Anda di halaman 1dari 12

TUTORIAL KLINIK

“FURUNKEL”

Disusun Oleh:
Rosalia Septaviana Risdiarta
42170200

Dosen Pembimbing:
dr. Dwi Retno Adi Winarni, Sp. KK (K)

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN KULIT KELAMIN

RUMAH SAKIT BETHESDA YOGYAKARTA

PERIODE 21 Mei – 16 Juni

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN DUTA WACANA

YOGYAKARTA

2018
STATUS PASIEN

I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. L
Usia : 22 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Wiraswasta
Kunjungan ke klinik : 23 Mei 2018

II. ANAMNESA
A. Keluhan Utama
Terdapat benjolan kehitaman yang tidak gatal di pipi kanan dan
menganggu penampilan.
B. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien mengeluhkan muncul benjolan hitam di pipi kanan sudah
sejak satu bulan yang lalu. Benjolan dirasa tidak gatal namun sedikit
nyeri jika dipencet. Benjolan muncul setelah pasien memasang
susuk (jarum besi kecil) di pipi kanannya sekitar 2 bulan
sebelumnya. Awalnya benjolan besar, namun mengecil setelah
pasien berobat dan dikeluarkan isi benjolannya (berupa nanah),
kemudian masih ada sisa sedikit yang dirasa pasien menganggu
penampilan karena membekas kehitaman. Pasien sudah mendapat
resep antibiotik namun tidak diminum.
C. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien tidak pernah mengalami keluhan serupa sebelumnya.
D. Riwayat Operasi : Disangkal
E. Riwayat Alergi : Disangkal
F. Riwayat Penyakit Keluarga : Disangkal
G. Riwayat Pengobatan : Antibiotik (tidak diminum)
III. PEMERIKSAAN FISIK:

Keadaan Umum : Baik


Kesadaran : Compos mentis
Gizi : Cukup
Nadi dan RR :-
Kepala : Tidak dilakukan pemeriksaan
Leher : Tidak dilakukan pemeriksaan
Thorak : Tidak terdapat UKK
Aksilla : Tidak terdapat UKK
Abdomen : Tidak terdapat UKK
Ektremitas : Tidak terdapat UKK

Status Lokalis (UKK):


Terdapat nodul hiperpigmentasi diameter ± 0.5 cm, soliter, batas tegas,
bentuk lonjong di fascia zygomaticum dextra.

IV. DIAGNOSA BANDING:


Furunkel
Folikulitis
Abses kulit

V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tidak dilakukan.
Saran:
 Pengecatan Gram: sekret didapat dari dasar lesi  sekelompok
coccus warna ungu (Gram positif)
 Kultur bakteri: didapatkan koloni lebar 6-8mm, permukaan
halus sedikit cembung dengan warna kuning keemasan
 Pemeriksaan darah rutin: leukositosis
VI. DIAGNOSA KERJA:
Furunkel

VII. TATALAKSANA
- Antibiotik Oral
R/ Amoxycillin tab mg500 No XXI
S O 8 h tab I (habiskan)

- Antibiotik Topikal
R/ Mupirocine Cr 2% tube gr5 No I
S2dd m et v ue

VIII. EDUKASI
 Meningkatkan kebersihan perorangan dan lingkungan terutama
kulit & tidak menggaruk lesi
 Menjelaskan kepada pasien tentang penyakit yang diderita
pasien, penyebab, dan pengobatan yang akan diberikan kepada
pasien
 Makan makanan bergizi dan istirahat yang cukup guna
membantu proses penyembuhan
 Menjelaskan kepada pasien untuk minum obat sampai habis dan
kontrol 1 minggu lagi

IX. PROGNOSIS
Quo ad Vitam : bonam
Quo ad Sanam : bonam
Quo ad Fungsionam : bonam
Quo ad Cosmeticam : bonam
X. RESUME
Pada tanggal 23 Mei 2018, seorang pasien wanita berusia 22 tahun
datang memeriksakan diri ke Poli Kulit dan Kelamin Rumah Sakit
Bethesda Yogyakarta dengan keluhan muncul benjolan kehitaman pada
pipi kanan sejak 1 bulan yang lalu. Benjolan dirasa tidak gatal namun
sedikit nyeri jika dipencet. Benjolan muncul setelah pasien memasang
susuk (jarum besi kecil) di pipi kanannya sekitar 2 bulan sebelumnya.
Awalnya benjolan besar, namun setelah berobat dan isinya dipencet
benjolan mulai mengecil, isi benjolan berupa nanah. Pasien
mengeluhkan bahwa masih terdapat sisa benjolan dengan warna
kehitaman yang menganggu penampilan. Pasien sudah mendapat resep
antibiotik namun tidak diminum. Pada saat dilakukan pemeriksaan fisik,
didapatkan ujud kelainan kulit:
Terdapat nodul hiperpigmentasi diameter ± 0.5 cm, soliter, batas tegas,
bentuk lonjong di fascia zygomaticum dextra.
TINJAUAN PUSTAKA

DEFINISI
Pioderma adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh bakteri Gram positif
seperti Staphylococcus atau Streptococcus atau keduanya. Pioderma memiliki
berbagai macam bentuk antara lain impetigo, folikulitis, furunkel, ektima,
hidradenitis, dll. Furunkel adalah peradangan pada folikel rambut dan jaringan
subkutan sekitarnya. Furunkel yang terbentuk di lebih dari satu tempat disebut
furunkulosis. Furunkulosis dapat disebabkan oleh berbagai faktor antara lain akibat
iritasi, kebersihan yang kurang, dan daya tahan tubuh yang kurang. Karbunkel
adalah sekelompok folikel rambut yang terinfeksi oleh Staphylococcus aureus,
yang disertai oleh keradangan daerah sekitarnya dan juga jaringan dibawahnya
termasuk lemak bawah kulit. Kelainan kulit dapat berupa nodus eritematosa
berbentuk kerucut, di tengahnya terdapat pustul kemudian melunak menjadi abses
yang berisi pus dan jaringan nekrotik, lalu memecah membentuk fistel (Djuanda,
2007).

ETIOLOGI
Portal entry atau jalan masuk dari infeksi Staphylococcus aureus ini adalah
ostium folicular yang rusak karena iritasi, tekanan, gesekan, hiperhidrosis,
dermatitis, dermatofitosis, dan beberapa faktor yang lain. Penularannya dapat
melalui kontak atau auto inokulasi dari lesi penderita. Furunkulosis dapat menjadi
kelainan sistemik karena faktor predisposisi antara lain, alcohol, malnutrisi,
diskrasia darah, iatrogenic atau keadaan imunosupresi termasuk AIDS dan diabetes
mellitus (Wolff et al, 2013).

PATOGENESIS

Kulit memiliki flora normal, salah satunya S.aureus yang merupakan flora
residen pada permukaan kulit dan kadang-kadang pada tenggorokan dan saluran
hidung. Predileksi terbesar penyakit ini pada wajah, leher, ketiak, pantat atau paha.
Bakteri tersebut masuk melalui luka, goresan, robekan dan iritasi pada kulit.
Selanjutnya, bakteri tersebut berkolonisasi di jaringan kulit (Gawkrodger, 2003).
Respon primer host terhadap infeksi S.aureus adalah pengerahan sel PMN
ke tempat masuk kuman tersebut untuk melawan infeksi yang terjadi. Sel PMN ini
ditarik ke tempat infeksi oleh komponen bakteri seperti formylated peptides atau
peptidoglikan dan sitokin TNF (tumor necrosis factor) dan interleukin (IL) 1 dan 6
yang dikeluarkan oleh sel endotel dan makrofag yang teraktivasi. Hal tersebut
menimbulkan inflamasi dan pada akhirnya membentuk pus yang terdiri dari sel
darah putih, bakteri dan sel kulit yang mati (Lee et al, 2003).
Didapatkan keluhan utama dan keluhan tambahan pada perjalanan dari
penyakit furunkel. Lesi mula-mula berupa infiltrat kecil, dalam waktu singkat
membesar kemudian membentuk nodula eritematosa berbentuk kerucut. Kemudian
pada tempat rambut keluar tampak bintik-bintik putih sebagai mata bisul. Nodus
tadi akan melunak (supurasi) menjadi abses yang akan memecah melalui lokus
minoris resistensi yaitu di muara folikel, sehingga rambut menjadi rontok atau
terlepas. Jaringan nekrotik keluar sebagai pus dan terbentuk fistel. Karena adanya
mikrolesi baik karena garukan atau gesekan baju, maka kuman masuk ke dalam
kulit. Beberapa faktor eksogen yang mempengaruhi timbulnya furunkel yaitu,
musim panas (karena produksi keringat berlebih), kebersihan dan hygiene yang
kurang, lingkungan yang kurang bersih. Sedangkan faktor endogen yang
mempengaruhi timbulnya furunkel yaitu, diabetes, obesitas, hiperhidrosis, anemia,
dan stres emosional (Hay, 2010).
GAMBARAN KLINIS
Gejala yang timbul pada furunkel bervariasi tergantung kepada beratnya
penyakit. Gejala yang sering ditemukan pada furunkel antara lain:
o nyeri pada daerah ruam.
o ruam pada daerah kulit berupa nodus eritematosa yang berbentuk
kerucut dan memiliki pustule.
o nodul dapat melunak menjadi abses yang berisi pus dan jaringann
ekrotik yang dapat pecah membentuk fistel dan keluar melalui lobus
minoris resistensiae,.setelah seminggu kebanyakan pecah sendiri dan
sebagian dapat hilang dengan sendirinya (Habif, 2004).

DIAGNOSIS BANDING
Folikulitis
Perbedaan Furunkel Abses
Superfisial Profunda
Definisi Peradangan Peradangan pada Peradangan pada Inflamasi local
pada selubung selubung akar folikel rambut dan akut/kronik ditandai dgn
akar rambut rambut (folikel) sekitarnya. akumulasi pus dalam
(folikel) yang sampai pada Furunkulosis: furunkel jaringan.
terbatas pada lapisan subkutan yang tersebar
epidermis Karbunkel: kumpulan
furunkel
Gejala rasa gatal dan terasa sangat nyeri pada daerah lesi. Gatal, nyeri berat,
klinis agak nyeri gatal disertai rasa bengkak, terasa panas.
akibat garukan terbakar dan
dan trauma dapat
lainnya meninggalkan
jaringan parut.
Etiologi Staphylococcus Staphylococcus Staphylococcus Staphylococcus aureus,
Aureus aureus aureus daerah trauma, benda
asing, luka bakar
Lesi pustule atau papul atau Nodus eritematosa, Lesi awal beupa nodul
papulyang pustule yang berbentuk kerucut dan eritematosa, jika
eritematosa dan eritematosa dan ditengahnya terdapat berlanjut membentuk
ditengahnya teraba infiltrate pustule, dapat pecah kavitas berisi pus.
terdapat rambut, di subkutan membentuk fistel
biasanya
multiple

Predileksi Predileksi pada Dagu, janggut/ Tempat yang banyak Tempat yang banyak
anak – anak kumis mengalami gesekkan mengalami gesekkan
pada kulit seperti aksila dan seperti aksila dan
kepala, bokong bokong, daerah trauma.
sedangkan pada
dewasa pada
daerah
kumis/janggut,
aksila,
ekstremitas,
bokong.
Penunjang apusan cairan apusan cairan apusan cairan sekret apusan cairan sekret dari
sekret dari dasar sekret dari dasar dari dasar lesi dengan biosi dengan pewarnaan
lesi dengan lesi dengan pewarnaan gram dan gram dan pada
pewarnaan pewarnaan gram pada pemeriksaan pemeriksaan darah rutin
gram dan pada dan pada darah rutin kadang- kadang-kadang
pemeriksaan pemeriksaan kadang ditemukan ditemukan leukositosis
darah rutin darah rutin leukositosis.
kadang-kadang kadang-kadang
ditemukan ditemukan
leukositosis leukositosis
Gambar
PENATALAKSANAAN
1. Terapi suportif dengan menjaga higiene, nutrisi dan stamina tubuh.
2. Farmakoterapi dilakukan dengan:
a. Topikal:
 Bila banyak pus/krusta  kompres terbuka dengan permanganas
kalikus (PK) 1/5.000 atau yodium povidon 1% sehari 3 kali masing-
masing 0,5 – 1 jam (lesi akut).
 Bila tidak tertutup pus atau krusta  diberikan salep atau krim asam
fusidat 2% atau mupirosin 2%, dioleskan 2-3 kali sehari selama 7-10
hari.
b. Antibiotik oral (salah satu):
Lini pertama:
 Kloksasilin/dikloksasilin: dewasa 4x250-500 mg/hari per oral; anak-
anak 25-50 mg/kgBB/hari terbagi dalam 4 dosis selama 5-7 hari
 Amoksisilin dan asam klavulanat: dewasa 3x250-500 mg/hari; anak-
anak 25 mg/kgBB/hari terbagi dalam 3 dosis selama 5-7 hari
 Sefaleksin: 25-50 mg/kgBB/hari terbagi dalam 4 dosis selama 5-7
hari
Lini kedua:
 Azitromisin 1x500 mg/hari (hari 1), dilanjutkan 1x250 mg (hari 2-5)
 Klindamisin 15 mg/kgBB/hari terbagi 3 dosis.
 Eritromisin: dewasa 4x250-500 mg/hari; anak-anak 20-50
mg/kgBB/hari terbagi 4 dosis.
c. Insisi untuk karbunkel yang menjadi abses untuk membersihkan eksudat
dan jaringan nekrotik (Perdoski, 2017).

Pada furunkel di bibir atas pipi dan karbunkel pada orang tua sebaiknya dirawat
inapkan. Pengobatan topikal, bila lesi masih basah atau kotor dikompres dengan
solusio sodium chloride 0,9%. Bila lesi telah bersih, diberi salep natrium fusidat
atau mupirosin atau framycetine sulfat kassa steril.
Antibiotik sistemik mempercepat resolusi penyembuhan dan wajib diberikan pada
seseorang yang beresiko mengalami bakteremia. Antibiotik diberikan selama tujuh
sampai sepuluh hari. Lebih baiknya, antibiotik diberikan sesuai dengan hasil kultur
bakteri terhadap sensitivitas antibiotic.

PROGNOSIS

Prognosis furunkel dan karbunkel umumnya baik jika mendapat


penanganan yang cepat. Septikemia bisa terjadi walaupun jarang (Habif, 2004).
DAFTAR PUSTAKA

Djuanda, Adhi. 2007. “Pioderma” dalam: Adhi Djuanda, Mochtar Hamzah dan Siti
Aisah (Eds.) Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta: Balai Penerbit
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (hal. 57-63)

Gawkrodger D.J. 2003. “Bacterial infection-staphylococcal and streptococcal” in:


Dermatology an Illustrated Colour text 3rd ed. United Kingdom:
Churchill Livingstone. (hal 44-45)

Habif, T.P. 2004. “Bacterial Infections” in: Clinical Dermatology a Color Guide to
Diagnosis and Therapy 4th ed. Chile: Mosby. (hal. 284-286)

Hay, R.J., Adriaans, B.M. 2010. “Bacterial Infections” in: Burns T, Breathnach.
Cox, N., Griffiths, C. Editors. Rook’s Textbook of Dermatology 8th
editioni. United Kingdom: Wiley-Blackwell. (hal. 26.23 – 26.26)

Lee, P.K., Zipoli, M.T., Weinberg, A.N., Swartz, M.N. and Johnson, R.A. 2003.
“Pyodermas: Staphylococcus aureus, Streptococcus, and Other Gram-
Positive Bacteria” in: Wolff K et al (Eds.). Fitzpatrick's Dermatology In
General Medicine 6th ed. New York: McGraw-Hill Professional. (hal.
2069-2071)

Perdoski. 2017. Dermatologi Infeksi: Pioderma dalam: Pedoman Pelayanan Klinis


bagi Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin di Indonesia. Jakarta:
PERDOSKI (Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin). (hal.
121-124)
Wolff K, Johnson. RA, Saavedra AP. 2013. “Bacterial Colonizations and Infections
of Skin and Soft Tissue” in: Fitzpatrick’s Color Atlas and Synopsis of
Clinical Dermatology 7th ed. New York: Mc Graw Hill Education. (hal.
529-534)

Anda mungkin juga menyukai