Anda di halaman 1dari 9

Jurnal Neutrino Vol. 2, No.

1 Oktober 2009 31

KOEFISIEN PENYERAPAN BUNYI BAHAN AKUSTIK


DARI PELEPAH PISANG DENGAN KERAPATAN YANG BERBEDA

Evi Indrawati *
M. Tirono**

Abstrak: Pelepah pisang merupakan salah satu bagian dari pisang yang terdiri dari kumpulan
pelepah yang bersusun atau berhimpitan sedemikian rupa dan tumbuh tegak. Serat yang diperoleh
dari pelepah pisang merupakan serat yang cukup kuat dan memiliki daya simpan yang tinggi
serta memiliki jaringan seluler dengan pori-pori yang saling berhubungan. Penelitian dilakukan
dengan tujuan untuk : Mengetahui pengaruh kepadatan terhadap koefisien penyerapan bunyi
bahan akustik dari pelepah pisang. Penelitian ini dilakukan dengan langkah-langkah sebagai
berikut: pertama adalah mengolah pelepah pisang yang sudah dicampur dengan perekat dari
tepung kanji menjadi sampel bahan akustik. Kedua adalah Sampel yang sudah dikeringkan diuji
dengan gelombang bunyi kemudian ditangkap oleh sound level meter dan dicatat sebagai
intensitas mula-mula (I 0 ). Antara sumber bunyi dengan Sound level meter diberi bahan akustik
dan dicatat intensitas yang diteruskan (I). Posisi sumber bunyi dan sound level meter dibuat
berimpit dengan sampel akustik, hal ini dilakukan agar gelombang bunyi yang dipantulkan bisa
diabaikan. Data yang diperoleh dari penelitian ini dianalisis dengan analisis grafik hubungan
antara nilai koefisien dengan kepadatan suatu sampel

Kata Kunci : Penyerapan Bunyi, bahan akustik, Pelepah Pisang

PENDAHULUAN
Pisang merupakan salah satu jenis buah yang sudah populer dan digemari oleh
semua lapisan masyarakat, karena dapat dikonsumsi dalam bentuk segar maupun olahan.
Tanaman pisang banyak dimanfatkan oleh masyarakat luas untuk berbagai macam
keperluan hidup. Selain buahnya, bagian tanaman lain, mulai akar hingga daunnya, banyak
dimanfaatkan orang untuk berbagai keperluan. Dengan demikian, tidak ada bagian
tanaman yang terbuang percuma apabila masyarakat mengetahui cara dan manfaat tiap
bagian dari tanaman pisang tersebut.
Batang atau pelepah pisang merupakan salah satu bagian dari pisang yang kurang
dimanfaatkan oleh masyarakat. Akan tetapi pada masa modern seperti sekarang pelepah
pisang telah banyak dimanfaatkan yaitu diolah untuk dijadikan serat pakaian, kertas, dll.
Akan tetapi pengolahan tersebut belum dilakukan secara intensif, karena minat dan respon
masyarakat terhadap pemanfaatan batang pisang sebagai serat pakaian tersebut masih
sangat rendah. Selain itu untuk membuatnya menjadi bahan layak pakai (baik pakaian
maupun kertas) diperlukan biaya yang cukup banyak.
Pelepah pisang memiliki jaringan selular dengan pori-pori yang saling
berhubungan, serta apabila telah dikeringkan akan menjadi padat menjadikannya suatu
bahan yang memiliki daya serap yang cukup bagus. Selain itu serat pelepah pisang juga
memiliki keunggulan yaitu berdaya simpan tinggi sehingga apabila kurang dimanfaatkan
akan sangat disayangkan sekali, sebab pelepah (batang) pisang mudah sekali didapat dan
ditemukan diberbagai tempat sebagai limbah atau sisa tanaman pisang. Pemanfaatan
pelepah pisang yang tepat adalah pemanfaatan dengan biaya pembuatan tidak besar tetapi
memiliki manfaat besar bagi masyarakat.
Dari latar belakang diatas, peneliti memiliki keinginan untuk memanfaatkan
limbah pelepah pisang sebagai peredam suara, dengan Judul Koefisien Penyerapan Bahan
Akustik Dari Pelepah Pisang. Sebelumnya telah dilakukan penelitian yang dilakukan oleh
mahasiswa Universitan Negeri Malang, Ari Mukaromah (2005) dengan judul “Penentuan
Koefisien Penyerapan Bunyi Bahan Akustik dari Jerami”.

(*) Pemerhati Fisika


(**) Jurusan Fisika UIN Maulana Malik Ibrahim Malang
31
Jurnal Neutrino Vol. 2, No. 1 Oktober 2009 32

Sebenarnya penelitian tersebut sudah menghasilkan angka penyerapan yang cukup


bagus. Akan tetapi ada kendala yang menjadikannya harus diganti bahan lain, yaitu karena
ketersediaan bahan jerami yang kurang memadai. Kebanyakan petani menggunakan jerami
sebagai pakan ternak (sapi dan kerbau), sehingga tidak banyak jerami yang kurang
dimanfaatkan oleh petani. Sehingga peneliti berkeinginan untuk memilih bahan lain yang
memiliki tekstur cukup bagus (padat dan berjaringan selular pori-pori yang saling
berhubungan) dan juga banyak tersedia di alam yaitu pelepah pisang.

KAJIAN TEORI
Pisang
Pisang adalah tanaman buah berupa herba yang berasal dari kawasan di Asia
Tenggara (termasuk Indonesia). Tanaman ini kemudian menyebar ke Afrika (Mdagaskar),
Amerika Selatan dan Tengah. Di Jawa Barat, pisang disebut dengan Cau, di Jawa Tengah
dan Jawa Timur dinamakan gedang. Di kalangan masyarakat Asia Tenggara, diduga pisang
telah lama dimanfaatkan, terutama tunas dan pelepahnya.

Batang (Pelepah) Pisang


Tanaman pisang berbatang sejati, yang terletak didalam tanah berupa umbi batang
(Jawa:bonggol). Batang sejati tanaman pisang bersifat keras dan memiliki titik tumbuh
(mata tunas) yang akan menghasilkan daun dan bunga pisang (jantung). Sedangkan, bagian
yang berdiri tegak menyerupai batang adalah batang semu yang terdiri atas pelepah-
pelepah daun panjang (kelopak daun) yang saling membungkus dan menutupi, dengan
kelopak daun yang lebih muda berada di bagian paling dalam. (Cahyono, 2009:14-15)

Pengertian Akustika Dan Bunyi


Akustika adalah ilmu yang mempelajari hal-hal yang berkaitan dengan bunyi,
berkenaan dengan indera pendengaran serta keadaan ruangan yang mempengaruhi bunyi.
(Gabriel, 2001 :163)
Bunyi serupa dengan suara. Dalam bahasa Inggris bunyi disebut Sound, sedangkan
suara disebut voice. Dari sudut bahasa bunyi tidak sama dengan suara oleh karena bunyi
merupakan getaran yang dihasilkan oleh benda mati sedangkan suara merupakan getaran
yang dihasilkan oleh getaran (bunyi) yang keluar dari mulut atau dihasilkan oleh makhluk
hidup. Namun dari sudut fisika, bunyi maupun suara keduanya sama, oleh karena
keduanya sama-sama merupakan getaran. (Gabriel, 2001 :163)

Frekeunsi Bunyi
Jumlah pergeseran atau osilasi sebuah partikel dalam satu skon disebut frekuensi.
Frekuensi dinyatakan dalam satuan hertz (Hz). Frekuensi adalah gejala fisis obyektif yang
dapat diukur oleh instrument-instrument akustik.
Telinga normal manusia tanggap terhadap bunyi diantara jangkauan (range)
frekuensi audio sekitar 20 sampai 20.000 Hz. Jangkauan ini dan jangkauan frekuensi lain
dari bermacam-macam sumber bunyi, jangkauan frekuensi audio orang yang berbeda
umurnya juga berbeda. Dan dengan bertambahnya umur batas atas turun dengan banyak.
Peranan frekuensi yang lebih tinggi dari 10.000 Hz dapat diabaikan dalam inteligibilitas
pembicaraan atau kenikmatan musik.
Kebanyakan bunyi (pembicaraan, musik, bising) terdiri dari banyak frekuensi,
yaitu komponen-komponen frekuensi rendah, tengah, dan medium. Karena itu amatlah
penting memeriksa masalah-masalah akustik meliputi spectrum frekuensi yang dapat
didengar. Frekuensi standar yang dipilih secara bebas sebagai wakil yang penting dalam
Jurnal Neutrino Vol. 2, No. 1 Oktober 2009 33

akustik lingkungan adalah 125, 250, 500, 1000, 2000, dan 4000 Hz atau 128, 256, 512,
1024, 2048 dan 4096 Hz.(Leslie L. Doelle. 1985:15)

Tekanan Dan Intensitas Bunyi


Apabila gelombang bunyi melalui suatu medium, maka gelombang bunyi
mengadakan suatu penekanan. Satuan tekanan bunyi adalah mikro bar (0,1 N/m 2 = 1
dyne/cm 2 ) (1 mikro bar = 10 6 atmosfer) (Gabriel, 2001 :163)
Penyimpangan dalam tekanan atmosfer yang disebabkan getaran partikel udara
karena adanya gelombang bunyi yang disebut tekanan bunyi. Telinga tanggap terhadap
jangkauan tekanan bunyi yang sangat lebar, walaupun tekanannya sendiri kecil. (Lea
Prasetia, 1985 : 18)
Skala standar yang digunakan untuk mengukur tekanan bunyi dalam akustik fisis
mempunyai jangkauan yang lebar, yang menyebabkan susah digunakan. Tingkat tekanan
bunyi diukur oleh meter tingkat bunyi yang terdiri dari mikrofon, penguat dan instrumen
keluaran atau (Output) yang mengukur tingkat tekanan bunyi efektif dalam desibel.
Intensitas merupakan mengalirnya energi bunyi per unit waktu melalui luas suatu
medium (luas) dimana arah gelombang bunyi tegak lurus dengan medium. (Gabriel, 2001
: 169)
Intensitas I gelombang yang merambat didefinisikan sebagai jumlah rata-rata
energi yang dibawa persatuan waktu oleh gelombang per satuan luas permukaan yang
tegak lurus pada arah rambatan. Singkatnya intensitas ialah daya rata-rata yang dibawa per
satuan luas

Pemantulan Bunyi (Refleksi)


Sama halnya dengan gelombang pada umumnya, bila gelombang bunyi sampai
kesuatu permukaan, maka sebagian gelombang bunyi akan dipantulkan dan sebagian yang
lain akan ditransmisikan. Peristiwa ini terjadi ketika suatu bunyi diudara menumbuk suatu
permukaan padat atau cair. Berkas yang terpantul membentuk sudut dengan garis normal
permukaan yang besarnya sama dengan sudut berkas datang, sebaliknya berkas yang
ditransmisikan akan dibelokkan atau menjauh dari garis normal, bergantung pada medium.
Pemantulan bunyi mengikuti hukum pemantulan yaitu sudut datang sama dengan sudut
pantul. (Tipler, 1991:532)

Penyebaran Bunyi (Difusi)


Bila tekanan bunyi disuatu auditorium sama dan gelombang bunyi dapat merambat
dalam semua arah, maka medan bunyi dikatakan serba sama atau homogen, dengan
perkataan lain, terjadi penyebaran bunyi dalam ruang tersebut. Penyebaran atau difusi
bunyi yang cukup adalah ciri akustik yang diperlukan pada jenis-jenis ruang tertentu,
karena ruang-ruang itu membutuhkan distribusi bunyi yang merata dan menghalangi
terjadinya cacat akustik yang tak diinginkan.

Difraksi Bunyi
Seperti masalah cahaya, gelombang bunyi melengkung mengelilingi rintangan
dikenal dengan nama difraksi. Oleh sebab itu bunyi dapat didengar disekitar sudut ruang.
Peristiwa difraksi pada bunyi lebih nyata dari cahaya oleh karena panjang gelombang
bunyi audio lebih besar/panjang dari pada cahaya tampak. Nama umum bagi peristiwa
difraksi bunyi adalah skater (hamburan bunyi) (Gabriel, 2001 :172)
Difraksi adalah gejala akustik yang menyebabkan gelombang bunyi dibelokkan
atau dihamburkan sekeliling penghalang, seperti sudut, kolom, tembok dan balok.
Jurnal Neutrino Vol. 2, No. 1 Oktober 2009 34

Pembelokan gelombang bunyi sampai batas tertentu terjadi ketika sebagian muka
gelombang dibatasi.

Penyerapan Bunyi
Penyerapan bunyi adalah perubahan energi bunyi menjadi suatu bentuk lain,
biasanya panas ketika melewati suatu bahan atau ketika menumbuk suatu permukaan.
Jumlah panas yang dihasilkan pada perubahan energi ini sangat kecil, sedangkan kecepatan
perambatan gelombang bunyi tidak dipengaruhi oleh penyerapan.
Efisiensi penyerapan bunyi suatu bahan pada suatu frekuensi tertentu dinyatakan
oleh koefisiensi penyerapan bunyi. Koefisiensi penyerapan bunyi suatu permukaan adalah
bagian energi bunyi yang datang yang diserap, atau tidak dipantulkan oleh permukaan.
Koefisiensi ini dinyatakan dalam huruf greek á. Nilai á dapat berada antara 0 dan 1
(Doelle, 1972).

Koefisien Penyerapan Bunyi


Pada sistem gelombang bunyi diperlukan suatu waktu tertentu sesudah sumber
bunyi mulai bekerja agar intensitasnya dalam ruang menjadi konstan, atau mencapai
keadaan setimbang. Jadi, walaupun sumber tadi harus terus menerus memeberikan energi
namun bertambahnya energi bunyi dalam ruangan tersebut bukan tidak ada batasnya. Ini
disebabkan karena tidak adanya penyerapan bunyi. Jika sumber bunyi tiba-tiba dihentikan,
bunyi tidak segera lenyap, karena energi dalam ruangan itu memerlukan waktu untuk
sampai pada dinding lalu diserap oleh dinding. Menetapkan adanya bunyi dalam ruangan
sesudah sumbernya diputuskan disebut kerdam (reveberetion). Waktu keredam sebuah
ruangan didefinisikan sebagai waktu yang diperlukan intensitas untuk turun menjadi
seperjuta dari harga awalnya, atau supaya taraf intensitas berkurang sampai 60 dB. Waktu
ini hampir tidak tergantung dari taraf intensitas awal dan dari kualitas bunyi.
Jika gelombang bunyi sampai pada suatu permukaan padat atau cair, maka sebagian
gelombang bunyi, misalnya  , diserap dan sisanya (I-  ) dipantulkan. Jika Io adalah
intensitas gelombang datang (Io ini bukan taraf intensitas pembanding Io = 10 16 watt/cm 3
atau 0 dB), maka setelah intensitas tersebut dipantulkan sekali Io menjadi Io (I-  ). Setelah
dua kali pantulan, Io (I-  ) 2 , dan begitu selanjutnya. Untuk menentukan intensitasnya
setelah waktu t. Ini dapat dilakukan dengan menentukan suatu jarak rata-rata antara
pantulan-pantulan pada umumnya, yaitu:
Volumruangan
4x
Luasruangan
jarak ini setara dengan 2/3 panjang rusuk ruangan jika ruangan berbentuk kubus).
Selama waktu t, gelombang merambat sejauh vt dan jumlah pantulan selama waktu
ini sama dengan jarak yang dilintasi dibagi dengan jarak rata-rata antara pantulan-pantulan.
Jadi intensitas I pada saat t adalah
I = Io (I-  ) (vt / 4) x( Luas / volume)
Waktu keredam didefinisikan sebagai waktu pada saat I= 10 6 x Io andaikan waktu kerdam
diberi tanda T, maka
10 6 Io = Io (I-  ) (vt / 4) x ( Luas / volume)
atau dengan mengambil logaritma asli dari kedua ruas
vT Luas
2,3 x -6 = x ln( I   )   ( 2 / 2)
4 Volume
Selanjutnya,
ln( I   )    ( 2 / 2)  ( 3 / 3)  ...
Jurnal Neutrino Vol. 2, No. 1 Oktober 2009 35

dapat dilihat dari tabel diatas bahwa  merupakan besaran yang kecil untuk hampir semua
permukaan. Jadi dengan mengambil suku pertama dari
ln( I   )    ( / 2)  ( / 3)  ... diperoleh pendekatan
2 3

Volume
T = 0.16 x
Luasx
(T dinyatakan dengan detik, volum dengan meter kubik, dan luas dalam meter persegi).
I
Dengan demikian diperoleh  
I0
= B0 sin(t  kx)  B0 sin(t  kx
 2 B0 sin(t ) cos
Dalam penurunan diatas angka serapan dianggap sama untuk semua permukaan ruang.
Jika tidak demikian, suku luas x  harus diganti dengan
A11  A2 2  ..........  A11
Arti dari A 1 A2 , dan seterusnya adalah permukaan yang angka serapannya (Soedarjana,
1970:573).

Bahan Akustik Dan Konstruksi Penyerap Bunyi


Semua bahan bangunan dan lapisan permukaan yang digunakan dalam konstruksi
auditorium mempunyai kemampuan untuk menyerap bunyi sampai suatu derajat tertentu.
Bahan-bahan akustik dan konstruksi penyerap bunyi yang digunakan dalam rancangan
akustik atau yang dipakai sebagai pengendali bunyi dalam ruang-ruang bising dapat
diklasifikasikan menjadi: bahan berpori, penyerap panel, resonator rongga, penyerap
ruang, dan penyerapan oleh udara.

Hubungan Pelepah Pisang Dengan Penyerapan Bunyi


Dengan melihat karakteristik dari serat pada pelepah pisang yang bisa digunakan
sebagai pengganti bahan pembuat kain dan juga berdaya simpan tinggi, sehingga serat
pisang memenuhi syarat sebagai bahan akustik untuk penyerapan bunyi. Selain itu serat
pelepah pisang juga memenuhi persyaratan penting dari karakteristik dasar bahan akustik
yaitu, bahan berpori yang memiliki jaringan selular dengan pori-pori yang saling
berhubungan. Apalagi setelah pelepah pisang dikeringkan untuk mengurangi kandungan
air pada pelepah pisang tersebut, maka kepadatannya akan semakin membuat pelepah
pisang menjadi bahan yang dapat menyerap bunyi dengan cukup baik dan akan
meredamnya.

METODOLOGI
Alat Dan Bahan
 Alat
a. Sound Level meter
b. AFG
c. Speaker 8  ,
d. Pisau
e. Wadah / tempat pelepah dan perekat
f. Timbangan
g. Gelas ukur
h. Alat pengepres
Jurnal Neutrino Vol. 2, No. 1 Oktober 2009 36

 Bahan
a. Pelepah pisang
b. Tepung kanji
c. Air

Prosedur Pembuatan Sampel


Langkah – langkah pembuatan sampel sebagai berikut :
1. Menumbuk pelepah pisang, kemudian dikeringkan
2. Membuat bahan perekat dengan menggunakan kanji dan air
3. Merekatkan pelepah pisang yang sudah dikeringkan dengan bahan perekat
4. Mengepres pelepah pisang dengan komposisi bahan yang berbeda

Prosedur Pengambilan Data


1. Menyalakan sumber bunyi dengan frekuensi 2000 Hz dan mengarahkan sound level
meter ke speaker yang sudah disediakan. Sound level meter diletakkan tepat
dilubang speaker dan intensitas bunyi yang terbaca pada sound level meter dicatat
sebagai intensitas bunyi sebelum melalui bahan akustik I 0 data diambil sebanyak 5
kali.
2. Menyalakan sumber bunyi dengan frekuensi 2000Hz dan mengarahkan sound level
meter ke speaker yang sudah disediakan. Sound level meter diletakkan didepan
pelepah pisang dan intensitas bunyi yang terbaca pada sound level meter dicatat
sebagai intensitas bunyi yang diteruskan melalui bahan akustik (I).
3. Kegiatan no 2 dilakukan sebanyak 5 kali pada setiap bahan
4. Mengulangi kegiatan no 3 untuk bahan selanjutnya.

Teknik Analisis Data


Untuk analisis data koefisien penyerapan bunyi bahan akustik dari pelepah pisang
dengan kerapatan yang berbeda digunakan analisis grafik pengolahan data yang diperoleh
dilakukan dengan bantuan komputer yaitu program exeel.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil Penelitian
Penelitian ini menggunakan sampel bahan akustik dari pelepah pisang. Pembuatan
sampel dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Pelepah pisang diolah menjadi serbuk
2. Pembuatan perekat
3. Pencampuran serbuk dengan perekat
4. Bahan yang sudah dicampur kemudian dipres.
Pengolahan pelepah pisang dilakukan dengan mengeringkan pelepah pisang
kemudian menggilingnya menjadi serbuk. Pembuatan perekat dilakukan dengan memasak
2000 g tepung kanji yang dicampur dengan 8000 ml air. Perekat yang sudah jadi
dicampur dengan 4000 g serbuk plepah pisang, bahan campuran tersebut dibuat menjadi 15
bagian dengan massa mulai 700 g sampai 840 g dengan selisih 10 g tiap bagian, lalu
dipres dengan ukuran 23 cm x 23 cm x 1 cm. Kemudian sampel tersebut dikeringkan tanpa
terkena sinar matahari langsung tetapi hanya diangin-anginkan untuk menghilangkan
kandungan air.
Sampel yang sudah dikeringkan diuji dengan gelombang bunyi kemudian
ditangkap oleh sound level meter dan dicatat sebagai intensitas mula-mula (I 0 ). Antara
sumber bunyi diberi bahan akustik dan dicatat sebagai intensitas yang diteruskan (I). Posisi
sumber bunyi dan sound level meter dibuat berimpit dengan sampel akustik, hal ini
Jurnal Neutrino Vol. 2, No. 1 Oktober 2009 37

dilakukan agar gelombang bunyi yang dipantulkan bisa diabaikan. Masing-masing diambil
sebanyak 5 kali tiap sampel dengan massa 700g, data yang terbaca pada I 0 dan I dapat
dilihat pada tabel berikut :

Tabel 1. Hasil Pengambilan Data pada massa 700 g


I 0 (db) 90 91 92,5 93 93,5
I (db) 80,5 81 82 82,5 83

Data Intensitas selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 1. Nilai koefisien


serapan dihitung menggunakan rumus I = I 0 e x , dimana I adalah intensitas yang
diteruskan melewati pelepah pisang, Io adalah intensitas sebelum melewati sampel,
sedangkan  adalah koefisien penyerapan bahan akustik dari pelepah pisang. sehinggga
untuk massa 700 g nilai koefisien diperoleh 0,1176. Analisis data selengkapnya dapat
dilihat pada lampiran 2, hal 37 dan hasilnya dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut:

Tabel 2. Tabel Hasil Koefisien Penyerapan Bunyi


Massa (g) Angka Rata-rata Koefisien Simpangan
 Baku
Serapan Bunyi (  )
700 0,1176 0,397.10 2
710 0,1222 0,408.10 2
720 0,131 0,1118.10 2
730 0,1384 0,173.10 2
740 0,1446 0,782.10 2
750 0,1498 0,292.10 2
760 0,1638 0,527.10 2
770 0,1714 0,898.10 2
780 0,1846 0,684.10 2
790 0,1908 0,605.10 2
800 0,2042 0,668.10 2
810 0,2108 0,687.10 2
820 0,2252 0,988.10 2
830 0,2382 0,798.10 2
840 0,2522 0,465.10 2

Penelitian ini membuktikan bahwa bahan akustik dari pelepah pisang mampu
menyerap bunyi. Hasil koefisien penyerapan bunyi terlihat bahwa semakin padat bahan
yang digunakan semakin besar pula nilai koefisiennya. Nilai koefisien terkecil pada saat
700 g memiliki nilai koefisien sebesar 0,1176 Sedangkan nilai koefisien terbesar dengan
kepadatan 840g memiliki nilai koefisien sebesar 0,2522 . Selengkapnya bisa dilihat pada
tabel 4.2.
Berdasarkan data hasil penelitian tabel 4.2 dapat digambarkan grafik antara massa
dengan masing-masing nilai koefisien sebagai berikut.
Jurnal Neutrino Vol. 2, No. 1 Oktober 2009 38

Grafik Hubungan Antara Massa dengan Nilai


Koefisien

0.27
0.26
0.25
0.24
0.23
0.22
0.21
0.2
0.19
0.18
0.17
0.16

Koefisien
0.15
0.14
0.13
0.12
0.11
0.1
0.09
0.08
0.07
0.06
0.05
0.04
0.03
0.02
0.01
0
690 700 710 720 730 740 750 760 770 780 790 800 810 820 830 840 850

Massa

Gambar 1. Grafik Hubungan Antara Massa Dengan Nilai Koefisien

Gambar 1. Berbanding lurus antara massa dengan nilai koefisisen yang


menunjukkan bahwa semakin padat bahan yang digunakan semakin besar pula nilai
koefisien yang dihasilkan.

PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil penelitian koefisien penyerapan bunyi bahan akustik dari pelepah
pisang menunjukkan bahwa bahan akustik dari pelepah pisang bisa penyerap bunyi. Hal
ini karena karakteristik dari serat pada pelepah pisang yang bisa digunakan sebagai
pengganti bahan pembuat kain dan juga berdaya simpan tinggi, sehingga serat pisang
memenuhi syarat sebagai bahan akustik untuk penyerapan bunyi. Selain itu serat pelepah
pisang juga memenuhi persyaratan penting dari karakteristik dasar bahan akustik yaitu,
bahan berpori yang memiliki jaringan selular dengan pori-pori yang saling berhubungan.
Apalagi setelah pelepah pisang dikeringkan untuk mengurangi kandungan air pada pelepah
pisang tersebut, maka kepadatannya akan semakin membuat pelepah pisang menjadi bahan
yang dapat menyerap bunyi dengan cukup baik dan akan meredamnya.
Analisis grafik hubungan antara massa dengan koefisien serapan pada gambar 1.
menunjukkan bahwa semakin padat bahan yang digunakan semakin besar nilai koefisien
yang dihasilkan. Hal ini karena gelombang bunyi yang berjalan dalam medium rapat,
mempunyai cepat rambat yang lebih lambat dari pada gelombang bunyi yang berjalan pada
medium yang renggang. Kepadatan suatu bahan mengartikan susunan atom / partikel
penyusun bahan tersebut sangat rapat, hal ini menyebabkan gelombang yang melalui bahan
tersebut mempunyai kecepatan yang kecil, dengan demikian dapat diketahui bahwa
kepadatan bahan akustik memberi pengaruh terhadap koefisien serapan bunyi.
Grafik hubungan antara massa dengan koefisien pada gambar 1 membentuk garis
lurus akan tetapi terjadi penyimpangan pada garis tersebut yaitu terlihat pada massa 710 g,
740 g, 750 g, 760 g, dan 770 g yang terjadi pada grafik karena bahan akustik yang didapati
dalam penelitian adalah bahan yang terbuat dari pelepah pisang dimana pelepah ini
mempunyai penyusun materi yang tidak rapat dan kerapatan ditiap bagian bahan tidak
sama, sehingga koefisien serapan yang dimiliki bahan ini tidak linier seperti tampak pada
grafik gambar 4.1

KESIMPULAN
Dari hasil pengujian bahan akustik dari pelepah pisang, dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut:
1. Koefisien penyerapan bunyi bahan akustik dari pelepah pisang dengan kerapatan yang
berbeda pada massa 700g mampu menyerap bunyi sebersar 0,1176
Jurnal Neutrino Vol. 2, No. 1 Oktober 2009 39

2. Koefisien penyerapan bunyi bahan akustik dari pelepah pisang dengan kerapatan yang
berbeda bisa menyerap bunyi hingga mencapai 0,25dB pada massa 840 g.
3. Kepadatan bahan akustik memberi pengaruh terhadap koefisien serapan bunyi karena
semakin padat bahan yang digunakan semakin besar pula nilai koefisien yang
dihasilkan.

DAFTAR PUSTAKA
Asmiarto, Didik. 2005. Fisika Smart Solution Primagama. Yogyakarta : Andi Offset.
Berita / Hobi/Usaha
Cahyono, Bambang. 2009. PISANG Revisi Kedua, Usaha Tani dan Penanganan Pasca
Panen. Yogyakarta : Kanisius
Darmawan, B. 1992. Fisika. Bandung : Erlangga.
David, Halliday & Resnick Robert. 1985. Fisika Jilid 1 Edisi Ketiga. Diterjemahkan oleh
Silaban, Pantur & Sucipto Erwin. Bandung :ITB.
Doelle, L Leslie. 1985. Akustik Lingkungan. Terjemahan Oleh: Lea Prasetia. Eurabaya:
Erlangga.
Frick, Heinz. 2008. Ilmu Fisika Bangunan. Yogyakarta :IKAPI
Gabriel, J.F. 2001. Fisika Lingkungan. Jakarta: Hipokrates.
Giancoli, Douglas C. 2001. Fisika Edisi Kelima Jilid 1. Alih Bahasa : Hanum, Yuliza.
Jakarta: Erlangga.
Jargodzki, Cristopher P & Potter Franklin. 2005. Mania Fisika Asah Otak , Paradoks, dan
Keingintahuan. Alih Bahasa Kusuma, Ervina Yudha. Setiadji, Iman & Nuraini,
Subaidah. Bandung: Pakar Raya.
Romuty, Wutmaili. (Guru SMK N 3 Ambon, Mahasiswa Magister Sistem Teknik Fakultas
Teknik, Universitas Gadjah Mada)
Sears, Francis Weston & Zemansky, Mark W. 1962. Fisika Untuk Universitas 1 Mekanika
Panas Bunyi. Terjemahan Oleh Soedarjana, P.J & Avhmad Amir. Jakarta: Bina
Cipta
Suhardiman, P. 1997. Budi Daya Pisang Cavendish. Yogyakarta : Kanisius
Suyanti dan Supriyadi, Ahmad. 2008. PISANG Edisi Revisi : Budidaya, Pengelolaan dan
Prospek Pasar. Jakarta : Penebar Swadaya
Tipler, Paul A. 1998. Fisika Untuk Sains &Tekhnik Edisi Ketiga Jilid 1. Alih Bahasa
Prasetio, Lea & Adi, Rahmad W. Jakarta :Erlangga.
Tjia, M. O. 1993. Diklat Kuliah FI-214 Gelombang Bandung : Institut Tekhnologi
Bandung

Anda mungkin juga menyukai