Anda di halaman 1dari 8

13-Mar-12

Kendaraan yang bergerak dengan kecepatan V pada bidang


datar/miring pada lintasan lengkung seperti lingkaran, maka padanya bekerja
gaya dengan kecepatan V dan gaya sentrifugal F.
Gaya sentrifugal mendorong kendaraan keluar dari lajur jalan secara
radial. Gaya sentrifugal menimbulkan rasa tidak nyaman pada si pengemudi.
Dan hal itu akan diimbangi oleh gaya berat kendaraan akibat superelevasi &
gesekan samping. Gaya gaya tersebut akan bekerja dalam kesetimbangan.

RUMUS : gaya sentrifugal yang terjadi ; F= m . A


= = =

= = =

Sehingga, =

Fs adalah besarnya gesekan yang timbul antara ban dengan


permukaan jalan dalam arah melintang jalan yang berfungsi untuk
mengimbangi gaya sentrifugal.
Definisi Perbandingan gaya gesek dan gaya normal yang bekerja =
Gaya sentrifugal koefisien gesekan melintang/koefisien gesekan samping.
Lengkung peralihan Koefisien gesek tergantung pada :
Diagram superelevasi  kecepatan kendaraan,
 type dan kondisi ban,
Bentuk lengkung horizontal  type dan kondisi permukaan jalan
Pedoman umum perencanaan alinyemen horizontal  cuaca.
Diagram alir / flowchart pemilihanjenis lengkung Besarnya koefisien gesekan melintang dipengaruhi oleh
horizontal beberapa factor seperti : jenis dan kondisi ban, tekanan ban,
kekasaran permukaan perkerasan, kecepatan kendaraan, dan keadaan
Stationing dan panjang lengkung cuaca
Lebar perkerasan pada lengkung horizontal
Jarak pandang pada lengkung horizontal

Alinyemen Horisontal ialah proyeksi sumbu jalan pada


bidang horizontal atau proyeksi horisontal sumbu jalan tegak lurus
bidang horisontal/kertas .

Alinyemen horisontal merupakan trase jalan yang terdiri dari


garis lurus dan garis lengkung. Garis lengkung ditempatkan antara
2 garis lurus untuk mendapatkan perubahan jurusan yang bertahap

Dalam perencanaan lengkung atau biasanya disebut tikungan,


perlu diketahui hubungan design speed - lengkung dan hubungan
keduanya dengan superelevasi, yang diturunkan dari rumus-rumus
korelasi antara koefisien gesekan
mekanika, dengan batasan-batasan praktis dan faktor-faktor yang
ditentukan secara empiris. melintang maksimum dan kecepatan
rencana (THE’92)

1
13-Mar-12

Merupakan kemiringan melintang jalan pada lengkung


horisontal yang bertujuan untuk memperoleh komponen berat
kendaraan.
Semakin besar superelevasi semakin besar pula
komponen berat kendaraan yang diperoleh
Untuk kecepatan tertentu, superelevasi maksimum dan anggapan
dari faktor gesekan maksimum bersama-sama menentukan jari-jari
minimum.
Superelevasi maksimum yang dapat dipergunakan dibatasi oleh :
 keadaan cuaca (hujan, berkabut, salju)
 keadaan medan (berbukit, datar, pegunungan)
 Keadaan lingkungan, perkotaan atau luar kota
 Komposisi jenis kendaraan dari lalu lintas

1. superelevasi dan gesekan samping yang berbanding


lurus dengan kebalikan dari jari-jari
2. untuk kurva tajam, f tetap sama dengan max f dan
sin + = cos
superelevasi kemudian digunakan untuk menopang
sin + cos + sin = cos
percepatan lateral sampai mencapai e e maks. dalam
f, metode pertama dan kemudian e meningkat
sin + cos = cos − sin berbanding terbalik dengan jari-jari kelengkungan
sin
3. untuk kurva tajam, e tetap di e max dan hambatan
cos
+ = 1− tan samping ini kemudian digunakan untuk menopang
= tan percepatan lateral sampai, f mencapai f maks. dalam
metode ini, e dan f pertama meningkat berbanding
+ = 1−
terbalik dengan jari-jari kelengkungan
+
=
1−

Jika V dinyatakan dalam , g = 9.81 ⁄ dan


R dalam m, maka dapat diperoleh :
+ = • metode ini adalah sama dengan metode 3,
127
Ketajaman lengkung horizontal dinyatakan dalam kecuali bahwa hal itu didasarkan pada
radius lengkungnya atau derajat lengkung
kecepatan berjalan rata-rata bukan kecepatan
Derajat lengkung merupakan sudut desain
lengkung/pusat yang terjadi dengan busur 100 ft atau 25 • superelevasi dan gesekan sisi berada dalam
m
Semakin besar R semakin kecil D dan semakin hubungan lengkung dengan kebalikan dari
tumpul lengkung horizontal rencana, sebaliknya semakin jari-jari kurva, dengan nilai antara metode 1
kecil R semakin besar D semakin tajam lengkung
horizontal yang di rencanakan. dan 3

2
13-Mar-12

• Bina Marga mempunyai batasan untuk landai relatif sebagai


berikut :

lengkung peralihan yang memberikan


• Rumus diatas ditambah dengan kajian empiris
bentuk yang sama dengan jejak kendaraan menghasilkan
ketika beralih dari jalan lurus ke tikungan
berbentuk busur lingkaran dan sebaliknya,
• dimana :
dipengaruhi oleh sifat pengemudi, kecepatan 1/m = landai relative
kendaraan, radius lengkung, dan kemiringan Ls = panjang lengkung peralihan
melintang jalan. Bentuk lengkung spiral atau B = lebar jalur 1 arah, m
E = superelevasi, m/m’
clothoid adalah bentuk yang banyak en = kemiringan melintang normal, m/m
dipergunakan saat ini.

Keuntungan dari penggunaan lengkung peralihan pada


alinyemen horizontal :

• Pengemudi dapat dengan mudah mengikuti lajur yang telah • Bentuk lengkung peralihan yang terbaik adalah lengkung clothoid atau
disediakan untuknya, tanpa melintasi lajur lain yang berdampingan. spiral.
• Memungkinkan mengadakan perubahan dari lereng jalan normal ke
kemirigan sebesar superelevasi secara berangsur-angsur sesuai
dengan gaya sentrifugal yang timbul.
• Memungkinkan mengadakan peralihan pelebaran perkerasan yang
diperlukan dari jalan lurus ke kebutuhan lebar perkerasan pada
tikungan-tikungan yang tajam. O = titik peralihan dari bagian tangen ke bagian spiral
• Menambah keamanan dan kenyamanan bagi P = titik sembarang pada spiral
pengemudi, karena sedikit kemungkinan pengemudi τ = sudut antara garis singgung dari titik P dan sumbu X
keluar dari lajur. x = absis titik P
• Menambah keindahan bentuk dari jalan tersebut, y = ordinat titik P
menghindarikesan patahnya jalan pada batasan bagian lurus dan R = radius pada titik P
lengkung busur lingkaran. L = panjang spiral diukur dari titik O ke titik P

Landai relative adalah besarnya kelandaian sembarang titik pada lengkung


akibat perbedaan elevasi tepi perkerasan peralihan R = R.
sebelah luar sepanjang lengkung peralihan.
dl = R d τ ……………………(a)
Perbedaan elevasi dalam hal ini hanya berdasar
perubahan bentuk penampang melintang jalan dx = dl cos dτ dy = dl sin dτ
belum gabungan dengan akibat kelandaian syarat lengkung clothoid/spiral adalah radius pada
vertikal. sembarang titik berbanding terbalik dengan
panjang lengkung.
Besarnya landai relatif maksimum
dipengaruhi oleh : Kecepatan dan Tingkah laku RL = A2
pengemudi. R = A2/L ……………………(b)
A2 = konstanta

3
13-Mar-12

• Titik TS, permulaan bagian spiral dengan radius tak berhingga ke titik SC,
Substitusikan persamaan (b) ke persamaan (a)
akhir dari spiral dengan radius = Rc.
• Jika panjang lengkung peralihan dari TS ke SC adalah Ls dan koordinat titik
SC adalah Xs
• dan Ys, maka dengan menggunakan persamaan 14 dan 15 diperoleh :

dL = A2/L dτ
dτ = L/A2 dL

• Gaya sentrifugal akan berubah secara cepat jika


panjang spiral yang dipergunakan pendek, sebaliknya
gaya sentrifugal akan berubah secara perlahan – lahan
jika panjang spiral cukup panjang.
• Dirumuskan sebagai berikut :
.
Ls = 0,022 – 2,727
• Ls = panjang lengkung spiral, m
Selanjutnya diperoleh : • R = jari –jari busur lingkaran, m
• dR = y + R cos τ – R • V = kecepatan rencana, km/jam
• xm = x – R sin τ
= perubahan percepatan, m/det3, yang bernilai
antara 1-3 m/det3

• Dari uraian di atas dapatlah ditentukan


koordinat sembarang titik P pada lengkung
peralihan yang berbentuk spiral. • Tabel 4.6 memberikan panjang lengkung peralihan
• Perhatikan sebuah lengkung spiral seperti minimum yang diperoleh dari panjang terpanjang dari
ketiga kondisi a, b, dan c di atas, dan besarnya
pada gambar 4.14 di bawah ini. superelevasi yang dibutuhkan untuk setiap radius yang
dipilih pada kecepatan rencana tertentu dan
superelevasi maksimum = 10%. Kelandaian relatif
maksimum yang dipergunakan dan dasar pengukuran
panjang lengkung peralihan Ls mengikuti yang
diberikan oleh AASHTO.
• Tabel 4.7 dipersiapkan untuk nilai kelandaian
ralatif maksimum dan dasar pengukuran panjang
lengkung peralihan Ls mengikuti yang diberikan oleh
Bina Marga (luar kota).

4
13-Mar-12

Diagram superelevasi menggambarkan pencapaian


superelevasi dari lereng normal ke superelevasi penuh,
sehingga dengan mempergunakan diagram superelevasi
dapat ditentukan bentuk penampang melintang pada
setiap titik di suatu lengkung horizontal yang
direncanakan. Diagram superelevasi digambar
berdasarkan elevasi sumbu jalan sebagai garis nol. Elevasi
tepi perkerasan diberi tanda positip atau negatip ditinjau
dari ketinggian sumbu jalan. Tanda positip untuk elevasi
tepi perkerasan yang terletak lebih tinggi dari sumbu
jalan dan tanda negatip untuk elevasi tepi perkerasan
yang terletak lebih rendah dari sumbu jalan.

5
13-Mar-12

• Lengkung spiral – spiral


Lengkung horizontal berbentuk spiral–spiral adalah
lengkung tanpa busur lingkaran, sehingga titik SC berimpit
dengan titik CS. Panjang busur lingkaran Lc = 0, dan θs = ½
β. Rc yang dipilih harus sedemikian rupa sehingga Ls yang
dibutuhkan lebih besar dari Ls yang menghasilkan landai
relatif minimum yang disyaratkan. Panjang lengkung
peralihan Ls yang dipergunakan haruslah yang diperoleh
dari persamaan 18, sehingga bentuk lengkung adalah
lengkung spiral dengan sudut θs = ½ β.
Rumus – rumus untuk lengkung berbentuk spiral –
lingkaran – spiral dapat dipergunakan juga untuk lengkung
spiral – spiral asalkan memperhatikan hal yang tersebut di
atas.l

• Lengkung busur lingkaran sederhana (circle)


Kendaraan yang bergerak dari jalan lurus menuju ke tikungan, seringkali tak
dapat mempertahankan lintasannya pada lajur yang disediakan. Hal ini
disebabkan karena:
1. Pada waktu membelok yang diberi belokan pertama kali hanya roda
depan, sehingga lintasan roda belakang agak keluar lajur (off tracking).
2. Jejak lintasan kendaraan tidak lagi berimpit, karena bemper depan dan
belakang kendaraan akan mempunyai lintasan yang berbeda dengan
lintasan roda depan dan roda belakang kendaraan.
3. Pengemudi akan mengalami kesukaran dalam mempertahankan
lintasannya tetap pada lajur jalannya terutama pada tikungan – tikungan
yang tajam atau pada kecepatan – kecepatan yang tinggi.
Untuk menghindari hal tersebut di atas maka pada tikungan –
tikungan yang tajam perlu perkerasan jalan diperlebar. Pelebaran perkerasan
ini merupakan faktor dari jari – jari lengkung, kecepatan kendaraan, jenis dan
ukuran kendaraan rencana yang dipergunakan sebagai dasar perencanaan.
Pada umumnya truk tunggal merupakan jenis kendaraan yang dipergunakan
sebagai dasar penentuan tambahan lebar perkerasan yang dibutuhkan.

• Lengkung busur lingkaran dengan lengkung b=lebar kendaraan rencana

peralihan (spiral – lingkaran – spiral) B = lebar perkerasan yang


ditempati satu kendaraan
yang ditikungan pada lajur
Dari persamaan 14 dan 15 telah ditentukan
sebelah dalam.
koordinat sembarang titik P pada spiral yaitu :
U = B–b
C = lebar kebebasan samping di
kiri dan kanan kendaraan
Z = lebar tambahan akibat
kesukaran mengemudi
ditikungan.
Bn = lebar total perkerasan pada
Jika panjang lengkung peralihan dari TS
ke SC adalah LS dan R pada SC adalah
bagian lurus
Rc, Bt = lebar total perkerasan di
tikungan
n = jumlah lajur
Bt = n (B + C) + Z
Δb = tambahan lebarperkerasan di
tikungan
Δb = Bt – Bn

6
13-Mar-12

• Untuk perencanaan geometrik jalan antar Jarak pandangan pengemudi kendaraan yang bergerak pada
lajur tepi sebelah dalam seringkali dihalangi oleh gedung–gedung,
kota, Bina Marga memperhitungkan lebar B hutan-hutan kayu, tebing galian dan lain sebagainya. . Dengan
dengan mengambil posisi kritis kendaraan demikian terdapat batas minimum jarak antara sumbu lajur sebelah
yaitu pada saat roda depan kendaraan dalam dengan penghalang (m).
Banyaknya penghalang – penghalang yang mungkin terjadi dan
pertama kali dibelokkan dan tinjauan sifat – sifat yang berbeda dari masing – masing penghalang
dilakukan untuk lajur sebelah dalam. mengakibatkan sebaiknya setiap faktor yang menimbulkan halangan
• Besar lebar total : tersebut ditinjau sendiri – sendiri.

• = −( + ) + + ( + )

Garis AB = garis pandangan


Lengkung AB =jarak pandangan

Tambahan lebar perkerasan akibat kesukaran dalam


mengemudi di tikungan diberikan oleh AASHTO sebagai fungsi
dari kecepatan dan radius lajur sebelah dalam. Semakin tinggi
kecepatan kendaraan dan semakin tajam tikungan tersebut,
semakin besar tambahan pelebaran akibat kesukaran dalam
mengemudi. Hal ini disebabkan oleh kecendrungan
terlemparnya kendaraan ke arah luar dalam gerakan menikung
tersebut.

Pelebaran pada lengkung horizontal harus dilakukan Pada perencanaan alinyemen horizontal jalan, tak cukup hanya bagian
perlahan – lahan dari awal lengkung ke bentuk lengkung alinyemen saja yang memenuhi syarat, tetapi keseluruhan bagian haruslah
penuh dan sebaliknya, hal ini bertujuan untuk memberikan memberikan kesan aman dan nyaman. Lengkung yang terlampau tajam, kombinasi
bentuk lintasan yang baik bagi kendaraan yang memasuki lengkung yang tak baik akan mengurangi aktifitas jalan, dan kenyamanan serta
keamanan pemakai jalan.
lengkung atau meninggalkannya. Guna mencapai tujuan di atas, antara lain perlu diperhatikan :
Pada lengkung–lengkung lingkaran sederhana, tanpa 1. Alinyemen jalan sedapat mungkin dibuat lurus, mengikuti keadaan topografi. Hal
lengkung peralihan pelebaran perkerasan dapat dilakukan di ini akan memberikan keindahan bentuk, komposisi yang baik antara jalan dan
sepanjang lengkung peralihan akt if, yaitu bersamaan dengan alam dan juga biaya pembangunan yang lebih murah.
tempat perubahan kemiringan melintang. 2. Pada alinyemen jalan yang relatif lurus dan panjang jangan tiba – tiba terdapat
lengkung yang tajam yang akan mengejutkan pengemudi. Jika terpaksa diadakan
Pada lengkung–lengkung dengan lengkung peralihan sebaiknya didahului oleh lengkung yang lebih tumpul, sehingga pengemudi
tambahan lebar perkerasan dilakukan seluruhnya di sepanjang mempunyai kesempatan memperlambat kecepatan kendaraannya.
lengkung peralihan tersebut.

7
13-Mar-12

3. Sedapat mungkin menghindari penggunaan radius minimum


untuk kecepatan rencana tertentu, sehingga jalan tersebut lebih
mudah disesuaikan dengan perkembangan lingkungan dan fungsi
jalan.
4. Sedapat mungkin menghindari tikungan ganda, yaitu gabungan
tikungan searah dengan jari – jari yang berlainan. Tikungan ganda
ini memberikan rasa ketidak nyamanan kepada si pengemudi.
Jika terpaksa diadakan, sebaiknya masing – masing tikungan
mempunyai
lengkung peralihan (lengkung berbentuk s – c – s), sehingga
terdapat tempat penyesuaian keadaan. Jika terpaksa dibuat
gabungan lengkung horizontal berbentuk busur lingkaran, maka
radius lengkung yang berurutan diambil tidak melampaui 1:1,5.
Tikungan ganda umumnya terpaksa dibuat untuk penyesuaian
dengan keadaan medan sekeliling, sehingga pekerjaan tanah
dapat seefisien mungkin.
5. Hindarkan sedapat mungkin lengkung yang berbalik dengan
mendadak. Pada keadaan ini pengemudi kendaraan sangat sukar
mempertahankan diri pada lajur jalannya dan juga kesukaran
dalam pelaksanaan kemiringan melintang jalan.

Anda mungkin juga menyukai