Anda di halaman 1dari 11

5.

1 Hasil Penelitian

Penelitian ini di lakukan pada pasien hipertensi di Puskesmas Pagar Jati Lubuk Pakam
pada bulan Januari hingga Desember 2017. Penelitian ini dilakukan dengan mengambil data
sekunder dari rekam medik penderita hipertensi namun belum pernah mendapatkan terapi
pengobatan sebelumnya, sudah pernah mendapatkan terapi pengobatan tetapi berhenti atau
tidak teratur.

Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sample yaitu cara
pemilihan sampel yang disengaja karena ada pertimbangan tertentu sesuai dengan persyaratan
sampel yang diperlukan. Jumlah penderita hipertensi yang berobat di Puskesmas Pagar Jati
Lubuk Pakam pada bulan Januari hingga Desember 2017 yang akan dijadikan sampel pada
penelitian ini didapatkan sebanyak 68 orang.

Sampel yang telah diambil dari data bagian rekam medik Puskesmas Pagar Jati Lubuk
Pakam yang dikumpulkan dan diolah berdasarkan jenis kelamin, usia, indeks massa tubuh,
dan tekanan darah. Data yang terkumpul kemudian diolah dengan menggunakan program
SPSS yang hasilnya dapat dilihat sebagai berikut.

5.1.1 Distribusi Frekuensi Pasien Hipertensi Berdasarkan Kelompok Jenis Kelamin di


Puskesmas Pagar Jati Lubuk Pakam pada bulan Januari hingga Desember 2017

Berdasarkan data yang dikumpulkan dari total 68 pasien, ditemukan bahwa jenis
kelamin laki-laki sebanyak 33 orang (48,5%) dan perempuan sebanyak 35 orang (51,5 %).

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Pasien Hipertensi Berdasarkan Kelompok Jenis


Kelamin

Jenis Kelamin Jumlah (n) Persen (%)

Laki-laki 33 48,5
Perempuan 35 51,5

Total 68 100

5.1.2 Distribusi Frekuensi Pasien Hipertensi Berdasarkan Kelompok Usia di Puskesmas


Pagar Jati Lubuk Pakam pada bulan Januari hingga Desember 2017

Berdasarkan data yang dikumpulkan dari total 68 pasien, ditemukan bahwa jumlah
pasien dengan rentang usia 40 – 68 tahun berjumlah 16 orang (23,5 %), rentang usia 51 – 60
tahun berjumlah 21 orang (30,9 %), rentang usia 61 – 70 tahun 20 orang (29,4 %), dan
rentang usia > 70 tahun 11 orang (16,2 %).

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Pasien Hipertensi Berdasarkan Kelompok Usia

Usia Jumlah (n) Persen (%)

40 – 68 Tahun 16 23,5

51 – 60 Tahun 21 30,9

61 – 70 Tahun 20 29,4
> 70 Tahun 11 16,2

Total 68 100

5.1.3 Distribusi Frekuensi Pasien Hipertensi Berdasarkan Interpretasi IMT di


Puskesmas Pagar Jati Lubuk Pakam pada bulan Januari hingga Desember 2017

Berdasarkan data yang dikumpulkan dari total 68 pasien, ditemukan bahwa jumlah
pasien dengan IMT berat badan kurang berjumlah 8 orang (11,8 %), IMT berat badan normal
berjumlah 18 orang (26,5 %), IMT berat badan berlebih 12 orang (17,6 %), IMT obese I 26
orang (38,2 %), dan IMT obese II 4 orang (5,9 %).

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Pasien Hipertensi Berdasarkan Interpretasi IMT

Intepretasi IMT Jumlah (n) Persen (%)

Berat Badan Kurang 8 11,8


Normal 18 26,5

Berat Badan Berlebih 12 17,6

Obese I 26 38,2

Obese II 4 5,9

Total 68 100

5.1.4 Distribusi Frekuensi Pasien Hipertensi Berdasarkan Interpretasi Derajat


Hipertensi di Puskesmas Pagar Jati Lubuk Pakam pada bulan Januari hingga
Desember 2017

Berdasarkan data yang dikumpulkan dari total 68 pasien, ditemukan bahwa jumlah
pasien dengan hipertensi derajat I 18 orang (36 %) dan jumlah pasien dengan hipertensi
derajat II 32 orang ( 64 %).

Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Pasien Hipertensi Berdasarkan Interpretasi


Derajat Hipertensi
Jenis Kelamin Jumlah (n) Persen (%)

Hipertensi Derajat I 50 73,5

Hipertensi Derajat II 18 26,5

Total 68 100
5.1.5 Hubungan Interpretasi IMT dan Interpretasi Derajat Hipertensi Pada Pasien
Hipertensi di Puskesmas Pagar Jati Lubuk Pakam pada bulan Januari hingga
Desember 2017

Beradasarkan Tabel 5.5 dapat dilihat bagaimana hubungan antara interpretasi IMT dan
interpretasi derajat hipertensi secara angka dalam bentuk tabel. Sampel dengan hipertensi
derajat 1 berjumlah 50 orang (73,5 %), di mana 7 orang memiliki IMT berat badan kurang (14
%), 13 orang memiliki IMT berat badan normal (26 %), 8 orang memiliki IMT berat badan
berlebih (16 %), 18 orang memiliki IMT obese I (36 %), dan 4 orang memiliki IMT obese II
(8 %). Sedangkan Sampel dengan hipertensi derajat 2 berjumlah 18 orang (26,5 %), di mana
1 orang memiliki IMT berat badan kurang (5,6 %), 5 orang memiliki IMT berat badan normal
(27,8 %), 4 orang memiliki IMT berat badan berlebih (22,2 %), 8 orang memiliki IMT obese
I (44,4 %), dan 0 orang memiliki IMT obese II (0 %).

Tabel 5.5 Hubungan Interpretasi IMT dan Interpretasi Tekanan Darah

Interpretasi Hipertensi

HT Derajat 1 HT Derajat 2 Total

Interpretasi IMT

Berat Badan Kurang 7 1 8

(14 %) (5,6 %) (11,8 %)

Normal 13 5 18
(26 %) (27,8 %) (26,5 %)

Berat Badan Lebih 8 4 12

(16 %) (22,2 %) (17,6 %)

Obes I 18 8 26

(36 %) (44,4 %) (38,2 %)

Obes II 4 0 4

(8 %) (0 %) (5,9 %)

Total 50 18 68

(73,5 %) (26,5 %) (100 %)

Grafik 5.1 Hubungan Interpretasi IMT Dengan Derajat Hipertensi


50%
45%
40%
35%
30%
25%
20%
15%
10% HT derajat 1
5% HT derajat 2
0%

an
g al bi
h
se
I II
r r m lr e be se
Ku No be
an Be O O
n
Bad a da
t tB
ra ra
Be Be

5.2 Analisis Hasil Penelitian

Tabel 5.6 Analisis Hasil Penelitian

Interpretasi Interpretasi

IMT Derajat

Hipertensi

Spearman’s rho Interpretasi Correlation 1,000 0,023

IMT Coefficeient

Sig. (2-tailed) 0,852

N 68 68
Interpretasi Correlation 0,023 1,000

Hipertensi Coefficeient

Sig. (2-tailed) 0,852

N 68 68

Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan uji korelasi Spearman karena kedua
kelompok data yang diperoleh menggunakan skala ordinal (interpretasi) sehingga untuk
menghubungkannya keduanya digunakan uji korelasi dengan metode Spearman. Pada
penelitian didapatkan data > 30 jumlah sampel maka digunakan rumus z=rs √n−1 untuk
menentukan correlation coefficient. Berdasarkan Tabel 5.6 dapat dilihat bahwa hubungan
antara interpretasi IMT dan interpretasi tekanan darah menghasilkan nilai correlation
coefficient (simbol r), sebesar 0,023 serta nilai Sig. (2-tailed) (symbol p), sebesar 0,852.
Untuk nilai p sendiri dipakai untuk menentukan hubungan yang signifikan (p < 0,05) atau
tidak (p > 0,05) antara dua variabel, sedangkan nilai r dipakai untuk menentukan bagaimana
kekuatan hubungan antara kedua variabel tersebut, dalam penenlitian ini interpretasi nilai r
menggunakan koefisien korelasi Versi de Vaus. Dari hasil penelitian, maka di temukan nilai p
sebesar 0,852 dimana p > 0,05 yang berarti tidak adanya hubungan yang signifikan antara
indeks massa tubuh dengan hipertensi pada pasien hipertensi di Puskesmas Pagar Jati Lubuk
Pakam pada bulan Januari hingga Desember 2017. Sedangkan untuk nilai r ditemukan sebesar
0,023 karena jumlah sample lebih dari 30 orang sehingga menggunakan rumus
z=rs √n−1 maka di dapatkan nilai r sebesar 0,188 yang berarti nilai r jika di konversikan
dengan koefisien korelasi Versi de Vaus mempunyai hubungan yang lemah antara indeks
massa tubuh dengan hipertensi pada pasien hipertensi di Puskesmas Pagar Jati Lubuk Pakam
pada bulan Januari hingga Desember 2017. Selain itu angka koefisien korelasi pada hasil di
atas, bernilai positif, yaitu 0,188 sehingga hubungan kedua variabel bersifat searah, dengan
demikian dapat diartikan bahwa semakin meningkat indeks massa tubuh pada pasien
hipertensi yang berusia ≥ 40 tahun di Puskesmas Pagar Jati Lubuk Pakam pada bulan Januari
hingga Desember 2017 maka tekanan darah pada pasien tersebut semakin meningkat.

Anda mungkin juga menyukai