Jurnal 10 PDF

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 10

Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha

Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED


LEARNING BERBASIS HYPNOTEACHING TERHADAP HASIL
BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS V SD
Putu Diantari1, I Wyn Wiarta2, I Gusti Agung Oka Negara3
1,2,3
Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, FIP
Universitas Pendidikan Ganesha
Singaraja, Indonesia

e-mail : p.diantari@yahoo.com1,wayan.wiarta@yahoo.com2,
Igustiagungokanegara@yahoo.co.id3

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan yang signifikan hasil
belajar Matematika siswa yang dibelajarkan melalui model pembelajaran problem
based learning berbasis hypnoteaching dengan siswa yang dibelajarkan melalui
pembelajaran konvensional siswa kelas V SD Gugus 1 Kuta Utara Tahun Pelajaran
2013/2014. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu (quasi
eksperimental) dengan rancangan penelitian yang digunakan adalah Nonequivalent
Control Group Design. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa SD Gugus I
Kuta Utara sebanyak 488 siswa. Sampel diambil dengan teknik Random sampling.
Data yang dikumpulkan adalah hasil belajar Matematika meliputi aspek kognitif yang
digabungkan dengan aspek afektif. Nilai kognitif didapat dari tes hasil belajar bentuk
pilihan ganda biasa dan nilai afektif didapat melalui lembar observasi berupa nilai
karakter. Data dianalisis dengan uji-t.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan hasil
belajar Matematika siswa yang dibelajarkan melalui model pembelajaran problem
based learning berbasis hypnoteaching dengan siswa yang dibelajarkan melalui
pembelajaran konvensional. Dibuktikan dari hasil analisis diperoleh thitung = 2,25 > ttabel
= 2,000 dengan dk= 71 dan taraf signifikan 5%. Dengan nilai rata-rata kelas
eksperimen yang dibelajarkan melalui model problem based learning berbasis
hypnoteaching lebih dari kelas kontrol yang dibelajarkan melalui pembelajaran
konvensional yaitu : 80,3 > 77,23.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran problem
based learning berbasis hypnoteaching berpengaruh terhadap hasil belajar
Matematika siswa kelas V SD Gugus I Kuta Utara Tahun Pelajaran 2013/2014.

Kata kunci: Model Pembelajaran Problem Based Learning Berbasis Hypnoteaching,


Pembelajaran Konvensional, Hasil Belajar Matematika.

Abstract
The purpose of this research is to know about significant differences about the
outcomes of math between students who taught by problem based learning model
based of hypnoteaching with the students who taught by conventional learning in
grade five at primary school of Gugus 1 Kuta Utara 2013/2014 academic year. This
research was a quasi-experimental study (quasi experiment) with the design of the
study was Nonequivalent Control Group Design. The population in this study were all
students in grade five at primary school of Gugus 1 Kuta Utara which consist of 488
students. The sample used a random sampling technique. The data were collected is
cognitive scores (post-test) of math to combine with character scores. The cognitive
scores got from test with the multiple choice items and the character scores got from
observation sheet . The obtained data were analyzed by t-test.
The results shows that there are significant differences in learning outcomes
of math between students who taught by problem based learning model based of
hypnoteaching with the students who taught by conventional learning. It is can be
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)

proved through the analysis of outcome got tcalculate = 2,25 > ttable with degree of
freedom (df=71) with significancy level 5%. Obtained an average of outcomes of math
between students who taught by problem based learning model based of
hypnoteaching is more than average of outcomes the students who taught by
conventional learning such as : 80,3 > 77,23 .
Thus, it can concluded that problem based learning model based of
hypnoteaching has an effect toward the result of math study in grade five of primary
school at Gugus 1 Kuta Utara 2013/2014 academic year.

Keywords : Problem Based Learning Model Based of Hypnoteaching, conventional


learning , math outcomes .

PENDAHULUAN sehari-hari. Dengan memakai konsep dasar


Dalam sistem pendidikan (UU.No. 2 Tahun Matematika siswa akan memiliki bekal
1989), seorang guru tidak saja dituntut untuk menguak perkembangan ilmu dan
sebagai pengajar yang bertugas teknologi yang berkembang pesat dewasa
menyampaikan materi pelajaran tertentu ini. Dalam pembelajaran Matematika
tetapi juga harus dapat berperan sebagai tentunya tidak lepas dari ciri matematika itu
pendidik. Telah diketahui bersama bahwa sendiri (Depdiknas, 2006), yaitu (1)
pembelajaran Matematika banyak ditakuti memiliki objek kejadian yang abstrak dan
siswa atau menjadi salah satu mata (2) berpola pikir deduktif dan konsisten.
pelajaran yang kurang disukai oleh siswa. Disamping itu Matematika berfungsi untuk
Matematika juga menjadi pelajaran mengembangkan kemampuan
penyebab ketidak lulusan siswa dalam berkomunikasi dengan menggunakan
ujian nasional. Serta menjadi mata bilangan dan simbol-simbol serta
pelajaran yang paling banyak berada ketajaman penalaran yang dapat
dibawah nilai KKM di gugus 1 Kuta Utara. membantu memperjelas dan
Hal ini tentu menjadi permasalahan yang menyelesaikan permasalahan dalam
pokok karena telah ketahui bersama bahwa kehidupan sehari-hari.
Matematika merupakan bagian yang Hal tersebut juga didukung
terintegrasi dengan kehidupan manusia dengan pendapat para ahli yakni : Susanto
sepanjang hidup. Dalam artian selalu (2013 : 185) menyatakan bahwa
membutuhkan Matematika seumur hidup. Matematika merupakan salah satu disiplin
Matematika adalah suatu ilmu yang dapat meningkatkan kemampuan
pelajaran yang tersusun secara beraturan, berpikir dan beragumentasi, memberikan
logis, berjenjang dari yang paling mudah kontribusi dalam penyelesaian masalah
hingga yang paling rumit. Dengan sehari-hari dan dalam dunia kerja.
demikian, pelajaran Matematika tersusun Menurunnya minat siswa dalam
sedemikian rupa sehingga pengertian mempelajari Matematika dapat disebabkan
terdahulu lebih mendasari pengertian karena kurangnya pengetahuan siswa serta
berikutnya. Mempelajari Matematika tidak peran guru dalam pembelajaran yang dapat
hanya berhubungan dengan bilangan- menjadikan pembelajaran Matematika
bilangan serta operasi-operasinya, menjadi terasa lebih menyenangkan. Dari
melainkan Matematika berkenaan dengan faktor-faktor tersebutlah diperlukan suatu
ide-ide, struktur-struktur dan hubungan- langkah lanjut ataupun upaya dalam rangka
hubungan yang diatur menurut urutan yang meningkatkan mutu pendidikan dan
logis. Matematika sebagai salah satu ilmu pembelajaran yaitu dengan memilih strategi
dasar, dewasa ini telah berkembang amat dalam pembelajaran agar diperolehnya
pesat baik materi maupun kegunaannya peningkatan hasil belajar Matematika.
Misalnya dengan membimbing siswa untuk
dalam kehidupan sehari-hari . bersama-sama terlibat aktif dalam
Penguasaan Matematika secara pembelajaran , memberikan masalah yang
baik sejak dini perlu ditanamkan sehingga menarik sesuai dengan kondisi lingkungan
konsep-konsep dasar Matematika dapat sekitar siswa serta kemampuan siswa dan
diterapkan dengan tepat dalam kehidupan mampu membantu siswa berkembang
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)

sesuai dengan taraf intelektualnya akan dalam Problem Based Learning (1)
lebih menguatkan pemahaman siswa Masalah digunakan sebagai awal
terhadap konsep - konsep yang pembelajaran, (2) Biasanya masalah yang
dibelajarkan. digunakan merupakan masalah dunia nyata
Hal ini menunjukkan bahwa model yang disajikan secara mengambang (ill-
pembelajaran Problem Based Learning structured) (3) Masalah biasanya menuntut
yang menitikberatkan pada masalah di perspektif majemuk (multiple perspective).
dalam pembelajaran dapat memicu Solusinya menuntut pemelajar
kemampuan Matematika siswa serta menggunakan dan mendapatkan konsep
pemikiran kreatif dalam diri siswa. Dengan dari beberapa bab atau lintas ilmu ke
Hypnoteaching yang merupakan bidang lainnya. (4) Masalah membuat
pembelajaran yang memberikan sugesti pemelajar tertantang untuk mendapatkan
kepada siswa sebagai motivasi hingga pembelajaran di ranah pembelajaran yang
menambah minat siswa dalam baru. (5) Sangat mengutamakan belajar
pembelajaran Matematika. Menurut Navis mandiri (self directed learning). (6)
(2013 : 128), Hypnoteaching merupakan Memanfaatkan sumber pengetahuan yang
perpaduan pengajaran yang melibatkan bervariasi , tidak dari satu sumber saja.
pikiran sadar dan bawah sadar. Pencarian, evaluasi serta penggunaan
Hypnoteaching ini merupakan pengetahuan ini menjadi kunci penting.
pembelajaran yang kreatif, unik, sekaligus Pembelajaran kolaboratif, komunikatif, dan
imajinatif. Dengan demikian kooperatif. Pemelajar bekerja dalam
pengkolaborasian yang terjadi antara kelompok, berinteraksi, saling mengajarkan
model pembelajaran Problem Based (peer teaching), dan melakukan presentasi.
Learning berbasiskan Hypnoteaching dapat Sebagai model pembelajaran Problem
memberikan pengaruh yang besar Based Learning memiliki keunggulan.
terhadap hasil belajar Matematika kedepan Sanjaya (2006: 218) menyatakan
sehingga dapat memberikan jalan pada keunggulan Problem Based
siswa dari kesulitan belajar yang ditemui Learning adalah: (1) Pemecahan masalah
serta nilai rata-rata mata pelajaran merupakan teknik yang cukup bagus untuk
Matematika yang diharapkan oleh guru lebih memahami isi pelajaran. (2)
adalah 95,00 Depdiknas (dalam Syah : Pemecahan masalah dapat menantang
2006). kemampuan siswa serta memberikan
Pada hakikatnya model pembelajaran kepuasan untuk menemukan pengetahuan
Problem Based Learning merupakan model baru bagi siswa. (3) Pemecahan masalah
pembelajaran yang berbasiskan pada dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran
masalah di dalam pembelajaran. Dengan siswa. (4) Pemecahan masalah dapat
pengertian bahwa pembelajaran tersebut membantu siswa bagaimana mentransfer
dimulai berdasarkan atas masalah yang pengetahuan untuk memahami masalah
dipecahkan. Di dalam Problem Based dalam kehidupan nyata. (5) Pemecahan
Learning guru lebih berperan sebagai masalah dapat membantu siswa untuk
pembimbing dan fasilitator sehingga siswa mengembangkan pengetahuan barunya
belajar berpikir dan memecahkan masalah dan bertanggung jawab dalam
learner centered mereka sendiri. Problem pembelajaran yang mereka lakukan.
Based Learning , sebagai salah satu Disamping juga dapat mendorong untuk
bentuk pembelajaran yang, memandang melakukan sendiri baik terhadap hasil
bahwa tanggung jawab harus dikenali dan maupun belajarnya. (6) Melalui pemecahan
dipegang. Problem Based Learning masalah bisa diperlihatkan bahwa setiap
menuntut peserta didik untuk bisa mata pelajaran pada dasarnya merupakan
mendapatkan berbagai sumber cara berpikir dan sesuatu yang dimengerti
pembelajaran lebih mandiri, memiliki pola oleh siswa bukan hanya sekedar belajar
pikir yang kritis dan kreatif terhadap sebuah dari guru atau dari buku saja. (7)
masalah. Menurut Tan (dalam Amir, 2010 : Pemecahan masalah dipandang lebih
22) berikut karakteristik yang tercakup mengasyikkan dan disukai siswa. (8)
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)

Pemecahan masalah dapat Menurut Yustisia (2012 : 79) ada


mengembangkan kemampuan siswa untuk beberapa manfaat yang bisa dicapai
berpikir kritis dan mengembangkan melalui penerapan Hypnoteaching dalam
kemampuan mereka untuk menyesuaikan pembelajaran di dalam kelas sebagai
pengetahuan baru. (9) Pemecahan berikut. (1) Pembelajaran menjadi
masalah dapat memberikan kesempatan menyenangkan dan lebih mengasyikkan
kepada siswa untuk mengaplikasikan bagi siswa, maupun bagi guru. (2)
pengetahuan yang telah mereka miliki Pembelajaran dapat menarik perhatian
dalam dunia nyata. (10) Pemecahan siswa melalui berbagai kreasi permainan
masalah dapat mengembangkan minat yang diterapkan oleh guru. (3) Guru
siswa untuk secara terus-menerus belajar menjadi lebih mampu dalam mengelola
sekalipun belajar pada pendidikan formal emosinya. (4) Pembelajaran dapat
telah berakhir. menumbuhkan hubungan yang harmonis
Kemudian Hypnoteaching merupakan antara guru dan siswa. (5) Guru dapat
pembelajaran yang dalam menyampaikan mengatasi siswa yang mempunyai
materi, guru memakai bahasa-bahasa kesulitan belajar melalui pendekatan
bawah sadar yang bisa menumbuhkan personal. (6) Guru dapat menumbuhkan
ketertarikan tersendiri kepada siswa. Dari semangat siswa dalam belajar melalui
asal katanya, hypnoteaching merupakan permainan hypnoteaching. (7) Guru ikut
perpaduan dari dua kata, yaitu hypnosis membantu siswa dalam menghilangkan
dan teaching. Hipnosis berarti mensugesti kebiasaan-kebiasaan buruk yang mereka
dan teaching yang berarti mengajar. Jadi miliki.
dapat dikatakan bahwa Hypnoteaching Jadi Model pembelajaran Problem Based
adalah usaha untuk menghipnosis atau Learning berbasis Hypnoteaching
mensugesti siswa supaya menjadi lebih merupakan sebuah model yang
baik dan prestasinya meningkat. berbasiskan masalah dengan
Hypnoteaching bisa dikatakan sebagai pengkolaborasian dengan Hypnoteaching
improvisasi dari sebuah pembelajaran. di dalamnya. Disini siswa diberikan
Menurut Navis (2013 : 128), Hypnoteaching masalah di dalam pembelajaran . Dalam
merupakan perpaduan pembelajaran yang prosesnya guru akan menerapkan teknik
melibatkan pikiran sadar dan bawah sadar. Hypnoteaching yaitu untuk menghipnotis
Hypnoteaching ini merupakan siswa dengan cara memberikan beberapa
pembelajaran yang kreatif, unik, sekaligus teknik sehingga siswa mampu termotivasi
imajinatif. Sementara itu , menurut Noer dan dapat menyelesaikan permasalahan
(2010 : 21), dalam Hypnoteaching guru tersebut dengan cepat dan tepat.
bertindak sebagai penghipnotis, sedangkan Tujuannya adalah agar siswa mampu
siswa berperan sebagai suyet atau orang memecahkan masalah dengan
yang dihipnotis . Dalam pembelajaran, kemampuan diri sendiri bukan hanya nanti
sebenarnya guru tidak perlu menidurkan permasalahan dalam konteks
siswa ketika memberikan sugesti . Guru pembelajaran. Namun dapat
cukup menggunakan bahasa yang menyelesaikan permasalahan-
persuasive sebagai alat komunikasi yang permasalahan lainnya di dalam kehidupan.
sesuai dengan harapan siswa. Seorang Dengan Hypnoteaching akan memberikan
neuroscientist dari Georgetown University sugesti serta kesadaran dan
Center, Pert oleh Riyadi (dalam Yustisia, menumbuhkan motivasi dan minat siswa
2012 : 71), menyatakan bahwa 98-99% dalam menyelesaikan masalah yang
pembelajaran dilakukan oleh otak dan ditemui. Sebagian besar yang terjadi siswa
tubuh pada level bawah sadar . Sementara kurang memiliki keinginan untuk
itu hasil riset lainnya menunjukkan bahwa mnyelesaikan sebuah permasalahan dalam
dengan penggunaan teknik pembelajaran pembelajaran . Oleh karena itu dengan
prasadar akan bisa mencapai hasil dipadukan dengan teknik Hypnoteaching
pembelajaran yang sangat baik melalui akan menarik dan menumbuhkembangkan
pengaruh maksimal pada memori. keinginan siswa dalam menyelesaikan
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)

persoalan yang terjadi baik di dalam sekedar menerima informasi, melainkan


pembelajaran maupun di luar konteks adanya perubahan prilaku dan tindakan
pembelajaran itu sendiri. Seperti yang telah yang dilakukan di dalam semua aspek
menjadi harapan semua stakeholder kehidupan itu sendiri.
pendidikan bahwa belajar bukan hanya
Dalung sebagai kelas eksperimen dan
siswa kelas V SD N 2 Dalung sebagai kelas
METODE
kontrol.
Penelitian ini dilaksanakan di SD
Variabel penelitian terdiri dari
Gugus 1 Kuta Utara Badung pada
variabel bebas yaitu model pembelajaran
semester genap tahun pelajaran
problem based learning berbasis
2013/2014.
hypnoteaching dan variabel terikat yaitu
Jenis penelitian ini merupakan
hasil belajar matematika.
penelitian eksperimen karena tidak semua
Metode pengumpulan data
variabel dan kondisi eksperimen dapat
menggunakan metode tes dan lembar
diatur secara ketat, penelitian ini
observasi . Menurut Sudijono (2012 : 66)
dikategorikan eksperimen semu.
menyatakan tes adalah alat atau prosedur
Rancangan penelitian yang digunakan
yang dipergunakan dalam rangka
adalah Nonequivalent Control Group
pengukuran dan penilaian. Metode tes
Desain. Pre-test dilakukan untuk
dilakukan dengan memberikan sejumlah
menyetarakan kelompok dengan
tes untuk mengukur hasil belajar
memberikan tes matematika dengan materi
Matematika. Pemberian post-test adalah
semester ganjil sebelumnya.
suatu teknik pengumpulan data tentang
Dalam penelitian ini populasi yang
hasil belajar dalam ranah kognitif siswa.
digunakan adalah seluruh siswa kelas V
Adapun bentuk tes dalam penelitian ini
SD Gugus 1 Kuta Utara tahun pelajaran
adalah 30 soal dalam tes hasil belajar
2013/2014 yang berjumlah 488 siswa.
objektif dengan bentuk multiple choice yang
Sampel merupakan sebagian yang diambil
terdiri atas pertanyaan atau pernyataan
dari totalitas populasi yang digunakan
yang sifatnya belum selesai, dan untuk
sebagai pusat dalam penelitian. Sampel
menyelesaikannya harus dipilih salah satu
dalam penelitian ini diambil dengan
(atau lebih) dari beberapa kemungkinan
menggunakan teknik acak atau random
jawaban yang telah disediakan pada tiap-
sampling yang kemudian didapat dua
tiap butir soal yang bersangkutan.
sekolah secara random yaitu SDN. 1
Kemudian untuk penilaian karakter
Dalung dan SDN. 2 Dalung. Setelah
menggunakan lembar observasi. Observasi
diperoleh dua kelas sebagai sampel
sebagai alat evaluasi untuk menilai tingkah
penelitian kemudian kedua kelas ini
laku individu atau terjadinya suatu kegiatan
dilakukan uji kesetaraan dengan uji-t.
yang dapat diamati, baik dalam situasi yang
Namun sebelumnya dilakukan uji prasyarat
sebenarnya maupun dalam situasi buatan.
yang meliputi uji normalitas dan uji
(Sudijono, 2012 : 76). Ada tiga aspek sikap
homogenitas. Kemudian telah diperoleh
yang diobservasi sesuai dengan
bahwa hasil pre-test SD N.1 Dalung dan
karakteristik pembelajaran Matematika
SD N. 2 Dalung berdistribusi normal dan
yakni : disiplin,tanggung jawab, kreatif.
homogen. Setelah itu dilanjutkan dengan uji
Adapun data tentang nilai akhir hasil belajar
t polled varians. Dari hasil perhitungan
Matematika merupakan penggabungan dari
diperoleh t hitung sebesar -1,7. Sedangkan
nilai post-tes dan penilaian karakter .
ttabel pada taraf signifikansi 5 % dan dk = n1
Sebelum tes digunakan untuk mengambil
+ n2 – 2 = 34 + 39 – 2 = 71, adalah 2,00.
data penelitian, tes tersebut diujicobakan
Oleh karena itu nilai thitung < ttabel, maka
untuk memperoleh kelayakan suatu tes
kedua kelompok dinyatakan Setara.
yang nantinya dipergunakan sebagai
Untuk menentukan kelas eksperimen
instrumen penelitian antara lain : (1) Uji
dan kelas kontrol digunakan random
Validitas (diperoleh 33 soal valid dari 40
sampling. Didapat siswa kelas V SD N 1
soal yang diujicobakan dalam post-test, (2)
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)

Uji reliabelitas (r11 =0,89) ini berarti soal butir soal dengan kriteria mudah. Kemudian
tergolong reliabel yang sangat tingggi untuk uji prasyarat analisis menggunakan
(0,80 1,00) , (3) Uji Daya Beda diperoleh 1 uji normalitas sebaran data dengan uji Chi-
butir soal sangat baik, 17 butir soal dengan Kuadrat, uji homogeitas varians
kategori baik, 14 butir soal dengan kategori menggunakan uji F,dan uji hipotesis
cukup baik, dan 1 butir soal kurang baik, (4) menggunakan uji-t dengan rumus polled
Uji Tingkat Kesukaran diperoleh 5 butir soal varians.
sukar, 19 butir soal kategori sedang dan 8
rata sebesar 77,23, modus sebesar 75 dan
HASIL DAN PEMBAHASAN median sebesar 75.
Hasil analisis data diperoleh rata- Berdasarkan data hasil belajar
rata nilai hasil belajar akhir Matematika Matematika siswa, dapat diketahui bahwa
yang merupakan gabungan nilai kognitif terdapat 34 siswa atau 87,18% siswa
berupa post-test dengan nilai afektif memperoleh hasil belajar di atas KKM
berupa lembar observasi yaitu nilai untuk yaitu 71 untuk Matematika dan 5 siswa
kelompok eksperimen yang mengikuti atau 12,82% siswa memperoleh hasil
model pembelajaran problem based belajar di bawah KKM pada kelompok
learning berbasis hypnoteaching adalah kontrol.
80,3 dengan varians 33,98 dan standar Hal ini menunjukkan bahwa
deviasi 5,83 sedangkan nilai rata-rata kelompok eksperimen yang mengikuti
kelompok kontrol yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran
pembelajaran konvensional adalah 77,23 problem based learning berbasis
dengan varians sebesar 36,19 dan standar hypnoteaching memiliki rata-rata nilai hasil
deviasi 6,01 . belajar Matematika lebih besar dari pada
Skor hasil belajar Matematika yang kelompok kontrol yang mengikuti
mengikuti model pembelajaran problem pembelajaran konvensional. Sebelum
based learning berbasis hypnoteaching melakukan uji hipotesis, terlebih dahulu
siswa kelas V SD N. 1 Dalung dilakukan uji prasyarat yakni : uji
menunjukkan bahwa skor tertinggi yang normalitas dan uji homogenitas.
dicapai siswa 90 dari skor tertinggi yang Uji normalitas data dilakukan pada
mungkin dicapai siswa adalah 100, dua kelompok data, meliputi data
sedangkan skor terendah yang dicapai kelompok eksperimen yang dibelajarkan
adalah 68,5 dari skor yang mungkin dengan menggunakan model
dicapai adalah 0, rentangan sebesar 21,5, pembelajaran problem based learning
rata-rata sebesar 80,3, modus sebesar 80 berbasis hypnoteaching dan data
dan median sebesar 80. kelompok kontrol menggunakan
Berdasarkan data hasil belajar pembelajaran konvensional. Uji normalitas
Matematika siswa, dapat diketahui bahwa sebaran data dilakukan menggunakan Chi-
terdapat 32 siswa atau 94,12% siswa Kuadrat .
memperoleh hasil belajar di atas KKM Berdasarkan hasil perhitungan uji
yaitu 71 untuk Matematika dan 2 siswa normalitas kelompok eksperimen . Dari
atau 5,88% siswa memperoleh hasil tabel kerja diperoleh x2hit = 2,75
belajar di bawah KKM pada kelompok sedangkan untuk taraf signifikan 5% (α =
eksperiemen. 0,05) dan derajat kebebasan (db) = 5
Kemudian skor hasil belajar diperoleh x2tabel = x2 (0,05,5) = 11,07,
Matematika yang mengikuti pembelajaran karena x2tabel > x2hit , ini berarti sebaran
konvensional siswa kelas V SD N. 2 data nilai akhir kelompok eksperimen yang
Dalung menunjukkan bahwa skor tertinggi dibelajarkan dengan menggunakan model
yang dicapai siswa 88,5 dari skor tertinggi pembelajaran problem based learning
yang mungkin dicapai siswa adalah 100, berbasis hypnoteaching berdistribusi
sedangkan skor terendah yang dicapai normal.
adalah 65 dari skor yang mungkin dicapai Sedangkan hasil perhitungan uji
adalah 0, rentangan sebesar 23,5, rata- normalitas kelompok kontrol .Dari tabel
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)

kerja diperoleh x2hit = 7,47 sedangkan maka sampel homogen. Dari hasil
untuk taraf signifikan 5% (α = 0,05) dan perhitungan diperoleh Fhitung sebesar 1,06
derajat kebebasan (db) = 5 diperoleh x2tabel ini kemudian dibandingkan dengan nilai
= x2 (0,05,5) = 11,07, karena x2tabel > x2hit , Ftabel. Derajat kebebasan pembilang 34 – 1
ini berarti sebaran data nilai akhir = 33 dan derajat kebebasan penyebut 39
kelompok kontrol yang dibelajarkan – 1 = 38 dengan taraf signifikansi 5 %,
dengan menggunakan pembelajaran maka diperoleh Ftabel = 1,76. Nilai Fhitung <
konvensional berdistribusi normal. Ftabel , ini berarti nilai post-tes Matematika
Uji homogenitas varian dilakukan ke dua sekolah yaitu SD Negeri 1 Dalung
berdasarkan data hasil belajar Matematika dengan SD Negeri 2 Dalung Homogen.
yang meliputi data kelompok eksperimen Hipotesis penelitian yang diuji
yang dibelajarkan melalui model adalah tidak terdapat perbedaan yang
pembelajaran problem based learning signifikan hasil belajar Matematika siswa
berbasis hypnoteaching dan kelompok yang dibelajarkan melalui model
kontrol yang dibelajarkan melalui pembelajaran problem based learning
pembelajaran konvensional. Jumlah berbasis hypnoteaching dengan siswa
kelompok eksperimen adalah 34 siswa dan yang dibelajarkan melalui pembelajaran
jumlah kelompok kontrol adalah 39 siswa. konvensional . Untuk menguji hipotesis
Uji homogenitas varian menggunakan uji digunakan uji-t.
F. Kriteria pengujian jika Fhitung < Ftabel
Berdasarkan hasil analisis data konvensional siswa kelas V SD Gugus 1
diperoleh thitung sebesar 2,25. Dengan Kuta Utara , Badung pada taraf signifikansi
menggunakan taraf signifikansi 5% dan dk 0,05 diterima. Hal ini mengandung arti
= 71 diperoleh batas penolakan hipotesis bahwa siswa yang dibelajarkan
nol sebesar 2,000. Berarti thitung > ttabel menggunakan melalui model pembelajaran
maka hipotesis nol yang diajukan ditolak problem based learning berbasis
dan menerima hipotesis alternatif. Maka hypnoteaching hasil belajarnya lebih baik
dapat dikatakan bahwa hipotesis nol yang daripada siswa yang dibelajarkan dengan
diajukan tidak terdapat perbedaan yang menggunakan model pembelajaran
signifikan hasil belajar Matematika antara konvensional pada standar kompetensi
siswa yang dibelajarkan melalui model memahami sifat-sifat bangun dan
pembelajaran problem based learning hubungan antar bangun.
berbasis hypnoteaching dengan siswa Adapun perbedaan yang terjadi di
yang dibelajarkan melalui pembelajaran kelas eksperimen antara lain : siswa
konvensional pada siswa kelas V SD cenderung lebih aktif di kelas ekperimen,
Gugus 1 Kuta Utara Tahun Pelajaran dengan memberlakukan jam emosi siswa
2013/2014 ditolak dan menerima hipotesis tahu kapan saatnya berdiskusi, adanya
alternative yaitu : terdapat perbedaan yang jam lepas membuat siswa merasa terhibur
signifikan hasil belajar Matematika antara dan kembali belajar. Permasalahan yang
siswa yang dibelajarkan melalui model dekat dengan kehidupan sehari-hari
pembelajaran problem based learning menjadi lebih mudah dipahami. Diberikan
berbasis hypnoteaching dengan siswa kebebasan sepenuhnya untuk
yang dibelajarkan melalui pembelajaran memecahkan masalah menyebabkan
konvensional pada siswa kelas V SD siswa lebih kreatif dan tidak merasa takut
Gugus 1 Kuta Utara Tahun Pelajaran mengeluarkan pendapatnya. Sedangkan di
2013/2014. Berdasarkan uji-t diperoleh kelas kontrol jumlah siswa yang cukup
thitung> ttabel berarti hipotesis yang padat dengan kelas yang berdampingan
menyatakan bahwa terdapat perbedaan dengan kelas rendah membuat suasana
yang signifikan hasil belajar Matematika pembelajaran terasa kurang nyaman
pada kelas yang dibelajarkan melalui karena keributan. Ditambah lagi adanya
model pembelajaran problem based siswa yang belajar di siang hari
learning berbasis hypnoteaching dengan berdatangan dan berkeliaran di halaman
kelas yang dibelajarkan secara menunggu kelas yang akan dipergunakan.
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)

Selain dari pada itu, siswa lebih dapat membantu siswa untuk
mendengarkan guru dalam pembelajaran. mengembangkan pengetahuan barunya
Hal ini disebabkan karena model dan bertanggung jawab dalam
pembelajaran problem based learning pembelajaran yang mereka lakukan.
berbasis hypnoteaching merupakan model Disamping juga dapat mendorong untuk
pembelajaran yang menekankan pada melakukan sendiri baik terhadap hasil
siswa untuk berusaha menyelesaikan maupun proses belajarnya. (6) Melalui
masalah baik yang terjadi dalam pemecahan masalah bisa diperlihatkan
pembelajaran maupun kehidupan sebagai bahwa setiap mata pelajaran pada
aplikasinya. Dengan sugesti yang amat dasarnya merupakan cara berpikir dan
membantu dalam pembelajaran yang sesuatu yang dimengerti oleh siswa bukan
dapat mengubah pola pikir siswa kearah hanya sekedar belajar dari guru atau dari
yang positif untuk dapat menyelesaikan buku saja. (7) Pemecahan masalah
suatu masalah. Pembelajaran yang dipandang lebih mengasyikkan dan disukai
berbasis dari masalah meningkatkan siswa. (8) Pemecahan masalah dapat
kemampuan siswa, keterlibatan siswa mengembangkan kemampuan siswa untuk
secara aktif di dalam kelompok, berpikir kritis dan mengembangkan
mengembangkan pola pikir kreatif, kemampuan mereka untuk menyesuaikan
motivasi, serta tidak putus asa menjadi pengetahuan baru.(9) Pemecahan
satu hal penting dalam pembelajaran siswa masalah dapat memberikan kesempatan
. Siswa sebagai subjek belajar yang kepada siswa untuk mengaplikasikan
mencari dan menemukan alternative pengetahuan yang telah mereka miliki
penyelesaian masalah. Pembelajaran yang dalam dunia nyata.(10) Pemecahan
menantang siswa dengan membangun masalah dapat mengembangkan minat
pola pikir yang aktif, positif terhadap suatu siswa untuk secara terus-menerus belajar
masalah yang juga sangat baik bagi sekalipun belajar pada pendidikan formal
pengembangan karakter di kemudian hari telah berakhir.
dalam mengambil sikap terhadap suatu Hal tersebut juga didukung oleh
masalah. Sedangkan Matematika penelitian yang dilakukan oleh Pratiwi
merupakan pelajaran yang memecahkan (2013) menyatakan bahwa ada
permasalahan baik dalam perhitungan peningkatan hasil belajar siswa kelas V
serta permasalahan sehari-hari yang dalam pembelajaran Matematika
sering ditemui. Dengan demikian melalui menggunakan model Problem Based
model pembelajaran problem based Learning. Berbeda dengan pembelajaran
learning berbasis hypnoteaching dapat konvensional, dalam pembelajaran siswa
memberikan pelajaran yang lebih cenderung kurang aktif, guru lebih sebagai
bermakna bagi siswa. Ini sejalan dengan subjek pembelajaran, dan banyak faktor
pendapat Sanjaya (2006: 218) menyatakan lain yang menngakibatkan kurang
keunggulan Problem Based optimalnya pembelajaran di kelas baik
Learning adalah: (1) Pemecahan suasana dikelas , padatnya jumlah siswa
masamblah merupakan teknik yang cukup sehingga fokus siswa terhadap guru
bagus untuk lebih memahami isi pelajaran. berkurang.
(2) Pemecahan masalah dapat menantang Hal ini mendukung hipotesis yang
kemampuan siswa serta memberikan menyatakan bahwa terdapat perbedaan
kepuasan untuk menemukan pengetahuan yang signifikan hasil belajar Matematika
baru bagi siswa. (3) Pemecahan masalah pada kelas yang dibelajarkan melalui
dapat meningkatkan aktivitas model pembelajaran problem based
pembelajaran siswa. (4) Pemecahan learning berbasis hypnoteaching dengan
masalah dapat membantu siswa kelas yang dibelajarkan secara
bagaimana mentransfer pengetahuan konvensional siswa kelas V SD Gugus 1
untuk memahami masalah dalam Kuta Utara, Badung.
kehidupan nyata. (5) Pemecahan masalah
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)

SIMPULAN DAN SARAN


Hasil belajar Matematika siswa yang Dengan demikian dapat disimpulkan
dibelajarkan dengan menerapkan model bahwa model pembelajaran problem
pembelajaran problem based learning based learning berbasis hypnoteaching
berbasis hypnoteaching pada siswa kelas berpengaruh terhadap hasil belajar
V SD Gugus I Kuta Utara Tahun Pelajaran Matematika siswa kelas V SD Gugus I
2013/2014 diperoleh rerata post-test = Kuta Utara Tahun Pelajaran 2013/2014.
80,3. Diketahui bahwa terdapat 32 siswa Berdasarkan hasil penelitian,
atau 94,12 % siswa memperoleh hasil pembahasan dan kesimpulan, maka dapat
belajar di atas KKM yaitu 71 untuk diajukan beberapa saran sebagai berikut.
Matematika dan 2 siswa atau 5,88% siswa Bagi Guru, dengan diadakan penelitian
memperoleh hasil belajar di bawah KKM ini, guru dapat mengembangkan
pada kelompok eksperimen. Hal ini pembelajaran yang lebih kreatif dan yang
menunjukkan bahwa kecenderungan paling penting memiliki makna bagi siswa
siswa yang mengikuti model pemelajaran itu sendiri.
problem based learning berbasis Bagi Siswa, diharapkan dengan
hypnoteaching memperoleh hasil belajar penelitian ini, siswa dapat lebih termotivasi
di atas KKM. belajar. Menggali ide-ide lainnya serta
Hasil belajar Matematika siswa yang dapat memecahkan permasalahan sendiri
dibelajarkan dengan menerapkan baik yang terkait dengan dirinya dan
pembelajaran konvensional pada siswa pembelajaran.
kelas V SD Gugus I Kuta Utara Tahun Bagi Sekolah, dengan adanya
Pelajaran 2013/2014 diperoleh rerata penelitian ini diharapkan sekolah dapat
post-test = 77,23. Diketahui bahwa membangun landasan terkait dengan
terdapat 34 siswa atau 87,18% siswa pengembangan dan kemajuan pendidikan
memperoleh hasil belajar di atas KKM kedepan bagi sekolah itu sendiri.
yaitu 71 untuk Matematika dan 5 siswa Bagi Peneliti Lain, diharapkan
atau 12,82% siswa memperoleh hasil peneliti selanjutnya dapat menggali serta
belajar di bawah nilai KKM pada kelompok mengembangkan pembelajaran yang lebih
kontrol. inovatif kedepan terkait dengan model
Dari perhitungan uji-t pada bab pembelajaran tentunya.
sebelumnya dengan menggunakan taraf
signifikansi 5% (α = 0,05) atau taraf
kepercayaan 95% dengan dk = 71, DAFTAR PUSTAKA
diperoleh ttabel = 2,000 dan thitung = 2,25. Amir, Taufiq .2010 .Inovasi Pendidikan
Kedua nilai tersebut dibandingkan maka Melalui Problem Based Learning
diperoleh thitung ˃ ttabel (2,25 ˃ 2,000). Dari .Jakarta : Kencana Prenada Media
perbandingan ini maka H0 ditolak dan Ha Group .
diterima, yang artinya terdapat perbedaan
yang signifikan hasil belajar Matematika Gian ,Wida. 2013. Pengaruh Model
siswa yang dibelajarkan melalui Problem Based Learning Terhadap
penerapan model pembelajaran problem Hasil Belajar Materi Pecahan dalam
based learning berbasis hypnoteaching Mata Pelajaran Matematika Pada
dengan siswa yang dibelajarkan melalui Siswa Kelas V SD Saraswati
pembelajaran secara konvensional pada Tabanan .Skripsi (tidak diterbitkan).
siswa kelas V SD Gugus I Kuta Utara Jurusan Pendidikn Guru Sekolah
Tahun Pelajaran 2013/2014. Dengan nilai Dasar, Undiksha Denpasar.
rata-rata kelas eksperimen yang
dibelajarkan melalui model problem based Juliantara. 2009. “ Ciri-ciri Pembelajaran
learning berbasis hypnoteaching lebih dari Konvensional”. Tersedia pada
kelas kontrol yang dibelajarkan melalui http://mediafunia.blogspot.com/2013/
pembelajaran konvensional yaitu : 80,3 > 01/model-pembelajaran-
77,23.
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)

konvensional.html (diakses pada


tanggal 05 Januari 2014).
Musfiqon.2012 .Metodologi Penelitian
Pendidikan .Jakarta : Prestasi
Pustaka.

Navis, Akbar. 2013. Hypnoteaching.


Jakarta : AR-Ruzz Media

Sanjaya. 2006. “Keunggulan Problem


Based Learning”. Tersedia pada
http://
kumpulanmakalah.blogspot.co
m/2011/05/model-pembelajaran-
problembased-learning.html (diakses
pada tanggal 28 Desember 2014).

Sudijono, Anas. 2011. Evaluasi


Pendidikan. Jakarta : Raja Grafindo
Persada.

Sugiyono.2012. Metode Penelitian


Pendidikan .Bandung : Alfabeta.

Susanto, Ahmad. 2013. Teori Belajar Dan


Pembelajaran Di Sekolah Dasar.
Jakarta : Kencana Prenada Media
Group .

Yustisia. 2012. Hypnoteaching.Jakarta :


AR-Ruzz Media.

Anda mungkin juga menyukai