1 Oktober 2009 31
Evi Indrawati *
M. Tirono**
Abstrak: Pelepah pisang merupakan salah satu bagian dari pisang yang terdiri dari kumpulan
pelepah yang bersusun atau berhimpitan sedemikian rupa dan tumbuh tegak. Serat yang diperoleh
dari pelepah pisang merupakan serat yang cukup kuat dan memiliki daya simpan yang tinggi
serta memiliki jaringan seluler dengan pori-pori yang saling berhubungan. Penelitian dilakukan
dengan tujuan untuk : Mengetahui pengaruh kepadatan terhadap koefisien penyerapan bunyi
bahan akustik dari pelepah pisang. Penelitian ini dilakukan dengan langkah-langkah sebagai
berikut: pertama adalah mengolah pelepah pisang yang sudah dicampur dengan perekat dari
tepung kanji menjadi sampel bahan akustik. Kedua adalah Sampel yang sudah dikeringkan diuji
dengan gelombang bunyi kemudian ditangkap oleh sound level meter dan dicatat sebagai
intensitas mula-mula (I 0 ). Antara sumber bunyi dengan Sound level meter diberi bahan akustik
dan dicatat intensitas yang diteruskan (I). Posisi sumber bunyi dan sound level meter dibuat
berimpit dengan sampel akustik, hal ini dilakukan agar gelombang bunyi yang dipantulkan bisa
diabaikan. Data yang diperoleh dari penelitian ini dianalisis dengan analisis grafik hubungan
antara nilai koefisien dengan kepadatan suatu sampel
PENDAHULUAN
Pisang merupakan salah satu jenis buah yang sudah populer dan digemari oleh
semua lapisan masyarakat, karena dapat dikonsumsi dalam bentuk segar maupun olahan.
Tanaman pisang banyak dimanfatkan oleh masyarakat luas untuk berbagai macam
keperluan hidup. Selain buahnya, bagian tanaman lain, mulai akar hingga daunnya, banyak
dimanfaatkan orang untuk berbagai keperluan. Dengan demikian, tidak ada bagian
tanaman yang terbuang percuma apabila masyarakat mengetahui cara dan manfaat tiap
bagian dari tanaman pisang tersebut.
Batang atau pelepah pisang merupakan salah satu bagian dari pisang yang kurang
dimanfaatkan oleh masyarakat. Akan tetapi pada masa modern seperti sekarang pelepah
pisang telah banyak dimanfaatkan yaitu diolah untuk dijadikan serat pakaian, kertas, dll.
Akan tetapi pengolahan tersebut belum dilakukan secara intensif, karena minat dan respon
masyarakat terhadap pemanfaatan batang pisang sebagai serat pakaian tersebut masih
sangat rendah. Selain itu untuk membuatnya menjadi bahan layak pakai (baik pakaian
maupun kertas) diperlukan biaya yang cukup banyak.
Pelepah pisang memiliki jaringan selular dengan pori-pori yang saling
berhubungan, serta apabila telah dikeringkan akan menjadi padat menjadikannya suatu
bahan yang memiliki daya serap yang cukup bagus. Selain itu serat pelepah pisang juga
memiliki keunggulan yaitu berdaya simpan tinggi sehingga apabila kurang dimanfaatkan
akan sangat disayangkan sekali, sebab pelepah (batang) pisang mudah sekali didapat dan
ditemukan diberbagai tempat sebagai limbah atau sisa tanaman pisang. Pemanfaatan
pelepah pisang yang tepat adalah pemanfaatan dengan biaya pembuatan tidak besar tetapi
memiliki manfaat besar bagi masyarakat.
Dari latar belakang diatas, peneliti memiliki keinginan untuk memanfaatkan
limbah pelepah pisang sebagai peredam suara, dengan Judul Koefisien Penyerapan Bahan
Akustik Dari Pelepah Pisang. Sebelumnya telah dilakukan penelitian yang dilakukan oleh
mahasiswa Universitan Negeri Malang, Ari Mukaromah (2005) dengan judul “Penentuan
Koefisien Penyerapan Bunyi Bahan Akustik dari Jerami”.
KAJIAN TEORI
Pisang
Pisang adalah tanaman buah berupa herba yang berasal dari kawasan di Asia
Tenggara (termasuk Indonesia). Tanaman ini kemudian menyebar ke Afrika (Mdagaskar),
Amerika Selatan dan Tengah. Di Jawa Barat, pisang disebut dengan Cau, di Jawa Tengah
dan Jawa Timur dinamakan gedang. Di kalangan masyarakat Asia Tenggara, diduga pisang
telah lama dimanfaatkan, terutama tunas dan pelepahnya.
Frekeunsi Bunyi
Jumlah pergeseran atau osilasi sebuah partikel dalam satu skon disebut frekuensi.
Frekuensi dinyatakan dalam satuan hertz (Hz). Frekuensi adalah gejala fisis obyektif yang
dapat diukur oleh instrument-instrument akustik.
Telinga normal manusia tanggap terhadap bunyi diantara jangkauan (range)
frekuensi audio sekitar 20 sampai 20.000 Hz. Jangkauan ini dan jangkauan frekuensi lain
dari bermacam-macam sumber bunyi, jangkauan frekuensi audio orang yang berbeda
umurnya juga berbeda. Dan dengan bertambahnya umur batas atas turun dengan banyak.
Peranan frekuensi yang lebih tinggi dari 10.000 Hz dapat diabaikan dalam inteligibilitas
pembicaraan atau kenikmatan musik.
Kebanyakan bunyi (pembicaraan, musik, bising) terdiri dari banyak frekuensi,
yaitu komponen-komponen frekuensi rendah, tengah, dan medium. Karena itu amatlah
penting memeriksa masalah-masalah akustik meliputi spectrum frekuensi yang dapat
didengar. Frekuensi standar yang dipilih secara bebas sebagai wakil yang penting dalam
Jurnal Neutrino Vol. 2, No. 1 Oktober 2009 33
akustik lingkungan adalah 125, 250, 500, 1000, 2000, dan 4000 Hz atau 128, 256, 512,
1024, 2048 dan 4096 Hz.(Leslie L. Doelle. 1985:15)
Difraksi Bunyi
Seperti masalah cahaya, gelombang bunyi melengkung mengelilingi rintangan
dikenal dengan nama difraksi. Oleh sebab itu bunyi dapat didengar disekitar sudut ruang.
Peristiwa difraksi pada bunyi lebih nyata dari cahaya oleh karena panjang gelombang
bunyi audio lebih besar/panjang dari pada cahaya tampak. Nama umum bagi peristiwa
difraksi bunyi adalah skater (hamburan bunyi) (Gabriel, 2001 :172)
Difraksi adalah gejala akustik yang menyebabkan gelombang bunyi dibelokkan
atau dihamburkan sekeliling penghalang, seperti sudut, kolom, tembok dan balok.
Jurnal Neutrino Vol. 2, No. 1 Oktober 2009 34
Pembelokan gelombang bunyi sampai batas tertentu terjadi ketika sebagian muka
gelombang dibatasi.
Penyerapan Bunyi
Penyerapan bunyi adalah perubahan energi bunyi menjadi suatu bentuk lain,
biasanya panas ketika melewati suatu bahan atau ketika menumbuk suatu permukaan.
Jumlah panas yang dihasilkan pada perubahan energi ini sangat kecil, sedangkan kecepatan
perambatan gelombang bunyi tidak dipengaruhi oleh penyerapan.
Efisiensi penyerapan bunyi suatu bahan pada suatu frekuensi tertentu dinyatakan
oleh koefisiensi penyerapan bunyi. Koefisiensi penyerapan bunyi suatu permukaan adalah
bagian energi bunyi yang datang yang diserap, atau tidak dipantulkan oleh permukaan.
Koefisiensi ini dinyatakan dalam huruf greek á. Nilai á dapat berada antara 0 dan 1
(Doelle, 1972).
dapat dilihat dari tabel diatas bahwa merupakan besaran yang kecil untuk hampir semua
permukaan. Jadi dengan mengambil suku pertama dari
ln( I ) ( / 2) ( / 3) ... diperoleh pendekatan
2 3
Volume
T = 0.16 x
Luasx
(T dinyatakan dengan detik, volum dengan meter kubik, dan luas dalam meter persegi).
I
Dengan demikian diperoleh
I0
= B0 sin(t kx) B0 sin(t kx
2 B0 sin(t ) cos
Dalam penurunan diatas angka serapan dianggap sama untuk semua permukaan ruang.
Jika tidak demikian, suku luas x harus diganti dengan
A11 A2 2 .......... A11
Arti dari A 1 A2 , dan seterusnya adalah permukaan yang angka serapannya (Soedarjana,
1970:573).
METODOLOGI
Alat Dan Bahan
Alat
a. Sound Level meter
b. AFG
c. Speaker 8 ,
d. Pisau
e. Wadah / tempat pelepah dan perekat
f. Timbangan
g. Gelas ukur
h. Alat pengepres
Jurnal Neutrino Vol. 2, No. 1 Oktober 2009 36
Bahan
a. Pelepah pisang
b. Tepung kanji
c. Air
dilakukan agar gelombang bunyi yang dipantulkan bisa diabaikan. Masing-masing diambil
sebanyak 5 kali tiap sampel dengan massa 700g, data yang terbaca pada I 0 dan I dapat
dilihat pada tabel berikut :
Penelitian ini membuktikan bahwa bahan akustik dari pelepah pisang mampu
menyerap bunyi. Hasil koefisien penyerapan bunyi terlihat bahwa semakin padat bahan
yang digunakan semakin besar pula nilai koefisiennya. Nilai koefisien terkecil pada saat
700 g memiliki nilai koefisien sebesar 0,1176 Sedangkan nilai koefisien terbesar dengan
kepadatan 840g memiliki nilai koefisien sebesar 0,2522 . Selengkapnya bisa dilihat pada
tabel 4.2.
Berdasarkan data hasil penelitian tabel 4.2 dapat digambarkan grafik antara massa
dengan masing-masing nilai koefisien sebagai berikut.
Jurnal Neutrino Vol. 2, No. 1 Oktober 2009 38
0.27
0.26
0.25
0.24
0.23
0.22
0.21
0.2
0.19
0.18
0.17
0.16
Koefisien
0.15
0.14
0.13
0.12
0.11
0.1
0.09
0.08
0.07
0.06
0.05
0.04
0.03
0.02
0.01
0
690 700 710 720 730 740 750 760 770 780 790 800 810 820 830 840 850
Massa
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil penelitian koefisien penyerapan bunyi bahan akustik dari pelepah
pisang menunjukkan bahwa bahan akustik dari pelepah pisang bisa penyerap bunyi. Hal
ini karena karakteristik dari serat pada pelepah pisang yang bisa digunakan sebagai
pengganti bahan pembuat kain dan juga berdaya simpan tinggi, sehingga serat pisang
memenuhi syarat sebagai bahan akustik untuk penyerapan bunyi. Selain itu serat pelepah
pisang juga memenuhi persyaratan penting dari karakteristik dasar bahan akustik yaitu,
bahan berpori yang memiliki jaringan selular dengan pori-pori yang saling berhubungan.
Apalagi setelah pelepah pisang dikeringkan untuk mengurangi kandungan air pada pelepah
pisang tersebut, maka kepadatannya akan semakin membuat pelepah pisang menjadi bahan
yang dapat menyerap bunyi dengan cukup baik dan akan meredamnya.
Analisis grafik hubungan antara massa dengan koefisien serapan pada gambar 1.
menunjukkan bahwa semakin padat bahan yang digunakan semakin besar nilai koefisien
yang dihasilkan. Hal ini karena gelombang bunyi yang berjalan dalam medium rapat,
mempunyai cepat rambat yang lebih lambat dari pada gelombang bunyi yang berjalan pada
medium yang renggang. Kepadatan suatu bahan mengartikan susunan atom / partikel
penyusun bahan tersebut sangat rapat, hal ini menyebabkan gelombang yang melalui bahan
tersebut mempunyai kecepatan yang kecil, dengan demikian dapat diketahui bahwa
kepadatan bahan akustik memberi pengaruh terhadap koefisien serapan bunyi.
Grafik hubungan antara massa dengan koefisien pada gambar 1 membentuk garis
lurus akan tetapi terjadi penyimpangan pada garis tersebut yaitu terlihat pada massa 710 g,
740 g, 750 g, 760 g, dan 770 g yang terjadi pada grafik karena bahan akustik yang didapati
dalam penelitian adalah bahan yang terbuat dari pelepah pisang dimana pelepah ini
mempunyai penyusun materi yang tidak rapat dan kerapatan ditiap bagian bahan tidak
sama, sehingga koefisien serapan yang dimiliki bahan ini tidak linier seperti tampak pada
grafik gambar 4.1
KESIMPULAN
Dari hasil pengujian bahan akustik dari pelepah pisang, dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut:
1. Koefisien penyerapan bunyi bahan akustik dari pelepah pisang dengan kerapatan yang
berbeda pada massa 700g mampu menyerap bunyi sebersar 0,1176
Jurnal Neutrino Vol. 2, No. 1 Oktober 2009 39
2. Koefisien penyerapan bunyi bahan akustik dari pelepah pisang dengan kerapatan yang
berbeda bisa menyerap bunyi hingga mencapai 0,25dB pada massa 840 g.
3. Kepadatan bahan akustik memberi pengaruh terhadap koefisien serapan bunyi karena
semakin padat bahan yang digunakan semakin besar pula nilai koefisien yang
dihasilkan.
DAFTAR PUSTAKA
Asmiarto, Didik. 2005. Fisika Smart Solution Primagama. Yogyakarta : Andi Offset.
Berita / Hobi/Usaha
Cahyono, Bambang. 2009. PISANG Revisi Kedua, Usaha Tani dan Penanganan Pasca
Panen. Yogyakarta : Kanisius
Darmawan, B. 1992. Fisika. Bandung : Erlangga.
David, Halliday & Resnick Robert. 1985. Fisika Jilid 1 Edisi Ketiga. Diterjemahkan oleh
Silaban, Pantur & Sucipto Erwin. Bandung :ITB.
Doelle, L Leslie. 1985. Akustik Lingkungan. Terjemahan Oleh: Lea Prasetia. Eurabaya:
Erlangga.
Frick, Heinz. 2008. Ilmu Fisika Bangunan. Yogyakarta :IKAPI
Gabriel, J.F. 2001. Fisika Lingkungan. Jakarta: Hipokrates.
Giancoli, Douglas C. 2001. Fisika Edisi Kelima Jilid 1. Alih Bahasa : Hanum, Yuliza.
Jakarta: Erlangga.
Jargodzki, Cristopher P & Potter Franklin. 2005. Mania Fisika Asah Otak , Paradoks, dan
Keingintahuan. Alih Bahasa Kusuma, Ervina Yudha. Setiadji, Iman & Nuraini,
Subaidah. Bandung: Pakar Raya.
Romuty, Wutmaili. (Guru SMK N 3 Ambon, Mahasiswa Magister Sistem Teknik Fakultas
Teknik, Universitas Gadjah Mada)
Sears, Francis Weston & Zemansky, Mark W. 1962. Fisika Untuk Universitas 1 Mekanika
Panas Bunyi. Terjemahan Oleh Soedarjana, P.J & Avhmad Amir. Jakarta: Bina
Cipta
Suhardiman, P. 1997. Budi Daya Pisang Cavendish. Yogyakarta : Kanisius
Suyanti dan Supriyadi, Ahmad. 2008. PISANG Edisi Revisi : Budidaya, Pengelolaan dan
Prospek Pasar. Jakarta : Penebar Swadaya
Tipler, Paul A. 1998. Fisika Untuk Sains &Tekhnik Edisi Ketiga Jilid 1. Alih Bahasa
Prasetio, Lea & Adi, Rahmad W. Jakarta :Erlangga.
Tjia, M. O. 1993. Diklat Kuliah FI-214 Gelombang Bandung : Institut Tekhnologi
Bandung