Referat DKI
Referat DKI
I. DEFINISI
Dermatitis kontak iritan adalah jenis dermatitis yang berupa efek sitotosik
lokal langsung dari bahan iritan pada sel-sel epidermis, dengan respon peradangan
pada dermis.Daerah yang paling sering terkena adalah tangan dan pada individu
atopik menderita gejala yang lebih berat. Secara definisi bahan iritan kulit adalah
bahan yang menyebabkan kerusakan secara langsung pada kulit tanpa proses
sensitisasi2,3.
Dermatitis kontak iritan dapat dibagi menjadi dua, yaitu oleh karena iritan
absolut dan relatif. DKI oleh karena iritan absolut biasanya timbul seketika setelah
berkontak dengan iritan, dan semua orang akan terkena. Sedangkan dermatitis kontak
karena iritan relatif dapat timbul sesudah pemakaian bahan yang lama dan berulang,
dan seringkali baru timbul bila ada faktor fisik berupa abrasi, trauma kecil dan
maserasi, oleh karena itu sering disebut traumatic dermatitis. Kelainan yang timbul
biasanya berupa hiperpigmentasi, hiperkeratosis, likenifikasi, fisura, dan kadang-
kadang eritema dan vesikel4.
II. EPIDEMIOLOGI
Pada studi epidemiologi penyakit kulit pada pekerja di Singapura
memperlihatkan bahwa 97% dari 389 kasus adalah dermatitis kontak, dimana 66,3 %
diantaranya adalah DKI dan 33,7% adalah DKA. Sebagai penyakit yang sering
dihubungkan dengan kerja dengan kecenderungan pajanan terhadap bahan-bahan
iritan berulang, maka dermatitis kontak iritan sering insidennya pada profesi cleaning
service, hospital care, tukang masak, dan pegawai salon. Insiden di Jerman 4,5 pasien
per 10.000 tukang masak. Pegawai salon mempunyai insiden dermatitis kontak iritan
tertinggi yaitu 46,9 kasus per 10.000 perkerja per tahun nya1,5.
Kejadian dermatitis kontak iritan lebih sering pada wanita dibanding pria.
Pada wanita faktor lingkungan lebih berperan dibanding faktor genetik yang lebih
berperan pada pria.Kejadian dermatitis kontak iritan lebih sering pada umur > 50
tahun karena keadaan kulit yang lebih kering dan tipis1.
III. ETIOLOGI
Penyebab munculnya dermatitis jenis ini ialah bahan yang bersifat iritan, misalnya
bahan pelarut, detergen, minyak pelumas, asam, alkali, dan sebuk kayu. Kelainan
kulit yang terjadi selain ditentukan oleh ukuran molekul, daya larut, konsentrasi
bahan tersebut, dan vehikulum, juga dipengaruhi oleh faktor lain. Faktor yang
dimaksud yaitu : lama kontak, kekerapan, adanya oklusi menyebabkan kulit lebih
permeabel demikian pula trauma fisis dan gesekan. Suhu dan kelembaban lingkungan
juga ikut berperan. 7,8
Faktor individu juga ikut berpengaruh pada DKI misalnya perbedaan lipatan kulit
diberbagai tempat menyebabkan perbedaan permeabilitas; usia, ras (kulit hitam lebih
tahan daripada kulit putih), jenis kelamin lebih banyak mengenai wanita, penyakit
kulit atau sedang dialami. 7
IV. PATOMEKANISME
DKI merupakan dermatitis dengan mekanisme non alergi. Patogenesis DKI
dapat dijelaskan sebagai berikut :
Semua bahan iritan menunjukkan pola yang sama dalam hal infiltrasi seluler di
dalam lapisan dermis. Densitas infiltrasi sel sebanding dengan intensitas
inflamasinya1.
V. KLASIFIKASI
Dua bentuk DKI didasarkan pada penyebabnya, yaitu DKI oleh karena fisik
dan DKI oleh karena bahan kimia. DKI oleh karena fisik contohnya friksi, prolong
rubbing, dan pakaian yang kasar. DKI oleh karena bahan kimia contohnya alkohol,
latex, kerosene, dan alkali.8
Gejala Klinis
Kelainan kulit yang terjadi sangat beragam bergantung pada sifat iritan. Pasien
biasanya mengeluh sakit, iritasi, rasa terbakar, dan gatal-gatal. Gatal biasanya kurang
intens daripada gatal yang disebabkan DKA. Dua bentuk utama dari DKI adalah akut
dan kumulatif. DKI kumulatif lebih umum dari pada yang akut. DKI akut dapat
memberi gejala akut dalam beberapa menit setelah terpapar zat yang bersifat iritasi
kuat seperti asam kuat dan alkalis. Biasanya, paparan tersebut menghasilkan
perkembangan yang cepat seperti rasa terbakar dan gatal disertai eritema, pedih, dan
udem, serta bula, mungkin juga nekrosis. Pinggiran kulit berbatas tegas, dan pada
umunya berbatas asimetris biasanya hal ini berlangsung dalam beberapa minggu.
Sebaliknya, iritasi lemah menghasilkan DKI kumulatif. Penyebab DKI kumulatif
ialah kontak berulang –ulang iritan lemah ( faktor fisik, misalnya gesekan, trauma
mikro, kelembaban rendah, panas atau dingin, juga bahan misalnya detergen, sabun
pelarut, tanah bahkan juga air).6,10
Pemeriksaan Penunjang
Uji tempel atau Patch Test memiliki sensitivitas dan spesifisitas 70% sampai
80%. Hal ini berguna untuk mengkonfirmasi diagnosis dermatitis kontak
diindikasikan hanya bila peradangan dan menghindari dicurigai agen penyebab.12
Diagnosis banding dari dermatitis kontak iritan adalah dermatitis kontak alergi
dan dermatitis atopik1.
No. DKI DKA
1. Cenderung akut Cenderung kronik
Hanya orang tertentu (riwayat
2. Semua orang bisa terkena
alergi/sensitisasi) yang terkena
Lesi awal berupa : makula, Lesi awal berupa : makula, eritema,
3.
eritema, vesikel, bula, dan erosi. papula, melebar dari tempat awal
4. Penyebab : iritan primer Penyebab : allergen
Tergantung konsentrasi bahan Tidak tergantung dengan konsentrasi.
iritan dan status swar kulit. Terjadi Konsentrasi rendah sekalipun sudah
5.
jika bahan iritan melewati ambang dapat memicu DKA. Bergantung pada
batas tingkat sensitisasi
6. Onset pada saat kontak pertama Onset pada saat kontak berulang
Perlu dibandingkan DKI dengan DKA dan dermatitis atopik sebab terkadang
memberi gambaran klinis yang mirip satu sama lain4,5,11.
DKA
o Dermatitis kontak alergi disebabkan terpaparnya kulit dengan bahan
yang bersifat alergen. Pada yang kronis terlihat kulit kering,
berskuama, papul, likenifikasi dan mungkin juga fisur, batasnya tidak
jelas. Kelainan ini sulit dibedakan dengan dermatitis kontak iritan
kronis karena mungkin penyebabnya juga campuran.
Bila dibandingkan dengan dermatitis kontak iritan, jumlah penderita
dermatitis kontak alergik lebih sedikit, karena hanya mengenai orang
yang kulitnya sangat peka (hipersensitif).
Dermatitis Atopik
o Pada gambaran klinis terdapat vesikel-vesikel dan papul-papul serta
eritem, untuk membedakan dengan dermatitis kontak iritan, pada
dermatitis atopik mempunyai tiga tanda khas yaitu :
Pruritus.
VIII. TERAPI
Prinsip penatalaksanaan pada DKI ada 3, yaitu penghentian pajanan terhadap
bahan iritan yang dicurigai, perlindungan bagian tubuh yang terpapar, dan
penggantian bahan iritan dengan yang tidak bersifat iritan1,12.
Medikamentosa1,12,13
KIE kepada pasien terutama dalam hal penggunaan dan pajanan bahan iritan
sehari-hari, seperti1,4:
VII.PROGNOSIS
Umumnya baik untuk penderita tanpa riwayat atopik, tipe akut dan diagnosis
serta penatalaksanaan yang tepat1.
DAFTAR PUSTAKA