Anda di halaman 1dari 6

Tutorial 1 Skenario A Blok 21

I. Skenario
Nn. ZS, usia 33 tahun, seorang model, datang ke poliklinik dengan keluhan mual,
nyeri kepala, pegal-pegal, nyeri sendi, nyeri perut dan gangguan menstruasi. Keluhan-
keluhan tersebut dirasakan pertama kali sekitar 2 tahun yang lalu. Beberapa bulan
sebelumnya Nn.ZS berencana menikah namun dibatalkan tanpa sebab oleh calon
suaminya. Nn.ZS menyangkal perasaan sedih, tidak berguna dan putus asa namun
sesekali mengalami sulit tidur, sulit konsentrasi, tegang dan mudah marah. Beberapa
bulan terakhir
II. Klarifikasi Istilah
1. Disforik : Tidak mau diam, gelisah, lesu
2. Waham : Keyakinan atau pikiran yang sadar karena bertentangan dengan
dunia nyata serta dibangun atas unsur yang tidak berdasarkan
logika, sangka, dan curiga
3. Preokupasi : Pikiran dalam waktu yang lama terpusat pada suatu focus objek
atau situasi tertentu
4. Koheren : Berhubungan atau bersangkut paut
5. Halusinasi : Gangguan penyerapan panca indra tanpa adanya rangsangan dari
luar yang dapat meliputi semua system pengindraan dimana terjadi pada saat
individu sadar dengan baik
6. Ilusi : Kesan mental akibat kesalahan penafsiran kejadian yang
sebenarnya.
7. Hamilton Depression Rating Scale (HDRS) : Merupakan tes yang mengukur
tingkat keberatan dari gejala depresi pada individu
8. Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS) : Merupakan tes yang mengukur tingkat
keberatan dari gejala rasa cemas pada individu
9. Nyeri Kepala
10. Mual
11. Pegal- pegal
12. Nyeri sendi
13. Nyeri perut
III. Identifikasi Masalah

1. Nn. ZS, usia 33 tahun, seorang model, datang ke poliklinik dengan keluhan mual,
nyeri kepala, pegal-pegal, nyeri sendi, nyeri perut dan gangguan menstruasi.
Keluhan-keluhan tersebut dirasakan pertama kali sekitar 2 tahun yang lalu. (I)
2. Beberapa bulan sebelumnya Nn.ZS berencana menikah namun dibatalkan tanpa
sebab oleh calon suaminya. Nn.ZS menyangkal perasaan sedih, tidak berguna dan
putus asa namun sesekali mengalami sulit tidur, sulit konsentrasi, tegang dan
mudah marah. (II)
3. Beberapa bulan terakhir Nn.ZS mulai khawatir terhadap kondisinya sehingga
beberapa kali berobat ke dokter penyakit dalam dan ke dokter
kandungan,dilakukan berbagai pemeriksaan namun dikatakan tidak mengalami
kelainan apapun (IV)
4. Nn ZS mengakui bahwa dirinya merupakan tipe orang yang cenderung
menghindari konflik dengan orang lain namun sangat mudah terpengaruhi dengan
perkatan orang lain (III)
5. Pemeriksaan Fisik (V)
6. Status Psikiatrikus (V)
7. Pemeriksaan Penunjang (V)
IV. Analisis Masalah
1. Nn. ZS, usia 33 tahun, seorang model, datang ke poliklinik dengan keluhan mual,
nyeri kepala, pegal-pegal, nyeri sendi, nyeri perut dan gangguan menstruasi.
Keluhan-keluhan tersebut dirasakan pertama kali sekitar 2 tahun yang lalu.
a. Bagaimana etiologi dan mekanisme dari keluhan utama Nn. ZS ?
b. Bagaimana hubungan keluhan Nn.ZS dengan usia, dan jenis kelamin dan
pekerjaan ?

2. Beberapa bulan sebelumnya Nn.ZS berencana menikah namun dibatalkan tanpa


sebab oleh calon suaminya. Nn.ZS menyangkal perasaan sedih, tidak berguna dan
putus asa namun sesekali mengalami sulit tidur, sulit konsentrasi, tegang dan
mudah marah.
a. Apa makna klinis dari hasil anamnesis diatas ?
b. Bagaimana hubungan dari hasil anamnesis dengan keluhan utama pada
Nn.ZS?

Sampai saat ini penyebab pasti belum diketahui. Ada tiga faktor penyebab yaitu:

1. Faktor Psikososial
Penyebab gangguan somatisasi tidak diketahui. Secara psikososial, gejala-gejala
gangguan ini merupakan bentuk komunikasi sosial yang bertujuan untuk menghindari
kewajiban, mengekspresikan emosi, atau menyimbolkan perasaan atau keyakinan.
Pandangan perilaku pada gangguan somatisasi menekankan bahwa pengajaran dari
orang tua, contoh dari orang tua, dan etika moral mungkin mengajarkan anak-anak
untuk menggunakan somatisasi dibandingkan anak-anak lain. Di samping itu,
beberapa pasien dengan gangguan somatisasi berasal dari rumah yang tidak stabil dan
telah mengalami penyiksaan fisik. Faktor sosial, cultural, dan etnik mungkin juga
terlibat di dalam perkembangan gejala gangguan somatisasi.
2. Faktor Biologis
Beberapa penelitian mengarah pada dasar neuropsikologis untuk gangguan
somatisasi. Penelitian tersebut mengajukan bahwa pasien memiliki gangguan
perhatian dan kognitif karakteristik yang dapat menyebabkan persepsi dan penilaian
yang salah terhadap masukan (input) somatosensorik. Gangguan yang dilaporkan
adalah distraktibilitas yang berlebihan, ketidakmampuan untuk membiasakan
terhadap stimulasi yang berulang, pengelompokan konstruksi kognitif atas dasar
impresionistik, asosiasi parsial dan sirkumstansial, dan tidak adanya selektivitas.
Sejumlah terbatas penelitian pencitraan otak telah melaporkan penurunan
metabolisme di lobus frontalis dan pada hemisfer nondomain.
Data genetik mengindikasikan adanya transmisi genetik pada gangguan somatisasi.
Terjadi pada 10-20% wanita turunan pertama, sedangkan dengan saudara laki-lakinya
cenderung menjadi penyalahgunaan zat dan gangguan kepribadian antisosial. Pada
kembar monozigot terjadi 29% dan dizigot 10%.
3. Faktor Kognitif
Faktor kognitif yang menyebabkan gangguan somatisasi seperti prediksi berlebih
terhadap ketakutan, keyakinan irasional, sensitivitas berlebihan mengenai sinyal-
sinyal dan tanda-tanda ancaman, harapan-harapan self efficacy (kemampuan diri)
yang terlalu rendah dan salah mengartikan sinyal-sinyal tubuh. Sehingga somatisasi
terbentuk karena cara berpikir yang terdistorsi yang membuat seseorang tersebut
salah mengartikan perubahan kecil dalam sensasi tubuhnya sebagai tanda dari
bencana/ancaman yang akan terjadi. Selain itu distorsi kognitif tersebut akan
berdampak pada fungsi sosial, pekerjaan dan masyarakat.
Berdasarkan berbagai penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa faktor kognitif
merupakan faktor yang sangat berperan penting dalam tubuh sebagai menyebabkan
terjadinya gangguan somatisasi. Kesalahan dalam proses kognitif atau terjadinya
penyimpangan kognitif dapat memberikan pengaruh negatif bagi diri individu.
Somatisasi merupakan salah satu gangguan yang terjadi akibat adanya kesalahan
dalam proses kognitif yang menimbulkan keyakinan dan pemikiran yang salah.
Distorsi kognitif merupakan hasil dari pengolahan informasi dengan cara yang diduga
mengakibatkan kesalahan yang diidentifikasi kedalampikiran atau berpikiran secara
berlebihan dan tidak rasional.
c. Bagaimana cara membedakan seseorang yang mengalami gangguan depresi
dan gangguan kecemasan ?
d. Apa neuroanatomi dan neurochemistry yang terlibat dalam keluhan yang
dialami oleh Nn. ZS ?
e. Apa hubungan dari dibatalkannya pernikahan dengan keluhan yang dialami
oleh Nn. ZS?

Gagal menikah yang dialami Nn. ZS dapat menjadi stressor, bersama faktor lain
seperti kepribadiannya, memicu timbulnya gannguan somatisasi

3. Beberapa bulan terakhir Nn.ZS mulai khawatir terhadap kondisinya sehingga


beberapa kali berobat ke dokter penyakit dalam dan ke dokter
kandungan,dilakukan berbagai pemeriksaan namun dikatakan tidak mengalami
kelainan apapun (IV)
a. Apa makna klinis dari tidak mengalami kelainan apapun pada hasil
pemeriksaan penyakit dalam dan kandungan ?

4. Nn ZS mengakui bahwa dirinya merupakan tipe orang yang cenderung


menghindari konflik dengan orang lain namun sangat mudah terpengaruhi dengan
perkatan orang lain (III)
a. Termasuk dalam tipe personality apakah Nn.ZS ?
b. Bagaimana hubungan personality dengan keluhan sulit tidur, sulit konsentrasi,
tegang dan mudah marah ?
5. Status Psikiatrikus (V)
a. Bagaimana interpretasi dari status psikiatrikus (emosi dan pikiran) ?
b. Bagaimana mekanisme abnormalitas dari status psikiatrikus?
c. Bagaimana cara membuat status psikiatrikus?
d. Bagaimana cara menilai preokupasi dan apa hubungannya dengan keluhan
yang dialami oleh Nn. ZS?

Nn. ZS sangat terpaku oleh keluhan keluhan fisiknya hingga saat pergi ke dokter
lalu dokter berkata bahwa dia tidak mengalami kelainan apapun, ia tidak percaya
dan berpindah-pindah dokter. Pada kasus ini, Nn. ZS sudah mengalami gangguan
kepribadian Histrionic Personality Disorder, dilihat dari perilakunya yang
beberapa kali mengunjungi dokter penyakit dalam dan dokter kandungan untuk
melakukan pemeriksaan (doctor shopping). Dia merasa tidak puas jika tidak
memenuhi keinginannya bahwa memang terdapat gangguan fisik pada keluhan
yang dialaminya. Dia juga sangat mudah terpengaruh perkataan orang lain
semakin menjelaskan cirinya termasuk dalam gangguan kepribadian Histrionic.
e. Apa saja jenis mood dan bagaimana cara penilaiannya?
f. Apa hubungan disforik dengan keluhan yang dialami?
6. Pemeriksaan Penunjang (V)
a. Bagaimana interpretasi dari hasil pemeriksaan penunjang ?

HDRS = depresi ringan

HARS = anxiety ringan

b. Bagaimana prosedur melakukan pemeriksaan HDRS ?


c. Bagaimana prosedur melakukan pemeriksaan HARS?
d. Apa tujuan dari pemeriksaan penunjang ?
V. Hipotesis
Nn. ZS, 33 tahun, mengalami gangguan depresi dan gangguan kecemasan yang dipicu
oleh lingkungan dan personality yang diakbatkan oleh gagal menikah.
VI. Template
a. DD
b. WD
c. Etiologi
d. Epidemiologi
e. Faktor Resiko

▪ Kehadiran kepribadian masa lalu atau penyakit psikologis;


▪ Kekerasan fisik atau seksual, terutama pada anak-anak;
▪ Kesulitan ekonomi, status sosial ekonomi rendah;
▪ Kehadiran anggota keluarga dengan gangguan konversi atau penyakit kronis;
▪ Kehadiran gangguan kejiwaan tambahan, seperti depresi atau kecemasan;
▪ Kehadiran gangguan kepribadian, seperti teater, pasif-dependent, atau gangguan
kepribadian pasif-agresif.

f. How to diagnose
g. Patofisiologi dan Patogenesis
h. Manifestasi klinis
i. Komplikasi
j. Pemeriksaan Penunjang
k. Tatalaksana
l. Edukasi (konseling)
m. Prognosis
n. SKDI
VII. Learning Issue
Neuroanatomi
Depresi
Anxiety
Personality
Gangguan somatisasi
VIII. Kerangka Konsep
IX. Kesimpulan

Anda mungkin juga menyukai