Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN KASUS

* Pendidikan Profesi Dokter / G1A216061 / Agustus 2018


** Preseptor

TINIA KOPORIS
*M. Kadafi, **dr. Azwar Djauhari M. Sc

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER


BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
PUSKESMAS TAHTUL YAMAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JAMBI
2018

1
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN KASUS

TINIA KORPORIS

Oleh:

M. Kadafi
G1A216061

Sebagai salah satu tugas program pendidikan profesi dokter


Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Jambi
2018

Jambi, Agustus 2018

Preseptor,

dr. Azwar Djauhari M. Sc

2
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
laporan kasus yang berjudul “TINIA KORPORIS” sebagai kelengkapan
persyaratan dalam mengikuti Pendidikan Profesi Dokter Bagian Ilmu Kesehatan
Masyarakat di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Jambi.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada dr. Azwar Djauhari M. Sc yang
telah meluangkan waktu dan pikirannya sebagai pembimbing sehingga penulis
dapat menyelesaikan laporan ini.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak sangat diharapkan.
Selanjutnya, penulis berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat dan menambah
ilmu bagi para pembaca.

Jambi, Agustus 2018

Penulis

3
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ................................................................... i


KATA PENGANTAR ........................................................................... ii
DAFTAR ISI ....................................................................................... iii
BAB I STATUS PASIEN ....................................................................... 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................ 9
BAB III ANALISA KASUS ................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 19
LAMPIRAN ............................................................................................ 20

4
BAB I
STATUS PASIEN
I. PASIEN
1. Identitas Pasien
Nama : Ny. N
Umur : 50 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Pendidikan : SD
Alamat : RT 04 Tahtul Yaman

2. Latar Belakang Sosial-Ekonomi-Demografi-Lingkungan Keluarga


a. Status perkawinan : Menikah
b. Jumlah anak : 3 orang
c. Saudara : anak ke 1 dari lima bersaudara
d. Status ekonomi keluarga : cukup
e. Kondisi rumah :
Rumah semi permanen dengan ukuran ± 6 x 10 m2. Pasien tinggal
di Rumah panggung berlantai kayu dan beratap genteng. Memiliki 1 ruang
tamu yang menyatu dengan ruang keluarga dan ruang makan, 1 kamar tidur,
1 dapur dan 1 kamar mandi. Sumber air dari PDAM. Kamar mandi
menggunakan wc jongkok. Kondisi rumah lembab dan kurang pencahayaan
karena ventilasi yang kurang.
f. Kondisi lingkungan sekitar rumah
Lingkungan sekitar rumah tidak begitu padat, pasien tidak memiliki
pekarangan rumah yang luas

3. Aspek Perilaku dan Psikologis dalam Keluarga


Pasien mempunyai suami dan mempunyai 3 orang anak. Pasien juga tinggal
bersama ibu pasien. Semua anak pasien laki-laki, anak pertama umur 27 tahun,
anak kedua umur 25 tahun dan anak kedua umur 20 tahun . Keharmonisan

5
keluarga pasien biasa-biasa saja. Tidak ada masalah dalam hubungan satu sama
lain.

4. Keluhan Utama
Gatal-gatal di badan sejak 1 bulan yang lalu sebelum ke Puskesmas
5. Riwayat Penyakit Sekarang :
1. Pasien mengeluh gatal-gatal di badan, di punggung belakang, di pelipis kiri
dan sekitar pantat sudah sejak 1 bulan ini. Awalnya muncul sedikit- sedikit
saja, disertai warna kemerahan, bentuk seperti keringet buntet, terasa agak
basah. Karena merasa gatal sangat mengganggu pasien sering menggaruk-
garuk bagian tubuhnya dan sekitar pantat sehingga disertai luka, terasa perih
dan warna menjadi kehitaman. Gatal terutama dirasakan waktu berkeringat,
gatal di daerah kepala tidak ada, gatal di antara jari- jari kaki juga tidak ada.
Gatal juga tidak timbul waktu pasien makan-makanan tertentu seperti ikan
laut atau ayam potong, Pasien juga memilihara kucing. Pasien mengaku
cukup jarang mandi sehari - hari

6. Riwayat Penyakit Dahulu


 Riwayat mengalami keluhan serupa sebelumnya (-)
 Alergi (-)
7. Riwayat penyakit keluarga
 Keluarga yang mengalami keluhan serupa (-)
 Alergi (-)
8. Riwayat Makan, Alergi dan Perilaku Kesehatan
 Riwayat pola makan tidak teratur dan cukup sering makan makanan
bersantan diakui pasien.
 Riwayat alergi makanan dan obat-obatan tidak ada
 Riwayat merokok dan minum alkohol disangkal.
 Pasien jarang berolahraga dan kurang tidur

9. Pemeriksaan Fisik

6
Keadaan umum : tampak sakit ringan
Kesadaran : compos mentis
Tanda vital :
TD : 110/80 mmHg
Nadi : 60 x permenit
RR : 16 x permenit
Suhu : 36,80C
BB : 60 kg
TB : 150 cm
IMT : 26 (overweight)
Kepala :
Mata : Konjunctiva anemis (-/-). Sklera ikterik (-/-). Pupil
isokor. Refleks cahaya (+/+)
THT : Tidak ada kelainan
Leher : Pembesaran KGB (-), pembesaran tiroid (-)

Pulmo :
Pemeriksaan Kanan Kiri
Inspeksi Simetris Simetris
Palpasi Stem fremitus normal Stem fremitus normal
Perkusi Sonor Sonor
Auskultasi Vesikuler (+) Vesikuler (+)
Wheezing (-), rhonki (-) Wheezing (-), rhonki (-)

Jantung :
Inspeksi Ictus cordis tidak terlihat.
Palpasi Ictus cordis teraba di ICS IV linea midclavicula kiri, tidak
kuat angkat.
Perkusi Batas-batas jantung :
Atas : ICS II linea parasternalis kiri

7
Kanan : ICS IV linea sternalis kanan
Kiri : ICS IV linea midclavicula kiri
Auskultasi BJ I/II regular, murmur (-), gallop (-)

Abdomen :
Inspeksi Cembung, massa (-), jaringan parut (-), bekas operasi (-)
Palpasi Nyeri tekan (-), defans musculer (-), hepatomegali (-),
splenomegali (-), nyeri ketok costovertebra (-/-)
Perkusi Timpani
Auskultasi Bising usus (+) normal

Ekstremitas Superior : akral hangat, edema (-/-)


Ekstremitas Inferior : akral hangat, edema (-/-)

10. Pemeriksaan penunjang


-
11. Diagnosa Kerja
Tinea Korporis

12. Diagnosa Banding


 Dermatitis alergika
 Dermatitis Seboroik
 Pytiriasis rosea

13. Manajemen
 Promotif
 Mengatur pola makan yang benar, makan makanan yang bersih.

8
 Lakukan olah raga secara teratur.
 Mengkonsumsi obat secara rutin.
 Menerangkan kepada pasien tentang bahayanya penyakit hipertensi dan
komplikasinya.
 Preventif
 Menyarankan agar pasien menjaga pola makannya dengan diet rendah
garam, rendah lemak dan tinggi serat
 Menyarankan agar pasien banyak banyak berolahraga.
 Menyarankan agar pasien teratur minum obat dan memeriksakan tekanan
darahnya ke puskesmas secara berkala.
 Menyarankan untuk mengurangi beban pikiran.
 Kuratif
Non farmakologi
 Edukasi mengenai panyakit, faktor penyebab/pencetus dan
pengobatannya.
 Istirahat

Farmakologi
a. ketoconazole 1 x 200 mg/hari
b. miconazole ointment atau cream 2-3x sehari sesudah mandi atau
sebelum tidur selama 3 minggu
c. Cetirizin 1x1 tab/hari

Obat tradisional
Ramuan Hipertensi
 Siapkan rimpang kunyit seukuran 1 jari.
 Ditambah dengan segenggam daun asam jawa
 Kedua herba dicuci bersih, kemudian dipipis atau dihaluskan dengan
menambahkan sedikit air hangat.

9
 Tempelkan ramuan salep alami pada luka kurap, dan diganti setiap
3 jam

Disability Limitation
Jelaskan pada pasien bahwa Tinea penyakit yang menyebar ke seluruh
tubuh yang dimana ditularkan lewat tangan yang menggaruknya
 Rehabilitatif
Memantau tinea pasien secara rutin. Hal ini dilakukan dengan kerja sama
dari pasien tersebut dengan mengikuti saran dokter untuk datang secara berkala

10
Resep puskesmas Resep ilmiah 1

Dinas Kesehatan Kota Jambi Dinas Kesehatan Kota Jambi


Puskesmas Tahtul Yaman Puskesmas Tahtul Yaman
Pelayangan, Sebrang Pelayangan, Sebrang
dr. Ririn Octarina dr. Ririn Octarina
SIP. 24061995 SIP. 24061995
STR. 19952406 STR. 19952406
Tanggal : Tanggal :

Resep ilmiah 2 Resep ilmiah 3

Pro : Pro :
Umur : Umur :
BB : BB :
Alamat
Dinas: Kesehatan Kota Jambi Alamat
Dinas: Kesehatan Kota Jambi
Puskesmas Tahtul Yaman Puskesmas Tahtul Yaman
Pelayangan, Sebrang Pelayangan, Sebrang
dr. Ririn Octarina dr. Ririn Octarina
SIP. 24061995 SIP. 24061995
STR. 19952406 STR. 19952406
Tanggal : Tanggal :

Pro : Pro :
Umur : Umur :
BB : BB :
Alamat : Alamat :

11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 DEFINISI
Mikosis superfisial disebabkan oleh jamur yang hanya menyerang
jaringan yang berkeratin, i.e. stratum korneum, rambut dan kuku. Ia bisa dibagi
lagi menjadi infeksi yang menimbulkan secara minimal, jika ada, menyebabkan
respon inflamasi e.g. Pitiriasis (Tinea) versikolor, dan yang bisa menyebabkan
peradangan kulit (kutaneus), e.g. dermatofitosis 1.
Tinea korporis merujuk pada semua dermatofitosis pada kulit gundul
kecuali telapak tangan, telapak kaki dan pangkal paha 2 . Ini termasuk lesi pada
batang tubuh dan tungkai 3.

2.2. EPIDEMIOLOGI
Faktor predisposisi infeksi mikosis datangnya dari hewan peliharaan yang
merupakan faktor terpenting, khususnya spesies zoofilik. Seterusnya, yang
memiliki sejarah pribadi, atau kontak yang dekat dengan penderita tinea kapitis
atau tinea pedis. Penderita tinea korporis yang mempunyai pekerjaan atau yang
sering berekreasi dimana mereka sering terpapar (misalnya perumahan militer,
gimnasium, ruang loker, pekerjaan di luar ruangan, gulat), mempunyai kontak
dengan pakaian dan furniture yang terkontaminasi, dan mengalami
imunosupresi 3. Meluasnya tinea korporis mungkin merupakan tanda dari
Acquired Iimmunodeficiency Syndrome (AIDS), atau mungkin terkait dengan
penggunaan kortikosteroid topikal atau inhibitor kalsineurin 4. Anak-anak lebih
berpotensi untuk tertular patogen zoofilik, terutama Microsporum canis dari
anjing dan kucing 2. Tapi itu bisa terjadi pada usia berapapun 5. Laki-laki lebih
besar potensi untuk tertular berbanding perempuan 5.
Pakaian dan, iklim lembab hangat terkait dengan seringnya dan parahnya
suatu infeksi kerana ia menciptakan suatu lingkungan di mana dermatofit dapat
berkembang biak 2. Jalur penularannya dari infeksi manusia atau hewan. Ia bisa

9
menginfeksi melalui fomites, atau melalui autoinokulasi dari reservoir seperti
kolonisasi kaki disebabkan oleh Trichophyton rubrum 2.

2.3 ETIOLOGI
Trichophyton rubrum, Microsporum canis, dan Trichophyton
mentagrophytes adalah penyebab yang paling sering ditemukan. Lesi
kelompok kecil biasanya disebabkan oleh paparan terhadap hewan peliharaan
yang mengandung Microsporum canis 4.
Jamur zoonosis yang lain, seperti granular zoofilik, Trichophyton
mentagrophytes terkait dengan tikus bambu Asia Tenggara, yang dapat
menyebabkan wabah yang sangat meluas inflamasinya 4. Wabah tinea korporis
yang disebabkan oleh Trichophyton tonsurans dilaporkan banyak terjadi pada
mahasiswa dan pegulat 5.

Spesis Hos Gambaran klinis Frekuensi


Trichophyton
Trichophyton rubrum Manusia. Tinea pedis, tinea manum, Sering.
tinea korporis, onikomikosis.
Trichophyton Manusia. Tinea korporis, tinea fasialis, Sering pada
mentagrophytes tinea barbae, tinea kapitis.
anak- anak.
var. interdigitale
var. granulosum Tikus, babi guinea.
Trichophyton erinacei Landak. Tinea korporis, Jarang.
tinea manum.
Trichophyton Sapi, kuda. Tinea korporis, tinea Sering.
verrucosum barbae, tinea kapitis
(biasanya kerion).
Trichophyton Manusia. Tinea kapitis, tinea barbae, Umum di
violaceum tinea korporis.
Mediterania
wilayah.
Trichophyton Manusia. Tinea kapitis (black dot), Umum di
tonsurans tinea korporis.
Amerika
Utara dan
Amerika
Tengah.

10
Trichophyton Manusia Tinea kapitis (favus), Jarang; di
schoenleinii Onikomikosis.
daerah
endemic.
Epidermophyton
Epidermophyton Manusia. Tinea inguinalis, tinea Jarang.
floccosum pedis, tinea korporis.
Microsporon
Microsporon canis Anjing, kucing. Tinea kapitis, tinea korporis Sering.
Microsporon Tanah. Tinea kapitis, tinea korporis Sering.
gypseum
Microsporon Manusia. Tinea kapitis Sering
audouinii
(Jarang di
Amerika
Utara)

Tabel 1: Etiologi infeksi dermatofitosis 6.

2.4 PATOGENESIS
Infeksi alami didapatkan melalui deposisi arthrospores atau hifa pada
permukaan kulit individu yang rentan terhadap infeksi. Sumber infeksi
biasanya berasal dari lesi aktif pada hewan atau manusia lain, meskipun
transmisi fomite diketahui terjadi, dan infeksi dari tanah adalah yang sering
terjadi dalam beberapa kejadian. Pada anak-anak yang terinfeksi Trichophyton
rubrum dan Epidermophyton floccosum, separuh dari infeksi dapat berasal dari
orang tua mereka 3.
Di bangsal geriatri, epidemi mungkin terjadi diantara pasien.
Menyebarnya dari infeksi lokal yang sudah ada (misalnya kaki, lipat paha, kulit
kepala dan kuku) tidak lazim terjadi. Invasi kulit pada tempat infeksi diikuti
oleh penyebaran sentrifugal melalui lapisan epidermis yang bertanduk. Setelah
periode pembentukan (inkubasi) ini, yang biasanya berlangsung 1-3 minggu,
respon jaringan terhadap infeksi menjadi semakin jelas 3.

11
Munculnya ciri khas dari infeksi iaitu banyak lesi yang berbentuk
annular, hasil dari eliminasi jamur dari pusat lesi, dan resolusi berikutnya
adanya respon host inflamasi di lokasi tersebut. Daerah ini biasanya menjadi
resisten terhadap terjadinya infeksi ulang, meskipun gelombang kedua
penyebaran sentrifugal dari situs asli mungkin terjadi dengan pembentukan
cincin inflamasi eritem yang konsentris. Namun, banyak lesi kurang memiliki
kecenderungan untuk pembersihan pada bagian sentral dari lesi sebelumnya.
Riwayat alamiah dari infeksi ini sangat bervariasi. Beberapa kasus radang
infeksi hewan dapat mengalami resolusi secara spontan dalam beberapa bulan,
sementara kasus khas seperti Trichophyton rubrum yang menyebabkan tinea
korporis dapat bertahan selama bertahun-tahun lamanya 3.

2.5 MANIFESTASI KLINIS


Lokasi terjadinya infeksi biasanya pada kulit yang terpapar, kecuali jika
infeksinya merupakan perpanjangan dari infeksi yang sudah ada. Dalam kasus
tersebut, infeksi dapat menyebar dari kulit kepala, bawah leher ke bagian badan
yang atas, atau dari lipat paha ke bokong dan badan bagian bawah 3. Presentasi
klasik dari infeksi ini adalah lesi annular yang bersisik di seluruh perbatasan
yang eritem. Perbatasan ini sering bersifat vesikular dan sentrifugal. Pusat lesi
biasanya bersisik tapi kelihatan seperti pembersihan. Lesi bisa serpiginous dan
annular (seperti 'lingkaran-cacing "). Cincin konsentris yang bersifat vesikuler
menandakan ciri-ciri dari tinea inkognito yang disebabkan oleh Trichophyton
rubrum, sedangkan cincin konsentris tinea imbrikata menunjukkan sedikit atau
tidak ada vesikulasi sama sekali 2, 7.
Lesi tunggal bisa ditemukan, atau mungkin juga ada beberapa plak yang
terbentuk. Yang keduanya ia mungkin tetap terpisah atau bergabung menjadi
satu. Pola klinis ini sering berubah terutama pada pasien dengan gangguan pada
respon imun seluler. Tingkat peradangannya juga sangat bervariasi. Fitur ini
tidak hanya tergantung pada jenis jamur dan status kekebalan dari tuan rumah,
tetapi juga bergantung dengan luasnya invasi dari folikel. Dengan demikian,
tinea korporis umumnya kurang inflamasi dibanding tinea kapitis atau tinea

12
barbae. Dalam lesi inflamasi, pustul atau vesikel dapat mendominasi dan bahkan
pada infeksi ringan dengan observasi yang ketat kita dapat mengungkapkan satu
atau dua pustul yang kecil. Pada infeksi dengan inflamasi yang kurang, sisik
merupakan temuan umum tetapi tidak konstan pada setiap infeksi. Resolusi
sentral yang sudah dinyatakan, sudah menjadi ciri khas tetapi tidak berubah-ubah
dari tinea korporis. Hal ini mungkin lebih sering pada lesi inflamasi, tetapi tidak
berarti terbatas pada itu saja. Kulit yang di bagian sentral akan menunjukkan
pigmentasi yang terjadi pasca inflamasi, perubahan tekstur atau sisa nodul kulit
yang eritem 3.
Kadang-kadang, jenis pustular yang sama seperti tinea circinata
menyerupai sebuah karbunkel atau kerion terdapat pada kulit yang berbulu. Jenis
lesi ini adalah folikulitis jamur (Majocchi Granuloma) yang paling sering,
disebabkan oleh Trichophyton rubrum dan Trichophyton mentagrophytes yang
menginfeksi pada rambut. Ia muncul sebagai lesi berbatas tegas, annular,
meninggi, berkerak, dan granuloma berawa di mana folikel yang
menggelembung dan mengandung bahan purulen yang kental. Ini paling sering
terjadi pada tulang kering atau pergelangan tangan. Lesi sering terlihat di daerah
yang terjadi sumbatan seperti bagian yang sering dicukur atau ketika
kortikosteroid topikal telah digunakan. Pada pasien imunosupresi, lesi mungkin
bersifat dalam dan nodular 4.
Tinea imbrikata (Tokelau) adalah infeksi jamur superfisial sebatas barat
daya Polinesia, Melanesia, Asia Tenggara, India, dan Amerika Tengah. Hal ini
ditandai dengan cincin konsentris yang terbentuk serta bersisik, bercak yang luas
dengan batas polisiklik. Eritema biasanya minimal. Erupsi dimulai dengan satu
atau beberapa yang ukurannya kecil, makula yang bulat di badan dan lengan.
Makula yang kecil membelah di pusat dan membentuk makula yang besar, dan
sisik yang terkelupas menempel di pinggiran. Hasilnya, makula yang
membentuk seperti cincin menyebar di perifer, dan makula yang agak kecoklatan
muncul di pusat dan mengalami proses pemecahan dan perluasan di perifer. Hal
ini berulang lagi dan lagi. Saat berkembang penuh erupsi ditandai dengan cincin
konsentris disusun atau garis bergelombang sejajar yang bersisik yang

13
bertumpang tindih antar satu sama lain seperti herpes zoster pada atap (imbrex
berarti sirap). Penyebabnya adalah jamur adalah Trichophyton concentricum 4.

1 2

14
Gambar: (1) Lesi di bagian badan atas (Makula eritema berbentuk annular R. Trunkus superior)
. (2) Lesi di bagian tungkai bawah (Makula eritema berbatas tegas skuama halus R. Palmar) 3.
8

2.6 DIAGNOSIS
Anamnesis menyeluruh dan menentukan effloresensi dari lesi kulit.
Mengambil specimen yang akan diperiksa dengan melakukan kerokan kulit
pada lesi kulit tersebut. Pertama, mendisinfeksi situs untuk mengurangi
kontaminasi. Gunakan instrumen yang steril (scalpel blade, kuret, gunting)
untuk mendapatkan jaringan dari zona perbatasan antara jaringan normal dan
yang terlibat (di mana konsentrasi organisme biasanya adalah yang tertinggi)
4, 6
.
Selain itu melakukan pemeriksaan mikroskopis. Biasanya kita akan
bisa melihat hifa atau spora setelah melarutkan keratin dalam larutan 10-15%
dari kalium hidroksida (KOH pemeriksaan). Pewarna (chlorazol hitam E) atau
fluorochromes (untuk mikroskopi fluoresen) dapat ditambahkan 4, 6, 7.

Gambar 3: Hasil pemeriksaan mikroskopis dengan larutan KOH: hifa yang panjang dan
bercabang 7.

15
Gambar 4: Mikrokonidia yang bergumpal, Makrokonidia yang berbentuk seperti rokok
kadang- kadang terlihat hifa yang spiral 7.

Kita juga bisa melakukan kultur hasil dari kerokan kulit yang telah
dilakukan. Banyak media kultur standar yang tersedia, biasanya dua kultur
dibuat, satu di media yang mengandung cycloheximide (untuk dermatofita)
dan satu tanpa (ragi dan jamur) 4, 6, 7.

Gambar 5: (a, b): SDA kultur pada hari ke 7 dan 10. (c, d): Hasil kultur dilihat dari bagian
lateral 7.

Terdapat juga pemeriksaan lampu Wood yang bisa kita lakukan kerna
ia biasanya berguna untuk mendeteksi infeksi dari spesies Microsporon dan

16
Trichophyton schoenleinii. Pemeriksaan lampu Wood yang negatif ini tidak
mengecualikan infeksi jamur 4, 6.
Bahan biopsi menunjukkan pembentukan kerak dangkal,
hiperkeratosis, parakeratosis, dan acantosis spongiosis di epidermis, dengan
mononuklear sel dan neutrofil jarang infiltrasi di dermis. Infeksi dari
dermatosis refraktori kronis sering mengungkapkan infeksi dari tinea
inkognito 4.

Gambar 6: Pembentukan kerak di superfisial, hiperkeratosis, parakeratosis, spongiosis


acantosis dan di epidermis dengan sel mononuklear dan neutrophile jarang infiltrasi dalam
dermis (H & E, x100) 9.
2.7 DIAGNOSIS BANDING
Terdapat beberapa infeksi yang dapat di jadikan diagnosa banding
bagi tinea korporis. Antarnya adalah eksema nummular, dermatitis seboroik,
psoriasis dan pitiriasis rosea 6.
Eksema nummular merupakan sumber umum kesalahan kerna ia
adalah diagnosis yang hampir sama persis dengan tinea korporis. Kronis,
gatal, dermatitis inflamasi yang terjadi dalam bentuk plak berbentuk koin
terdiri dari dikelompokkan papula kecil dan vesikel pada dasar eritematosa.
Hal ini biasanya pada ekstremitas selama musim dingin, sering terlihat pada
individu atopic 2. Plak dari papulovesicles cenderung terjadi simetris pada
tungkai 3.

17
Gambar 10: Eksema nummular (A. pruritus, bulat, nummular (koin berbentuk)
plak dengan eritema, sisik, dan kerak pada lengan bawah. B. Dari jarak dekat dari lesi pada
pasien lain mengungkapkan bahwa plak inflamasi ini terdiri dari konfluen lesi
papulovesikular yang cairan cairan serous dan menyebabkan pengerasan kulit dan biasanya
berwarna kuning) 2.

Dermatitis seboroik sering menyebabkan kesulitan dalam


mendiagnosis tinea korporis. Sebuah dermatosis kronis yang sangat umum
ditandai dengan kemerahan dan bersisik yang terjadi di daerah di mana
kelenjar sebaceous yang paling aktif, seperti sebagai wajah dan kulit kepala,
daerah presternal, dan tubuh lipatan 2. Namun gambaran klinisnya biasanya

18
simetris dan yang sering ada pada dermatitis seboroik adalah ia berhubungan
pada kulit kepala dan mungkin intertrigo pada bagian lipatan tubuh 3.

Gambar 7: Dermatitis seboroik (Lesi yang eritema dan kuning-oranye bersisik


benbentuk annular dari dahi, pipi, lipatan nasolabial, dan dagu. Daerah kulit kepala dan
retroauricular juga terlibat.) 2.

Psoriasis dapat menyebabkan kebingungan dalam kasus kerana


distribusinya tidak cukup khas. Lesi tipikalnya adalah lesi yang kronis,
berulang, papula dan plak bersisik. Letusan berjerawat dan eritroderma bisa
terjadi 2. Ia bisa terjadi pada lutut, siku dan kulit kepala, dan yang mengenai
kuku, terutama jika pitting hadir, sangat membantu membedakan dalam kasus
ini 3.

19
Gambar 8: Psoriasis (Lesi primer kemerahan atau warna salmon pink, papula,
droplike, dengan sisik pipih putih keperakan ) 2.

Pitiriasis rosea merupakan letusan exanthematous akut dengan


morfologi yang khas dan sering dengan karakteristik perjalanan penyakit yang
terbatas. Awalnya, (primer, atau "herald") lesi plak tunggal dan bisa
berkembang, biasanya pada trunkus, 1 atau 2 minggu kemudian letusan
sekunder umum terjadi dengan pola distribusi yang khas. Prosesnya bisa
sembuh spontan dalam 6 minggu. Reaktivasi Human Herpes Virus (HHV) 7
dan HHV-6 adalah penyebab yang paling mungkin 2.
Terdapat Herald patch yang tunggal mendahului fase exanthematous,
yang berkembang selama 1-2 minggu. Pruritus- absen (25%), ringan (50%),
atau berat (25%). Ada lesi Herald patch terjadi di hampir 80% pasien. Lesi
biasanya oval, sedikit mengangkat plak atau patch 2-5 cm, dengan warna yang
merah seperti salmon, bersisik collarette baik di pinggiran dan mungkin
multipel. Ada juga exanthem yang papula bersisik halus dan plak dengan
piggiran yang collarette. Warnanya pink kusam atau kuning kecoklatan.
Bentuk oval, tersebar, dengan distribusi karakteristik dengan sumbu panjang
lesi oval mengikuti garis pembelahan seperti pola "pohon Natal". Lesi
biasanya terbatas pada badan dan aspek proksimal lengan dan kaki. Jarang di
wajah 2.

20
Gambar 9: A. Gambaran umum eksantema dari pitiriasis rosea dengan patch Herald yang
ditunjukkan dalam B. Ada papula dan plak kecil dengan konfigurasi oval yang mengikuti
garis belahan dada. Scaling halus dari papula yang merah seperti salmon yang tidak dapat
dilihat pada perbesaran ini, sedangkan collarette patch herald cukup jelas. B. Herald Patch.
Sebuah eritematosa (salmon yang merah) plak dengan sisik collarette pada tepi ujung
perbatasan . Collarette berarti bahwa sisik di pinggiran dan longgar menuju pusat lesi 2.

Dermatitis Pitiriasis Dermatitis Dermatofit


nunmular rosea seboroik jamur
Parakeratosis Dari fokal Tumpukan Perifolikular Ringan
ke difus fokal yang
kecil
Acanthosis Ringan Ringan Ringan Ringan
Spongiosis Ringan Fokal Ringan Ringan
ringan

21
Ekstravasasi Tidak Ya Tidak Tidak
sel darah
merah
Eosinofil Ya Tidak Tidak Kadang-
kadang
Asam Schiff negatif Negative Biasanya Positif
positif (hifa)
(Pitirosporum)
Tabel 3: Histologi dari diferensial diagnosis 8.

2.8 PENATALAKSANAAN
Penyakit lokal tanpa folikulitis jamur dapat diobati dengan terapi
topikal Sulconazole (Exelderm), oxiconazole (Oxistat), miconazole
(Monistat krim atau lotion, atau krim Micatin), clotrimazole (Lotrimm atau
krim Mycelex), ekonazol (Spectazole), Naftifine (Naftin) , ketoconazole
(Nizoral), clclopirox olamine (Loprox), terbinafine (Lamisil), dan
Butenafine (Mentax) yang tersedia saat ini dan sangat efektif. Waktu
pengobatan adalah antara 2 dan 4 minggu dengan dua kali penggunaan
sehari-hari. Ekonazol, ketoconazole, oxiconazole, dan terbinafine dapat
digunakan sekali sehari. Dengan terbinafine saja dapat dipersingkat menjadi
1 minggu. Produk kombinasi dengan kortikosteroid kuat (seperti
clotrimazole / betametason) sering menghasilkan tinea luas dan jamur
folikulitis. Jadi penggunaannya harus dihentikan 4.
Penyakit yang meluas atau folikulitis jamur, membutuhkan
pengobatan antijamur sistemik. Kapan tinea corporis ini disebabkan oleh T.
tonsurans, T. mettagrophytes, atau T. rubrum, griseofulvln, terbinafine,
itraconazole, flukonazol dan kesemuanya efektif. Perawatan dalam jangka
masa yang pendek yang dapat dilakukan dengan antijamur yang lebih baru.
Terapi terbinafine untuk M cnizts biasanya membutuhkan dosis yang lebih
tinggi dan masa perawatan yang lebih lama 4.
Bentuk ultra-micronized dari griseofulvin mungkin efektif dalam
dosis 500-1000 mg / hari selama 4 sampai 6 minggu. Sekitar 10% individu
akan mengalami mual atau sakit kepala dengan pemberian griseofulvin.
Penyerapan griseofulvin adalah baik ketika diberikan dengan susu atau es

22
krim. Pemberian obat yang efektif pada anak-anak adalah dengan dosis 10
sampai 20 mg / kg / hari, meskipun dosis yang lebih tinggi biasanya
diperlukan. Terbinafine pada 250 mg / hari selama 1 sampai 2 minggu,
itraconazole, 200 mg / hari selama 1 minggu, dan flukonazol, 150 mg sekali
seminggu selama 4 minggu, telah dosis yang efektif untuk orang dewasa 4.

Griseofulvin Ketoconazole Fluconazole Itraconazole Terbinafine


(Ultramicosize) (Nizoral) (Diflucan) (Sporanox) (Lamisil)
Tinea Dewasa: 500 mg qd 200-400 150 mg 100 mg qd 250 mg qd
korporis. (2-4 minggu) mg/hari (2 /minggu (2-4 (1-2 (1-2
Anak: 5-7 minggu) minggu) minggu) minggu)
mg/kgbb/h (2-6 200 mg qd
minggu) (1 minggu)
Tabel 2: Pengobatan tinea korporis 5.

2.9 PROGNOSIS
Infeksi jamur adalah sangat umum dijumpai di daerah tropis dan beberapa
efek dari infeksi diantaranya serius dan bahkan bisa fatal. Mereka
menghasilkan penularan pada manusia yang beragam mulai dari infeksi kulit
superfisial sehingga invasi ke organ dalam (penyakit sistemik). Infeksi ini
biasanya terjadi sebagai akibat dari penurunan pertahanan alami dari tubuh
manusia 10.
Meskipun jarang mengancam kehidupan, mereka dapat memiliki efek yang
melemahkan pada kualitas hidup seseorang dan mungkin dalam beberapa
keadaan bisa menyebar ke orang lain atau menjadi invasif. Infeksi jamur yang
paling dangkal dan subkutan mudah didiagnosis dan mudah bisa menerima
pengobatan yang diberikan 10.

23
BAB III
ANALISA KASUS

a. Hubungan diagnosis penyakit dengan keadaan rumah dan lingkungan


sekitar
Dari hasil anamnesis didapatkan Pasien Ny.N, 50 tahun datang ke
dengan keluhan Pasien mengeluh gatal-gatal di badan, di punggung belakang,
di pelipis kiri dan sekitar pantat sudah sejak 1 bulan ini. Awalnya muncul
sedikit- sedikit saja, disertai warna kemerahan, bentuk seperti keringet buntet,
terasa agak basah. Karena merasa gatal sangat mengganggu pasien sering
menggaruk-garuk bagian tubuhnya dan sekitar pantat sehingga disertai luka,
terasa perih dan warna menjadi kehitaman. Gatal terutama dirasakan waktu
berkeringat, gatal di daerah kepala tidak ada, gatal di antara jari- jari kaki juga
tidak ada. Pasien juga memilihara kucing.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan TD 110/80. Dari anamnesis,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang, akhirnya didapatkan diagnosa
penyakit yang diderita pasien yaitu Tinea Korporis.
Jika dilihat dari keadaan rumah, keadaan rumah os dinilai cukup baik
Rumah panggung berlantai kayu dan beratap seng. Memiliki ruang tamu
yang menyatu dengan ruang keluarga dan ruang makan, 1 kamar tidur, 1
dapur dan 1 kamar mandi. Sumber air dari PDAM. Kamar mandi
menggunakan wc jongkok. Kondisi rumah lembab dan kurang pencahayaan
karena ventilasi yang kurang. Disini tidak terdapat hubungan antara kondisi
rumah dengan penyakit yang diderita pasien.

b. Hubungan diagnosis dengan keadaan keluarga dan hubungan keluarga


Pasien mempunyai suami dan mempunyai 3 orang anak. Pasien juga tinggal
bersama ibu pasien. Semua anak pasien laki-laki, anak pertama umur 27 tahun,
anak kedua umur 25 tahun dan anak kedua umur 20 tahun. Keharmonisan
keluarga pasien biasa-biasa saja. Tidak ada masalah dalam hubungan satu sama
lain.

24
Didalam hubungan diagnosis dan aspek psikologis dikeluarga tidak ada
hubungannya dengan penyakit pasien, karena didalam keluarga pasien
berhubungan baik dengan anak anaknya

c. Hubungan diagnosis dengan perilaku kesehatan dalam keluarga dan


lingkungan sekitar
Perilaku kesehatan pasien dalam hal mengatur gaya hidup pasien dalam
keluarga dianggap berhubungan terhadap penyakit yang dialami pasien.
Perilaku kesehatan pasien tergolong tidak baik, hal ini tergambar dari
kebiasaan pola makan dan pola hidup yang tidak sehat seperti :
1. Pasien mengaku cukup jarang mandi sehari - hari
2. Pasien juga sering bolak balik ke pasar.
3. Kebiasaan menggaruk – garuk.
4. Memelihara kucing
Bila dilihat dari keadaan perilaku kesehatan pasien maka jelas ada
hubungannya dengan penyakit yang dialami oleh pasien karena hal-hal tersebut
merupakan faktor resiko dari Tinea Korporis
Terdapat hubungan antara perilaku kesehatan dalam keluarga dengan
penyakit yang diderita pasien.

d. Analisis kemungkinan faktor risiko atau etiologi penyakit pada pasien


Penyebab Tinea Korporis dari pasien ialah keadaan tubuh yang lembab
ditambah pasien yang mandi 1 hari sekali, sering menggaruk – garuk badannya
dan memiliki zoonosis dirumahnya.

e. Analisis untuk mengurangi menghindari factor memperberat dan


penularan penyakit :
Untuk menghindari faktor yang memperberat yaitu dengan memodifikasi
gaya hidup yang sehat seperti mengatur kebiasaan kebersihan untuk mandi 3
hari sekali dan membersihkan perlengkapan dirumahnya. Selain itu pasien juga
kontrol teratur.

25
RENCANA PROMOSI DAN PENDIDIKAN KESEHATAN KEPADA
PASIEN DAN KEPADA KELUARGA
Menjelaskan kepada pasien tentang penyakitnya, faktor risiko, dan
bagaimana mengatasinya.

RENCANA EDUKASI PENYAKIT KEPADA PASIEN DAN KEPADA


KELUARGA
 Menjelaskan kepada pasien bahwa penyakit ini tidak diketahui
penyebabnya.
 Namum ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhinya:
- Faktor kebersihan

ANJURAN-ANJURAN PROMOSI KESEHATAN PENTING YANG DAPAT


MEMBERI SEMANGAT/MEMPERCEPAT PENYEMBUHAN PADA
PASIEN
Pasien diberi nasehat bahwa Tinea Korporis itu merupakan penyakit yang
dapat meluas dan kronnik jika dibiarkan.
Oleh karena itu pasien dianjurkan :
 Mandi yang bersih
 Tidak memegang hewan
 Tidak menggaruk – garuk badan
 Membersihkan sekitar rumah.

26
DAFTAR PUSTAKA

1. Bolognia L. J., L.J.L., Rapini R. P., Dermatology. 2008. One(2nd Edition).


2. Wolff, K. and R.A. Johnson, Fitzpatrick's Color Atlas And Synopsis of
Clinical Dermatology. 2009(6th Edition).
3. Burns T., B.S., Cox N. et al, Rook’s Textbook of Dermatology. 2010(8th
Edition).
4. James W. D., B.T.G., Elston D. M, Andrew’s Diseases Of Skin: Clinical
Dermatology. 2006: p. 302-303.
5. P., H.T., Clinical Dermatology: A Color Guide To Diagnosis And Therapy.
2003(4th Edition): p. 420,427.
6. Sterry w., P.R., Burgdorf W., Thieme Clinical Companions: Dermatology.
2006(3rd Edition): p. 106-108.
7. Arif D., D.K., Safruddin A., Tinea Corporis and Tinea Cruris Caused By
Trichophyton Mentagrophytes Type Granular in Asthma Bronchiale
Patient, 2013: p. 2-4.
8. M., G.-K.J., Dermatology: Clinical & Basic Science series/ 32 Color Atlas Of
Dermatopathology. 2007: p. 37, 40. .
9. Karakoca Y. MD, E.E.M., et al, Generalized Inflammatory Tinea Corporis.
2010.: p. 2.
10. Krishnendu Das, S.B., Subha Ray, A Study on Superficial Fungal Infection
from West Bengal: A Brief Report,. 2009.: p. 4.

27
LAMPIRAN

28

Anda mungkin juga menyukai