Anda di halaman 1dari 12

SATUAN ACARA PENYULUHAN

HIPERNATERMIA PADA CHRONIC KIDNEY DISEASE (CKD)


DI RUANG HEMODIALISA RSUD dr SAIFUL ANWAR
MALANG

Disusun oleh :

1. Poltekkes Kemenkes Malang


2. Universitas Muhammadiyah Jember
3. Universitas Brawijaya
4. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Banyuwangi

PROMOSI KESEHATAN RUMAH SAKIT (PKRS)


RUANG HEMODIALISA RSUD Dr. SAIFUL ANWAR
MALANG
2018
LEMBAR PENGESAHAN

Satuan Acara Penyuluhan yang berjudul “Hipernatremia pada Chronic


Kidney Disease” di Ruang Hemodialisa RSUD dr. Saiful Anwar
Malang yang akan dilaksanakan pada:
Jumat, 10 Agustus 2018

Disusun oleh :

5. Poltekkes Kemenkes Malang


6. Universitas Muhammadiyah Jember
7. Universitas Brawijaya
8. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Banyuwangi

Telah disetujui dan disahkan pada:


Hari :

Tanggal :

Mengetahui,

Pembimbing Klinik

_____________________
SATUAN ACARA PENYULUHAN
HIPERNATERMIA PADA CHRONIC KIDNEY DISEASE
(CKD)

Tema : Hipernatremia Pada Gagal Ginjal Kronik


SubTopik : Hipernatremia
Hari / tanggal : Jumat, 10 Agustus 2018
Waktu Pertemuan : 30 menit
Tempat : Ruang tunggu hemodialisa RSUD Saiful Anwar Malang
Sasararan : Pasien HD dan keluarga
Peserta : 20 peserta

1. Tujuan Umum
Setelah mengikuti penyuluhan mengenai hipernatermia pada chronic kidney
disease (CKD) 30 menit, pasien hemodialisa dan keluarga agar dapat
memahami mengenai materi yang disampaikan.
2. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti pendidikan kesehatan mengenai hipernatermia pada chronic
kidney disease (CKD) , pasien hemodialisa dan keluarga mampu memahami
dan menjelaskan:
1. Pengertian hipernatremia dan chronic kidney disease (CKD)
2. Etiologi hipernatremia
3. Manifestasi klinik hipernatremia
4. Penatalaksanaan hipernatremia
5. Patofisiologi hubungan hipernatremia dengan CKD
6. Pathway hipernatremia pada CKD
3. Kisi-kisi Materi
1. Pengertian hipernatremia dan chronic kidney disease (CKD)
2. Etiologi hipernatremia
3. Manifestasi klinik hipernatremia
4. Penatalaksanaan hipernatremia
5. Patofisiologi hubungan hipernatremia dengan CKD
6. Pathway hipernatremia pada CKD
4. Media
 LCD
 Powerpoint
 Meja
 Kursi
5. Metode
 Ceramah
 Tanya jawab
6. Rencana Pelaksanaan
NO Kegiatan Pendidikan Kesehatan Waktu Kegiatan Klien
1. Memberi Salam 0,5 menit 1. Pasien dan keluarga
kembali menyapa sapa
tersebut
2. Memperkenalkan diri 1 menit 2. Pasien dan keluarga
Memperhatikan
3. Memberikan penjelasan tentang 20 menit 3. Pasien dan keluarga
materi menndengarkan
penjelasan yang diberikan
4. Memberikan kesempatan kepada 1 menit 4. Pasien dan keluarga
penduduk untuk bertanya mengajukan pertanyaan
5. Memberi jawaban atas pertanyaan 10 menit 5. Pasien dan keluarga
yang diajukan mendengarkan jawaban
6. Menyimpulkan hasil penyuluhan yang diberikan
dan evaluasi 1 menit 6. Klien mendengarkan
dengan baik

Keterangan :
7. SETTING TEMPAT NS : Narasumber
MM : Mahasiswa
P : Peserta
M : Moderator
NS

MM M

8. Evaluasi
1. Peserta dapat menjelaskan sekilas pengertian hipernatremia dan chronic
kidney disease (CKD)
2. Peserta dapat menyebutkan hal-hal yang menyebabkan terjadinya
hipertnatremia
3. Peserta dapat menyebutkan kembali tanda dan gejala hipernatremia
4. Peserta dapat menyebutkan patofisiologi hubungan hipernatremia dengan
CKD
5. Peserta dapat memahami proses penyakit dari hipernatremia pada CKD

Lampiran Materi
I. Metode dan Teknik Penyuluhan
1. Ceramah dan tanya jawab
2. Dengan alat bantu media powerpoint
II. Materi Penyuluhan

Hipernatremia Pada Chronic Kidney Disease


A. Definisi
1. Hipernatremia
Hipernatremia adalah suatu keadaan dengan defisit cairan relatif, dalam
artian merupakan keadaan hipertonisitas, atau hiperosmolalitas.
Hipernatremia umumnya tidak disebabkan oleh kelebihan natrium,
melainkan dengan defisit relatif gratis air dalam tubuh. Air hilang dari tubuh
dalam berbagai cara, termasuk keringat, kerugian insensible dari bernapas,
dan dalam tinja dan urin. Jika jumlah air yang tertelan secara konsisten
berada di bawah jumlah air yang hilang, tingkat natrium serum akan mulai
meningkat, yang mengarah ke hipernatremia. Jarang, hipernatremia dapat
disebabkan oleh konsumsi garam besar, seperti yang mungkin terjadi dari
minum air laut.

Keadaan hipernatremia akan membuat cairan intraseluler keluar ke


ekstraseluler untuk menyeimbangkan osmolalitas cairan ekstrasel. Hal ini
akan membuat terjadinya pengkerutan sel, dan bila terjadi pada sel saraf
sistem saraf pusat, maka akan menimbulkan disfungsi kognitif, seperti
lemah, bingung, sampai kejang. Pada hipernatremia, tubuh mengandung
terlalu sedikit air dibandingkan dengan jumlah natrium. Konsentrasi natrium
darah biasanya meningkat secara tidak normal jika kehilangan cairan
melampaui kehilangan natrium, yang biasanya terjadi jika minum terlalu
sedikit air. Konsentrasi natrium darah yang tinggi secara tidak langsung
menunjukkan bahwa seseorang tidak merasakan haus meskipun seharusnya
dia haus, atau dia haus tetapi tidak dapat memperoleh air yang cukup untuk
minum.
Hipernatremia paling sering terjadi pada usia lanjut. Pada orang tua
biasanya rasa haus lebih lambat terbentuk dan tidak begitu kuat
dibandingkan dengan anak muda. Usia lanjut yang hanya mampu berbaring
di tempat tidur saja atau yang mengalami demensia (pilkun), mungkin tidak
mampu untuk mendapatkan cukup air walaupun saraf-saraf hausnya masih
berfungsi. Selain itu, pada usia lanjut, kemampuan ginjal untuk memekatkan
air kemih mulai berkurang, sehingga tidak dapat menahan air dengan baik.
Orang tua yang minum diuretik, yang memaksa ginjal mengeluarkan lebih
banyak air, memiliki resiko untuk menderita hipernatremia, terutama jika
cuaca panas atau jika mereka sakit dan tidak minum cukup air.
Hipernatemia selalu merupakan keadaan yang serius, terutama pada orang
tua.
Hampir separuh dari seluruh orang tua yang dirawat di rumah sakit karena
hipernatremia meninggal. Tingginya angka kematian ini mungkin karena
penderita juga memiliki penyakit berat yang memungkinkan memungkinkan
terjadinya hipernatrermia.
Hipernatremia dapat juga terjadi akibat ginjal mengeluarkan terlalu
banyak air, seperti yang terjadi pada penyakit diabetes insipidus. Kelenjar
hipofisa mengeluarkan terlalu sedikit hormon antidiuretik (hormon
antidiuretik menyebabkan ginjal menahan air) atau ginjal tidak memberikan
respon yang semestinya terhadap hormon. Penderita diabetes insipidus
jarang mengalami hiponatremia jika mereka memiliki rasa haus yang
normal dan minum cukup air.
Hipernatremia juga terjadi pada seseorang dengan:
 fungsi ginjal yang abnormal
 diare
 muntah
 Demam keringat berlebihan

2. Chronic Kidney Disease


Gagal ginjal kronik adalah distruksi struktur ginjal yang progresif dan
terus menerus, terjadi perubahan fungsi ginjal secara progresif.
(Corwin,Elizabeth J,2000).
Gagal ginjal kronik atau penyakit renal tahap akhir (ESRD) merupakan
gangguan fungsi renal yang progresif dan irreversibel dimana kemampuan
tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan
dan elektrolit, menyebabkan uremia (retensi urea dan sampah nitrogen lain
dalam darah ). (Brunner dan suddarth ,2001).
Gagal ginjal kronik merupakan perkembangaan gagal ginjal yang
progresif dan lambat, biasanya berlangsung berapa tahun. Ginjal kehilangan
kemampuan asupan diet normal. Gagal ginjal kronik terjadi setelah berbagai
macam penyakit merusak nefron ginjal. (Price, Sylvia Anderson,2004).
Gagal ginjal kronik (CKD) adalah suatu sindrom klinis yang
disebabkan penurunan fungsi ginjal yang bersifat menahun, berlangsung
progresif dan cukup lanjut. Hal ini terjadi apabila laju filtrasi glomerular
kurang dari 50 ml/menit. (Suyono, Slamet, 2001).
B. Etiologi
Etiologi dari hipernatremia adalah:
 Adanya defisit cairan tubuh akibat ekskresi air yang melebihi ekskresi
natrium. Seperti pada pengeluaran keringat, insesible water loss, diare
osmotik akibat pemberian laktulosa atau sorbitol
 Asupan air yang kurang, pada pasien dengan gangguan pusat rasa haus di
hipotalamus akibat tumor dan gangguan vaskuler.
 Penambahan natrium yang berlebihan, seperti pada koreksi asidosis dengan
bikarbonat, atau pemberian natrium yang berlebihan.
 Masuknya air tanpa elektrolit ke dalam sel, misalnya setelah latihan fisik
berat.
 Cidera kepala atau pembedahan saraf yang melibatkan kelenjar hipofisa
 Gangguan dari elektrolit lainnya (hiperkalsemia dan hipokalemia).
Penggunaan obat (lithium, demeclocycline, diuretik).
 Kehilangan cairan yang berlebihan (diare, muntah, demam, keringat
berlebihan). Penyakit sel sabit Diabetes insipidus.
 Kehilangan melalui ginjal pada bayi premature
 Kehilangan melalui usus karena masalah usus (obstruksi usus, sepsis, atau
prematuritas) atau munah berat
 Obat-obatan seperti diuretik
 Kehilangan cairan karena hemodialisa
 Gagal adrenokortikal, jarang terjadi tetapi mungkin disebabkan oleh
hyperplasia adrenal, hypoplasia atau perdarahan adenal pada bayi sakit
 Laktasi yang tidak adekuat
 Peresapan cairan yang tidak benar
 Pemberian natrium bikarbonat berlebihan
 Susu formula bubuk yang tidak sesuai
C. Manifestasi Klinik
Pada hipernatremia sedang terjadi kegelisahan dan kelemahan dan
disorientasi, delusi, dan halusinasi pada hipernatremia berat. Jika terjadi
hipernatremia berat, kerusakan otak permanen dapat terjadi (terutama pada
anak-anak). Kerusakan otak tampaknya diakibatkan oleh perdarahan subarak
hanoid yang terjadi akibat kontraksi otak. Gejala utama dari hipernatremia
merupakan akibat dari kerusakan otak. Hipernatremia yang berat dapat
menyebabkan:
 Penutrunan BB
 Dehidrasi
 Kebiingungan
 Kejang otot
 Kejang seluruh tubuh
 Koma
 Kematian

D. Penatalaksanaan
Hipernatremia diobati dengan pemberian cairan. Pada semua kasus
terutama kasus ringan, cairan diberikan secara intravena (melalui infus).
Untuk membantu mengetahui apakah pembelian cairan telah mencukupi,
dilakukan pemeriksaan darah setiap beberapa jam. Konsentrasi natrium darah
diturunkan secara perlahan, karena perbaikan yang terlalu cepat bisa
menyebabkan kerusakan kerusakan otak yang menetap. Pemeriksaan darah
atau air kemih tambahan dilakukan untuk mengetahui penyebab tingginya
konsentrasi natrium. Jika penyebabnya telah ditemukan, bisa diobati secara
lebih spesifik. Misalnya untuk diabetes insipidus diberikan hormon
antidiuretik (vasopresin).

E. Patofisiologi Hubungan Hipernatremia Dengan Ckd


Ginjal merupakan salah satu organ paling vital dimana fungsi ginjal
sebagai tempat membersihkan darah dari berbagai zat hasil metabolisme tubuh
dan berbagai racun yang tidak diperlukan tubuh serta dikeluarkan sebagai
urine dengan jumlah setiap hari berkisar antara 1-2 liter. Selain fungsi
tersebut, ginjal berfungsi antara lain mempertahankan kadar cairan tubuh dan
elektrolit (ion-ion), mengatur produksi sel-darah merah. Begitu banyak fungsi
ginjal sehingga bila ada kelainan yang mengganggu ginjal, berbagai penyakit
dapat ditimbulkan.
Hipernatremia dapat terjadi karena ginjal tidak mampu untuk
menyerap air dengan baik, hal ini disebabkan karena ginjal tidak mampu
memproduksi Anti Deuretik Hormon (ADH) yang dihasilkan oleh kelenjar
hipofisis posterior. Konsentrasi natrium dalam darah yang tinggi secara tidak
langsung mengakibatkan rasa haus tidak ada, sehingga ginjal tidak
mendapatkan asupan ciran yang cukup yang menyebabkan kadar natrium
dalam darah tetap tinggi. Jika hal ini terus berlanjut maka tubuh akan
mengalami deficit volume cairan yang dapat menyebabkan dehidrasi. Keadaan
hipernatremi ini akan membuat cairan intra sel (CIS) keluar ke cairan ekstra
sel (CES), hal ini akan membuat terjadinya pengkerutan sel, dan apabila
terjadi pengkerutan pada sel saraf pusat akan menimbulkan disfungsi kognitif
seperti lemah, bingung, sampai kejang.

F. Pathway

Infeksi, anomali congenital, penyakit


vaskuler, obstruksi renal, penyakit
kolgen, preparat nefritoksik,
penyakit endokrin

CKD
Produksi ADH
terganggu

Dehidrasi Defisit cairan


tubuh

Kekurangan
Eksresi natrium
volume cairan

CIS keluar ke CES untuk


menyeimbangkan osmolarits
CES

Pengkerutan sel Sel saraf pusat

Disfungsi kognitif

Resiko tinggi Kerusakan


cedera komunikasi
verbal
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda Juall. 2000. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8.
Jakarta: EGC
Corwin, Elizabeth J, 2004. Buku Saku Patofisiologi, Jakarta: EGC
Doenges, Marilynn. E. 1999, Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk
Perencanaan & Pendokumentasian Perawatan Pasien Edisi: 3, Jakarta:
EGC
Mansjoer, Arief. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3.Jilid 2. Jakarta:
Mediaesculapius
Price, Sylvia A..2004. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit.
Jakarta: EGC
Sloane, Ethel. 2003. Anatomi dan Fisiologi Untuk Pemula. Jakarta:
EGC.Smeltzer, Suzanne C, 2001, Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah Vol. 2 Edisi 8. Jakarta: EGC
Smeltzer, Suzanne C, 2001, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Vol. 2 Edisi
8. Jakarta: EGC.
Suyono, Salmet. 2001. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid 2. Edisi III. Jakarta:
Balai Penerbit FKUI
http://arwinlim.blogspot.com/2007/10/anfis-sistemperkemihan.html. Diakses
tanggal 20 Maret 2016.
http://spiritia.or.id/cst/dok. www.ikcc.or.id . Diakses tanggal 20 Maret 2016.

Anda mungkin juga menyukai