OS Neuritis Optik
Pembimbing:
dr. Rosalia Septiana, Sp.M
Oleh:
Rescky Felsario Rona
11.2016.071
OS Neuritis Optik
Disusun Oleh :
11.2016.071
I. IDENTITAS PASIEN
Nama lengkap : Ny. UK
Umur : 31 tahun
Agama : Islam
Alamat : Ngembalrejo, Bae , Kudus
Status : Menikah
Pekerjaan : IRT
No. RM : 500980
II. ANAMNESIS
Anamnesis secara : autoanamnesis pada tanggal 5 Juli 2018 di bangsal Imanuel
Keluhan Utama : Penglihatan pada mata kiri tiba-tiba kabur dan terasa seperti ada
bayangan hitam
Keluhan tambahan : mata kiri terasa pegal jika di gerakan terlalu lama
Tiga hari yang lalu pasien datang ke poliklinik Rumah Sakit Mardi Rahayu
(RSMR), pasien mengeluh penglihatan kabur secara tiba-tiba pada mata kiri,
penglihatan kabur disertai adanya bayangan hitam pada pandangan mata kiri pasien.
Pasien juga merasakan pegal pada mata kiri saat digerakan terlalu lama. Pasien sempat
diberikan obat tetes mata dan obat minum namun tidak ada perbaikan. Dua hari sebelum
masuk rumah sakit pasien datang dengan keluhan yang sama namun semakin
memberat. Keluhan seperti rasa silau, nyeri dimata, mata berair, rasa mengganjal di
mata, sakit kepala, mual dan muntah, perdarahan dalam mata, bengkak, demam
disangkal. Keluhan seperti ini dirasakan baru pertama kali.
OD OS
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboraturium
HB 13,2 g/dl
LED 29mm/jam
Golongan darah O
GDS 118mg/dl
Ureum 12,4 mg/dl
Creatinin 0,50 mg/dl
CT-Scan brain kontras
- Ke-2 bulbus okuli intak
- Penebalan NII kiri disertai
enchacement patologis nyata
post kontras
- HU prekontras : 30 HU post
kontras : 49
- Tak tampak massa intra-
ekstrakranial/retrobulbar
Kesan :
tak tampak SOL/ ICH/ Infrak saat
ini
tak tampak tanda-tanda peningkatan
TIK saat ini
Pada kedua orbita tampak : Neuritis Optikus kiri
IV. RESUME
Subjektif:
Seorang perempuan 31 tahun datang ke RS Mardi Rahayu (RSMR) dengan
keluhan pasien mengeluh penglihatan kabur secara tiba-tiba pada mata kiri,
penglihatan kabur disertai adanya bayangan hitam pada pandangan mata kiri pasien.
Pasien juga merasakan pegal pada mata kiri saat digerakan terlalu lama. Pasien sempat
diberikan obat tetes mata dan obat minum namun tidak ada perbaikan. Dua hari sebelum
masuk rumah sakit pasien datang dengan keluhan yang sama namun semakin
memberat. Keluhan seperti rasa silau, nyeri dimata, mata berair, rasa mengganjal di
mata, sakit kepala, mual dan muntah, perdarahan dalam mata, bengkak, demam
disangkal. Keluhan seperti ini dirasakan baru pertama kali.
Objektif:
OCULI DEXTRA(OD) PEMERIKSAAN OCULI SINISTRA(OS)
+ + + + + -
+ + + -
+ + + + + -
OD
OS
Keterangan:
V. DIAGNOSA BANDING
1. OS Neuropati Optik
Dasar Diagnosis yang mendukung karena ditemukan tajam penglihatan yang turun
mendadak dan pada refleks pupil juga menurun, namun dapat disingkirkan karena
biasanya disertai sakit kepala, sakit saat mengunyah dan kadang disertai demam.
Biasa juga disertai penyakit kronis seperti hipertensi dan diabetes melitus dan
insidennya lebih sering pada usia diatas 40 tahun.
2. Toxik Optik Neuropati
Dasar Diagnosis yang mendukung karena ditemukan tajam penglihatan yang turun
mendadak dan pada refleks pupil juga menurun, namun biasanya terjadi secara
bilateral dan dapat disingkirkan juga karena pada pasien tidak ditemukan adanya
penggunaan obat ataupun zat tertentu sebelumnya.
3. OS Papil edema kongesti
Dasar diagnosis yang mendukung yakni penglihatan yang terganggu akibat adanya
bayang hitam namun dasar diagnosis ini disingkirkan karena berkaitan dengan
peningkatan tekanan intrakranium. Keluhan yang dirasakan pasien biasanya nyeri
kepala hebat, mual, muntah, gejala neurologik lain, namun ketajaman penglihatan
masih normal. Reflek pupil biasanya normal. Pada funduskopi didapatkan papil
sembab, batas kabur, kapiler dan vena retina melebar dan berkelok, terdapat
perdarahan, eksudat dan terdapat penonjolan papil yang melebihi 3 dioptri. Tidak
terdapat gangguan pada lapang pandang. Keadaan ini biasanya ditemukan
bilateral.
Dasar diagnosis
Pemeriksaan subjektif :
Dari anamnesis, perempuan berusia 31 tahun datang dengan keluhan penglihatan kabur
secara tiba-tiba pada mata kiri, penglihatan kabur disertai adanya bayangan hitam pada
pandangan mata kiri pasien. Dan rasa pegal saat menggerakan bola mata terlalu lama.
Pemeriksaan objektif :
1. Visus OS1/2/60
2. Pada OS tampak pupil dengan Diameter >5 mm, Refleks pupil (+) lambat, Marcus
Gun pupil (+)
VIII. PENATALAKSANAAN
Promotif
- Memberikan edukasi kepada pasien tentang penyakit neuritis optik
- Menjelaskan faktor resiko, upaya pencegahan, pengenalan tanda penyakit, komplikasi
yang dapat terjadi.
- Edukasi pasien untuk memberikan obat-obatan baik tetes maupun minum secara teratur
Preventif
- Menghindari paparan cahaya, angina dan juga debu serta menggunakan pelindung mata
seperti kacamata.
- Melakukan pemeriksaan mata kepada dokter mata secara rutin
- Mengontrol tekanan darah, masalah jantung, obesitas, membatasi konsumsi gula dan
lemak.
Kuratif
- Medikamentosa
Regimen selama 2 minggu :
c. Tapering off dengan cara 20 mg prednisone oral untuk hari pertama ( hari ke 15
sejak pemberian obat ) dan 10 mg prednisone oral pada hari ke 2 sampai ke 4
e. Mecobelamin 2x 500mg
Rehabilitatif
Gunakan obat secara teratur & kontrol kondisi mata untuk mengevaluasi
adanya perdarahan, infeksi sekunder
IX. PROGNOSIS
OKULI DEKSTRA (OD) OKULI SINISTRA (OS)
Ad Vitam : ad bonam ad bonam
Ad Fungsionam : ad bonam dubia ad bonam
Ad Sanationam : ad bonam dubia ad bonam
Ad Kosmetikan : ad bonam dubia ad bonam
X. USUL DAN SARAN
Usul :
- Dilakukan MRI diperlukan untuk melihat nervus optikus dan korteks serebri.
Hal ini dilakukan terutama pada kasus-kasus yang diduga terdapat sklerosis
multipel.
- Pungsi lumbal dan pemeriksaan darah, Dilakukan untuk melihat adanya proses
infeksi atau inflamasi.
Saran:
- Tidak mengucek mata. Menjaga kebersihan mata (sebelum dan sesudah
menyentuh mata yang sakit dengan mencuci tangan)
- Memakai obat-obat yang diberikan dengan benar dan teratur
- Konsumsi obat secara teratur
- Kontrol ke poliklinik mata atau langsung kontrol bila keadaan semakin
memburuk
TINJAUAN PUSTAKA
1. Lapisan Retina
Komponen yang paling utama dari retina adalah sel-sel reseptor sensoris atau fotoreseptor dan
beberapa jenis neuron dari jaras penglihatan. Lapisan terdalam (neuron pertama) retina mengandung
fotoreseptor (sel batang dan sel kerucut) dan dua lapisan yang lebih superfisial mengandung neuron
bipolar (lapisan neuron kedua) serta sel-sel ganglion (lapisan neuron ketiga).
Sel batang berfungsi dalam proses penglihatan redup dan gerakan sementara sel kerucut berperan
dalam fungsi penglihatan terang, penglihatan warna, dan ketajaman penglihatan. Sel batang memiliki
sensitivitas cahaya yang lebih tinggi daripada sel kerucut dan berfungsi pada penglihatan perifer. Sel
kerucut mampu membedakan warna dan memiliki fungsi penglihatan sentral. Badan sel dari reseptor-
reseptor ini mengeluarkan tonjolan (prosesus) yang bersinaps dengan sel-sel ganglion retina. Akson sel-
sel ganglion membentuk lapisan serat saraf pada retina dan menyatu membentuk saraf optikus.
Nervus optikus bermula dari optic disk dan berlanjut sampai ke kiasma optikum, dimana ke dua
nervus tersebut menyatu. Lebih awal lagi merupakan kelanjutan dari lapisan neuron retina, yang terdiri
dari axon-axon dari sel ganglion. Serat ini juga mengandung serat aferen untuk reflex pupil.
Secara morfologi dan embriologi, neuritis optikus merupakan saraf sensorik. Tidak seperti saraf
perifer nervus optikus tidak dilapisi oleh neurilema sehingga tidak dapat beregenerasi jika terpotong.
Serat nervus optikus mengandung 1,0-1,2 juta serat saraf.
Nervus optikus memiliki panjang sekitar 47-50 mm, dan dapat di bagi mejadi 4 bagian :
Intraocular (1 mm) : menembus sclera (lamina kribrosa), koroid dan masuk ke mata
sebagai papil disk.
Intraorbital (30 mm) : memanjang dari belakang mata sampai ke foramen optic. Lebih
ke posterior, dekat dengan foramen optic, dikelilingi oleh annulus zinn dan origo dari
ke empat otot rektus. Sebagian serat otot rektus superior berhubungan dengan selubung
saraf nervus optikus dan berhubungan dengan sensasi nyeri saat menggerakkan mata
pada neuritis retrobulbar. Secara anterior, nervus ini dipidahkan dari otot mata oleh
lemak orbital.
Intrakanalikular (6-9 mm) : sangat dekat dengan arteri oftalmika yang berjalan
inferolateral dan melintasi secara obliq, dan ketika memasuki mata dari sebelah medial.
Ini juga menjelaskan kaitan sinusitis dengan neuritis retrobulbar.
Intracranial (10 mm) : melintas di atas sinus kavernosus kemudian menyatu membentuk
kiasma optikum.
Gambar 2. Nervus optikus pada jalur visual
Selubung meningeal
Piamater, arachnoid, dan duramater melapisi otak dan berlanjut ke nervus optikus. Di kanalis
optic dura mater menempel langsung ke tulang sekitarnya. Ruang subarachnoid dan ruang subdural
merupakan kelanjutan dari bagian otak juga.
Penyebab umum dari lesi saraf optik adalah: optik atrofi, trauma pada saraf optik,
neuropati optik, dan neuritis optikus akut.
Penyebab umum lesi ini diantaranya lesi sifilis, tuberculosis, dan aneurisma dari
cerebellar atas atau arteri serebral posterior.
Definisi
Neuritis optik adalah penyakit inflamasi akut atau subakut atau suatu proses demielinisasi yang
mempengaruhi saraf optik.
Epidemiologi 4
Studi epidemiologi menunjukan kejadian Neuritis optikus saat ini berkisar 4-5 per 100.000
populasi. Insidens Neuritis optikus tertinggi pada populasi yang tinggal di dataran tinggi, seperti
Amerika Utara dan Eropa bagian barat, dan terendah pada daerah ekuator. Neuritis optikus yang
disebabkan oleh demielinisasi akut banyak terdapat pada wanita dan umumnya berkisar antara usia 20-
40 tahun.
Etiologi
1. Idiopatik. Terjadi pada beberapa kasus yang tidak tidak dapat diidentifikasi penyebabnya.
2. Neuritis optikus herediter.
3. Demyelinating disorders. Gangguan demielinasi adalah yang paling sering menyebabkan
Neuritis optikus. Beberapa penyakit yang termasuk pada gangguan demielinisasi diantaranya
Multiple sclerosis dan Optik neuromyelitis (Devic's disease). Sekitar 70% kasus Multiple
sclerosis dilaporkan dapat mengakibatkan terjadinya Neuritis optikus.
4. Parainfeksius Neuritis optikus. Dikaitkan dengan berbagai infeksi virus yang terjadi seperti
campak, gondok, cacar air, batuk rejan dan demam kelenjar. Dapat juga terjadi setelah
pemberian imunisasi.
5. Infectious Neuritis optikus. Neuritis optikus yang terjadi mungkin terkait (dengan Ethmoiditis
akut) atau yang berhubungan dengan Cat scratch fever, Sifilis (pada tahap primer atau
sekunder), Lyme disease, dan Kriptokokal meningitis.
Klasifikasi
Neuritis optikus secara anatomi dapat diklasifikasikan menjadi tiga jenis, yaitu:
1. Papillitis. Hal ini mengacu pada keterlibatan optik disk akibat gangguan inflamasi dan
demielinasi. Kondisi ini biasanya unilateral tapi kadang-kadang mungkin bilateral.
2. Neuroretinitis mengacu pada keterlibatan gabungan optik disk dan retina sekelilingnya pada
area macula.
3. Retrobulbar neuritis ditandai dengan keterlibatan saraf optik di belakang bola mata. Gambaran
klinis neuritis retrobulbar akut dasarnya mirip dengan akut papillitis kecuali untuk perubahan
fundus dan perubahan okular.
Patofisiologi
Dasar patologi penyebab Neuritis optikus paling sering adalah inflamasi demielinisasi dari saraf
optik. Patologi yang terjadi sama dengan yang terjadi pada multipel sklerosis (MS) akut, yaitu adanya
plak di otak dengan perivascular cuffing, edema pada selubung saraf yang bermielin, dan pemecahan
mielin.
Inflamasi pada endotel pembuluh darah retina dapat mendahului demielinisasi dan terkadang
terlihat sebagai retinal vein sheathing. Kehilangan mielin dapat melebihi hilangnya akson.
Dipercaya bahwa demielinisasi yang terjadi pada Neuritis optikus diperantarai oleh imun, tetapi
mekanisme spesifik dan antigen targetnya belum diketahui. Aktivasi sistemik sel T diidentifikasi pada
awal gejala dan mendahului perubahan yang terjadi didalam cairan serebrospinal. Perubahan sistemik
kembali menjadi normal mendahului perubahan sentral (dalam 2-4 minggu). Aktivasi sel T
menyebabkan pelepasan sitokin dan agen-agen inflamasi yang lain. Aktivasi sel B melawan protein
dasar mielin tidak terlihat di darah perifer namun dapat terlihat di cairan serebrospinal pasien dengan
Neuritis optikus. Neuritis optikus juga berkaitan dengan kerentanan genetik, sama seperti MS. Terdapat
ekspresi tipe HLA tertentu diantara pasien Neuritis optikus.
Gejala
Gambaran akut
Gambaran Kronik
Walaupun telah terjadi penyembuhan secara klinis, tanda neuritis optik masih dapat tersisa. Tanda
kronik dari neuritis optik yaitu:
Diagnosis
Anamnesis
1. Pasien mengeluh adanya pandangan berkabut atau visus yang kabur, kesulitan membaca, adanya
bintik buta, perbedaan subjektif pada terangnya cahaya, persepsi warna yang terganggu, hilangnya
persepsi dalam atau kaburnya visus untuk sementara. Pada anak, biasanya gejala penurunan
ketajaman penglihatan mendadak mengenai kedua mata. Sedangkan pada orang dewasa, neuritis
optik seringkali unilateral.
2. Terdapat riwayat demam atau imunisasi sebelumnya pada anak akan mendukung diagnosis. Pada
orang dewasa, terdapat faktor risiko sklerosis multipel yang lebih besar.
3. Rasa sakit pada mata, terutama ketika mata bergerak.
Pemeriksaan Fisis
1. Pemeriksaan visus. Hilangnya visus dapat ringan (≥ 20 / 30), sedang (≥ 20 / 60), maupun berat (≤
20 / 70).
2. Pemeriksaan lapang pandang. Tipe-tipe gangguan lapang pandang dapat berupa: skotoma
sentrosecal, kerusakan gelendong saraf parasentral, kerusakan gelendong saraf yang meluas ke
perifer, kerusakan gelendong saraf yang melibatkan fiksasi dan perifer saja.
3. Refleks pupil. Defek aferen pupil terlihat dengan refleks cahaya langsung yang menurun atau
hilang.
4. Penglihatan warna.
Neuritis optikus mungkin tanpa gejala atau dapat dikaitkan dengan beberapa gejala sebagai berikut:
1. Pemeriksaan visus. Hilangnya visus dapat ringan (≥ 20 / 30), sedang (≥ 20 / 60), maupun berat
(≤ 20 / 70).
2. Pemeriksaan lapang pandang. Tipe-tipe gangguan lapang pandang dapat berupa skotoma
sentrosecal. Setelah 7 bulan, 51 % kasus memiliki lapangan pandang yang normal.
3. Refleks pupil. Defek aferen pupil terlihat dengan refleks cahaya langsung yang menurun atau
hilang.
4. Penglihatan warna.
Pemeriksaan Penunjang
1. Funduskopi
Terdapat beberapa stadium perubahan pada neuritis optikus disertai kelainan pada bilik mata
belakang, yaitu:
a. Perubahan awal
Papilitis dapat ditemukan dalam 38 % kasus. Diskus optikus normal dalam 44% kasus.
Pucatnya bagian temporal menunjukkan adanya lesi optik neuritis yang berat pada mata
yang sama, hal ini dijumpai pada 18% dari pasien yang menjalani pemeriksaan. Papilitis
tahap awal di karakteristikkan dengan adanya batas diskus yang mengabur dan sedikit
hiperemis.
c. Perubahan lanjut
Pada neuritis optikus retrobulbar, diskus yang normal dapat dijumpai selama 4-6 minggu,
saat dimana pucat dijumpai. Papilitis yang berlanjut kadang-kadang didapati gambaran
optik atropi sekunder. Pada keadaan ini batas diskus dapat mengabur, mungkin terdapat
jaringan glial pada diskus, dan pucatnya diskus bagian stadium akhir optik neuritis. Pada
stadium ini, serabut saraf atropi dapat diamati pada retina dengan perangkat lampu hijau
merah.
Gambar 5. Edema nervus optikus pada neuritis optikus
4. Slit lamp
Diagnosis Banding
(vii) Makula -Macular star bisa ada -Macular Fan bisa ada -Tidak ada
4.Lapangan -Membesar -Central Scotoma -Central scotoma
-Blind spot
5.Fluorescein Angiography -Vertical oval pool zat -kebocoran zat kontras -ada kebocoran
kontras akibat yang sedikit zat kontras di
kebocoran peripapillary
Penatalaksanaan
c. Tapering off dengan cara 20 mg prednisone oral untuk hari pertama ( hari ke 15 sejak
pemberian obat ) dan 10 mg prednisone oral pada hari ke 2 sampai ke 4
Menurut Neuritis optikus Treatment Trial (ONTT) pengobatan dengan steroid dapat
menurunkan progresivitas Multiple sclerosis selama 3 tahun. Terapi steroid hanya
mempercepatkan pemulihan visual tapi tidak meningkatkan hasil pemulihan pandangan visual.
1. Observasi
2. Memeriksa pasien pada minggu ke 4-6 setelah muncul gejala dan pemeriksaan ulang
tiap 3-6 bulan kemudian
3. Pasien yang berisiko tinggi MS atau demielinisasi sistem saraf pusat dari hasil MRI
sebaiknya dirujuk ke spesialis neurologi untuk evaluasi dan terapi lanjutan.
Prognosis
Tanpa terapi, penglihatan mulai membaik setelah 2-3 minggu sejak timbulnya gejala, kadang-
kadang dapat membaik dalam beberapa hari. Perbaikan visus biasanya terjadi perlahan hingga beberapa
bulan. Visus yang jelek sewaktu episode akut biasanya akan menunjukkan hasil perbaikan visus yang
jelek.
Menurut Optic Neuritis Treatment Trial (ONTT), 38% akan berkembang menjadi multiple
sclerosis dalam 10 tahun setelah episode pertama idiopathic demyelinative optic neuritis, 22% pada
pasien dengan hasil MRI otak yang normal dan 56% pada lesi matter putih. Patient dengan neuritis
optikus episode pertama dengan hasil MRI otak abnormal, interferon β-1a telah terbukti dapat
mengurangi risiko terjadiny multiple sclerosis sebanyak 25%.
Kesimpulan
Neuritis optikus merupakan keadaan inflamasi, demielinisasi yang menyebabkan kehilangan
penglihatan secara akut dan biasanya melibatkan satu mata (monokular). Neuritis optikus tidak berdiri
sendiri, namun disebabkan oleh berbagai macam penyakit/keadaan. Salah satunya adalah multipel
sklerosis (MS), suatu penyakit demielinasasi sistem saraf pusat. Neuritis optikus seringkali
dihubungkan dengan penyakit ini. Neuritis optikus menjadi manifestasi klinik pada 15-20% pasien
multiple sklerosis dan terjadi pada 50% perjalanan penyakit multipel sklerosis.
Kehilangan penglihatan dan adanya defek pupil aferen relatif merupakan gambaran umum dari
neuritis optikus. Diskus optik terlihat hiperemis dan membengkak. Terdapat subtipe dari neuritis
optikus, yaitu neuritis retrobulbar dan papilitis. Keadaan tersebut menggambarkan adanya inflamasi
pada saraf optik. Pasien mengeluh adanya pandangan berkabut atau visus yang kabur, kesulitan
membaca, adanya bintik buta, perbedaan subjektif pada terangnya cahaya, persepsi warna yang
terganggu, hilangnya persepsi dalam atau kaburnya visus untuk sementara. Pada anak, biasanya gejala
penurunan ketajaman penglihatan mendadak mengenai kedua mata. Sedangkan pada orang dewasa,
neuritis optikus seringkali unilateral. Terdapat riwayat demam atau imunisasi sebelumnya pada anak
akan mendukung diagnosis. Pada orang dewasa, terdapat faktor risiko sklerosis multipel yang lebih
besar.
Neuritis optikus pada anak kebanyakan mengalami pemulihan ketajaman penglihatan dengan
sendirinya dan biasanya pemulihan berlangsung secara spontan sehingga tidak diperlukan pengobatan
secara khusus. Sedangkan pada orang dewasa neuritis optikus dapat diobati dengan steroid intravena
yang sangat direkomendasikan terutama pada pasien neuritis optikus yang berat di kedua mata dan
pasien yang memiliki risiko tinggi. Penelitian terakhir menyatakan bahwa risiko mendapatkan serangan
berulang dapat diturunkan dengan memberikan pengobatan lain setelah pemberian steroid intravena
pada pasien berisiko tinggi.
Proses penyembuhan dan pemulihan ketajaman penglihatan terjadi pada 92% pasien. Jarang yang
mengalami kehilangan penglihatan yang progresif. Meskipun demikian, penglihatan tidak dapat
sepenuhnya kembali normal.
Saran
Perlunya pemahaman yang luas mengenai jalur visual, etiologi, serta lokasi lesi yang terjadi
pada neuritis optikus sehingga diharapkan dapat memudahkan penegakan diagnosis penyakit. Dengan
penegakan diagnosis yang tepat, tatalaksana penyakit bisa dilakukan dengan tepat dan optimal.
DAFTAR PUSTAKA
1. A.K. Kurana. Comprehensip Ophthalmology 4th Edition dalam Chapter 12– New Age
International 2007. P 288-96.
2. Froetscher M & Baehr M. Duus Topical Diagnosis in Neurology. 4th edition. 2005. Stuttgart :
Thieme. p 130 – 137.
3. Guyton AC, Hall JE. Neurofisiologi Penglihatan Sentral. Dalam : Buku Ajar Fisiologi
Kedokteran. Edisi 9. 1997. Jakarta : EGC. p 825.
4. Erhan Ergene, MD. Adult Optic Neuritis. Diunduh dari
http://emedicine.medscape.com/article/1217083 tanggal 29 maret 2011.
5. Osborne B, Balcer LJ. Optic neuritis: Pathophysiology, clinical features, and diagnosis.
Disitasi pada tangal 29 Maret 2011. Dapat diperoleh dari URL:
http://www.uptodate.com/opticneuritis.
6. The Wilis Eye Manual : Office and Emergency Room Diagnosis and Treatment of Eye
Disease. 2008. P 250-52.
7. American academy of ophthalmology. Section 5 Neuro-Opthalmology. San Fransisco : LEO.
2008-2009. Page 25-26.