.
Akan tetapi, permasalahan yang sekiranya sama pada subjek kami ialah,
kebanyakan dari mereka – meskipun terhimpit dengan keadaan ekonomi serta
permasalahn perkotaan lainnya – mereka tetap merupakan pribadi pribadi
yang mudah menyukuri keadaan dan tidak mengharapkan lebih. Subjek
bersyukur dengan apa yang sudah dimiliki saat ini. Permasalahan seperti
kurangnya waktu bersantai, terdapat pembeli yang berhutang dan tidak
dibayar merupakan hal yang dianggap wajar oleh subjek. permasalahan
tersebut tidak dianggap menjadi suatu masalah yang perlu dipusingkan.
Selain itu, subjek memiliki cara tersendiri dalam memaknai rasa syukurnya.
Rasa bersyukur yang luar biasa iniliah, yang kemudian kami jadikan
sebagai salah satu cara kami untuk melakukan intervensi bersifat akselerasi.
Potensi kebersyukuran itu, berusaha kami kembangkan melalui buku saku

74
bertema ‘memupuk rasa bersyukur’ yang akan kami bagikan kepada setiap
subjek kami. Kedepannya kami berharap, buku tersebut dapat menumbuhkan
lebih banyak rasa bersyukur didalam diri subjek kami.

III.II. KRITIK DAN SARAN


Berdasarkan hasil diskusi kelompok, kami menyimpulkan, terdapat
beberapa kekurangan live in, yang dapat digunakan sebagai refleksi dan
perbaikan kedepannya. Berikut adalah hasil diskusi tersebut :
1. Live-in angkatan 2016 ini, kami rasakan tidak terlalu terorganisir
dengan baik, terbukti dari banyaknya miss komunikasi antara ekspektasi
dosen dengan apa yang diterima oleh mahasiswa sebagai instruksi.
Banyak dari mahasiswa yang tidak mengetahui jika satu KK keluarga,
hanya boleh ditempati atau digunakan sebagai subjek oleh satu
mahasiswa saja. Banyak dari anggota kelompok kami yang kemudian
berada dalam satu keluarga tanpa tahu bahwa hal tersebut tidak
diperbolehkan.
2. Lambatnya tersalur informasi bahwa suatu peraturan seharusnya tidak
boleh dilakukan. Kami sekelompok, baru mengetahui, jika peraturan
dilarang satu KK keluarga, setelah kami melakukan live ini lebih dari
10 jam. Hal ini tentunya menambah beban karena banyak dari kami
yang harus mengulang dari awal kembali.
3. Terlaksanannya live in, kami rasa tidak terlalu merata sama dalam satu
angkatan. Terdapat kelompok yang sudah ditetapkan sejak awal oleh
dobing tempat untuk live in. sedangkan, terdapat beberapa kelompok
lain yang harus ‘turun lapangan’ sendiri dan mencari tempat untuk kami
melaksanakan live-in.
4. Berkesinambungan dengan poin nomor 3, akibat dari keharusan kami
untuk ‘mecari sendiri’ keluarga yang akan kami ikuti, berakibat pada
miss komunikasi antara mahasiswa dengan pengetua RT/RW diwilayah
tersebut. Format ‘magang’ yang kami ajukan diawal, dimengerti dengan
berbeda oleh pengetua tersebut. Bukannya memberikan arahan untuk

75
menghubungi warga, kami justru dimintai tolong untuk membantu
menyelenggarakan acara acara untuk perayaan 17-an. Bukannya kami
ingin menolak, akan tetapi, waktu kami justru banyak tersita untuk
menyelenggarakan acara tersebut dibanding terjun untuk ‘live in’
seperti yang diharapkan oleh dosen.
5. Terdapat juga perbedaan kebijakan antara dosen pembimbing maupun
pengetua acara, yang berakibat pada miss komunikasi, ataupun perasaan
tidak adil yang dialami oleh mahasiswa kelompok kami dalam
menyikapi kebijakan tersebut.

Terlepas dari banyaknya miss komunikasi dan kekurangan pada live in


tahun ini, kami merasa, live in tahun ini sudah cukup banyak membantu kami
dalam proses pendewasaan diri. Kami belajar untuk menyikapi permasalahan
dengan lebih bijak dan berorientasi pada problem solving, bukan hanya pada
ego dan keinginan pribadi kami. Dan kami berterimakasih pada segenap dosen
pembimbing juga pengetua acara, yang telah berupaya membantu terlaksannya
acara ini.

76

Anda mungkin juga menyukai