Anda di halaman 1dari 8

JULIA ERMA SYARI

NIM : 171273110018
UTS : PENDIDIKAN
PANCASILA
DOSEN PENGAMPU :
SYAHRUL ALINARNO, S.PD,
M.PD
1. Menurut pandangan anda mengenai pentingnya pendidikan pancasila di perguruan
tinggi. Apa landasan dan tujuan pendidikan pancasila di perguruan tinggi ? jelaskan !

Jawaban :

Menurut saya, Pendidikan pancasila itu adalah sangat penting dan berguna untuk
mahasiswa/mahasiswi di Perguruan Tinggi. Karena :

Pertama, dalam lembaga pendidikan informal seperti keluarga. Keluarga merupakan jenjang
pendidikan yang pertama dan utama bagi anak. Ini berarti, bagaimana karakter anak
berkembang nantinya bergantung dari pola asuh yang diterapkan di rumah. Apakah pola
asuh permisif yang memberi kebebasan pada anak, pola asuh otoriter yang mewajibkan anak
untuk selalu patuh, atau pola asuh autoritatif yang artinya antara orangtua dan anak saling
mengerti tanggungjawab, hak dan kewajiban masing-masing. Selanjutnya untuk
menanamkan moral yang baik pada anak, orang tua juga harus memiliki karakter yang tentu
saja lebih baik terlebih dahulu. Dengan begitu orangtua seakan menjadi teladan atau row
model bagi anak dalam bertindak sehingga anak senantiasa berhati-hati dalam bertingkah
laku.

Kedua, dalam ranah lembaga pendidikan formal atau sekolah, peran seorang guru sangat
urgen dalam membentuk karakter siswanya. Para guru yang merupakan orangtua kedua
siswa di sekolah, perlu senantiasa mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila yang
sebenarnya. Mulai dari kebiasaan untuk berdoa setiap kegiatan belajar mengajar, saling
toleransi antar teman, menumbuhkan sikap peduli sesama, dan tidak membeda- bedakan
antara siswa satu dengan siswa lain.

Ketiga, implementasi pendidikan Pancasila di masyarakat tentu dimulai dari sekitar


lingkungan rumah. Keberagaman etnis yang ada di masyarakat hendaknya menjadi suatu
warna tersendiri bagi mereka, sebagaimana semboyan yang dimiliki bangsa Indonesia yaitu
“Bhinneka Tunggal Ika”. Walaupun negara Indonesia terdiri dari beragam suku, namun
kerukunan antar seluruh umat tetap perlu dijunjung tinggi.
2. Kita telah mengetahui begitu pentingnya pancasila dalam arah perjuangan bangsa.
Bagaimana menurut pandangan anda mengenai :
a. Pancasila pada masa orde revolusi
b. Pancasila pada masa orde baru
c. Pancasila pada masa orde reformasi

Jawaban :

a. Masa orde lama :


Pada masa orde lama adalah masa pencarian bentuk penerapan Pancasila terutama dalam
sistem kenegaraan. Pada masa ini, Pancasila ditetapkan dalam bentuk yang berbeda-
beda. Sehingga masih banyak kemungkinan perubahan dalam perumusannya.
b. Masa orde baru :
Pada masa ini pelaksanaan demokrasi Pancasila masih jauh dari harapan. Pelaksanaan
nilai" Pancasila secara murni dan konsekuen hanya dijadikan alat politik penguasa
belaka sehingga banyak yang bertentangan dengan hal ini.
c. Masa reformasi :
Pada masa ini penerapan Pancasila terus menghadapi berbagai tantangan. Penerapan
Pancasila dihadapkan pada kondisi masyarakat yang diwarnai oleh kehidupan serba
bebas sehingga pancasila mengalami perubahan disetiap masa ordenya dan memiliki
banyak masukan ataupun pendapat dari tokoh tokoh Negara.

3. Jelaskan filosofi sila keadilan sosial menurut pengertian paham keadilan dalam sila ke
lima secara :
1. Implisit
2. Eksplisit
3. Antara hubungan negara dan keadilan
4. Implikasi sila kelima dalam kehidupan sehari-hari

Jawaban :

1. Makna implisit yaitu makna yang tidak dapat di tangkap langsung oleh
pembaca,biasanya harus menyimpulkan dulu maknanya,selain itu makna implisit
sifatnya tersirat di sampaikannya secara halus beda dengan eksplisit yang langsung
dapat di tangkap oleh pembaca. Paham keadilan secara implisit adalah sesuatu yang
bersifat rata atau dapat membagi secara adil hak-hak yang dipunyai tentunya sesuai
dengan ketentuan yang berlaku sehingga tercipta keadilan tetapi dalam paham ini
harus benar-benar di simpulkan maknanya. Artinya harus lebih teliti dalam memaknai
suatu perkara sehingga tidak terjadi kekeliruan.
2. Maksud makna eksplisit yaitu makna yang dapat di tangkap oleh pembaca,biasanya
pembaca langsung tau maksudnya dan jelas maknanya selalu tersurat. Paham
keadilan secara eksplisit adalah sesuatu yang langsung bisa diproses oleh pikiran
manusia tentang suatu masalah yang terkait dengan keadilan khususnya di
permasalahan kenegaraan sehingga dapat menciptakan keadilan bagi seluruh rakyat
indonesia tanpa ada kekeliruan didalamnya.
3. Keadilan sosial adalah keadilan yang pelaksanaannya tergantung dari struktur
kekuasaan dalam masyarakat. Adanya keadilan sosial ini dapat dilihat dari
sedikitnya/ketiadaan masalah ketidakadilan dalam masyarakat. Maka membangun
keadilan sosial berarti menciptakan struktur yang memungkinkan pelaksanaan
keadilan. Jelas saja ada banyak hubungan antara Negara dan keadilan social. Negara
adalah yang menaungi masyarakat-masyarakat nya sehingga jika didalam suatu
Negara tidak memiliki keadilan maka Negara tersebut akan susah berkembang dan
itulah mengapa peruusan pancasila dibuat dengan sebaik-baiknya karena ini menjadi
dasar ideology Negara sehingga tercipta Negara yang adil dalam kegiatan social dan
Nilai-nilai keadilan yang harus terwujud dalam kehidupan bersama
4. Implikasi dalam kehidupan sehari-hari
 Perlakuan yang adil di segala bidang kehidupan terutama di bidang politik,
ekonomi dan sosial budaya
 Perwujudan keadilan sosial itu meliputi seluruh rakyat Indonesia;
 Keseimbangan antara hak dan kewajiban, menghormati hak milik orang lain;
 Cita-cita masyarakat yang adil dan makmur yang merata material spiritual
bagi seluruh rakyat Indonesia;
 Cinta akan kemajuan dan pembangunan.

4. Etika dalam hal prinsip-prinsip etis, menjadi karakter yang memodifikasi baik bagi
konsep demokrasi maupun konsep politik. Jelaskna kolerasi dalam hal demokrasi dan
politik yang didasarkan pada kebersamaan, kesamaan dan kehendak rakyat banyak
yang diletakkan sebagai alat ukur politik ?

Jawaban :

Hubungan antara budaya politik dan demokratisasi sangat erat. Budaya politik memiliki
pengaruh penting dalam perkembangan demokrasi. Demokratisasi tidak berjalan baik
apabila tidak ditunjang oleh terbangunnya budaya politik yang sesuai dengan prinsip-prinsip
demokrasi.

Dalam merespons tuntutan perubahan, kemungkinan munculnya dua sikap yang secara
diametral bertentangan, yaitu "mendukung " (positif) dan kemungkinan pula "menentang "
(negatif), sulit dielakkan. Sebagai sebuah proses perubahan dalam menciptakan kehidupan
politik yang demokratis, realisasi demokratisasi juga dihadapkan pada kedua kutub yang
bertentangan itu, yaitu budaya politik masyarakat yang mendukung (positif) dan yang
menghambat (negatif) proses demokratisasi.

Budaya politik yang matang termanifestasi melalui orientasi, pandangan, dan sikap individu
terhadap sistem politiknya. Budaya politik yang demokratis akan mendukung terciptanya
sistem politik yang demokratis. Budaya politik demokratis adalah suatu kumpulan sistem
keyakinan, sikap, norma, persepsi dan sejenisnya yang menopang terwujudnya partisipasi
(Almond dan Verba). Budaya politik yang demokratis merupakan budaya politik yang
partisipatif, yang diistilahkan oleh Almond dan Verba sebagai civic culture. Karena itu,
hubungan antara budaya politik dan demokrasi (demokratisasi) dalam konteks civic culture
tidak dapat dipisahkan.

Adanya fenomena demokrasi atau tidak dalam budaya politik yang berkembang di suatu
masyarakat tidak hanya dapat dilihat dari interaksi individu dengan sistem politiknya, tetapi
juga interaksi individu dalam konteks kelompok atau golongan dengan kelompok dan
golongan sosial lainnya. Dengan kata lain, budaya politik dapat dilihat manifestasinya dalam
hubungan antara masyarakat dan struktur politiknya, dan dalam hubungan antarkelompok
dan golongan dalam masyarakat itu.

Dalam konteks Indonesia, kiranya jelas bahwa yang dihadapi tidak hanya kemajemukan
etnik dan daerah, tetapi pada saat yang bersamaan adalah "sub-budaya etnik dan daerah "
yang majemuk pula. Keanekaragaman tersebut akan membawa pengaruh terhadap budaya
politik bangsa. Dalam interaksi di antara sub-sub budaya politik, kemungkinan terjadinya
jarak tidak hanya antarbudaya politik daerah dan etnik, tetapi juga antarbudaya politik
tingkat nasional dan daerah. Apabila pada tingkat nasional yang tampak lebih menonjol
adalah pandangan dan sikap di antara sub-subbudaya politik yang berinteraksi, pada tingkat
daerah yang masih berkembang adalah " sub-budaya politik " yang lebih kuat dalam arti
primordial.

Dari uraian di atas bisa dibedakan kiranya antara budaya politik (political culture) dan
perilaku politik (political behaviour). Yang tersebut terakhir kadang-kadang bisa
dipengaruhi oleh budaya politik. Namun, budaya politik tidak selalu tergantung pada
perilaku politik. Apakah sistem budaya yang ada cenderung bersifat komunal/kolektif atau
individual Masalahnya adalah apakah nilai-nilai demokrasi kompatibel dengan nilai-nilai
budaya politik lokal dan sebaliknya.

Agenda demokratisasi seharusnya dipandang berdimensi horizontal (pengaturan hubungan


antarinstitusi politik utama) dan vertikal yang membuka ruang bagi akses warga untuk
terlibat dalam proses politik dan pemerintahan. Keduanya bisa saling memperkuat dan
berjalan simultan. Untuk itu, diperlukan upaya memupuk vitalitas demokrasi seperti
pengembangan nilai dan keterampilan demokrasi di kalangan warga, meningkatkan
akuntabilitas dan responsivitas terhadap kepentingan publik dan meningkatkan checks and
balances dan rasionalitas politik di antara lembaga-lembaga kekuasaan. Dengan melakukan
hal tersebut, jalan bagi demokrasi menjadi lebih terbuka.

5. Pancasila sebagai ideologi nasional. Bagaimanakah bentuk negara pancasila dan


paham-paham yang ada didalam nya ? jelaskan !

Jawaban :

Pancasila Ideologi Nasional

Pancasila merupakan dasar negara yang terbentuk melalui proses panjang yang penuh lika-
liku perjuangan, baik perjuangan secara moril maupun materiil bahkan jiwa dan raga. Asal
mula Pancasila menurut kausalitas dibagi menjadi dua, yakni asal mula langsung dan tak
langsung.
Pancasila sebagai ideologi nasional merupakan nilai yang terkandung di dalamnya dan
menjadi cita-cita normatif di dalam penyelenggaraan negara. Secara luas Pengertian
Pancasila sebagai Ideologi negara adalah visi atau arah dari penyelenggaraan kehidupan
berbangsa dan bernegara di Indonesia ialah terwujudnya kehidupan yang menjunjung tinggi
ketuhanan, nilai kemanusiaan, kesadaran akan kesatuan, berkerakyatan serta menjunjung
tinggi nilai keadilan. (Baca juga: Macam-macam Ideologi di Dunia beserta Penjelasannya)

Jorge Larrain mengungkapkan, bahwa “ideology as a set of beliefs”. Ini memiliki suatu
makna sebuah sistem kepercayaan yang berkembang ditengah masyarakat mengenai sesuatu
hal yang dijadikan sebagai pedoman karena memiliki nilai yang membangkitkan semangat.
Nilai-nilai tersebut dipandang sebagai gagasan yang menjadi landasan cara berpikir dan juga
bertindak secara individu maupun suatu bangsa untuk mengatasi setiap masalah maupun
persoalan yang dihadapi. (Baca juga: Hubungan Dasar Negara dengan Konstitusi)

Pancasila sebagai ideologi nasional, memiliki pemahaman dalam sudut pandang budaya
bangsa dan bukan melalui sudut pandang kekuasaan, hal ini bermakna bahwa Pancasila
bukanlah sebagai alat kekuasaan namun sebagai alat yang menyatukan bangsa dan negara.

Nilai-nilai Pancasila sebagai Ideologi Nasional

Nilai-nilai Pancasila yang terkandung di dalamnya merupakan nilai-nilai Ketuhanan,


Kemanusiaan, Persatuan, Kerakyatan, dan Keadilan. Nilai-nilai ini yang merupakan nilai
dasar bagi kehidupan kenegaraan, kebangsaan dan kemasyarakatan. Nilai-nilai Pancasila
tergolong nilai kerokhanian yang didalamnya terkandung nilai-nilai lainnya secara lengkap
dan harmonis, baik nilai material, nilai vital, nilai kebenaran (kenyataan), nilai estetis, nilai
etis maupun nilai religius. Nilai-nilai Pancasila sebagai ideologi bersifat objektif dan
subjektif, artinya hakikat nilai-nilai Pancasila adalah bersifat universal (berlaku dimanapun),
sehingga dimungkinkan dapat diterapkan pada negara lain. Jadi kalau ada suatu negara lain
menggunakan prinsip falsafah, bahwa negara berketuhanan, berkemanusiaan, berpersatuan,
berkerakyatan, dan berkeadilan, maka Negara tersebut pada hakikatnya menggunakan dasar
filsafat dari nilai-nilai Pancasila.

Nilai-nilai Pancasila bersifat objektif, maksudnya adalah:


1) Rumusan dari sila-sila Pancasila itu sendiri memiliki makna yang terdalam menunjukkan
adanya sifat-sifat yang umum universal dan abstrak karena merupakan suatu nilai;
2) Inti dari nilai Pancasila akan tetap ada sepanjang masa dalam kehidupan bangsa
Indonesia baik dalam adat kebiasaan, kebudayaan, kenegaraan maupun dalam kehidupan
keagamaan;
3) Pancasila yang terkandung dalam Pembukaan UUD 1945 sebagai pokok kaidah negara
yang mendasar, sehingga merupakan sumber dari segala sumber hukum di Indonesia.
Sedangkan nilai-nilai Pancasila bersifat subjektif, terkandung maksud bahwa keberadaan
nilai-nilai Pancasila itu bergantung atau terlekat pada bangsa Indonesia sendiri. Hal ini dapat
dijelaskan, karena:
1) Nilai-nilai Pancasila timbul dari bangsa Indonesia, sehingga bangsa Indonesia sebagai
penyebab adanya nilai-nilai tersebut;
2) Nilai-nilai Pancasila merupakan pandangan hidup bangsa Indonesia, sehingga merupakan
jati diri bangsa yang diyakini sebagai sumber nilai atas kebenaran, kebaikan, keadilan dan
kebijaksanaan dalam hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara;
3) Nilai-nilai Pancasila di dalamnya terkandung nilai-nilai kerokhanian, yaitu nilai
kebenaran, keadilan, kebaikan, kebijaksanaan, etis, estetis, dan nilai religius yang sesuai
dengan hati nurani bangsa Indonesia dikarenakan bersumber pada kepribadian bangsa. Oleh
karena nilai-nilai Pancasila yang bersifat objektif dan subjektif tersebut, maka nilai-nilai
Pancasila bagi bangsa Indonesia menjadi landasan, menjadi dasar serta semangat bagi segala
tindakan atau perbuatan dalam kehidupan bermasyarakat maupun kehidupan bernegara.
Nilai-nilai Pancasila sebagai sumber nilai bagi manusia Indonesia dalam menjalankan
kehidupan berbangsa dan bernegara, maksudnya sumber acuan dalam bertingkah laku dan
bertindak dalam menentukan dan menyusun tata aturan hidup berbangsa dan
bernegara.Nilai-nilai Pancasila merupakan nilai-nilai yang digali, tumbuh dan berkembang
dari budaya bangsa Indonesia yang telah berakar dari keyakinan hidup bangsa Indonesia.
Dengan demikian nilai-nilai Pancasila menjadi ideologi yang tidak diciptakan oleh negara
melainkan digali dari harta kekayaan rohani, moral dan budaya masyarakat Indonesia
sendiri. Sebagai nilai-nilai yang digali dari kekayaan rohani, moral dan budaya masyarakat
Indonesia sendiri, maka nilai-nilai Pancasila akan selalu berkembang mengikuti
perkembangan masyarakat Indonesia.Sebagai ideologi yang tidak diciptakan oleh negara,
menjadikan Pancasila sebagai ideologi juga merupakan sumber nilai, sehingga Pancasila
merupakan asas kerokhanian bagi tertib hukum Indonesia, dan meliputi suasana kebatinan
(Geistlichenhintergrund) dari Undang-Undang Dasar 1945 serta mewujudkan cita-cita
hukum bagi hukum dasar negara.Pancasila sebagai sumber nilai mengharuskan Undang-
Undang Dasar mengandung isi yang mewajibkan
pemerintah, penyelenggara negara termasuk pengurus partai dan golongan fungsional untuk
memelihara budi pekerti kemanusiaan yang luhur dan memegang cita-cita moral rakyat yang
luhur.

Anda mungkin juga menyukai