Anda di halaman 1dari 6

Rovania Yantinez Quardetta – 10F

Sebuah Patahan Sayap


“Buruan dong Jess! Keburu telat nih kita!” Omel Tess.
Patahan Sayap
“Iyaaa nyonyaa…”

Pagi yang cerah itu disambut oleh keributan yang berasal dari kamar 107. Tess
dan Jess. Hmm.. kalau dari nama mereka bisa dibilang mirip, tapi jika dilihat dari segi
penampilan, Tess dan Jess memiliki perbedaan 360 derajat dalam masalah pakaian
mereka. Tess yang terhitung sangat cerewet mengenai gaya, terlihat sangat sempurna
di mata orang-orang di sekitarnya, termasuk Jess. Dengan rambut hitam
bergelombang sedada, mata berwarna coklat muda, bibir merah mungil menghiasi
bagian bawah wajah ovalnya, dan ditambah dengan bentuk tubuhnya yang sangat
diidam-idamkan oleh para wanita Indonesia, atau mungkin bahkan dunia, membuat ia
seperti mannequin berjalan di tatapan orang-orang. Sedangkan Jess, tidak pernah
lepas dari kesan tomboy dan cueknya yang selalu menambah keributan diantara kedua
sahabat ini saat sedang memilih pakaian. Dengan kaos-kaos yang sudah berjuta-juta
kali ia pakai dan celana jeans yang juga sudah cukup terlihat lusuh, ditambah dengan
sepatu keds biru kesayangannya itu akan melengkapi penampilan Jess sehari-hari.
Sebenarnya Jess mempunyai sedikit kemiripan wajah dengan Tess, mereka sama-
sama memiliki mata coklat muda dan bentuk tubuh yang hampir sama dengan Tess
yang membuat orang-orang sering mengira mereka seperti kakak adik.

Perbedaan pendapat dan penampilan mungkin sudah biasa mereka hadapi.


Sudah hampir 10 tahun mereka bersahabat dan setelah lulus sma tahun lalu, mereka
memutuskan untuk melanjutkan kuliah di Singapore dan tinggal bersama di sebuah
apartment tidak jauh dari universitas mereka yang berada di pusat kota.

Taksi sudah menunggu di depan apartment mereka, dan dengan segera


mereka melaju menuju airport.

“Gila udah kangen banget gue sama masakan rumah. Kangen orang-orang
juga, kangen pacar apalagi!!Ehh fix banget ya Jess kita harus ke sekolah! Semenjak
lulus gue belum menginjakkan kaki lagi tuh di sekolah…”

“Iyaa Tesssss, aduh lo tuh ya engga bisa apa engga cerewet gitu? Sehariii aja
deh, entar gue kasih hadiah deh kalo lo bisa diem sehari” Jawab Jess.
Mereka meninggalkan Singapore tepat pukul 09.30 waktu setempat dan
menempuh perjalanan sekitar 2 setengah jam. Sesampainya di Jakarta, mereka
langsung disambut oleh keluarga mereka masing-masing yang sudah menunggu dari
sekitar setengah jam yang lalu. Karena persahabatan mereka yang terbilang cukup
lama, keluarga mereka pun sudah mengenal baik satu sama lain. Mereka berkumpul
layaknya sebuah keluarga besar.

Tess dan Jess memutuskan untuk pulang ke Jakarta untuk mengisi waktu
liburannya yang cukup panjang, yaitu sekitar 1bulan setengah. Memang tidak
gampang untuk meninggalkan kota tempat kelahiran kita dalam jangka waktu yang
cukup panjang. Benar saja, mula-mula kepindahan mereka berdua ke Singapore
bentar-bentar Tess sudah mulai rewel. Tapi keadaan berubah seiring berjalannya
waktu.

“Aduh sumpah ya,ternyata engga ada bedanya di Singapore sama di Indonesia,


sama-sama engga ada kerjaan! suntuk banget nih, jalan-jalan yuk Jess”

“Gue capek banget Tess, ajak cowo lo aja kenapa sih?kan lo belum ketemu dia
semenjak pulang 3 hari yang lalu”

“Oh iya yah! Abis gue kangen banget sama nyokap bokap jadi males deh
keluar rumah, hehe. Tapi Ian kayaknya juga lagi sibuk banget deh buat persiapan
sidangnya minggu depan, gue jadi engga enak ganggu gitu, Jess.”

“Yaudah besok ajalah ya, lo mau kemana gue temenin deh ayuk. Tapi jemput
plus bayarin makan ya!”

“Ah elu Jess, selaluuuu aja pake persyaratan. Sahabat macam apa lo!” Jawab
Tess manyun.

Kebesokan harinya, mereka pun akhirnya memutuskan untuk pergi ke


Bandung untuk bertemu dengan teman-teman lamanya yang juga sedang liburan
disana. Mereka berangkat berdua menggunakan mobil Jess dan memutuskan akan
menyetir bergantian dari Jakarta sampai Bandung. Mereka meninggalkan rumah Jess
pada pukul 8 pagi.

Perjalanan itu masih disertai oleh rasa kantuk yang membendungi mereka,
terutama Tess. Mereka terus bergantian memegang kendali mobil untuk menghindari
hal-hal yang tidak diinginkan akibat keduanya masih mengantuk, dan kejadian itu pun
berawal dari sini,

“Sumpah gue engga kuat lagi Tess, tukeran dong sampe Bandung. Kan lo
yang ngidein ke Bandung bawa mobil sendiri”

“Aaah iya nih salah gue, harusnya tadi pas di tawarin nyokap lo suruh sama
pak Toto gue nurut aja ya.. Yaudah Jess cari rest area aja deh gue juga kebelet pipis
banget nih!”

“Lo tuh kebiasaan banget sih beser di jalan! Duh, gue ngebut deh”

“JANGAN!! Lo bilang kan lo ngantuk! Jangan berani-berani ngebut ya enak


aja lo, mending gue ngompol disini dari pada harus satu mobil sama lo lagi ngebut
apalagi bonus lagi ngantuk”

Jess tau bagaimana ketakutan sahabatnya itu dengan kata “ngebut” Semenjak
kejadian sekitar 3 tahun lalu yang merenggut nyawa kakak tertuanya. Tetapi Jess juga
tau bagaimana kebiasaan sahabatnya yang tidak bisa menahan pipis terlalu lama.
Cantik-cantik gitu, Tess juga terkenal dengan kebiasaan ngompolnya saat menahan
pipis terlalu lama. Jadi Jess memutuskan untuk tidak mendengarkan kata-kata Tess
untuk tidak mengebut.

“Buruan turun! Katanya kebelet pipis tadi. Gue nunggu di mobil ya, jangan
lama-lama tapi engga usah pake dandan segala ya neng” ucap Jess santai kepada
sahabatnya yang masih shock karena dibawa mengebut.

Tess pun berlalu disertai dengan lari kecil dan wajah yang meringis-ringis
tidak tahan. Jess hanya tertawa melihat tingkah sahabatnya itu dari mobil. Setelah
sekitar 15 menit menunggu, Jess memutuskan untuk keluar menyusul sahabatnya
karena sudah bosan terlalu lama menunggu. Tetapi saat Jess baru saja keluar mobil
dan berencana untuk menyusul Tess ke toilet, tampak sahabatnya sedang melambai-
lambai di sebrang jalan dengan barisan gigi-giginya yang tertata rapih sempurna,
menyeringai bahagia.

“Lo ngapain aja sih? Ketiduran di kamar mandi apa gimana? Gila lo gue sejam
kepanggang di mobil tau gak, buruanlah masuk mobil!” Jess teriak ke arah sahabatnya
di sebrang jalan.
“Sabar dikit dong tadi kan ngantri panjang banget tau” Jawab Tess teriak
selagi berlari kecil menuju mobil Tess. Namun tiba-tiba..

“TESS AWAS!!!!!!!” Jess berteriak histeris. Tetapi Tess tidak cukup mengerti
mengapa sahabatnya itu teriak, ia hanya terus berlari sampai akhirnya… Ya, Tess
tertabrak sebuah mobil dan Tess menjadi korban tabrak lari. Jess tidak bisa
melakukan apa-apa selain berlari kearah sahabatnya yang berlumuran darah dan
menangis histeris. Jess langsung meminta tolong orang-orang sekitar untuk
mengangkut Tess ke dalam mobilnya. Jess masih sangat, sangat, sangat shock. Jess
langsung membawa Tess ke rumah sakit terdekat dan Tess langsung dilarikan ke
UGD. Jess hanya bisa menangis di ruang tunggu sambil menunggu penjelasan dari
dokter. Ia masih terlalu shock untuk bisa meraih telfon dan mengabari keluarganya
dan keluarga Tess, ia memilih untuk diam dan menangis. Ia tidak pernah mengalami
kejadian seperti ini sebelumnya, ia tidak pernah merasakan kesedihan ini sebelumnya.

Sudah sekitar 40 menit Jess menuggu seorang diri di ruang tunggu, ia tidak
bisa terlepas dari bayangan wajah sahabatnya yang berlumuran darah saat ia peluk
tadi. Tiba-tiba seseorang masuk melalui pintu belakang UGD dan ternyata itu adalah
dokter yang menangani Tess, ia langsung berlari kearah dokter tersebut.

“Dok gimana keadaan teman saya dok?? Dia masih hidup kan dok???” Tanya
Jess dengan tangisan yang mulai meluap-luap.

“Kamu tenang dulu ya, teman kamu mengalami gegar otak ringan, dan
beberapa jaitan di sekitar kepala dan tangannya. InsyaAllah dia akan segera pulih
sekitar 3-4 hari perawatan.” Jawab dokter tersebut singkat.

“Tetapi… teman kamu akan memiliki masalah pada penglihatannya, ini akibat
benturan yang cukup keras tadi. Maka dari itu kamu harus membantunya dengan
berdoa. Teman kamu bisa saja memiliki masalah yang hanya akan menyebabkannya
untuk memakai kacamata dengan ukuran yang sangat tinggi, atau bahkan dia bisa juga
kehilangan penglihatannya” Tambah sang dokter.

“Astagfirullah! Emangnya sampai separah itu dok??engga ada cara lain yang
bisa bikin Tess sembuh total?? Saya bakal ngelakuin apa aja asal temen saya kembali
ke normal dok, tolong teman saya dok”
“Satu-satunya cara…. Kamu harus mencarikan temanmu ini donor untuk
matanya, dan itu tidak mudah. Karena pertama, donor mata itu hanya bisa diambil
dari orang yang sudah meninggal, dan itu pun harus mendapat perizinan dari keluarga
pendonor” Jelas sang dokter.

Saat itu Jess terdiam, ia terduduk di bangkunya dengan tatapan kosong


mengarah kedepan. Ia tidak menyangka semua ini akan terjadi, ia tidak menyangka
kepulangan mereka malah membawa petaka. Dokter berjalan meninggalkan Jess yang
sedang duduk terdiam di ruang tunggu dengan tatapan iba.

“Tunggu dok!” Jess berteriak dan berlari ke arah dokter tersebut.

“Maaf dok, kayaknya saya tau deh siapa yang cocok buat jadi pendonornya”
lanjut Jess semangat. Mereka pun terus berbincang mengenai Tess. Jess mengajak
dokter untuk mengobrol di kantin agar mereka bisa mengobrol lebih leluasa dan
santai. Terlihat wajah Jess yang sudah mulai berseri kembali setelah berjam-jam
lamanya murung dan menangis. Ditengah perbincangan, Jess meminta izin untuk
pergi ke toilet karena ia bilang ia belum sempat berkaca semenjak siang tadi dan yang
pasti penampilannya saat ini sangat kacau, dan sang dokter mempersilahkannya
dengan senang hati. Dokter tersebut merasa senang karena Jess sudah tenang dan Jess
bilang ia sudah menemukan pendonor yang cocok.

30 menit telah berlalu. Sang dokter mulai gelisah dan khawatir kepada Jess. Ia
memutuskan untuk menyusulnya ke toilet, ia khawatir terjadi sesuatu kepada Jess
karena tadi ia hanya izin untuk sekedar berkaca. Sang dokter berdiri di depan pintu
toilet perempuan dan bertanya kepada cleaning service yang berada di depan toilet
untuk melihat adakah seorang perempuan berambut acak-acakan, mengenakan baju
berwarna biru dan celana jeans. Cleaning service tersebut langsung segera mengecek
ke dalam kamar mandi dan keluar dengan gelengan kepalanya dan disambut dengan
kata “ndak ada dok”.

Sang dokter masih bingung kemana perginya Jess, sampai akhirnya ia


mendengar suara rusuh petugas-petugas rumah sakit yang mulai berlarian keluar. Ia
pun langsung ikut berlari ke luar karena takut sesuatu sedang terjadi. Benar saja,
ternyata ada sebuah mobil yang menabrakan dirinya ke tembok dan menewaskan sang
pengemudi... Dokter pun tersadar siapa yang sedang ia lihat di dalam mobil itu.
Berpakaian biru yang sekarang sudah tertutup dengan warna darah, rambut kecoklatan
sebahu dan wajah yang sangat familiar. “JESS!”

“Cepat bawa anak ini ke UGD!!” Perintah sang dokter kepada semua petugas-
petugasnya

Sesampainya di UGD…. Benar saja, nyawa Jess tidak bisa terselamatkan.


Sang dokter sangat terpukul melihat kejadian ini, lalu tiba-tiba sang dokter menyadari
terdapat sesuatu yang mencuat dari kantung celana Jess. Sang dokter dengan hati-hati
mengambilnya, dan ternyata itu adalah selembar kertas yang sudah tertulis rapih.

“Siapa pun yang menemukan surat ini tolong berikan surat ini kepada Dokter Rio.
Dok, mungkin sekarang dokter sedang sangat kaget membaca surat ini. Saya
bertindak sangat bodoh, tetapi apa pun akan saya lakukan untuk tetap menjaga
sahabat saya. Tolong selamatkan dia ya dok, tolong berikan mata saya kepadanya,
saya ikhlas dok. Dibawah ini nomer telfon rumah,ibu dan ayah Tess dok,tolong
kabarkan mereka ya dok. Tolong bilang kepada mereka anak mereka tidak apa-
apa,hanya mendapat luka ringan saja… dan saya akan sangat berterima kasih untuk
dokter jika dapat merahasiakan ini kepada Tess dan keluarganya, bagaimana pun
caranya. Ada satu lagi dok, permintaan tolong saya yang terakhir,tolong kabarkan
ibu dan ayah saya ke nomor +6287**** ceritakan semuanya dan bilang mereka
untuk merahasiakannya. Saya ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya. Tolong
titipkan pesan sayang kepada keluarga saya dok. Assalamualaikum. -Jess”

THE END

Anda mungkin juga menyukai