Jurnal 10 PDF
Jurnal 10 PDF
Jurnal 10 PDF
e-mail : p.diantari@yahoo.com1,wayan.wiarta@yahoo.com2,
Igustiagungokanegara@yahoo.co.id3
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan yang signifikan hasil
belajar Matematika siswa yang dibelajarkan melalui model pembelajaran problem
based learning berbasis hypnoteaching dengan siswa yang dibelajarkan melalui
pembelajaran konvensional siswa kelas V SD Gugus 1 Kuta Utara Tahun Pelajaran
2013/2014. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu (quasi
eksperimental) dengan rancangan penelitian yang digunakan adalah Nonequivalent
Control Group Design. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa SD Gugus I
Kuta Utara sebanyak 488 siswa. Sampel diambil dengan teknik Random sampling.
Data yang dikumpulkan adalah hasil belajar Matematika meliputi aspek kognitif yang
digabungkan dengan aspek afektif. Nilai kognitif didapat dari tes hasil belajar bentuk
pilihan ganda biasa dan nilai afektif didapat melalui lembar observasi berupa nilai
karakter. Data dianalisis dengan uji-t.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan hasil
belajar Matematika siswa yang dibelajarkan melalui model pembelajaran problem
based learning berbasis hypnoteaching dengan siswa yang dibelajarkan melalui
pembelajaran konvensional. Dibuktikan dari hasil analisis diperoleh thitung = 2,25 > ttabel
= 2,000 dengan dk= 71 dan taraf signifikan 5%. Dengan nilai rata-rata kelas
eksperimen yang dibelajarkan melalui model problem based learning berbasis
hypnoteaching lebih dari kelas kontrol yang dibelajarkan melalui pembelajaran
konvensional yaitu : 80,3 > 77,23.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran problem
based learning berbasis hypnoteaching berpengaruh terhadap hasil belajar
Matematika siswa kelas V SD Gugus I Kuta Utara Tahun Pelajaran 2013/2014.
Abstract
The purpose of this research is to know about significant differences about the
outcomes of math between students who taught by problem based learning model
based of hypnoteaching with the students who taught by conventional learning in
grade five at primary school of Gugus 1 Kuta Utara 2013/2014 academic year. This
research was a quasi-experimental study (quasi experiment) with the design of the
study was Nonequivalent Control Group Design. The population in this study were all
students in grade five at primary school of Gugus 1 Kuta Utara which consist of 488
students. The sample used a random sampling technique. The data were collected is
cognitive scores (post-test) of math to combine with character scores. The cognitive
scores got from test with the multiple choice items and the character scores got from
observation sheet . The obtained data were analyzed by t-test.
The results shows that there are significant differences in learning outcomes
of math between students who taught by problem based learning model based of
hypnoteaching with the students who taught by conventional learning. It is can be
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
proved through the analysis of outcome got tcalculate = 2,25 > ttable with degree of
freedom (df=71) with significancy level 5%. Obtained an average of outcomes of math
between students who taught by problem based learning model based of
hypnoteaching is more than average of outcomes the students who taught by
conventional learning such as : 80,3 > 77,23 .
Thus, it can concluded that problem based learning model based of
hypnoteaching has an effect toward the result of math study in grade five of primary
school at Gugus 1 Kuta Utara 2013/2014 academic year.
sesuai dengan taraf intelektualnya akan dalam Problem Based Learning (1)
lebih menguatkan pemahaman siswa Masalah digunakan sebagai awal
terhadap konsep - konsep yang pembelajaran, (2) Biasanya masalah yang
dibelajarkan. digunakan merupakan masalah dunia nyata
Hal ini menunjukkan bahwa model yang disajikan secara mengambang (ill-
pembelajaran Problem Based Learning structured) (3) Masalah biasanya menuntut
yang menitikberatkan pada masalah di perspektif majemuk (multiple perspective).
dalam pembelajaran dapat memicu Solusinya menuntut pemelajar
kemampuan Matematika siswa serta menggunakan dan mendapatkan konsep
pemikiran kreatif dalam diri siswa. Dengan dari beberapa bab atau lintas ilmu ke
Hypnoteaching yang merupakan bidang lainnya. (4) Masalah membuat
pembelajaran yang memberikan sugesti pemelajar tertantang untuk mendapatkan
kepada siswa sebagai motivasi hingga pembelajaran di ranah pembelajaran yang
menambah minat siswa dalam baru. (5) Sangat mengutamakan belajar
pembelajaran Matematika. Menurut Navis mandiri (self directed learning). (6)
(2013 : 128), Hypnoteaching merupakan Memanfaatkan sumber pengetahuan yang
perpaduan pengajaran yang melibatkan bervariasi , tidak dari satu sumber saja.
pikiran sadar dan bawah sadar. Pencarian, evaluasi serta penggunaan
Hypnoteaching ini merupakan pengetahuan ini menjadi kunci penting.
pembelajaran yang kreatif, unik, sekaligus Pembelajaran kolaboratif, komunikatif, dan
imajinatif. Dengan demikian kooperatif. Pemelajar bekerja dalam
pengkolaborasian yang terjadi antara kelompok, berinteraksi, saling mengajarkan
model pembelajaran Problem Based (peer teaching), dan melakukan presentasi.
Learning berbasiskan Hypnoteaching dapat Sebagai model pembelajaran Problem
memberikan pengaruh yang besar Based Learning memiliki keunggulan.
terhadap hasil belajar Matematika kedepan Sanjaya (2006: 218) menyatakan
sehingga dapat memberikan jalan pada keunggulan Problem Based
siswa dari kesulitan belajar yang ditemui Learning adalah: (1) Pemecahan masalah
serta nilai rata-rata mata pelajaran merupakan teknik yang cukup bagus untuk
Matematika yang diharapkan oleh guru lebih memahami isi pelajaran. (2)
adalah 95,00 Depdiknas (dalam Syah : Pemecahan masalah dapat menantang
2006). kemampuan siswa serta memberikan
Pada hakikatnya model pembelajaran kepuasan untuk menemukan pengetahuan
Problem Based Learning merupakan model baru bagi siswa. (3) Pemecahan masalah
pembelajaran yang berbasiskan pada dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran
masalah di dalam pembelajaran. Dengan siswa. (4) Pemecahan masalah dapat
pengertian bahwa pembelajaran tersebut membantu siswa bagaimana mentransfer
dimulai berdasarkan atas masalah yang pengetahuan untuk memahami masalah
dipecahkan. Di dalam Problem Based dalam kehidupan nyata. (5) Pemecahan
Learning guru lebih berperan sebagai masalah dapat membantu siswa untuk
pembimbing dan fasilitator sehingga siswa mengembangkan pengetahuan barunya
belajar berpikir dan memecahkan masalah dan bertanggung jawab dalam
learner centered mereka sendiri. Problem pembelajaran yang mereka lakukan.
Based Learning , sebagai salah satu Disamping juga dapat mendorong untuk
bentuk pembelajaran yang, memandang melakukan sendiri baik terhadap hasil
bahwa tanggung jawab harus dikenali dan maupun belajarnya. (6) Melalui pemecahan
dipegang. Problem Based Learning masalah bisa diperlihatkan bahwa setiap
menuntut peserta didik untuk bisa mata pelajaran pada dasarnya merupakan
mendapatkan berbagai sumber cara berpikir dan sesuatu yang dimengerti
pembelajaran lebih mandiri, memiliki pola oleh siswa bukan hanya sekedar belajar
pikir yang kritis dan kreatif terhadap sebuah dari guru atau dari buku saja. (7)
masalah. Menurut Tan (dalam Amir, 2010 : Pemecahan masalah dipandang lebih
22) berikut karakteristik yang tercakup mengasyikkan dan disukai siswa. (8)
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
Uji reliabelitas (r11 =0,89) ini berarti soal butir soal dengan kriteria mudah. Kemudian
tergolong reliabel yang sangat tingggi untuk uji prasyarat analisis menggunakan
(0,80 1,00) , (3) Uji Daya Beda diperoleh 1 uji normalitas sebaran data dengan uji Chi-
butir soal sangat baik, 17 butir soal dengan Kuadrat, uji homogeitas varians
kategori baik, 14 butir soal dengan kategori menggunakan uji F,dan uji hipotesis
cukup baik, dan 1 butir soal kurang baik, (4) menggunakan uji-t dengan rumus polled
Uji Tingkat Kesukaran diperoleh 5 butir soal varians.
sukar, 19 butir soal kategori sedang dan 8
rata sebesar 77,23, modus sebesar 75 dan
HASIL DAN PEMBAHASAN median sebesar 75.
Hasil analisis data diperoleh rata- Berdasarkan data hasil belajar
rata nilai hasil belajar akhir Matematika Matematika siswa, dapat diketahui bahwa
yang merupakan gabungan nilai kognitif terdapat 34 siswa atau 87,18% siswa
berupa post-test dengan nilai afektif memperoleh hasil belajar di atas KKM
berupa lembar observasi yaitu nilai untuk yaitu 71 untuk Matematika dan 5 siswa
kelompok eksperimen yang mengikuti atau 12,82% siswa memperoleh hasil
model pembelajaran problem based belajar di bawah KKM pada kelompok
learning berbasis hypnoteaching adalah kontrol.
80,3 dengan varians 33,98 dan standar Hal ini menunjukkan bahwa
deviasi 5,83 sedangkan nilai rata-rata kelompok eksperimen yang mengikuti
kelompok kontrol yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran
pembelajaran konvensional adalah 77,23 problem based learning berbasis
dengan varians sebesar 36,19 dan standar hypnoteaching memiliki rata-rata nilai hasil
deviasi 6,01 . belajar Matematika lebih besar dari pada
Skor hasil belajar Matematika yang kelompok kontrol yang mengikuti
mengikuti model pembelajaran problem pembelajaran konvensional. Sebelum
based learning berbasis hypnoteaching melakukan uji hipotesis, terlebih dahulu
siswa kelas V SD N. 1 Dalung dilakukan uji prasyarat yakni : uji
menunjukkan bahwa skor tertinggi yang normalitas dan uji homogenitas.
dicapai siswa 90 dari skor tertinggi yang Uji normalitas data dilakukan pada
mungkin dicapai siswa adalah 100, dua kelompok data, meliputi data
sedangkan skor terendah yang dicapai kelompok eksperimen yang dibelajarkan
adalah 68,5 dari skor yang mungkin dengan menggunakan model
dicapai adalah 0, rentangan sebesar 21,5, pembelajaran problem based learning
rata-rata sebesar 80,3, modus sebesar 80 berbasis hypnoteaching dan data
dan median sebesar 80. kelompok kontrol menggunakan
Berdasarkan data hasil belajar pembelajaran konvensional. Uji normalitas
Matematika siswa, dapat diketahui bahwa sebaran data dilakukan menggunakan Chi-
terdapat 32 siswa atau 94,12% siswa Kuadrat .
memperoleh hasil belajar di atas KKM Berdasarkan hasil perhitungan uji
yaitu 71 untuk Matematika dan 2 siswa normalitas kelompok eksperimen . Dari
atau 5,88% siswa memperoleh hasil tabel kerja diperoleh x2hit = 2,75
belajar di bawah KKM pada kelompok sedangkan untuk taraf signifikan 5% (α =
eksperiemen. 0,05) dan derajat kebebasan (db) = 5
Kemudian skor hasil belajar diperoleh x2tabel = x2 (0,05,5) = 11,07,
Matematika yang mengikuti pembelajaran karena x2tabel > x2hit , ini berarti sebaran
konvensional siswa kelas V SD N. 2 data nilai akhir kelompok eksperimen yang
Dalung menunjukkan bahwa skor tertinggi dibelajarkan dengan menggunakan model
yang dicapai siswa 88,5 dari skor tertinggi pembelajaran problem based learning
yang mungkin dicapai siswa adalah 100, berbasis hypnoteaching berdistribusi
sedangkan skor terendah yang dicapai normal.
adalah 65 dari skor yang mungkin dicapai Sedangkan hasil perhitungan uji
adalah 0, rentangan sebesar 23,5, rata- normalitas kelompok kontrol .Dari tabel
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
kerja diperoleh x2hit = 7,47 sedangkan maka sampel homogen. Dari hasil
untuk taraf signifikan 5% (α = 0,05) dan perhitungan diperoleh Fhitung sebesar 1,06
derajat kebebasan (db) = 5 diperoleh x2tabel ini kemudian dibandingkan dengan nilai
= x2 (0,05,5) = 11,07, karena x2tabel > x2hit , Ftabel. Derajat kebebasan pembilang 34 – 1
ini berarti sebaran data nilai akhir = 33 dan derajat kebebasan penyebut 39
kelompok kontrol yang dibelajarkan – 1 = 38 dengan taraf signifikansi 5 %,
dengan menggunakan pembelajaran maka diperoleh Ftabel = 1,76. Nilai Fhitung <
konvensional berdistribusi normal. Ftabel , ini berarti nilai post-tes Matematika
Uji homogenitas varian dilakukan ke dua sekolah yaitu SD Negeri 1 Dalung
berdasarkan data hasil belajar Matematika dengan SD Negeri 2 Dalung Homogen.
yang meliputi data kelompok eksperimen Hipotesis penelitian yang diuji
yang dibelajarkan melalui model adalah tidak terdapat perbedaan yang
pembelajaran problem based learning signifikan hasil belajar Matematika siswa
berbasis hypnoteaching dan kelompok yang dibelajarkan melalui model
kontrol yang dibelajarkan melalui pembelajaran problem based learning
pembelajaran konvensional. Jumlah berbasis hypnoteaching dengan siswa
kelompok eksperimen adalah 34 siswa dan yang dibelajarkan melalui pembelajaran
jumlah kelompok kontrol adalah 39 siswa. konvensional . Untuk menguji hipotesis
Uji homogenitas varian menggunakan uji digunakan uji-t.
F. Kriteria pengujian jika Fhitung < Ftabel
Berdasarkan hasil analisis data konvensional siswa kelas V SD Gugus 1
diperoleh thitung sebesar 2,25. Dengan Kuta Utara , Badung pada taraf signifikansi
menggunakan taraf signifikansi 5% dan dk 0,05 diterima. Hal ini mengandung arti
= 71 diperoleh batas penolakan hipotesis bahwa siswa yang dibelajarkan
nol sebesar 2,000. Berarti thitung > ttabel menggunakan melalui model pembelajaran
maka hipotesis nol yang diajukan ditolak problem based learning berbasis
dan menerima hipotesis alternatif. Maka hypnoteaching hasil belajarnya lebih baik
dapat dikatakan bahwa hipotesis nol yang daripada siswa yang dibelajarkan dengan
diajukan tidak terdapat perbedaan yang menggunakan model pembelajaran
signifikan hasil belajar Matematika antara konvensional pada standar kompetensi
siswa yang dibelajarkan melalui model memahami sifat-sifat bangun dan
pembelajaran problem based learning hubungan antar bangun.
berbasis hypnoteaching dengan siswa Adapun perbedaan yang terjadi di
yang dibelajarkan melalui pembelajaran kelas eksperimen antara lain : siswa
konvensional pada siswa kelas V SD cenderung lebih aktif di kelas ekperimen,
Gugus 1 Kuta Utara Tahun Pelajaran dengan memberlakukan jam emosi siswa
2013/2014 ditolak dan menerima hipotesis tahu kapan saatnya berdiskusi, adanya
alternative yaitu : terdapat perbedaan yang jam lepas membuat siswa merasa terhibur
signifikan hasil belajar Matematika antara dan kembali belajar. Permasalahan yang
siswa yang dibelajarkan melalui model dekat dengan kehidupan sehari-hari
pembelajaran problem based learning menjadi lebih mudah dipahami. Diberikan
berbasis hypnoteaching dengan siswa kebebasan sepenuhnya untuk
yang dibelajarkan melalui pembelajaran memecahkan masalah menyebabkan
konvensional pada siswa kelas V SD siswa lebih kreatif dan tidak merasa takut
Gugus 1 Kuta Utara Tahun Pelajaran mengeluarkan pendapatnya. Sedangkan di
2013/2014. Berdasarkan uji-t diperoleh kelas kontrol jumlah siswa yang cukup
thitung> ttabel berarti hipotesis yang padat dengan kelas yang berdampingan
menyatakan bahwa terdapat perbedaan dengan kelas rendah membuat suasana
yang signifikan hasil belajar Matematika pembelajaran terasa kurang nyaman
pada kelas yang dibelajarkan melalui karena keributan. Ditambah lagi adanya
model pembelajaran problem based siswa yang belajar di siang hari
learning berbasis hypnoteaching dengan berdatangan dan berkeliaran di halaman
kelas yang dibelajarkan secara menunggu kelas yang akan dipergunakan.
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
Selain dari pada itu, siswa lebih dapat membantu siswa untuk
mendengarkan guru dalam pembelajaran. mengembangkan pengetahuan barunya
Hal ini disebabkan karena model dan bertanggung jawab dalam
pembelajaran problem based learning pembelajaran yang mereka lakukan.
berbasis hypnoteaching merupakan model Disamping juga dapat mendorong untuk
pembelajaran yang menekankan pada melakukan sendiri baik terhadap hasil
siswa untuk berusaha menyelesaikan maupun proses belajarnya. (6) Melalui
masalah baik yang terjadi dalam pemecahan masalah bisa diperlihatkan
pembelajaran maupun kehidupan sebagai bahwa setiap mata pelajaran pada
aplikasinya. Dengan sugesti yang amat dasarnya merupakan cara berpikir dan
membantu dalam pembelajaran yang sesuatu yang dimengerti oleh siswa bukan
dapat mengubah pola pikir siswa kearah hanya sekedar belajar dari guru atau dari
yang positif untuk dapat menyelesaikan buku saja. (7) Pemecahan masalah
suatu masalah. Pembelajaran yang dipandang lebih mengasyikkan dan disukai
berbasis dari masalah meningkatkan siswa. (8) Pemecahan masalah dapat
kemampuan siswa, keterlibatan siswa mengembangkan kemampuan siswa untuk
secara aktif di dalam kelompok, berpikir kritis dan mengembangkan
mengembangkan pola pikir kreatif, kemampuan mereka untuk menyesuaikan
motivasi, serta tidak putus asa menjadi pengetahuan baru.(9) Pemecahan
satu hal penting dalam pembelajaran siswa masalah dapat memberikan kesempatan
. Siswa sebagai subjek belajar yang kepada siswa untuk mengaplikasikan
mencari dan menemukan alternative pengetahuan yang telah mereka miliki
penyelesaian masalah. Pembelajaran yang dalam dunia nyata.(10) Pemecahan
menantang siswa dengan membangun masalah dapat mengembangkan minat
pola pikir yang aktif, positif terhadap suatu siswa untuk secara terus-menerus belajar
masalah yang juga sangat baik bagi sekalipun belajar pada pendidikan formal
pengembangan karakter di kemudian hari telah berakhir.
dalam mengambil sikap terhadap suatu Hal tersebut juga didukung oleh
masalah. Sedangkan Matematika penelitian yang dilakukan oleh Pratiwi
merupakan pelajaran yang memecahkan (2013) menyatakan bahwa ada
permasalahan baik dalam perhitungan peningkatan hasil belajar siswa kelas V
serta permasalahan sehari-hari yang dalam pembelajaran Matematika
sering ditemui. Dengan demikian melalui menggunakan model Problem Based
model pembelajaran problem based Learning. Berbeda dengan pembelajaran
learning berbasis hypnoteaching dapat konvensional, dalam pembelajaran siswa
memberikan pelajaran yang lebih cenderung kurang aktif, guru lebih sebagai
bermakna bagi siswa. Ini sejalan dengan subjek pembelajaran, dan banyak faktor
pendapat Sanjaya (2006: 218) menyatakan lain yang menngakibatkan kurang
keunggulan Problem Based optimalnya pembelajaran di kelas baik
Learning adalah: (1) Pemecahan suasana dikelas , padatnya jumlah siswa
masamblah merupakan teknik yang cukup sehingga fokus siswa terhadap guru
bagus untuk lebih memahami isi pelajaran. berkurang.
(2) Pemecahan masalah dapat menantang Hal ini mendukung hipotesis yang
kemampuan siswa serta memberikan menyatakan bahwa terdapat perbedaan
kepuasan untuk menemukan pengetahuan yang signifikan hasil belajar Matematika
baru bagi siswa. (3) Pemecahan masalah pada kelas yang dibelajarkan melalui
dapat meningkatkan aktivitas model pembelajaran problem based
pembelajaran siswa. (4) Pemecahan learning berbasis hypnoteaching dengan
masalah dapat membantu siswa kelas yang dibelajarkan secara
bagaimana mentransfer pengetahuan konvensional siswa kelas V SD Gugus 1
untuk memahami masalah dalam Kuta Utara, Badung.
kehidupan nyata. (5) Pemecahan masalah
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)