Anda di halaman 1dari 13

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Capital Budgeting ( Penganggaran Modal ).


Penganggaran Modal ( Capital Budgeting ) Istilah penganggaran modal digunakan
untuk melukiskan tindakan perencanaan dan pembelanjaan pengeluaran modal, seperti untuk
pembelian equipmen baru untuk memperkenalkan produk baru, dan untuk memodernisasi
fasilitas pabrik.
Penganggaran Modal ( Capital Budgeting ) adalah Suatu Konsep Investasi Dikatakan
sebagai suatu konsep investasi, sebab penganggaran modal melibatkan suatu pengikatan
(penanaman) dana di masa sekarang dengan harapan memperoleh keuntungan yang
dikehendaki di masa mendatang. Investasi membutuhkan dana yang relatif besar dan
keterikatan dana tersebut dalam jangka waktu yang relatif panjang, serta mengandung resiko.
Capital Budgeting adalah merupakan proses evaluasi dan pemilihan investasi jangka
panjang yang konsisten terhadap maksimalisasi tujuan perusahaan. DefinisiCapital Budgeting
“Capital Budgeting is the Process of evaluating and selecting long-term
invesmentsconsistents with the firm’s goal of owner wealth maximization”. Penganggaran
modal (Capital Budgeting) adalah proses kegiatan yang mencakup seluruh aktivitas
perencanaan penggunaan dana dengan tujuan untuk memperoleh manfaat (benefit) pada
waktu yang akan datang. Penganggaran modal berkaitan dengan penilaian aktivitas investasi
yang diusulkan. Aktivitas suatu investasi ditujukan untuk mencapai tujuan yang diharapkan
selama periode tertentu di waktu yang akan datang, yang mempunyai titik awal (kapan
investasi dilaksanakan) dan titik akhir (kapan investasi akan berakhir).
Investasi adalah pengkaitan sumber-sumber dalam jangka panjang untuk
menghasilkan laba dimasa yang akan datang. Dalam penggantian atau pembahasan kapasitas
pabrik misalnya : dana yang sudah ditanamkan akan terikat dalam jangkawaktu yang
panjang, sehingga perputaran dana tersebut kembali menjadi uang tunai tidak dapat terjadi
dalam waktu satu atau dua tahun, tetapi dalam jangka waktu yanglama..
Sebagai konsekuensinya, perusahaan membutuhkan prosedur tertentu untuk
menganalisa dan menyeleksi beberapa alternatif investasi yang ada. Keputusan mengenai
investasi tersebut sulit dilakukan karena memerlukan penilaian mengenai situasi dimasa yang
akan datang, sehingga dibutuhkan asumsi-asumsi yang mendasari estimasi terhadap situasi
yang paling mendekati yang mungkin terjadi, baik situasi internal maupun eksternal
perusahaan. Investasi tersebut harus dihitung sesuai dengan cash flow perusahaan dan harus
merupakan keputusan yang paling tepat untuk menghindari resiko kerugian atas investasi
tersebut. “As time passes, fixed assets may become obselete or may require an overhaul; at
these points, too, financial decisions may be required”. Perusahaan biasanya membuat
berbagai alternative atau variasi untuk berinvestasi dalam jangka panjang, yakni berupa
penambahan asset tetap seperti tanah, mesin dan peralatan. Aset tersebut merupakan aset
yang berpotensi, yang merupakan sumber pendapatan yang potensial dan mencerminkan nilai
dari sebuah perusahaan.Capital budgeting dan keputusan keuangan diperlakukan secara
terpisah. Bila investasi yang diajukan telah ditentukan untuk diterima, manager keuangan
kemudian memilih metoda pembiayaan yang paling baik.

2.2 Pentingnya Capital Budgeting


1. Keputusan Capital Budgeting akan berpengaruh pada jangka waktu yang lama sehingga
akan kehilangan fleksibilitasnya

Contoh pembelian sebuah aktiva yang memiliki umur ekonomis 10 tahun akan mengunci
perusahaan selama periode 10 tahun, karena perluasan aktiva didasarkan atas penjualan yang
diharapkan dimasa depan. Maka keputusan untuk membeli sebuah aktiva yang akan habis
dalam jangka waktu 10 tahun membutuhkan perencanaan penjualan selama 10 tahun.
Akhirnya keputusan penganggaran modal akan menentukan arah strategis perusahaan karena
perusahaan bergerak ke arah produk, jasa atau pasar baru yang harus didahului dengan
pengeluaran modal.

2. Penanggaran modal yg efektif akan menaikkan ketepatan waktu dan kualitas dari
penambahan aktiva

Contoh perusahaan berusaha beroperasi mendekati kapasitas sepanjang waktu , selama 4


tahun, PT A telah mengalami permintaan secara besar-besaran secara tiba-tiba yang bersifat
tidak rutin sehingga perusahaan terpaksa menolak permintaan tersebut. Oleh karena itu PT A
merecanakan untuk menambah kapasitas produksi dengan menyewa gedung tambahan dan
membeli peralatan produksi yang baru yang diperlukan untuk kegiatan produksi, untuk itu
diperlukan waktu 6-8 bulan agar kapasitas produksi dapat digunakan , namun pada saat itu
perminttan mulai menurun, karena perusahaan lain mempunyai kapasitas yang mencukupi.
PT A mulai merencanakan meramalkan permintaan secara tepat dan merencanakan
kebutuhan kapasitasnya satu tahun sebelumnya atau lebih maka perusahaan mampu
mempertahankan dan bahkan meningkatkan pangsa pasar.

3. Pengeluaran Modal sangatlah Penting

Perusahaan dalam mencukupi semua kebutuhan yang diperlukan dalam kegiatan produksi,
perusahaan harus mempunyai dana yang cukup dan memadai karena untuk mencukupi semua
kebutuhan perusahaan mengeluarkan dana yang besar. Jumlah uang yang besar yang
dikeluarkan perusahaan tidak dapat tersedia secara otomatis oleh karena itu, Untuk
mencukupi itu semua perusahaan harus memikirkan program pengeluaran modal yang besar
dengan merencanakan membuat capital budgeting dana jauh-jauh hari sebelum dana itu
tersedia.

2.3 Klasifikasi Proyek


Menganalisis usulan pengeluaran modal bukanlah pekerjaan yang gratis-analisis ini
memang bermanfaat tetapi juga membutuhkan biaya yang sangat besar. Untuk jenis proyek
tertentu analisis yang terinci relative lebih terjamin, sementara untuk yang lainnya harus
digunakan prosedur yang lebih sederhana. Perusahaan biasanya mengkategorikan proyek dan
kemudian menganalisis dalam setiap kategori dengan cara yang berbeda

1. Penggantian : pemeliharaan bisnis


Kategori ini terdiri dari pengeluaran untuk mengganti peralatan yang usang atau rusak yang
digunakan dalam membuat produksi yang menguntungkan. Proyek penggantian ini
diperlukan jika perusahaan ingin melanjutkan usahanya. Isu satu-satunya disisni adalah

a. Apakah operasi ini harus dilanjutkan?,


b. haruskah kita melanjutkan pengguankan proses produksi yang sama?
Pada umumnya jawabannya adalah YA, sehingga keputusan pemeliharaan dibuat tanpa
melalui proses keputusan yang rumit

2. Penggantian : pengurangan biaya


Kategori ini termasuk pengurangan untuk mengganti peralatan yang usang, tujuannya adalah
untuk menurunkan biaya tenaga kerja, bahan dan input lannya seperti listrik. Keputusan ini
adalah bijaksana dan secara wajar biasanya menggunakan analisis terperinci

3. Ekspansi produk atau pasar yang ada


Kategori ini termasuk pengeluaran untuk meningkatkan output produk yang sudah ada, atau
memperluas outlet ritel atau fasilitas distribusi dalam pasar yang sekarang dilayani.
Keputusan ini lebih kompleks karena memerlukan peramalan eksplisit tentang pertumbuhan
permintaan

4. Ekspansi kedalam produk atau pasar baru


Kategori ini investasi untuk menghasilkan produk baru atau untuk memperluas ke daerah
geografi yang saat ini tidak terlayani. Proyek ini melibatkan keputusan startegis yang dapat
mengubah sifat mendasar bisnis dan biasanya membutuhkan pengeluaran uang dalam jumlah
besar dan pengembalian uang yang lebih lambat. Dalam proyek ini selalu diperlukan analisis
yang terperinci dan keputusan akhir biasanya dibuat oleh pihak direksi sebagai bagian dari
rencana strategis perusahaan

5. Proyek pengamanan dan atau lingkungan


Kategori ini meliputi pengeluaran yang diperlukan untuk memenuhi permintaan pemerintah,
perjanjian tenaga kerja atau polis asuransi. Pengeluaran ini disebut investasi wajib dan
biasanya menyangkut proyek tanpa pendapatan. Bagaimana mereka menangani proyek ini
tergantung pada ukurannya.

6. Lainnya
Kategori ini termasuk gedung perkantoran, tempat parkir, dan sebagainya, bagaimana
kategori ini ditangani bervariasi diantara perusahaan.

2.4 Tahap – tahap Capital Budgeting

1. Biaya proyek harus ditentukan


2. Manajemen harus memperkirakan aliran kas yg diharapkan dari proyek, termasuk nilai akhir
aktiva
3. Risiko dari aliran kas proyek harus diestimasi. (memakai distribusi probabilitas aliran kas)
4. Dengan mengetahui risiko dari proyek, manajemen harus menentukan biaya modal (cost of
capital) yg tepat untuk mendiskon aliran kas proyek
5. Dengan menggunakan nilai waktu uang, aliran kas masuk yang diharapkan digunakan untuk
memperkirakan nilai aktiva.
6. Terakhir, nilai sekarang dari aliran kas yg diharapkan dibandingkan dengan biayanya

2.5 Proses Capital Budgeting


Proses Capital Budgeting terdiridari 5 langkah yang salingberkaitan, yakni:
1. Pembuatan Proposal Anggaran Dana
Proposal penganggaran barang modal dibuat di semua tingkat dalam sebuah organisasi bisnis.
Untuk menstimulasi aliran berbagai ide, banyak perusahaan menawarkan penghargaan berupa
uang tunai untuk beberapa proposal yang diadopsi.

2. KajiandanAnalisa
Proposal penganggaran barang modal secara formal direview dalam rangka (a) mencapai
tujuan dan rencana utama perusahaan dan yang paling penting (b) untuk mengevaluasi
kemampuan ekonominya.

Biaya yang diajukan dan benefit yang diestimasikan dikonversikan menjadi sebuah cash flow
yang sesuai. Bermacam-macam teknik capital budgeting dapat diaplikasikan untuk cash flow
tersebut untuk menghitung tingkat keuntungan dari investasi.

Berbagai macam aspek resiko diasosiasikan dengan proposal yang akan dievaluasi. Setelah
analisis ekonomi telah dibuat lengkap, diiringi dengan data tambahan dan rekomendasi yang
ditujukan untuk para pengambil keputusan.

3. PengambilanKeputusan
Besarnya sejumlah dana yang dikeluarkan dan pentingnya penganggaran barang modal
menggambarkan tingkat organisasi tertentu yang membuat keputusan penganggaran.
Perusahaan biasanya mendelegasikan kewenangan penganggaran barang modal sesuai
dengan jumlah uang yang dikeluarkan. Secara umum jajaran direksi memberikan keputusan
akhir untuk sejumlah tertentu penganggaran barang modal yang dikeluarkan.
4. Implementasi
Ketika sebuah proposal telah disetujui dan dananya telah siap, tahap implementasi segera
dimulai. Untuk pengeluaran yang kecil, penganggaran dibuat dan pembayaran langsung
dilaksanakan. Namun untuk penganggaran dalam jumlah besar, dibutuhkan pengawasan yang
ketat.

5. Follow Up (tindaklanjut)
Setelah diimplementasikan maka perlu dilakukan monitoring selama tahap kegiatan operasi
berjalan dari proyek tersebut. Perbandingan dari biaya yang ada dan keuntungan yang
diekspektasikan dari berbagai proyek sebelumnya adalah sangat vital. Ketika biaya yang
dikeluarkan melebihi anggaran biaya yang ditetapkan, harus segera dilakukan tindakan untuk
menghentikannya, apakah dengan meningkatkan benefit atau mungkin menghentikan proyek
tersebut.

Setiap langkah dalam proses tersebut penting dilakukan terutama pada langkah kajian dan
analisa, maupun pengambilan keputusan (langkah 2 dan 3) yang membutuhkan waktu dan
tenaga yang paling besar. Langkah terakhir yakni follow up juga penting namun sering
diabaikan. Langkah tersebut dilakukan untuk menjaga perusahaan untuk dapat meningkatkan
akurasi cash flow yang diestimasi.

2.6 Post Audit


Aspek penting dari proses capital budgeting adalah post audit yang melibatkan
a. Perbandingan hasil aktual dengan hasil yang diprediksikan oleh sponsor proyek
b. Penjelasan mengapa setiap perbedaan ini terjadi

Post audit memiliki 2 tujuan utama yaitu


a. Memperbaiki Ramalan
Ketika pengambilan keputusan dipaksa membandingkan proyeksi mereka terhadap hasil
aktual ada kecenderungan agar estimasi diperbaiki. Bias yang disengaja atau tidak disengaja
akan diobservasi dan dieliminasi , metode peramalan yang baru dilihat sebagai kebutuhan dan
orang-orang cenderung untuk berbuat lebih baik termasuk membuat ramalan, jika mereka
mengetahui bahwa tindakannya dimonitor
b. Meningkatkan operasi
Perusahaan dijalankan oleh manusia dan mereka yang dapat melaksanakan pada tingkat
efisiensi yang lebih tinggi atau lebih rendah. Apabila mengenai investasi maka para anggota
mempertaruhkan reputasinya pada lini ini. Jika biaya berada diatas yang diperkirakan maka
penjualan akan berada dibawah yang diharapkan dan sebaliknya, eksekutif terdorong untuk
meningkatkan operasi dan memberikan hasil mendekati yang diramalkan.

2.7 Peraturan Keputusan Penganggaran Modal


Ada 5 metode yang dapat digunakan untuk memberi peringkat proyek dan memutuskan
apakah suatu proyek itu harus diterima atau di tolak, dan dimasukkan ke dalam anggaran
modal atau tidak. Beberapa metode penilaian itu antara lain :
 Pemulihan (payback)
 Pemulihan yang didiskontokan
 Nilai sekarang bersih ( NPV )
 Tingkat pengembalian internal ( IRR )
 Tingkat pengembalian internal yang dimodifikasi ( MIRR )

2.7.1 Periode pemulihan ( Payback ) dan Pemulihan yang di Diskontokan


Metode ini didefenisikan sebagai ekspetasi jumlah tahun yang diperluakan untuk
menutupi investasi awal, dan merupakan metode formal pertama yang digunakan untuk
mengevaluasi proyek penganggaran modal.
Payback =Tahun sebelum penutupan penuh +
Semakin pendek periode pemulihan, maka semakin baik. Dalam metode ini, apabila
perushaan sudah mendapatkan hasil analisinya, maka harus ada pemilihan terhadap proyek
yang akan dipilih. Mutually exclusive berarti, jika satu proyek diplih, maka yang lainnya
harus ditolak. Sedangkan proyek independen merupakan proyek dimana arus kasnya tidak
bergantung satu dengan yang lainnya.
Beberapa perusahaan menggunakan suatu varian pemulihan reguler, yaitu periode
pemulihan yang didiskontokan, yang mana hal ini juga serupa dengan periode pemulihan
secara reguler, kecuali bahwa arus kas yang diharapkan didiskontokasn dengan biaya modal
proyek. Jadi, periode pemulihan yang didiskontokan didefenisikan sebagai jumlah tahun yang
dibuthkan untuk menutup investasi dari arus kas bersih yang didskontokan.
Pada pemulihan ( payback ) adalah jenis perhitungan “impas” ( breakeven ), yang
mana artinya adalah jika arus kas masuk berada pada tingkat yang diharapkan sampai tahun
pemulihan, maka proyek itu akan impas.
Pada pemulihan secara reguler, tidak memperhitungkan adanya biaya modal, tidak
ada biaya utang atau ekuitas yang digunakan untuk menjalankan proyek tercermin dalam arus
kas satau perhitungan. Pemulihan yang didiskontokan memperhitungkan biaya modal, hal ini
memperlihatkan tahun impas setelah tertutupnya biaya utang dan ekuitas.
Kelemahan utama dari metode ini adalah bahwa metode ini mengabaikan arus kas
yang dibayarkan atau yang diterima setelah periode pemulihan. Walaupun metode tersebut
memiliki beberapa kesalahan, namun metode tersebut memberikan informasi tentang berapa
lama dana akan terikat dalam proyek.
Jadi, semakin pendek periode pemulihan, sementara yang lain dianggap konstan,
semakin besar likuiditas proyek. Arus kas yang diharapkan dalam jangka panjang umumnya
lebih berisisko daripada arus kas jangka pendek, maka pemulihan seringkali digunakan
sebagai salah satu indikator dari tingkat risiko proyek.

2.7.2 Nilai Sekarang Bersih (NPV)


Setelah kelemahan metode pemulihan, maka ada metode lain yang di jadikan sebagai
alternatif pilihan dalam mengevaluasi keefektifan proyek. Salah satu metode seperti itu
adalah metode nilai sekarang bersih (net present value = NPV ), dimana metode ini
mengandalkan pada teknik arus kas yang didiskontokan ( discounted cash flow ). Beberapa
proses dalam teknik ini antara lain :
 Tentukan nilai sekarang dari setiap arus kas, termasuk arus kas masuk dan arus kas keluar,
yang didiskontokan pada modal proyek.
 Jumlah arus kas yang didiskontokan ini merupakan hasil sebagai NPV proyek.
 Jika NPV adalah positv, maka proyek harus diterima, sementara jika negativ, maka proyek
tersebut harus di tolak.
Persamaan untuk NPV ini adalah:
NPV=CF0+
NPV = net present value
CF = arus kas bersih yang di harapkan
t = periode waktu yang ditentukan
k = biaya modal proyek
n = umur proyek
Alasan yang rasional untuk menggunakan metode ini adalah kejelasan yang disediakan
oleh metode ini. NPV sebesar nol menyiratkan bahwa arus kas proyek sudah mencukupi
untuk membayar kembali modal yang diinvestasikan dan memberikan tingkat pengembalian
yang dibutuhkan atas modal.
Apabila NPV yang dihasilkan positiv, maka proyek tersebut akan menghasilkan lebih
banyak kas dari yang dibuthkan untuk menutupi utang dan memberikan pengembalian yang
diperlukan kepada pemegang saham, dan kelebihan kas ini hanya akan bertambah kepada
pemegang saham. Oleh karena itu, jika perusahaan mengambil proyek yang menghasilkan
perhitungan NPV positiv, maka akan memberikan peningkatan terhadap posisi pemegang
saham dalam perusahaan.
2.7.3 Tingkat Pengembalian Internal ( IRR )
IRR didefenisiskan sebagai tingkat diskonto yang menyamakan nilai sekarang dari arus
kas masuk proyek yang diharapkan terhadap nilai sekarang dari arus kas masuk proyek yang
diharapkan terhadap nilai sekarang dari biaya proyek.

PV ( arus masuk ) = PV ( biaya investasi )


CF0+
NPV =
Jika arus kas adalah konstan dari tahun ke tahun, maka kita akna memmiliki anuitas, dan
kita dapat menggunakan faktor anuitas untuk mencari IRR. Namun, apabila arus kas tidak
konstan, maka akan sulit untuk menghitung IRR.
Secara matematis, baik metode NPV maupun IRR akan memberikan keputusan
menerima atau menolak yang sama atas proyek independen, karena jika NPV positiv, maka
IRR akan melebihi k. Namun, NPV dan IRR dapat membuat peringkat yang berbeda untuk
proyek mutually excusive .
Ada beberapa alasan rsional mengapa tingkat diskonto tertentu menyamakan biaya
proyek dengan nilai sekarang penerimaannya, antara lain :
 IRR proyek adalah tingkat pengembalian yang diharapakan (expected return)
 Jika IRR melebihi biaya dana yag digunakan untuk membiayai proyek, maka akan terdapat
surplus setelah pembayaran modal, dan surplus ini akan menjadi bagian pemegang saham.
 Oleh karena itu, memilih proyek yang IRR nya melebihi biaya modal meningkatkan
kekayaan pemegang saham.
 Disisi lain, apabila IRR lebih kecil daripada biaya modal, maka memilih proyek ini akna
menimbulkan biaya bagi pemegang saham sekarang.
 Hal ini merupakan karaktertistik breakeven yang mebuat IRR berguna dalam megevaluasi
proyek modal.

2.7.4 Tingkat Pengembalian Internal yang diModifikasi (MIRR)


Para manajer lebih menarik untuk mengevaluasi investasi dalam istilah persentase
tingkat pengembalian dibandingkan dolar NPV. Kita dapat memodifikasi IRR dan
menjadikan indikator profitabilitas yang relatif lebih baik, sehingga lebih baik untuk
digunakan dalam penganggaran modal.
MIRR memiliki keunggulan yang signifikan apabila dibandingkan dengan IRR biasa.
MIRR mengasumsikan bahwa arus kas dari semua proyek direinvestasikan pada biaya modal.
Sedangkan pada IRR reguler mengasumsikan bahwa arus kas dari setiap proyek
diinvestasikan pada IRR proyek. Karena reinvestasi pada biaya modalumumnya lebih benar,
maka MIRR adalah indikator yang lebih baik dari profitabilitas proyek yang sesungguhnya.
Kita dapat menyimpulkan bahwa MIRR lebih unggul daripada IRR reguler sebagai
indikator dari tingkat pengembalian proyek yang sebenarnya atau tingkat pengembalian
jangka panjang.
Rumus :
PV Biaya = PV nilai terminal

kasus
Capital Budgeting

CONTOH SOAL
PT. Maju Tak Gentar mengajukan dua proposal proyek untuk di analisis. Data tentang kedua
proposal proyek tersebut adalah sebagai berikut:
Proyek “A” Proyek “B”
Kebutuhan investasi Rp 250.000.000 Rp 200.000.000
Nilai residu Rp 50.000.000 Nihil
Umur ekonomis 5 tahun 5 tahun
Bunga modal 15% 15%
Pola penjualan untuk lima tahun mendatang sebagai berikut :
Proyek “A” Proyek “B”
Tahun 1 Rp 525.000.000 Rp 400.000.000
Tahun 2 Rp 400.000.000 Rp 400.000.000
Tahun 3 Rp 550.000.000 Rp 200.000.000
Tahun 4 Rp 450.000.000 Rp 250.000.000
Tahun 5 Rp 150.000.000 Rp 250.000.000
Biaya dan pajak yang harus diperhitungkan dari masing-masing proyek setiap tahun adalah
sebagai berikut :
Proyek “A” Proyek “B”
Biaya tetap per tahun Rp 100.000.000 RP 75.000.000
Biaya variabel 60% 50%
Pajak keuntungan 40% 40%
Dalam biaya tetap sudah termasuk biaya penyusutan dan biaya bunga baik untuk proyek “A”
maupun proyek “B”.

Ditanyakan :
1. Menentukan pola EAT untuk kedua proyek
2. menentukan proyek yang dipilih berdasarkan PBP (Pay Back Period)
3. Menentukan proyek yang dipilih berdasarkan NPV (discount rate 15%)
4. Hitunglah profitability indek kedua proyek
5. Kesimpulan yang dapat diambil jika kedua proyek bersifat contigent? dengan asumsi dana
cukup tersedia.

Penyelesaian :
1. Pola EAT proyek “A” (dalam rupiah)
Pajak
T Penjualan FC ( VC ( TC ( EBT ( EAT (
40%
h (Rp) Rp) Rp) Rp) Rp) Rp)
(Rp)
1 525.000.0 100.000.0 315.000.0 415.000.0 110.000.00 44.000.00 66.000.000
00 00 00 00 0 0
2 400.000.0 100.000.0 240.000.0 340.000.0 60.000.000 24.000.00 36.000.000
00 00 00 00 0
3 550.000.0 100.000.0 330.000.0 430.000.0 120.000.00 48.000.00 72.000.000
00 00 00 00 0 0
4 450.000.0 100.000.0 270.000.0 370.000.0 80.000.000 32.000.00 48.000.000
00 00 00 00 0
5 150.000.0 100.000.0 90.000.00 190.000.0 (40.000.00 - (40.000.00
00 00 0 00 0) 0)

Pola EAT proyek “B” (dalam rupiah)


Pajak
T Penjualan FC ( VC ( TC ( EBT ( EAT (
40%
h (Rp) Rp) Rp) Rp) Rp) Rp)
(Rp)
1 400.000.0 75.000.00 200.000.0 275.000.0 125.000.00 50.000.00 75.000.000
00 0 00 00 0 0
2 400.000.0 75.000.00 200.000.0 275.000.0 125.000.00 50.000.00 75.000.000
00 0 00 00 0 0
3 200.000.0 75.000.00 100.000.0 175.000.0 25.000.000 10.000.00 15.000.000
00 0 00 00 0
4 250.000.0 75.000.00 125.000.0 200.000.0 50.000.000 20.000.00 30.000.000
00 0 00 00 0
5 250.000.0 75.000.00 125.000.0 200.000.0 50000.000 20.000.00 30.000.000
00 0 00 00 0

2. Pola Proceed proyek “A” Pola Proceed proyek “B”


T
T Penyusuta h Penyusuta
EAT Proceed EAT Proceed
h n n

1 400.000.00 75.000.000 200.000.00 1 125.000.00 50.000.000 75.000.000


0 0 0
2 400.000.00 75.000.000 200.000.00 2 125.000.00 50.000.000 75.000.000
0 0 0
3 200.000.00 75.000.000 100.000.00 3 25.000.000 10.000.000 15.000.000
0 0
4 250.000.00 75.000.000 125.000.00 4 50.000.000 20.000.000 30.000.000
0 0
5 250.000.00 75.000.000 125.000.00 5 50000.000 20.000.000 30.000.000
0 0

Proceed proyek “A” Proceed proyek “B”


Tahun 1 Rp. 106.000.000 Tahun 1 Rp. 115.000.000
Tahun 2 Rp. 76.000.000 + Total out lay Rp. 200.000.000 -
Jumlah Rp. 182.00.000 Kekurangan Rp. 85.000.000
Total out lay Rp. 250.000.000 -
Kekurangan Rp. 68.000.000

Waktu = x 12 bulan Waktu = x 12 bulan


Waktu = 7,3 bulan Waktu = 8,9 bulan
PBP proyek “A” = 2 tahun PBP proyek “B” = 1 tahun 8,9 bulan
Proyek yang baik di pilih berdasarkan PBP adalah proyek “B”

3. Net present value


Proyek “A” Proyek “B”
Proceed DF 15% PV Proceed DF 15% PV
106.000.00 0,870 92.220.000 115.000.00 0,870 100.050.00
0 0
76.000.000 0,756 57.456.000 115.000.00 0,756 86.940.000
0
112.000.00 0,658 73.696.000 55.000.000 0,658 36.190.000
0
88.000.000 0,572 50.336.000 70.000.000 0,572 40.040.000
50.000.000 0,497 24.850.000 70.000.000 0,497 34.790.000
Total present value 298.558.00 Total present value 298.010.00
0 0
Present value out lay 250.000.00 Present value out lay 200.000.00
0 0
Net present value (NPV) 48.558.000 Net present value (NPV) 98.010.000

Proyek yang baik untuk dipilih berdasarkan NPV adalah proyek “B”

4. Profitability indek (PI)


Proyek “A” Proyek “B”
PI = = 1,19 PI = = 1,49

5. PI gabungan = = 1,33
Kesimpulan : kedua proposal proyek dapat diterima karena menghasilkan PI gabungan lebih
besar dari satu.

DAFTAR PUSTAKA
Brigham, Eugene.F Gepenski, Louis C. 2008. Financial Manajemen Theory and Practice
Ross Westerfield Jeff. 2010. Corporate Finance 9th Edition. Irwin, McGraw-Hill

Anda mungkin juga menyukai