1. Pengertian Alergi makanan adalah suatu respons normal terhadap
makanan yang dicetuskan oleh suatu reaksi yang spesifik didalam suatu sistem imun dan diekspresikan dalam berbagai gejala yang muncul dalam hitungan menit setelah makanan masuk namun gejala dapat muncul hingga beberapa jam kemudian. 2. Tujuan Sebagai acuan bagi petugas di dalam penatalaksaan kasus alergi makanan di UPTD Puskesmas Usa. 3. Kebijakan 4. Referensi PERMENKES NO. 5 TAHUN 2014 tentang panduan praktik klinis bagi dokter di fasilitas pelayanan kesehatan primer. 5. Prosedur / Langkah- 1. Petugas/pengelola melakukan anamese dan langkah mencatat mengenai keluhan a. Pada kulit : eksim, urtikaria. b. Pada saluran pernapasan : rinitis, asma. c. Keluhan pada saluran pencernaan: gejala gastrointestinal non spesifik dan berkisar dari edema, pruritus bibir, mukosa pipi, mukosa faring, muntah, kram, distensi, diare. d. Sindroma alergi mulut melibatkan mukosa pipi atau lidah tidak berhubungan dengan gejala gastrointestinal lainnya. e. Diare kronis dan malabsorbsi terjadi akibat reaksi hipersensitivitas lambat non Ig-E- mediatedseperti pada enteropati protein makanan dan penyakit seliak. f. Hipersensitivitas susu sapi pada bayi menyebabkan occult bleedingatau frank colitis. 2. Petugas melakukan pemeriksaan Fisik. Pada kulit dan mukosa serta paru. 3. Petugas melakukan Penegakan Diagnosis. (Assessment). a. Diagnosis ditegakkan berdasar anamnesis dan pemeriksaan fisik. b. Diagnosis Banding : Intoksikasi makanan 4. Petugas melakukan rencana penatalaksanaan komprehensif (Plan). a. Penatalaksanaan Riwayat reaksi alergi berat atau anafilaksis. Hindari makanan penyebab. Jangan lakukan uji kulit atau uji provokasi makanan. Gunakan pemeriksaan in vitro (tes radioalergosorbent RAST). b. Rujukan pemeriksaan. Uji kulit langsung dengan teknik Prick dengan ekstrak makanan dan cairan kontrol merupakan metode sederhana dan sensitif mendeteksi antibodi sel mast spesifik yang berikatan dengan IgE.Hasil positif (diameter lebih dari 3 mm dari kontrol mengindikasikan adanya antibodi yang tersensitisasi, yang juga mengindikasikan adanya alergi makanan yang dapat dikonfirmasi dengan food challenge). Uji kulit positif : Hindari makanan yang terlibat secara temporer . Lakukan uji terbuka Jika uji terbuka positif: hindari makan yang terlibat dan lakukan uji plasebo tersamar ganda. Jika uji terbuka negatif: tidak ada retriksi makanan, amati dan ulangi test bila gejala muncul kembali Uji kulit negatif:Hindari makanan yang terlibat temporer diikuti uji terbuka. Uji provokasi makanan:menunjukkan apakah gejala yang ada hubungan dengan makanan tertentu. Kontraindikasi untuk pasien dengan riwayat anafilaksis yang berkaitan dengan makanan. Eliminasi makanan: eliminasi sistemik makanan yang berbeda dengan pencatatan membantu mengidentifikasi makananan apa yang menyebabkan alergi. c. Rencana Tindak Lanjut Kasus Edukasi pasien untuk kepatuhan diet pasien. Menghindari makanan yang bersifat alergen sengaja mapun tidak sengaja (perlu konsultasi dengan ahli gizi). Perhatikan label makanan. Menyusui bayi sampai usia 6 bulan menimbulkan efek protektif terhadap alergi makanan. d. Kriteria Rujukan. Pasien dirujuk apabila pemeriksaan uji kulit, uji provokasi dan eliminasi makananterjadi reaksi anafilaksis. 5. Petugas melakukan prognosis. Umumnya prognosis adalah dubia ad bonam bila medikamentosa disertai dengan perubahan gaya hidup.