(1),(2),(3),(4),(5),(6),(7),(8),(9),(10),(11),(12),(13),(14),(15),(16)
Khaerunnisa Pratiwi
ANAMNESA
RPS :
Nyeri epigastrium kanan sejak 3 jam yang lalu
Onset akut.
Nyeri hilang timbul, makin menetap
Tidak bisa berdiri
Denyut nadinya meningkat dan berkeringat
Denyut nadi meningkat karena respon nyeri yang akan menstimulasi saraf simpatis
sehingga denyut nadi akan meningkat.
Hipotestis :
Denyut meningkat : Berkeringat :
Nausea
Hipotestis :
- Cholecystitis
- Cholangitis
- Gastritis
- Angina
- Choledocholithiasis
- Acute pancreatitis
Nyeri dirasakan makin berat setelah makan
Kemungkinan hipotesis :
- Gastritis tipe A
- Cholelithiasis
- Choledocholithiasis
- Acute pancreatitis
- Cholecystitis
- Cholangitis
- Pancreatitis
- Malaria
- Hepatitis
Urinnya berwarna lebih gelap dan feses lebih terang
Adanya gangguan sintesis bilirubin.
3 mekanisme :
Prehepatik anemia
Urin yang berwarna gelap ada feses yang lebih terang merupakan ciri-ciri dari
obstruktif jaundice.
Jaundice yang disertai dengan demam dan menggigil cholangitis (sampai ada hasil
yang menyatakan bukan cholangitis).
Kembung dan rasa penuh pada perut sejak 8 bulan lalu, dirasakan terutama setelah
makan makanan berlemak
Kemungkinan berkaitan dengan empedu. Lemak akan diproses dan dimetabolisme oleh
garam empedu.
Kemungkinan terdapat kolestasis atau stasis dari saluran empedu yang dapat
disebabkan oleh adanya kelainan anatomis (congenital) maupun obstruksi.
Pruritus
Adanya peningkatan bilirubin dalam plasma yang akan mengendap di kulit dan
mensensitisasi ujung-ujung saraf sensitif pada kulit sehingga menyebabkan gatal
RPD :
Penyakit yang diderita sudah kronik dan kemungkinan sudah terdapat komplikasi
RPO :
R.Pribadi-Sosial :
Travelling :
Melemahkan diagnosis malaria, karena malaria endemic pada wilayah Indonesia timur.
Hipotesa
Terdapat penurunan berat badan signikfikan pada pasien. Kemungkinan disebabkan oleh tidak
sempurnanya proses metabolisme dalam tubuh, karsinoma maupun sirosis hepatis.
TB : 160cm
Thorax :
Jantung – Paru : dbn
Melemahkan hipotesa Angina pectoris maupun nyeri abdominal kanan atas yang dapat
disebabkan oleh jantung atau paru.
Abdomen :
Distensi (-)
Tidak didapatkan distensi atau pembesaran abdomen, melemahkan Sirosis hepatis.
Spider naevi (-)
Merupakan gambaran dari arteri sentral, seukuran ujung jarum pentul, yang
membentuk seperti kaki laba-laba secara radial. Melemahkan Sirosis hepatis.
Caput medusa (-)
Dilatasi vena yang bisa didapatkan pada kulit abdomen seperti gambaran kepala
medusa. Melemahkan Sirosis hepatis.
Bising usus turun
Merupakan kondisi patologis yang bisa ditemukan pada peritonitis. Ada kemungkinan
sudah terjadi komplikasi dari penyakit pasien.
Puddle sign atau shifting dullness (-)
Pemeriksaan yang dilakukan untuk menilai asites. Tidak didapatkan asites pada pasien.
Melemahkan Sirosis hepatis.
Nyeri pada RUQ (+)
Puddle sign atau shifting dullness (-)
Tidak ditemukannya tanda-tanda asites. Melemahkan Sirosis hepatis.
Murphy sign (+)
Palpasi pada daerah subcostal kanan, pasien diminta menarik nafas dalam, positif bila
ada nyeri dan didapatkan inspiratory arrest atau pasien tersentak ketika ada nyeri.
Flank sign (-)
Cullens sign (-)
Hepar tidak teraba, limfa tidak teraba
Hepar dan limfa tidak teraba melemahkan Hepatitis dan Karsinoma hepar.
Rigiditas otot (+)
Ekstremitas :
Ikterik (+)
Menandakan adanya jaundice yang cukup berat. Pigmen empedu mudah melekat pada
bagian tubuh yang banyak mengandung elastin. Untuk dapat menimbulkan ikterik pada
kulit nilai total bilirubin >2,5mg/dL
Merupakan gambaran kemerahan yang biasanya bersifat difus pada tangan dan dapat
mencapai pergelangan tangan. Melemahkan Sirosis hepatis.
Eksoriasi (+)
Edema,memar,hiperpigmentasi (-)
Hematology
Hb : dbn
Ba : 0% Eo : 0% Bt : 0% Sg : 85% Li : 12% Mo : 3%
Peningkatan neutrofil segmen yang merupakan neutrofil dalam bentuk “matang”.
Neutrofil dengan cepat berkumpul ke tempat cedera. Nilai diffcount yang shift to the left
menandakan adanya infeksi akut.
PT : dbn
Tidak ada gangguan sintesis protein. Merupakan parameter sensitive untuk menilai
kapasitas sintesis seluruh protein. Menilai abnormalitas pada jalur koagulasi ekstrinsik
dan bersama dan faktor plasma II,V,VII,X dan fibrinogen yang di produksi di hepar.
Melemahkan sirosis hepatis
Kimia darah
ALT : 35 IU/L
Dbn. N : 27-47 IU/L
Merupakan pemeriksaan yang spesifik terhadap hepar. Adanya kenaikan nilai ALT
menandakan adanya kerusakan sel hepar.
AST : 60 IU/L
Meningkat. N : 30-50%
AST juga terdapat pada otot skeletal dan kardiak, ginjal, otak, pancreas, usus, leukosit
dan eritrosit dan pada paru. Bukan merupakan hepar spesifik. Kemungkinan
peningkatan disebabkan adanya kelainan pada pancreas dan obstruksi saluran
empedu.
Peningkatan kadar glukosa serum dapat disebabkan oleh DM atau karena hormon yang
dikeluarkan oleh sel-sel tubuh.
Urinalisis
Normalnya bilirubin tidak terdapat di urin. Urobilinogen merupakan produk bilirubin yang
dipecah oleh bakteri usus. 50-70% urobilinogen akan di reabsorbsi dan diekskresikan oleh
ginjal. Sisanya akan masuk ke hepar melalui vena porta, diekstraksi oleh hepatosit dan
diekskresikan di empedu. Bila banyak bilirubin yang dihasilkan, maka jumlah urobilinogen akan
bertambah. Adanya urobilin dalam urin merupakan bukti adanya bilirubin dalam usus. Apabila
terjadi obstruksi, bilirubin tidak dapat menuju usus dan akhirnya muncul kondisi bilirubinemia
sementara urobilinogen tidak ditemukan.
Feses
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tidak ditemukan batu baik pada ginjal maupun kantung empedu. Tidak ditemukan kalsifikasi
pada pancreas, penyakit bersifat akut. Adanya gas pada saluran billier bisa disebabkan oleh
kolesistitis emfisematosa, cholangitis (cholangitis ascending akut supuratif).
Hepato-billiary-gallbladder ultrasonography :
Dilatasi kantung empedu dengan penebalan dinding dan terdapat beberapa batu. Terlihat
batu pada daerah distal duktus biliaris yang mengobstruksi ampula Vater, ada dilatasi
duktus bilier. Pancreas sedikit edema tanpa cairan.
Adanya duktus yang melebar dan pelebaran dari kantung empedu kemungkinan adanya
obstruksi common bile duct. Pancreas yang membesar kemungkinan berupa gambaran
pancreatitis akut. Adanya penebalan pada dinding kantung empedu acute atau emfisema
kolesistitis. Adanya batu pada kantung empedu dan duktus memperkuat diagnose
Cholecocholithiasis.
Diagnosa :
Therapy :
1. Puasa (nonfarmakologi)
2. NGT
3. Kateter urin
4. Ringer acetate
5. Imipenem
Merupakan antibiotic β-lactam. Golongan carbapenem.
Carbapenem mengandung cincin fusi β-laktam yang berbeda dari penicillin. Carbapenem
lebih stabil dan membawa atom karbon. Carbapenem memiliki spectrum yang lebih luas
dibanding β-laktam lain.
Imipenem tidak diabsorbsi secara oral, sehingga pemberiannya melalui IV dan 70% dari
imipenem ada di ekskresikan ke urin dalam bentuk metabolit aktif. Imipenem biasa
dikombinasikan dengan cilastatin, kombinasi ini efektif untuk berbagai macam infeksi.
ESO yang paling sering dilaporkan adalah mual dan muntah. Apabila penderita alergi
terhadap β-laktam, pemberian imipenem juga dapat menyebabkan alergi.
6. Meperidine (Demerol)
Merupakan obat opioid yang bersifat agonis terhadap reseptor µ. Reseptor µ merupakan
salah satu reseptor spesifik pada sistem gastrointestinal. Meperidine tidak dianjurkan
untuk nyeri yang bersifat kronik karena metabolit toksisitasnya. Tidak boleh diberikan
lebih dari 48 jam dan lebih dari 600mg/hari. Efek analgesic meperidine dapat terdeteksi
setelah 15 menit pemberian via oral, puncaknya 1-2 jam dan menghilang secara perlahan.
Onset meperidine lebih cepat apabila pemberian secara SC maupun IM. 75-100mg
meperidine secara parenteral setara dengan 10 mg morfin. Dengan dosis yang setara
morfin, meperidine juga menyebabkan efek yang sama dengan morfin. Meperide
utamanya dimetabolisme di hepar.
Referensi :
1. Dooley, James S., Gallstones and Benign Billiary Disease, London
2. Dancygier, H., 2010, Clinical Hepatology Principles and Practice of Hepatobiliary
Diseases Volume 1, Springer
3. Urbano, Frank L.,Carroll MaryBeth., Review of Clinical Signs : Murphy’s Sign of
Cholecystitis, 2000.
4. Talley, Nicholas J.,et al, 2010, Practical Gastroenterology and Hepatology : Liver and
Billiary Disease, Blackwell
5. Sacher, Ronald A., McPherson, Richard A., 2004, Tinjauan Klinis Hasil Pemeriksaan
Laboratorium, Jakarta : EGC
6. Swartz, Mark H., 2005, Textbook of Physical Diagnosis, Edisi 5, Jakarta : EGC
7. Guyton & Hall, Textbook of Medical Physiology, Edisi 11
8. Sherwood, L., 2007, Human Physiology: From Cells to Systems, Edisi 7, Canada :
Brooks/Cole
9. Prabhu, Fiona R., Bickley, Lynn S., Bates’ Guide to Physical Examination and History
Taking ; edisi 9, Lippincot
10. Rasad, Sjahriar., 2009, Radiologi Diagnostik, Edisi 2, Jakarta : Balai Penerbit FK UI
11. McPhee, Stephen J.,Hammer, Garry D., 2010, Pathophysiology of Disease: An
Introduction to Clinical Medicine, Edisi 6, McGraw Hills
12. McPhee, Stephen J., Papadakis,Maxine A., 2011, Current Medical Diagnostic and
Treatment, Edisi 15, McGraw Hills
13. Dahnert, Wolfgang., 2007, Radiology Review Manual, Edisi 6, Lippincott Williams &
Wilkins
14. Mettler Jr, Fred A., 2005, Mettler: Essentials of Radiology, Edisi 2, Elsevier
15. Brant, William E.,Helms, Clyde A., 2007, Fundamentals of Diagnostic Radiology, Edisi
3, Lippincott Williams & Wilkins
16. Brunton, Laurence L., Lazo, John S., Parker, Keith L., 2005, Goodman & Gilman's The
Pharmacological Basis of Therapeutics, Edisi 11, McGraw Hills