Anda di halaman 1dari 31

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Lansia merupakan suatu proses alami yang ditentukan oleh Tuhan


Yang Maha Esa. Semua orang akan mengalami proses menjadi tua dan masa
tua merupakan masa hidup manusia yang terakhir. Dimana seseorang
mengalami kemunduran fisik, mental dan sosial scara bertahap (Lilik
Ma’rifatul azizah, 2011).
Perubahan sistem kardiovaskular pada lansia meliputi massa jantung
bertambah, ventrikel kiri mengalami hipertrofi, dan kemampuan
perenggangan jantung berkurang karena perubahan pada jaringan ikat.
Konsumsi oksigen pada tingkat maksimal berkurang sehingga kapasitas paru
menurun. Latihan berguna untuk meningkatkan VO2 maksimum, mengurangi
tekanan darah, dan berat badan.
Menurut WHO, dijawa tengah penderita hipertensi pada lansia terdapat
15,2% dan perempuan lebih banyak ditemui menderita hipertensi dari pada
laki-laki.
Menurut Menkes, hipertensi merupakan penyakit yang sangat
berbahaya, karena tidak ada gejala atau tanda khas sebagai peringatan dini.
Kebanyakan orang merasa sehat dan energik. Menurut hasil Riskesdas Tahun
2007, sebagian besar kasus hipertensi di masyarakat belum terdeteksi.
Keadaan ini tentunya sangat berbahaya, yang dapat menyebabkan kematian
mendadak pada masyarakat.

1
1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam penulisan makalah ini diantaranya ialah :

1. Apa pengertian dari hipertensi?


2. Bagaimana klasifikasi hipertensi?
3. Apa penyebab hipertensi?
4. Bagaimana proses terjadinya penyakit hipertensi?
5. Apa tanda dan gejala hipertensi?
6. Bagaimana pemeriksaan penunjang dari hipertensi?
7. Bagaimana penatalaksanaan penyakit hipertensi?
8. Bagiamana asuhan keperawatan hipertensi pada lansia?

1.3 Tujuan

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini diantaranya ialah :

1. Mengetahui pengertian dari hipertensi


2. Mengetahui klasifikasi hipertensi
3. Mengetahui penyebab hipertensi
4. Mengetahui proses terjadinya penyakit hipertensi
5. Mengetahui tanda dan gejala hipertensi
6. Mengetahui pemeriksaan penunjang dari hipertensi
7. Mengetahui penatalaksanaan penyakit hipertensi
8. Mengetahui asuhan keperawatan hipertensi pada lansia

2
BAB II

ISI

A. Konsep Dasar Penyakit

2.1 Pengertian Hipertensi

Hipertensi pada lansia didefinisikan dengan tekanan sistolik diatas 160


mmHg atau tekanan diastolik diatas 90 mmHg (Fatimah, 2010).

Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana


tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan diastolik di atas 90 mmHg. Pada
populasi lansia, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg
dan tekanan diastolik 90 mmHg. (Smeltzer,2001)

Menurut WHO ( 1978 ), tekanan darah sama dengan atau diatas 160 /
95 mmHg dinyatakan sebagai hipertensi.

Hipertensi adalah peningkatan teknan darah yang menetap diatas batas


normal yang disepakati yaitu : diastolic 90 mmHg / sistolik 140 mmHg (Kee
& Hayes, 2001)

Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah yang menetap diatas


bataas normal yang disepakati yaitu: distolic 90 mmHg / 140 mmHg (Price &
Wilson,2005)

Sehingga dapat disimpulkan bahwa definisi hipertensi pada lansia


adalah sebagai tekanan darah 140/90 mm Hg atau lebih tinggi atau tekanan
darah yang membutuhkan pengobatan dengan obat anti hipertensi. Hipertensi
adlah penyakit sistem kardiovaskuler dan pada lansia juga merupakan faktor
resiko untuk penyakit kardiovaskular termasuk penyakit stroke
iskemik,penyakit koroner,dan gagal jantung. (Arronow, 2009)

3
1.2 Klasifikasi

1. Hipertensi pada usia lanjut dibedakan atas (Darmojo, 1999):


 Hipertensi dimana tekanan sistolik sama atau lebih besar dari 140
mmHg dan / atau tekanan diastolik sama atau lebih besar dari 90
mmHg.
 Hipertensi sistolik terisolasi dimana tekanan sistolik lebih besar dari
160 mmHg dan tekanan diastolik lebih rendah dari 90 mmHg.
2. Klasifikasi hipertensi berdasarkan penyebabnya dapat dibedakan menjadi
2 golongan besar yaitu:
 Hipertensi essensial ( hipertensi primer ) yaitu hipertensi yang tidak
diketahui penyebabnya
 Hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang di sebabkan oleh penyakit
lain(Darmojo, 1999)

Klasifikasi hipertensi
Kategori Sistolik, Mmhg Diastolik, Mmhg
Normal <130 <85
Normal tinggi 130-139 85-89
Hipertensi I
Stadium I (ringan) 140-159 99-99
Stadium II (sedang) 160-179 100-109
Stadium III (berat) 180-209 110-119
Stadium IV (sangat >210 >120
berat)

1.3 Etiologi

Pada umumnya hipertensi tidak mempunyai penyebab yang spesifik


(idiopatik). Hipertensi terjadi sebagai respon peningkatan cardiac output atau
peningkatan tekanan perifer. Namun ada beberapa faktor yang mempengaruhi
terjadinya hipertensi :

4
1. Genetik: Respon neurologi terhadap stress atau kelainan eksresi atau
transport Na.
2. Obesitas: terkait dengan level insulin yang tinggi yang mengakibatkan
tekanan darah meningkat.
3. Stress Lingkungan.
4. Hilangnya Elastisitas jaringan dan arterosklerosis pada orang tua serta
pelebaran pembuluh darah.

Menurut (Ignatificius, 2010) berdasarkan etiologinya Hipertensi


dibagi menjadi 2 golongan yaitu:

1. Hipertensi Esensial (Primer) : Penyebab tidak diketahui namun


banyak factor yang mempengaruhi seperti genetika, lingkungan,
hiperaktivitas, susunan saraf simpatik, system rennin angiotensin, efek
dari eksresi Na, obesitas, merokok dan stress.
2. Hipertensi Sekunder : Dapat diakibatkan karena penyakit parenkim
renal/vaskuler renal.Penggunaan kontrasepsi oral yaitu pil. Gangguan
endokrin dll.

Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah


terjadinya perubahan-perubahan pada :
1. Elastisitas dinding aorta menurun
2. Katub jantung menebal dan menjadi kaku
3. Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun
sesudah berumur 20 tahun kemampuan jantung memompa darah
menurun menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya.
4. Kehilangan elastisitas pembuluh darah Hal ini terjadi karena
kurangnya efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi
5. Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer

5
Meskipun hipertensi primer belum diketahui dengan pasti
penyebabnya, data-data penelitian telah menemukan beberapa faktor yang
sering menyebabkan terjadinya hipertensi. Faktor tersebut adalah sebagai
berikut :
Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi adalah :
 Konsumsi garam yang tinggi (melebihi dari 30 gr)
 Kegemukan atau makan berlebihan
 Stress
 Merokok
 Minum alcohol
 Minum obat-obatan (ephedrine, prednison, epineprin)
 Aktivitas fisik

Sedangkan penyebab hipertensi sekunder adalah penyakit-penyakit


seperti ginjal, glomerulonefritis, pielonefritis, nekrosis tubular akut, tumor,
vascular, aterosklerosis, hiperplasia, trombosis, aneurisma, emboli
kolestrol, vaskulitis, kelainan endokrin, dm, hipertiroidisme,
hipotiroidisme, saraf, stroke, ensepalitis. selain itu dapat juga diakibatkan
karena obat–obatan kontrasepsi oral, kortikosteroid.
Hipertensi dapat diakibatkan oleh perilaku/pola hidup yang tidak
baik. Faktor-faktor dan perilaku yang dapat menjadi penyebab hipertensi
yaitu:
a. Asupan Sodium yang melebihi normal: asupan sodium terhadap
kenaikantekanan darah sekarang ini banyak sekali diteliti. Hal ini
berkaitan dengan sifatSodium yang menyebabkan retensi cairan di
dalam tubuh. Hipertensi jarang terjadipada intake sodium yang
rendah yaitu sekitar <60 mmol/hari.
b. Kurangnya diit vegetarian (sayur dan buah): Cereal, buah, dan
sayuranmengandung banyak kandungan kalium dan rendah
sodium. Adanya banyakkandungan kalium dapat menurunkan
tekanan darah.

6
c. Intake lemak berlebih: Intake lemak berisiko meningkatkan
pembentukanatherosklerosis yang akan menyebabkan dinding
pembuluh darah mengeras danmenyebabkan tekanan darah dapat
meningkat.
d. Intake alkohol: Beberapa studi menunjukkan hubungan linier yang
positifantara tekanan sistolik dan diastolik dengan pengkonsumsian
alkohol.
e. Merokok: Penelitian menunjukkan bahwa orang yang merokok
berisikolebih besar menderita penyakit hipertensi dibandingkan
yang tidak merokok.
f. Stress: Nyeri, marah, keingintahuan berlebih, ketakutan,
kegembiraan danrasa malu menyebabkan tekanan darah akan
meningkat (National Heart Lung &Blood Insitute, 2003)

Hipertensi dapat mengakibatkan kerusakan pembuluh darah,


meningkatkan risiko sakit jantung dan stroke. Hipertensi juga dapat
mengakibatkan gagal jantung,penurunan efisiensi fungsi ginjal, dll. (Mansjoer
et al, 2001). Hipertensi dapatdicegah dengan pola hidup sehat dan
mengendalikan faktor risiko hipertensiseperti: mempertahankan berat badan
ideal, tidak merokok, tidak minum kopi, tidakmengkonsumsi alkohol, latihan
aerobik, modifikasi tingkah laku, dan penghentianobat yang meningkatkan
tekanan darah (obat pengatur kelahiran, kortikosteroid mineralokortikoid, dan
lain-lain) (National Heart Lung & Blood Insitute, 2003).

1.4 Patofisiologi

Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah


terletak dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini
bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan
keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen.
Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak
ke bawah melalui system saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini,

7
neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut
saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya
noreepineprin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor
seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah
terhadap rangsang vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi sangat sensitiv
terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal
tersebut bisa terjadi.
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh
darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang,
mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal
mensekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal
mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons
vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan
penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan rennin. Renin merangsang
pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II,
suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi
aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan
air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intra vaskuler.
Semua faktor ini cenderung mencetuskan keadaan hipertensi.
Sebagai pertimbangan gerontologis dimana terjadi perubahan structural
dan fungsional pada system pembuluh perifer bertanggungjawab pada
perubahan tekanan darah yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut
meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat dan penurunan
dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan
kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta
dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi volume
darah yang dipompa oleh jantung (volume sekuncup) mengakibatkan
penurunan curang jantung dan peningkatan tahanan perifer (Smeltzer, 2001).
Pada usia lanjut perlu diperhatikan kemungkinan adanya “hipertensi
palsu” disebabkan kekakuan arteri brachialis sehingga tidak dikompresi oleh
cuff sphygmomanometer (Darmojo, 1999).

8
Perubahan fisik pada lansia terkait dengan penyakit hipertensi:

 Perubahan sistem kardiovaskuler


a. Elastisitas dinding aorta menurun
b. Katub jantung menebal dan menjadi kaku
c. Kemampuan jantung memompa daah menurun 1% setiap tahun
sesudah 20 tahun,hal ini menyebabkan menurunnya kontrkasi dan
volumenya
d. Kehilangan elastisitas pembuluh darah, kurangnya efektivitas
pembuluh darah perifer untuk oksigenasi,perubahan psisi dari tidur
ke duduk(duduk ke berdiri) bisa menyebabkan tekanan darah
menurun menjadi 65 mmHg (mengakibatkan pusing mendadak)
Tekanan darah meninggi diakibatkan oleh meningkatnya resitensi dari
pembuluh darah perifer,sistolis normal kurang lebih 170 mmHg dan
distolis normal kurang lebih 90 mmHg.Dengann adnya penurunan suplai
O2 ke otak maka kebutuhan otak akan O2 berkurang. Hal tersebut akan
menyebabkan pingsan pada akhirnya akan terjadi resiko injuri. (Smeltzser
& Bare,2001)

9
PATHWAY

1.5 Manifestasi Klinis

Tidak ada tanda dan gejala sampai penyakit ditemukan selama evaluasi
masalah yang lainnya. Terbangun dengan sakit kepala pada bagian oksipital
yang berkurang secara spontan setelah beberapa jam gejala biasanya terkait

10
dengan hipertensi berat. Biasanya terdapat gejala pusing , kehilangan ingatan,
palpitasi, kletihan , dan impotensi.
Dengan keterlibatan vaskuler:
1. Perdarahan hidung
2. Urine berdarah
3. Kelemahan
4. Penglihatan kabur
5. Nyeri dada dan dispnea yang dapat menandakan keterlibatan jantung
6. Tremor lambat
7. Mual dan muntah
8. Peningkatan tekanan diastolik ketika orang tersebut mengubah posisi
dari duduk menjadi berdiri(yang menandakan hipertensi esensial)
9. Penurunan tekanan darah dengan perubahan dari posisi duduk
keberdiri (menandakan hipertensi sekunder)
10. Endema perifer ketika terjadi gagal jantung
11. Hemarogi eksudat dan endema papil menunjukan evaluasi
oftalmoskopik pada tahap lanjut(jika retinopati ipertensif terjadi)
(Jaime Stockslager,2007)

1.6 Pemeriksaan Penunjang

1. Hemoglobin / hematokrit
Untuk mengkaji hubungan dari sel – sel terhadap volume cairan
(viskositas) dan dapat mengindikasikan factor – factor resiko seperti
hiperkoagulabilitas, anemia.
2. BUN/Keratinin: Memberikan informasi tentang perfusi ginjal
3. Glukosa
Hiperglikemi (diabetes mellitus adalah pencetus hipertensi) dapat
diakibatkan oleh peningkatan katekolamin (meningkatkan hipertensi)
4. Kalium serum
Hipokalemia dapat megindikasikan adanya aldosteron utama
(penyebab) atau menjadi efek samping terapi diuretik.

11
5. Kalsium serum
Peningkatan kadar kalsium serum dapat menyebabkan hipertensi
6. Kolesterol dan trigliserid serum
Peningkatan kadar dapat mengindikasikan pencetus untuk / adanya
pembentukan plak ateromatosa (efek kardiovaskuler)
7. Pemeriksaan tiroid
Hipertiroidisme dapat menimbulkan vasokonstriksi dan hipertensi
8. Kadar aldosteron urin/serum
Untuk mengkaji aldosteronisme primer (penyebab)
9. Urinalisa
Darah, protein, glukosa mengisyaratkan disfungsi ginjal dan atau
adanya diabetes.
10. Asam urat
Hiperurisemia telah menjadi implikasi faktor resiko hipertensi
11. Steroid urin
Kenaikan dapat mengindikasikan hiperadrenalisme
12. IVP
Dapat mengidentifikasi penyebab hieprtensi seperti penyakit
parenkim ginjal, batu ginjal / ureter
13. Foto dada
14. Menunjukkan obstruksi kalsifikasi pada area katub, perbesaran
jantung
15. CT scan
Untuk mengkaji tumor serebral, ensefalopati
16. EKG
Dapat menunjukkan pembesaran jantung, pola regangan, gangguan
konduksi (Prize,Sylvia,2005)

1.7 Penatalaksanaan

Penatalaksanaan pada penderita hipertensi terdiri dari


penatalaksanaan non farmakologis dan farmakologis.

Penatalaksanaan non farmakologis terdiri dari:

12
1. Penurunan berat badan
2. Pembatasan alkohol
3. Pembatasan konsumsi natrium
4. Pembatasan penggunaan tembakau
5. Latihan dan relaksasi
Penatalaksanaan farmakologis terdiri dari:
1. Diuretik (chlorthalidone chygraton)
2. Diuretika pengganti kalium
3. Inhibitor asenergik (propanolog iinderal)
4. Vaskodilaton (hydrolazine hydrocloride apresoline)
5. Penghambat enzim pengubah angiotensin (captropil capoten)
6. Antagonis kalium (diltiazem hydrocloride cardizem)(Prize,Sylvia,
2005)
7. Menurut JNC VI pilihan pertama untuk pengobatan hipertensi
lanjut usia adalah diuretic atau penyekat beta dan ini sangat
bermanfaat namn demikian terbatas penggunaannya pada keadaan
seperti penyakit arteri tepi, gagal jantung.

Pengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan


mortalitas akibat komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan dengan
pencapaian dan pemeliharaan tekanan darah dibawah 140/90 mmHg.

Prinsip pengelolaan penyakit hipertensi meliputi:

 Terapi tanpa Obat

Terapi tanpa obat digunakan sebagai tindakan untuk hipertensi ringan


dan sebagai tindakan suportif pada hipertensi sedang dan berat. Terapi
tanpa obat ini meliputi :

1. Diet
2. Diet yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah :
3. Restriksi garam secara moderat dari 10 gr/hr menjadi 5 gr/hr
4. Diet rendah kolesterol dan rendah asam lemak jenuh
5. Penurunan berat badan

13
6. Penurunan asupan etanol
7. Menghentikan merokok
8. Latihan Fisik (Latihan fisik atau olah raga yang teratur dan
terarah yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah olah
raga yang mempunyai empat prinsip yaitu macam olah raga yaitu
isotonis dan dinamis seperti lari, jogging, bersepeda, berenang
dan lain-lain)

Intensitas olah raga yang baik antara 60-80 % dari kapasitas


aerobik atau 72-87 % dari denyut nadi maksimal yang disebut zona
latihan. Lamanya latihan berkisar antara 20 – 25 menit berada dalam
zona latihan Frekuensi latihan sebaiknya 3 x perminggu dan paling
baik 5 x perminggu

 Edukasi Psikologis
Pemberian edukasi psikologis untuk penderita hipertensi meliputi :
1. Tehnik Biofeedback
Biofeedback adalah suatu tehnik yang dipakai untuk menunjukkan
pada subyek tanda-tanda mengenai keadaan tubuh yang secara
sadar oleh subyek dianggap tidak normal. Penerapan biofeedback
terutama dipakai untuk mengatasi gangguan somatik seperti nyeri
kepala dan migrain, juga untuk gangguan psikologis seperti
kecemasan dan ketegangan.
2. Tehnik relaksasi
Relaksasi adalah suatu prosedur atau tehnik yang bertujuan untuk
mengurangi ketegangan atau kecemasan, dengan cara melatih
penderita untuk dapat belajar membuat otot-otot dalam tubuh
menjadi rileks

 Pendidikan Kesehatan ( Penyuluhan )


Tujuan pendidikan kesehatan yaitu untuk meningkatkan pengetahuan
pasien tentang penyakit hipertensi dan pengelolaannya sehingga
pasien dapat mempertahankan hidupnya dan mencegah komplikasi

14
lebih lanjut.Hal-hal yang harus diperhatikan dalam interaksi pasien
dengan petugas kesehatan adalah sebagai berikut :

1. Setiap kali penderita periksa, penderita diberitahu hasil


pengukuran tekanan darahnya
2. Bicarakan dengan penderita tujuan yang hendak dicapai
mengenai tekanan darahnya
3. Diskusikan dengan penderita bahwa hipertensi tidak dapat
sembuh, namun bisa dikendalikan untuk dapat menurunkan
morbiditas dan mortilitas
4. Yakinkan penderita bahwa penderita tidak dapat mengatakan
tingginya tekanan darah atas dasar apa yang dirasakannya,
tekanan darah hanya dapat diketahui dengan mengukur
memakai alat tensimeter. Penderita tidak boleh menghentikan
obat tanpa didiskusikan lebih dahulu
Sedapat mungkin tindakan terapi dimasukkan dalam cara
hidup penderita. Ikutsertakan keluarga penderita dalam proses
terapi
5. Pada penderita tertentu mungkin menguntungkan bila penderita
atau keluarga dapat mengukur tekanan darahnya di rumah
6. Buatlah sesederhana mungkin pemakaian obat anti hipertensi
misal 1 x sehari atau 2 x sehari
7. Diskusikan dengan penderita tentang obat-obat anti hipertensi,
efek samping dan masalah-masalah yang mungkin terjadi
8. Yakinkan penderita kemungkinan perlunya memodifikasi dosis
atau mengganti obat untuk mencapai efek samping minimal
dan efektifitas maksimal
9. Usahakan biaya terapi seminimal mungkin
10. Untuk penderita yang kurang patuh, usahakan kunjungan
lebih sering
11. Hubungi segera penderita, bila tidak datang pada waktu yang
ditentukan.

15
B. Konsep Dasar Keperawatan

1. Pengkajian
Pengkajian secara Umum:
a. Identitas Pasien
Hal -hal yang perlu dikaji pada bagian ini yaitu antara lain: Nama,
Umur, Jenis Kelamin, Pendidikan, Pekerjaan, Agama, Status Mental,
Suku, Keluarga/orang terdekat, alamat, nomor registrasi.
b. Riwayat atau adanya faktor resiko
 Riwayat garis keluarga tentang hipertensi
 Penggunaan obat yang memicu hipertensi
c. Aktivitas / istirahat
 Kelemahan,letih,napas pendek,gaya hidup monoton
 Frekuensi jantung meningkat
 Perubahan irama jantung
 Takipnea
d. Integritas ego
 Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, euphoria atau
marah kronik.
 Faktor faktor stress multiple (hubungan, keuangan yang berkaitan
dengan pekerjaan).
e. Makanan dan cairan
Makanan yang disukai, dapat mencakup makanan tinggi garam, tinggi
lemak, tinggi kolesterol (seperti makanan yang
digoreng,keju,telur)gula-gula yang berwarna hitam, kandungan tinggi
kalori.
 Mual, muntah
 Perubahan berat badan akhir-akhir ini (meningkat atau
menurun).
f. Nyeri atau ketidak nyamanan :
 Angina (penyakit arteri koroner /keterlibatan jantung
 Nyeri hilang timbul pada tungkai

16
 Sakit kepala oksipital berat seperti yang pernah terjadi sebelumnya.
 Nyeri abdomen.

2. Pengkajian Persistem :
a) Perubahan–perubahan fisik pada lansia :
1. Sel
 Lebih sedikit jumlahnya
 Lebih besar ukurannya
 Berkurangnya jumlah cairan tubuh dan intraseluler
 Menurunnya proporsi protein di otak, otot, ginjal, darah dan hati
 Jumlah sel otak menurun
 Otak menjadi atrofis beratnya berkurang 5-10%
2. Sistem persarafan
 Berat otak menurun 10-20% (setiap orang berkurang sel saraf
otaknya dalam setiap harinya)
 Cepatnya menurun hubungan persarafan
 Kurang sensitif terhadap sentuhan
 Mengecilnya saraf indera
3. Sistem pendengaran
 Presbiakusis atau hilangnya kemampuan pendengaran pada
telinga dalam terutama terhadap bunyi suara atau nada nada
yang tinggi
 Membran timpani menjadi atrofi menyebabkan otosklerosis
 Terjadiya pengumpulan serumen dapat mengeras karena
meningkatnya keratin
4. Sistem penglihatan
 Sfinger pupil timbul sklerosis dan hilangnya respon terhadap
sinar
 Kornea lebih berbentuk sferis (bola)
 Lensa lebih suram ( kekeruhan pada lensa) menyebabkan
gangguan penglihatan

17
 Hilangnya daya akomodasi
 Menurunnya lapang pandang
 Menurunnya daya membedakan warna biru aau hijau
5. Sistem kardiovaskuler
 Elastisitas , dinding aorta menurun
 Katub jantung menebal dan menjadi kaku
 Kemampuan jantung menurun memompa darah menurun 1%
setiap tahun sesudah brumur 20 tahun , hal ini yang
menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya
 Kehilangan elastisitas pembuluh darah, kurangnya efektifitas
pembuluh darah perifer untuk oksigenasi, perubahan posisi dari
tidur ke duduk , bisa menyebabkan darah menurun menjadi 65
mmHg (mengakibatkan pusing mendadak)
 Tekanan darah meninggi diakibatkan oleh meninkatnya resisten
dari pembuluh darah perifer, sistolis normal 170 mmHg,
diastolic normal 90 mmHg
6. Sistem repirasi
 Otot- otot pernafasan kehilangan kekuatan dan menjadi kaku
 Menurunnya aktivitas dari silia
 Paru paru kehilangan elastisitas , kapasitas esidu meningkat ,
menarik napas lebih berat, kapasitas pernapasan maksimum
menurun, dan kedalamn bernapas menurun
 Alveoli ukurannya melebar dari biasa dan jumlahnya berkurang
 O2 pada arteri menurun menjadi 75mmHg
 Co2 pada arteri tidak berganti
7. Sistem gastorintestinal
 Kehilangan gigi penyebab utama adanya periodontal disease
yang bisa terjadi setelah umur 30 tahun
 Indera pengecap menurun
 esofagus melebar
 lambung : rasa lapar menurun , asam lambung menurun

18
 peristaltik melemah biasanya imbul konstipasi
 liver makin mengecil dan menurunnya tempat penyimpanan ,
berkurangnya aliran darah
8. Sistem genitourinaria
 Ginjal : nefron mengecil dan menjadi atrofi, aliran darah ke
ginjal menurun sampai 50%, fungsi tubulus berkurang akibatnya
kurangnya kemampuan mengkonsentrasi urin, berat jenis urin
menurun proteinuria
 Vesika urinaria: otot otot menjadi lemah, kapastas menurun s.
ampai 200ml menyebabkan frekuensi BAK meningkat, vesika
urinaria susah di kosongkan pada pria lanjut usia sehinnga
meningkat retensi urin.
9. Sistem endokrin
 Produksi dari semua hromon menurun
 Fungsi paratiroid dan sekresinya tidak berubah
 Menurunnya aktifitas tiroid dan daya pertukaran zat
 Menurun sekresi hormon kelamin : progesteron, estrogen dan
testosteron.
10. Sistem kulit
 Kulit mengerut atau keriput akibat kehilangan jaringan lemak
 Permukaan kulit kasar dan bersisik karena kehilangan proses
keratinasi serta perubahan ukuran dan bentuk sel epidermis
 Pertumbuhan kuku lebih lebar, keras dan rapuh
 Kelenjar kringat berkurang jumlah dan fungsinya

11. Sistem muskuloskleletal


 Tulang kehilangan density (cairan) dan makin rapuh
 Kifosis
 Pinggang, lutut dan jari pergelangan terbatas
 Discus intervertabralis menipis dan enjadi pendek
 Persendian membesar dan menjadi kaku
 Tendon mengerut dan mengalami sklerosis

19
 Atrofi serabut, sehingga seseorang bergerak menjadi lamban,
otot - otot kram dan menjadi tremor

b) Perubahan- perubahan mental :


1. Memory
 Kenangan jangka panjang : berjam–jam sampai berhari hari
yang lalu
 Jangka pendek : 0-10 menit
2. IQ (Intelegentia Quantion)
 Tidak berubah dengan informasi matematika dan perkataan
verbal
 Berkurangnya penampilan, persepsi dan ketrampilan

c) Perubahan – perubahan psikososial


 Pensiun : kehilangan finansial, kehilangan status , kehilangan
teman/ relasi, kehilangan kegiatan.
 Marasakan atau sadar akan kematian
 Perubahan dalam cara hidup yaitu memasuki rumah
perawatan bergerak lebih sempit
 Ekonomi akibat pemberitahuan dari jabatan
 Penyakit kronis dan ketidakmampuan
 Gangguan gizi akibat kehilangan jabatan
 Hilangnya kekuatan dan ketegangan fisik ,perubahan
terhadap gambaran diri dan konsep diri

d) Perkembangan spiritual
 Agama atau kepercayaan makin terintegrasi dalam ke
hiduapannya (Maslow,1970)
 Lansia makin matur dalam kehidupan keagamaanya, hal ini
terlihat dalam berfikir dan bertindak dalam sehari hari
(Murray dan Zanter, 1970)

20
 Perkembangan spiritual pada usia tahu menurut Fowler 1978,
Universalizing ,perkembangan yang dicapai pada tingkat ini
adalah berfikir dan bartindak cengan cara memberikan
contoh cara mecintai dan keadilan.

3. Pemeriksaan fisik
 Pemeriksaan dilakukan dengan cara inspeksi, palpasi, perkusi,
dan auskultasi untuk mengetahui perubahan sistem tubuh
 Pendekatan yang digunakan dalam pemeriksaan fisik, yaitu :
1. Headtotoe
2. Sistem tubuh

Keadaan Umum :
 Kesadaran
 Tekanan darah (berbaring, duduk & berdiri)
 Nadi
 Pernafasan
 Tinggi badan
 Berat badan
 Suhu badan

a. Psikologis
a) Apakah mengenal masalah-masalah utamanya
b) Bagaimana sikapnya terhadap proses penuaan
c) Apakah dirinya merasa dibutuhkan atau tidak
d) Apakah optimis dalam memandang suat kehidupan
e) Bagaimana mengatasi stres yang dialami
f) Apakah mudah dalam menyesuaikan diri
g) Apakah lanjut usia sering mengalami kegagalan
h) Apakah harapan pada saat ini dan akan datang
i) Perlu dikaji juga mengenai fungsi kognitif: daya ingat, proses
pikir, alasan perasaan, orientasi dan kemampuan dalam
menyelesaikan masalah

21
b. Sosial Ekonomi
a) Darimana sumber keuangan usia lanjut
b) Apa saja kesibukan lanjut usia dalam mengisi waktu luang
c) Dengan siapa dia tinggal
d) Kegiatan organisasi apa yang diikuti lanjut usia
e) Bagaimana pandangan lanjut usia terhadap lingkungannya
f) Berapa sering lanjut usia berhubungan dengan orang lain diluar
rumah
g) Siapa saja yang biasa mengunjungi
h) Seberapa besar ketergantungannya
i) Apakah dapat menyalurkan hobby atau keinginannya dengan
fasilitas yang ada
c. Spiritual
a) Apakah secara teratur mrlakukan ibadah sesuai dengan
keyakinan agamanya
b) Apakah secara teratur mengikuti atau terlibat aktif dalam
kegiatan keagamaan
c) Bagaimana cara lanjut usia menyelesaikan masalah apakah
dengan berdoa
d) Apakah lanjut usia terlihat sabar dan tawakal

Sistem Persarafan

1. Kesimetrisan raut wajah


2. Tingkat kesadaran adanya perubahan-perubahan dari otak
 Tidak semua orang menjadi snile
 Kebanyakan mempunyai daya ingatan menurun atau
melemah
3. Mata : pergerakan, kejelasan melihat, adanya katarak
4. Ketajaman penglihatan menurun karena menua :
 Jangan di testdiluar jendela
 Pergunakan tangan atau gambar

22
 Cek kondisi kaca mata
5. Pupil : kesamaan, dilatasi
6. Sensor deprivation ( gangguan sensorik )
7. Ketajaman pendengaran
 Apakah menggunakan alat bantu dengar
 Tinutis
 Serumen telinga bagian luar, jangan dibersihkan
8. Adanya rasa sakit atau nyeri

Sistem Kardiovaskuler

1. Sirkulasi perifer, warna dan kehangatan


2. Auskultasi denyut nadi apikal
3. Periksa adanya pembekakan vena jugularis
4. Pusing
5. Sakit
6. Edema

Sistem Gastrointestinal

1. Status gizi
2. Pemasuka diet
3. Anoreksia, tidak dicerna, mual dan muntah
4. Mengunyah dan menelan
5. Keadaan gigi, rahang dan rongga mulut
6. Auskultasi bising usus
7. Palpasi apakah perut kembung ada pelebaran kolon
8. Apakah ada konstipasi ( sembelit ), diare dan inkontinesiaalvi

Sistem Genitourinarius

1. Warna dan bau urine


2. Distensi kandung kemih, inkontinensia ( tidak dapat menahan untuk buang
air kecil )

23
3. Frekuensi, tekanan atau desakan
4. Pemasukan dan pengeluaran cairan
5. Disuria
6. Seksualitas
 Kurang minat untuk melaksanakan hubungan seks
 Adanya kecacatan sosial yang mengarah ke aktivitas seksual

Sistem Kulit

1. Kulit
 Temperatur, tingkat kelembaban
 Keutuhan luka, luka terbuka, robekan
 Turgor ( kekenyalan kulit )
 Perubahan pigmen
2. Adanya jaringan parut
3. Keadaan kuku
4. Keadaan rambut
5. Adanya gangguan-gangguan umum

Sistem Muskuloskeletal

1. Kontraktor
 Atroofi otot
 Mengecilkan tendo
 Ketidakadekuatannya gerakan sendi
2. Tingkat mobilisasi
 Ambulasi dengan/tanpa bantuan peralatan
 Keterbatasan gerak
 Kekuatan otot
 Kemampuan melangkah atau berjalan
3. Gerakan sendi
4. Paralisis
5. Kifosis

24
Psikososial

1. Menunjukkan tanda-tanda meningkatnya ketergantungan


2. Fokus-fokus pada diri bertambah
3. Memperlihatkan semakin sempitnya perhatian
4. Membutuhkan bukti nyata akan rasa kasih sayang yang berlebihan

2. Diagnosa Keperawatan
1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan afterload,
vasokonstriksi, iskemia miokard, hipertropi ventricular
2. Nyeri ( sakit kepala ) berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler
serebral
3. Intoleransi aktifitas berhubungan penurunan cardiac output
4. Kurangnya perawatan diri berhubungan dengan adanya kelemahan fisik
5. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang
proses penyakit
6. Resiko tinggi terhadap cedera

3. Rencana Keperawatan

NO Dx.Keperawatan Tujuan dan KH Intervensi

1. Penurunan curah jantung Tidak terjadi penurunan - Pantau TD, ukur pada kedua tangan,
berhubungan dengan curah jantung setelah gunakan manset dan tehnik yang tepat
peningkatan afterload, dilakukan tindakan - Catat keberadaan, kualitas denyutan
vasokonstriksi, iskemia keperawatan selama 3 x sentral dan perifer
miokard, hipertropi 24 jam. Dengan kriteria - Auskultasi tonus jantung dan bunyi
ventricular hasil : napas
- Amati warna kulit, kelembaban, suhu
- Berpartisipasi dalam
dan masa pengisian kapiler
aktivitas yang
- Catat edema umum
menurunkan TD
- Berikan lingkungan tenang, nyaman,
- Mempertahankan TD
kurangi aktivitas, batasi jumlah

25
dalam rentang yang pengunjung.
dapat diterima - Pertahankan pembatasan aktivitas
- Memperlihatkan seperti istirahat ditempat tidur/kursi
irama dan frekuensi - Bantu melakukan aktivitas perawatan
jantung stabil diri sesuai kebutuhan
- Lakukan tindakan yang nyaman spt
pijatan punggung dan leher,
meninggikan kepala tempat tidur.
- Anjurkan tehnik relaksasi, panduan
imajinasi, aktivitas pengalihan
- Pantau respon terhadap obat untuk
mengontrol tekanan darah
- Berikan pembatasan cairan dan diit
natrium sesuai indikasi
- Kolaborasi untuk pemberian obat-
obatan sesuai indikasi

26
2. Nyeri ( sakit kepala ) Nyeri atau sakit kepala - Pertahankan tirah baring, lingkungan
berhubungan dengan hilang atau berkurang yang tenang, sedikit penerangan
peningkatan tekanan setelah dilakukan - Kaji tingkat nyeri klien
vaskuler serebral tindakan keperawatan - Minimalkan gangguan lingkungan
selama 2 x 24 jam dan rangsangan
Kriteria hasil : - Bantu pasien dalam ambulasi sesuai
- Pasien kebutuhan
mengungkapkan tidak - Beri tindakan nonfarmakologi untuk
adanya sakit kepala menghilangkan sakit kepala seperti,
posisi nyaman, tehnik relaksasi,
- Pasien tampak
bimbingan imajinasi dan distraksi
nyaman
- Hilangkan / minimalkan
- TTV dalam batas
vasokonstriksi yang dapat
normal
meningkatkan sakit kepala misalnya
mengejan saat BAB, batuk panjang,
membungkuk
- Kolaborasi pemberian obat sesuai
indikasi : analgesik, antiansietas
(lorazepam, ativan, diazepam,
valium )

3. Intoleransi aktifitas Klien terjadi - Berikan dorongan untuk aktifitas /


berhubungan penurunan peningkatan aktifitas perawatan diri bertahap jika dapat
cardiac output setelah dilakukan ditoleransi.
tindakan keperawatan - Berikan bantuan sesuai kebutuhan
selama 2 x 24 jam - Instruksikan pasien tentang
penghematan energy
Kriteria hasil :
- Kaji respon pasien terhadap aktifitas
- Meningkatkan energi
- Monitor adanya diaforesis, pusing
untuk melakukan
- Observasi TTV tiap 4 jam
aktifitas sehari – hari
- Berikan jarak waktu pengobatan dan
- Menunjukkan

27
penurunan gejala – prosedur untuk memungkinkan
gejala intoleransi waktu istirahat yang tidak terganggu
aktifitas

- Dapat melakukan
ativitas ringan

4. Kurangnya perawatan Setelah dilakukan - Kaji kemampuan klien untuk


diri berhubungan dengan tindakan keperawatan melakukan kebutuhan perawatan diri
adanya kelemahan fisik. selama 1 x 24 jam - Bantu pasien untuk memenuhi
perawatan diri klien kebutuhan perawatan diri
terpenuhi - Berikan umpan balik yang positif
untuk setiap usaha yang dilakukan
Kriteria hasil :
klien / atas keberhasilannya
- Mampu melakukan
aktifitas perawatan diri
sesuai kemampuan

5. Defisiensi pengetahuan Setelah dilakukan - Jelaskan sifat penyakit dan tujuan


berhubungan dengan tindakan ekperawatan dari pengobatan dan prosedur
kurangnya informasi selama 1 x 24 jam - Jelaskan pentingnya lingkungan
tentang proses penyakit yang tenang, tidak penuh dengan
Klien mengerti tentang
stress
penyakit hipertensi.
- Jelaskan perlunya menghindari
Denag kriteria hasil:
pemakaian obat bebas tanpa
- Pasien
pemeriksaan dokter
mengungkapkan
- Anjurkan klien untuk tidak
pengetahuan akan
mengonsumsi makanan dan
hipertensi meliputi :
minuman yang dapat meningkatkan
tekanan darah.
- Pengertian
- Diskusikan perlunya diet rendah
hipertensi
kalori, rendah natrium sesuai
- Tujuan

28
- Cara pencegahaan program
- Pemanfaatan - Berikan support mental, konseling
dan penyuluhan pada keluarga klien

6. Resiko tinggi terhadap Setelah dilakukan  Lakukan tindakan untuk


cedera tindakan ekperawatan mengurangi bahaya lingkungan
selama 1 x 24 jam klien  Bila penurunan sensitifitas taktil
dapa mengidentifikasi menjadi masalah ajarkan klien untuk
faktor yang melakukan:
meningkatkan resiko  Kaji suhu air mandi dan bantalan
terhadap cedera. pemanas sebelum digunakan.
 Kaji ekstremitas setiap hari
Memperagakan
terhadap cedera yang tak
tindakan keamanan
terdeteksi..
untuk mencegah cedera.
 Lakukan tindakan untuk
mengurangi resiko yang berkenaan
dengan pengunaan alat bantu.
 Anjurkan klien dan keluarga untuk
memaksimalkan keamanan di
rumah.

4. Implementasi

Melakukan tindakan sesuai dengan intervensi yang telah ditetapkan.

5. Evaluasi

 Pasien melaporkan nyeri/ketidaknyamanan hilang atau terkontrol


 Pasien berpartisipasi dalam aktivitas yang diinginkan/diperlukan
 Pasien berpartisipasi dalam aktivitas yang menurunkan tekanan darah atau
beban kerja jantung

29
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Prevalensi hipertensi pada lanjut usia lebih tinggi dibanding dengan


penderita yang lebih muda. Sebagian besar merupakan hipertensi primer dan
hipertensi sistolik terisolasi. Diagnosis hipertensi sama dengan orang pada
umumnya seperti yang dianjurkan oleh JNC VI dan WHO. Karena adanya
pengakuan pebuluh darah arteri,disamping faktor lainnya seperti penurunan
sensitivitas baroreseptor maupun adanya retensi natrium. Penatalaksanaan
hipertensi pada lanjit usia pada prinsipnya tidak berbeda dengan hupertensi
umumnya yaiu dari modifikasi pola hidup dan bila diperlukan dilanjutkan
dengan pemberian obat antihipertensi Obat yang umum digunakan adalah
diuretic dan antagonis kalsium, dengan prinsip dosis awal yang kecil dan
ditinkatkan secara perlahan sasaran tekanan darah yang ingin dicapai adalah
tekanan darah sistolik <140 dan diastol <90 mmHg.

30
DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/9366047/ASUHAN_KEPERAWATAN_GERONTIK
_PADA_KLIENDENGAN_SISTEM_KARDIOVASKULER_HIPERTENSI

http://missthenurse.blogspot.co.id/2014/06/askep-hipertensi-nanda-nic-noc.html

31

Anda mungkin juga menyukai