Anda di halaman 1dari 3

Tugas Mata Kuliah Komunikasi Kelompok

Meiliana Choiriyah/ G34120049

Beberapa teori-teori yang mendasari terbentuknya komunikasi kelompok,


yaitu:
1. Plato
Pemikiran Plato merupakan suatu pemikiran yang sangat mempengaruhi
dalam beberapa bidang pengetahuan terutama Filsafat dan pemikiran politiknya.
Plato tidak menafikan tentang harus adanya keselarasan kepentingan antara orang-
orang dengan negara atau masyarakat, tetapi keselarasan itu menurut pendapatnya
bukanlah dengan menyamakan kepentingan negara dengan kepentingan orang -
seorang, melainkan sebaliknya, yaitu kepentingan orang-seoranglah yang harus
disesuaikan dengan kepentingan masyarakat. Dengan demikian Plato lebih
cenderung untuk menciptakan adanya rasa kolektivisme, rasa bersama, dari pada
penonjolan pribadi orang-seorang. Organisme adalah suatu kesatuan yang bulat
dimana tiap anggota atau bagiannya merupakan alat yang tidak dapat dipisahkan
dari rangka keseluruhan, dimana tiap anggota mempunyai fungsi atau tujuan
tertentu yang sesuai dengan tujuan dari Organisme yang lebih besar.
Plato mengemukakan adanya analogi antara jiwa dan negara. Unsur yang
dijumpai pada jiwa, dijumpai pula pada negara. Pada jiwa terdapat unsur
keinginan, seperti lapar, dahaga, dan cinta. Adapula unsur logos (akal) yang
dengannya manusia dapat belajar mengetahui sesuatu, dan karena mengetahui itu
maka manusia mencintainya pula. Diantara kedua unsur itu dijumpai unsur
semangat, yang menyangkut soal kehormatan. Unsur ini memberikan inspirasi
manusia untuk bertempur, tetapi bukan didorong oleh rasa berontak terhadap
ketidakadilan, dan rasa tunduk pada keadilan. Dalam jiwa, unsur ini berada
diantara kedua unsur yang lain disertai kecenderungan untuk berpihak pada akal.
Selaras dengan adanya ketiga unsur di dalam jiwa itu, maka dalam negarapun,
terdapat tiga jenis kelas dengan fungsi masing-masing. Tiga jenis kelas tersebut
adalah kelas Penguasa (yang mengetahui segala sesuatu), kelas pejuang atau
Pembantu Penguasa (yang penuh semangat), dan kelas Pekerja (yang lebih
mengutamakan keinginan dan nafsu.
Dengan demikian ketiga unsur jiwa tadi membentuk susunan negara.
Adanya keinginan menyebabkan adanya asosiasi, perhubungan dan pergaulan
antara manusia, suatu dasar pokok bagi adanya masyarakat atau negara. Manusia
tidak dapat berdiri sendiri, ia memerlukan manusia lain. Terutama saling
memerlukan kerjasama dalam mencukupi kebutuhan jasmani, seperti makan-
minum, menyebabkan manusia itu tidak dapat berdiri sendiri.

2. Machiavelli
Bagi Machiavelli kekuasaan adalah raison d’etre Negara. Negara juga
merupakan simbolisasi tertinggi kekuasaan politik yang sifatnya mencakup semua
dan mutlak. Machiavelli memiliki obsesi terhadap negara kekuasaan dimana
kedaulatan tertinggi terletak pada kekuasaan penguasa dan bukan rakyat dan
prinsip-prinsip hukum.
Dalam kaitannya dengan kekuasaan seorang penguasa, Machiavelli
membahas perebutan kekuasaan (kerajaan). Bila seorang penguasa berhasil
merebut suatu kerajaan maka ada cara memerintah dan mempertahankan negara
yang baru saja direbut itu, yaitu :

1. Memusnahkannya sama sekali dengan membungihanguskan negara dan


membunuh seluruh keluarga penguasa lama, tidak boleh ada yang tersisa dari
keluarga penguasa lama sebab hal itu akan menimbulkan benih-benih
ancaman terhadap penguasa baru suatu saat kelak.
2. Dengan melakukan kolonisasi, mendirikan pemukiman-pemukiman
baru dan menempatkan sejumlah besar infantri di wilayah koloni serta menjalin
hubungan baik dengan Negara-negara tetangga terdekat. Dari kedua cara tersebut,
menurut Machiavelli cara pertama adalah cara yang paling efektif meski
bertentangan dengan aturan moralitas

3. Jean Jacques Rousseau


Salah satu teori mengenai terbentuknya negara yaitu teori spekulatif, teori
ini yang memnunculkan teori kontak sosial yang dianut oleh beberapa
filsafatseperti Jean Jacques Rousseau. Kontrak sosial ini merupakan sebuah
perjanjian antara rakyat dengan para pemimpin atau antara individu-individu yang
tergabung dalam komunitas tertentu. Istilah ini juga digunakan dalam argumentasi
yang berupaya menjelaskan hakikat kegiatan politik atau tanggung jawab seorang
pemimpin. Setiap pemikiran mengenai negara dan masyarakat akan menghasilkan
paham-paham yang mendasarkan adanya negara dan masyarakat itu pada
persetujuan anggota-anggotanya. Teori kontrak sosial berkembang dan
dipengaruhi oleh pemikiran jaman Pencerahan atau Enlightenment yang ditandai
dengan rasionalisme, realisme, dan humanisme, yang menempatkan manusia
sebagai pusat gerak dunia. Pemikiran bahwa manusia adalah sumber kewenangan
secara jelas menunjukkan kepercayaan terhadap manusia untuk mengelola dan
mengatasi kehidupan politik dan bernegara.
Rousseau berpendapat bahwa dalam mendirikan negara dan masyarakat
kontrak sosial sangat dibutuhkan. Namun Rousseau berpendapat bahwa negara
dan masyarakat yang bersumber dari kontrak sosial hanya mungkin terjadi tanpa
paksaan. Negara yang disokong oleh kemauan bersama akan menjadikan manusia
seperti manusia sempurna dan membebaskan manusia dari ikatan keinginan,
nafsu, dan naluri seperti yang mencekamnya dalam keadaan alami. Manusia akan
sadar dan tunduk pada hukum yang bersumber dari kemauan bersama. Terdapat
konsep mengenai negara menurut Rousseau. Konsep pertama Rousseau mengenai
negara adalah hukum (law). Menurutnya, kekuasaan legislatif harus di tangan
rakyat sedangkan eksekutif harus berdasar pada kemauan bersama. Rakyat
seluruhnya, dianggap sejajar dengan penguasa manapun, mengadakan sidang
secara periodik dan ini meminggirkan fungsi eksekutif.

4. John Locke
Konsep kontrak sosial menurut John Locke pada dasarnya manusia yang
satu dengan yang lainnya pada dasarnya sama, akan tetapi manusia bisa
menentukan mana yang benar dan salah, sehingga tidak perlu khawatir untuk
kehidupan manusia yang lain. Namun ketika pemikiran yang baik itu disertai
dengan nafsu, maka akan menjadi tidak terkontrol dan melanggar hak-hak orang
lain sehingga masih terdapat potensi terjadinya ketidakamanan, dari kondisi
tersebut, maka manusia menyerahkan sebagian hak-haknya kepada pihak yang
diajak untuk membuat kontrak sosial untuk menjamin keamanan mereka.
Meskipun sudah ada hukum alam yang mengatur manusia, menurut John Locke,
tetap saja masih diperlukan beberapa aturan hukum lain selain yang ada bersifat
moral karena “hukum alam”. Dengan adanya ketidakpastian dan rasa tidak aman
bagi manusia untuk menikmati hak pribadi dan hak miliknya itulah, maka mereka
menyelenggarakan perjanjian masyarakat untuk membentuk masyarakat yang
selanjutnya membentuk negara. Oleh karena itu, solusi Locke adalah menyusun
badan legislatif yang membuat hukum, badan eksekutif yang melaksanakan, dan
kekuasaan federatif yang menyangkut dalam pembuatan perjanjian dan
persekutuan. Jika ditilik, asal usul negara menurut Locke dan Rousseau hampir
sama, yaitu kehidupan individu bebas dan sederajat. Teori Kontrak Sosial
Rousseau dan Locke juga sama-sama mengelompokkan manusia pada dua masa,
pra-negara dan bernegara. Keduanya juga memasukkan nilai kemanusiaan pada
pemikirannya.
Dapat disimpulkan pula bahwa kontrak sosial menurut John Locke dapat
diartikan sebagai penyerahan hak-hak alamiah, tetapi individu tidak menyerahkan
kepada komunitas tersebut hak-hak alamiahnya yang substansial, tetapi hanya hak
untuk melaksanakan hukum alam. Hak individu merupakan hak alamiah yang
dimiliki manusia. Prinsip yang menggerakkan terwujudnya kontrak sosial adalah
keinginan menghindari gangguan. Berbeda dengan pemikiran tokoh sebelumnya,
Rousseau memandang sifat dasar manusia adalah saling bekerjasama sehingga
tidak terjadi perkelahian. Hal ini disebabkan oleh situasi manusia yang lemah
dalam menghadapi alam. Sifat bekerja sama mereka inilah yang kemudian
tertampung dalam sebuah organisasi. Organisasi tersebut memunculkan seseorang
yang mendominasi dan memiliki hak-hak istimewa sehingga berpotensi terjadi
kekuasaan tunggal. Untuk menghindari terjadinya kekuasaan tunggal, maka perlu
dibentuk kontrak sosial dalam masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai